• Tidak ada hasil yang ditemukan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Identifikasi Penutupan Lahan

5.1.3. Penutupan Lahan Kota Medan

Gambar 22. Ruang Terbangun di Kota Yogyakarta: Kawasan Perdagangan (kiri); (b) Kawasan Perkantoran (kanan)

Gambar 23. Kawasan Ruang Terbuka Hijau di Kota Yogyakarta: Taman Sudut Kota (kiri); Jalur Hijau Jalan (kanan)

5.1.3 Penutupan Lahan Kota Medan

Kota Medan merupakan salah satu kota yang telah mengalami perkembangan sangat pesat, bahkan telah menjadi salah satu kota metropolitan di Indonesia. Secara geografis, letak Kota Medan memang sangat strategis, karena kota ini dilalui oleh Sungai Deli dan Sungai Babura. Keduanya merupakan jalur lalu lintas perdagangan yang cukup ramai. Keberadaan Pelabuhan Belawan di Selat Malaka yang sangat ramai menjadikan Kota Medan sebagai pintu gerbang Indonesia di bagian barat.

Kondisi Kota Medan yang sangat ramai dan strategis inilah yang menjadikan Kota Medan sebagai kota metropolitan. Hal ini memicu peningkatan laju urbanisasi yang menyebabkan terjadinya perubahan penutupan lahan menjadi ruang terbangun untuk memenuhi kebutuhan penduduk akan sarana dan prasarana dalam menunjang aktivitas penduduk yang sangat beragam.

Berdasarkan hasil identifikasi dengan menggunakan citra Landsat-TM tahun 2008 diketahui bahwa penutupan lahan Kota Medan lebih dari separuh didominasi oleh ruang terbangun, yaitu sebesar 51,86% dan ruang terbuka hijau (RTH) sebesar 29,17%. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 9

Tabel 9. Persentase Penutupan Lahan Kota Medan

Jenis Penutupan Lahan Luasan

Ha %

Ruang Terbangun 13748,08 51,86

Ruang Terbuka Hijau 7732,97 29,17

Badan air 4464,25 16,84

Tidak Terklasifikasi 564,7 2,13

Total 25610 100

Sumber: Pengolahan data Citra Landsat Kota Medan Tahun 2008

Permasalahan yang terjadi pada perkembangan Kota Medan yang merupakan pusat perdagangan nasional dan internasional adalah pertumbuhan bangunan-bangunan baru untuk mengembangkan kegiatan perdagangan dan tekanan perkembangan penduduk yang sangat tinggi karena meningkatnya laju urbanisasi. Tingginya laju pertumbuhan penduduk dan pembangunan fisik di Kota Medan memberikan konsekuensi logis berupa tingginya kebutuhan akan penyediaan kawasan permukiman beserta seluruh fasilitas umum dan sosial pendukungnya. Dari keseluruhan luas lahan terbangun di Kota Medan (53,69%), sebagian besar berada di Kecamatan Medan Deli, yaitu 6,52%

Menurut Undang-Undang No. 26 Tahun 2007, Proporsi RTH pada wilayah kota minimum 30% dari total luas wilayah kota. Proporsi RTH Kota Medan pada tahun 2008 hampir mendekati luas minimum menurut Undang-Undang No.26 Tahun 2007, yaitu hanya 29,17% dari total luas wilayah Kota Medan. Dari keseluruhan luas RTH di Kota Medan, berada di Kecamatan Medan Labuhan yaitu 7,87%

(Sum Ga (Sum Beri Medan ber Gambar mber: Hasil ambar 25. G mber: Hasil

ikut ini mer rdasarkan h r 24. Penutu Klasifikasi Grafik Perse Klasifikasi rupakan pre hasil olahan 51,86% 16,84% 1,5 upan Lahan Citra Land entase Penut Citra Land esentase pe citra Lands 29,72 58% Kota Meda sat TM Kot tupan Lahan sat TM Kot enutupan lah sat-TM Kot 2% an Tahun 20 ta Medan T n Kota Med ta Medan T

han per kec ta Medan ta RTH RTB Badan Air Tidak Terklasifik 008 ahun 2008) dan, 2008 ahun 2008) camatan di hun 2008. kasi Kota

Gambar 26. Grafik Persentase Penutupan Lahan per Kecamatan Kota Medan, 2008

(Sumber: Hasil Klasifikasi Citra Landsat TM Kota Medan Tahun 2008)

Kecamatan-kecamatan yang memberikan porsi ruang terbuka hijau terbesar bagi Kota Medan adalah Kecamatan Medan Labuhan (7,87%), Kecamatan Medan Marelan (4,8%), dan Kecamatan Medan Kota Belawan (3,46%).

Di Kecamatan Medan Labuhan terdapat usaha bidang pertanian di bidang perkebunan kelapa genjah dan kelapa sawit. Selain sebagai usaha pertanian, perkebunan-perkebunan ini memberikan kontribusi sebagai ruang terbuka hijau bagi Kota Medan. Sedangkan di pusat kota, Kota Medan hanya memiliki beberapa taman, seperti Taman Beringin, Taman Ahmad Yani, Lapangan Merdeka, dan Taman Teladan, sedangkan sisanya merupakan taman-taman kecil yang dikelola oleh pihak swasta.

0.00% 1.00% 2.00% 3.00% 4.00% 5.00% 6.00% 7.00% 8.00% 9.00% RTH RTB Badan Air

Gambar 27. Peta Penyebaran Penutupan Ruang Terbuka Hijau per Kecamatan Tahun 2008

(Sumber: Hasil Klasifikasi Citra Landsat TM Kota Medan Tahun 2008)

Gambar 28. Peta Penyebaran Penutupan Ruang Terbangun per Kecamatan Tahun 2008

Ruang Terbangun terlihat mendominasi penutupan lahan di Kota Medan. Ruang terbangun tersebut dapat berupa permukiman penduduk, perusahan industri, serta perdagangan dan jasa yang cukup banyak di Kota Medan. Kecamatan-kecamatan yang memberikan porsi terbesar ruang terbangun pada bagi Kota Medan adalah Kecamatan Medan Deli (6,52%) dan Kecamatan Medan Amplas (4,84%). Sedangkan kecamatan-kecamatan yang memiliki porsi ruang terbangun yang sangat besar dalam penutupan lahan kecamatannya adalah Kecamatan Medan Kota (92,16%), Medan Perjuangan (88,56%), Medan Petisah (88,03%), Medan Timur (86,40%), dan Medan Baru (85,97%).

Kecamatan Medan Deli yang terletak di bagian utara Kota Medan memiliki ruang terbangun yang cukup besar, yaitu sebesar 6,52%. Hal ini dikarenakan kecamatan tersebut merupakan pusat kawasan industri Kota Medan (Kawasan Industri Medan), sehingga banyak bangunan-bangunan industri besar yang berdiri disana. Selain, industri-industri besar, terdapat pula industri-industri rumah tangga yang dikembangkan oleh masyarakat sekitar. Berpusatnya kawasan industri di daerah ini, baik industri besar maupun industri kecil telah memicu berdirinya gudang-gudang untuk menyimpan bahan baku industri dan hasil produksi di sekitar kawasan tersebut. Kecamatan lainnya adalah Medan Amplas. Meskipun bukan merupakan pusat industri, Kecamatan Medan Amplas memiliki beberapa pabrik-pabrik besar, seperti pabrik moulding dan komponen bahan bangunan, minuman keras, makanan ternak, makanan ringan, dan sebagainya. Oleh karena itulah, Kecamatan Medan Amplas memiliki porsi ruang terbangun yang cukup besar, yaitu 4,84%.

Kota Medan merupakan kota yang berkembang pesat karena kegiatan perdagangannya, karena itulah Kota Medan didominasi oleh kegiatan perdagangan, hotel dan restoran, dan sektor industri pengolahan. Kota Medan memiliki banyak sekali pusat-pusat perdagangan dan industri. Kedua sektor ini merupakan sektor yang banyak menarik tenaga kerja. Salah satu pusat perdagangan di Kota Medan adalah Pelabuhan Laut Belawan yang berjarak 26 Km dari pusat kota. Pelabuhan ini tidak hanya berperan penting bagi perekonomian Kota Medan, namun juga bagi Provinsi Sumatera Utara. Kegiatan ekspor dan impor Kabupaten/Kota lain dilakukan di pelabuhan ini yang dapat

dilihat dari aktivitas bongkar.muat barang setiap harinya. Karena itulah, masyarakat banyak yang mendekati kawasan ini, sehingga dampaknya adalah berkembangnya permukiman-permukiman di sekitar kawasan Pelabuhan Belawan. Permukiman penduduk umumnya tumbuh di sekitar pusat aktivitas-aktivitas penting di suatu kota. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh kemudahan dalam pencapaian pusat aktivitas tersebut. Kini, permukiman-pemukiman tersebut, baik permukiman resmi maupun tidak resmi, mulai dibangun di tepian Sungai Belawan, begitu pun di tepian Sungai Deli dan Sungai Babura. Hal ini menyebabkan rusaknya daerah aliran sungai (DAS) yang tidak lagi mampu berfungsi dengan baik sebagai daerah serapan air, sehingga terjadilah banjir yang sering melanda Kota Medan.

Gambar 29. Ruang Terbangun di Kota Medan: Pusat Perdagangan Jalan MT. Haryono (kiri); (b) Ruas Jalan Kota Medan (Kanan)

Gambar 30. Ruang terbuka hijau di Kota Medan: Lapangan berumput Markas Batalyon Kota Medan (kiri); (b) Hutan Kota Taman Beringin (kanan)

5.2. Karakteristik Umum Lanskap Kota Dataran Rendah

Dokumen terkait