• Tidak ada hasil yang ditemukan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.5. Upaya Peningkatan Kualitas dan Kuantitas Ruang Terbuka

Ruang Terbuka Hijau memiliki banyak manfaat diantaranya adalah meningkatka kondisi air tanah, meningkatkan sistem hidrologi kota, meningkatkan jumlah dan kualitas air satwa liar, mengurangi keadaan iklim mikro yang ekstrim, serta mengurangi polusi udara perkotaan (Sulistyantara, 2002).

Kota Banjarmasin memiliki luasan RTH yang berada dalam standar luas RTH kota yang ditetapkan pemerintah, yaitu 30% dari luas wilayah kota. Namun, tidak demikian dengan Kota Yogyakarta dan Kota Medan. Luasan RTH kedua kota tersebut masih berada di bawah standar yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas RTH, terutama peningkatan jumlah RTH di bagian pusat kota.

Kota Banjarmasin memang memiliki persentase RTH terluas diantara ketiga kota. Namun, jika dilihat dari pola distribusi RTH yang hanya terpusat di tepi kota dan jenis vegetasi yang dominan pada RTH tersebut berupa semak belukar (berstrata rendah), maka Kota Banjarmasin pun harus meningkatkan kualitas RTH nya agar ekosistem kota tetap terjaga. RTH kota yang sudah ada harus ditingkatkan keberadaannya dengan cara pemilihan tanaman yang tepat dan sesuai dengan kondisi lingkungan Kota Banjarmasin. Kota Banjarmasin merupakan kota yang memiliki banyak sungai , kondisi tanah berawa-rawa, serta berada lebih rendah dari permukaan laut, sangat berpotensi menyebabkan penggenangan saat air pasang dan banjir, maka tanaman yang ditanam merupakan tanaman-tanaman yang tahan terhadap genangan air dan memiliki daya evapotranspirasi tinggi. Jenis tanaman yang mempunyai jumlah daun banyak sehingga memiliki stomata yang banyak pula, seperti nangka (Artocarpus heterophylla), akasia (Acacia

auliculiformis), jati (Tectona grandis), Ki Hujan (Samanea saman), dan mahoni (Swietenia macrophylla).

Banjarmasin merupakan kota seribu sungai, namun kondisi sungai di kota ini sangat memprihatinkan, terutama daerah sempadan sungai. Di Kota Banjarmasin daerah sempadan sungai, termasuk bantaran sungai mulai ditutupi oleh area terbangun, baik permukiman, industri, pelabuhan, dan sebagainya. RTH yang seharusnya berada di daerah sempadan sungai tersebut sangat sedikit sekali sehingga mulailah terjadi bencana banjir di kawasan tersebut. Masalah tersebut mulai muncul sejak manusia bermukim dan melakukan berbagai kegiatan di kawasan yang berupa daerah bantaran sungai (flood plain) suatu sungai.

Kondisi lahan di kawasan ini pada umumnya subur serta menyimpan berbagai potensi dan kemudahan sehingga mempunyai daya tarik yang tinggi untuk dibudidayakan. Oleh karena itu, kota-kota besar serta pusat-pusat perdagangan dan kegiatan-kegiatan penting lainnya seperti kawasan industri, pariwisata, prasarana perhubungan dan sebagainya sebagian besar tumbuh dan berkembang di kawasan ini. Seiring dengan laju pertumbuhan pembangunan di dataran banjir maka potensi terjadinya kerusakan dan bencana tersebut mengalami peningkatan pula dari waktu ke waktu.

Oleh karena itu, RTH di daerah sempadan sungai sangat diperlukan untuk menjaga kelestarian fungsi ekologis dan hidrologis sempadan sungai tersebut. Adapun kriteria tanaman yang dipergunakan pada RTH daerah sempadan sungai adalah memiliki system perakaran yang kuat, tumbuh baik pada tanah padat, tahan terhadap genangan, system perakaran masuk ke dalam tanah, kecepatan tumbuh bervariasi, tahan terhadap hama dan penyakit, rindang dan kompak, serta dapat mengundang burung. Contoh tanaman yang dapat digunakan antara lain bungur

(lagerstromia speciosa), tanjung (mimusops elengi), Ki hujan (Samanea saman),

lamtoro (Leucaena glauca), beringin (Ficus benjamina), johar (Cassia siamea), sawo kecik (Manilkara kauki), asam (Tamarindus indica), dan sebagainya. Diharapkan dengan mengoptimalkan kondisi sempadan sungai Kota Banjarmasin, baik sungai besar maupun sungai kecil maka kualitas RTH kota akan meningkat.

Perkembangan Kota Banjarmasin saat ini yang sedang fokus pada pembangunan infrastruktur jalan sebagai penghubung antara pusat kota dengan

daerah suburban nya, maka pembangunan RTH Kota Banjarmasin dapat dilakukan dengan mengembangkan jalur hijau jalan sebagai RTH Kota dengan menanam tanaman-tanaman peneduh dan mampu mereduksi polutan, sehingga iklim mikro yang sehat dapat tercipta dan pencemaran udara karena polutan kendaraan dapat diminimalisasi.

Peningkatan kuantitas RTH bagi kota yang memiliki luasan RTH di bawah 30%, yaitu Kota Yogyakarta dan Medan diupayakan agar mampu meningkatkan luasan RTH di kecamatan masing-masing dengan menyediakan taman kota atau taman lingkungan sehingga selain dapat digunakan untuk keindahan kota juga dapat mengakomodir keinginan masyarakat untuk mendapatkan udara segar terutama yang tinggal di kawasan kumuh.

Bagian pusat kota dengan kepadatan penduduk yang tinggi baik di Kota Banjarmasin, Kota Yogyakarta, dan Kota Medan umumnya telah didominasi oleh lahan terbangun yang digunakan untuk kawasan permukiman, perdagangan, maupun industri. Oleh karena itu, upaya peningkatan kuantitas dapat dilakukan dengan memanfaatkan lahan-lahan terbangun yang sudah ada. Cara ini dianggap cukup sesuai dengan kondisi kota-kota tersebut yang sudah cukup padat, terutama di pusat kota, dengan kawasan terbangun dan sangat tidak memungkinkannya untuk diadakan konversi lahan dari lahan terbangun menjadi RTH. Contoh RTH yang dapat dibangun dalam lingkungan-lingkungan yang sudah cukup padat adalah pengadaan taman kota dengan memanfaatkan lapangan olahraga yang sudah ada di pusat kota. Upaya ini sedang dilakukan oleh Pemerintah Kota Banjarmasin untuk memenuhi kebutuhan RTH di pusat kota, sekaligus dapat dijadikan area bersosialisasi bagi masyarakat sekitar. Contoh lain yaitu Pemanfaatan kebun dan halaman permukiman sebagai wilayah hijau dan produktif. Sepertinya, upaya ini cocok untuk diterapkan di Kota Yogyakarta mengingat lahan di Kota Yogyakarta semakin berkurang dan tergantikan oleh bangunan, terutama permukiman maka keberadaan tanaman di kebun maupun halaman rumah merupakan sarana yang cukup efektif untuk menghijaukan Kota Yogyakarta. Selain itu, dapat juga mengoptimalkan ruang terbangun yang ada dengan membangun roof garden ataupun vertical garden.

Peningkatan jalur hijau jalan pun nampaknya sesuai untuk diterapkan di ketiga kota tersebut terutama bagian pusat kota, karena di kawasan pusat kota, aktivitas masyarakakat cenderung tinggi (industri, permukiman, pusat pemerintahan, perdagangan, dan sebagainya) dan arus transportasi cukup padat. Bentuk RTH jalur hijau jalan ini diharapkan mampu mereduksi masalah polusi perkotaan, baik itu polusi industri maupun polusi kendaraan, sehingga dapat meningkatkan kenyamanan bagi makhluk hidup yang berada di lingkungan tersebut.

Setelah upaya peningkatan kualitas dan kuantitas RTH suatu kota dilaksanakan, maka harus diiringi dengan pengelolaan RTH yang baik dari semua

stakeholder, baik pemerintah maupun masyarakat agar RTH yang sudah ada dapat

Dokumen terkait