• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1.3 Penyajian Data

Bisnis merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang untuk memperoleh keuntungan atau mencapai nilai tambah. Sama halnya dengan bisnis kuliner. Setiap pebisnis dalam memulai usahanya harus menguasai betul jenis usaha apa yang akan mereka jalankan dan mengetahui strategi atau taktik khususnya strategi pemasaran apa yang harus mereka lakukan untuk memulai bisnis tersebut sehingga bisnis tersebut berjalan sesuai dengan harapan, dapat diterima oleh pasar, dan mampu bersaing dengan kompetitor mereka.

Untuk lebih memahami dan memperjelas bagaimana strategi pemasaran yang diterapkan Gaboh Burger pada saat memulai bisnisnya, maka peneliti mengajukan pertanyaan. Apa strategi pemasaran yang diterapkan Gaboh Burger dalam memulai bisnis kulinernya?

Bapak Hakam (Manajer Gaboh Burger) menjawab :

“…pertama menjalankan bisnis ini hanya sekedar iseng. Kami yang merupakan investor sekaligus pemilik dan juga pelaksana, sebelumnya sudah pernah membuka warung kopi nongkrong di tempat ini. Hanya saja, manajemen yang gak terarah membuat bisnis itu gak jalan. Jadi untuk memulai bisnis baru ini, kami sebelumnya mencari referensi atau pembanding kami yang bisnisnya kira-kira menarik untuk dijalankan. Jadi yang menginspirasi kami membuka bisnis ini awalnya saat kami pergi ke Jakarta dan mengunjungi salah satu restaurant fast food sejenis, Blenger Burger. Usaha ini berjalan dengan lancar dan memiliki banyak pengunjung setiap harinya dan sudah membuka franchise. Sehingga awalnya kami terpikir untuk melakukan franchise. Tetapi biaya yang terlalu besar dan prosedur yang ribet buat kami mikir ulang. Lagipula Blenger Burger tidak melayani pembelian franchise diluar Jakarta. Keadaan itu membuat kami berpikir ulang dan mulai mengamati perkembangan Blenger Burger selama beberapa waktu kami disana. Nah, kemudian pada akhirnya kami terpikir untuk membuka bisnis sejenis di Medan mengingat pesaing tidak banyak sehingga peluang untuk diterima pasar pun lebih besar. Pada awal kami menjalankan usaha ini, kami tidak terpikir untuk membuat strategi pemasaran yang gimana kali. Kami mulai memasarkan produk melalui media radio. Beruntung, kami memiliki relasi yang cukup banyak sehingga berawal dari menawarkan sama teman, dan mereka pun ternyata suka, dan akhirnya mereka secara langsung ikut mempromosikan Gaboh ini. Sehingga dari pemasaran mulut ke mulut, akhirnya Gaboh Burger mulai dikenal oleh masyarakat. Kemudian, karena kami menawarkan suatu konsep yang berbeda dengan restaurant atau cafe lain yaitu dengan menjual jenis fast food seperti burger dan pastah, kami yakin kalau restaurant kami ini bakal diterima baik oleh customer. Terus, berhubung yang menjadi target pasar kami adalah kalangan anak muda yang hobi nongkrong dan cuma punya uang jajan pas-pasan, kami terpikir untuk

membuat harga yang bisa dijangkau sama mereka tetapi dengan kualitas pelayanan dan cita rasa yang oke. Sehingga nantinya restaurant ini dengan sendirinya menarik perhatian customer untuk datang kemudian mencoba tentunya dengan harapan mereka bakal balik lagi dan menjadi pelanggan setia kita…”(Wawancara dengan Manajer Gaboh Burger. Pada tanggal 25 Juni 2013. Pukul 15.30)

Aktivitas penjualan Gaboh Burger sudah berjalan selama kurang lebih tiga tahun, tentunya Gaboh Burger juga harus tetap melakukan kegiatan promosi sebagai alat penyampaian strategi pemasarannya. Kemudian peneliti lebih lanjut bertanya kepada Manajer Gaboh Burger dengan pertanyaan, Promosi apa yang dilakukan Gaboh Burger selama tiga tahun berjalan untuk tetap mempertahankan eksistensinya?

Bapak Hakam (Manajer Gaboh Burger) menjawab :

“…untuk awal berdiri seperti yang sudah saya ceritakan tadi, teknik promosinya melalui media radio, kemudian ada beberapa media cetak meliput tentang profil bisnis kami, salah satunya Maajalah Kover Magazine dan Harian Applause. Itulah yang menjadi media kami untuk memperkenalkan Gaboh Burger kepada pasar. Selain media radio dan media cetak, ya melalui promosi mulut ke mulut (words of mouth). Setelah pasar sudah menangkap informasi mengenai Gaboh Burger, selanjutnya kami melakukan promosi dengan mengadakan event disini seperti event

musik dengan tujuan untuk menarik perhatian orang-orang yang berlalu lalang di sekitar jalan Diponegoro. Kemudian juga bekerja sama dengan pihak lain yang butuh sponsor dari kami, sehingga dengan kami menjadi sponsor, kami bisa mengambil keuntungan atau istilahnya take and give

lah. Promosi yang lain yaitu melalui media sosial seperti twitter, facebook

harga misalnya melakukan diskon pada waktu tertentu atau melalui syarat tertentu misalnya dengan menunjukkan voucher. Ya kira-kira seperti itulah…”(Wawancara dengan Manajer Gaboh Burger. Pada tanggal 25 Juni 2013. Pukul 15.45).

Agar strategi pemasaran dapat diterapkan dengan maksimal, maka sebuah perusahaan harus menetapkan terlebih dahulu siapa yang menjadi target pasar mereka. Untuk mengetahui jelas siapa yang menjadi target pasar mereka, maka peneliti lanjut bertanya pada manajer Gaboh Burger dengan pertanyaan, Siapa yang menjadi target utama pasar dari Gaboh Burger?

Bapak Hakam (Manajer Gaboh Burger) menjawab :

“…tentu saja yang menjadi target kami adalah semua kalangan. Tetapi melihat jenis makanan yang dijual adalah makanan sekelas fast food

begini, ya target utama kami pasti kalangan anak muda. Apalagi melihat gaya hidup anak muda sekarang yang hobi nongkrong dan suka mencari hal-hal baru. Sehingga itulah yang menjadi alasan kami memasang harga makanan dan minuman yang terjangkau di kantong mereka tentunya dengan tetap menawarkan kualitas pelayanan dan cita rasa yang oke…”(Wawancara dengan Manajer Gaboh Burger. Pada tanggal 25 Juni 2013. Pukul 16.00)

Terkait dengan target pasar, Gaboh Burger juga harus mengetahui siapa yang menjadi pesaing mereka dan bagaimana keunggulan Gaboh Burger dibanding pesaing lain. Jadi selanjutnya peneliti menanyakan, siapa yang menjadi pesaing Gaboh Burger dan apakah harga yang ditawarkan Gaboh Burger mampu bersaing dengan pesaing?

Bapak Hakam (Manajer Gaboh Burger) menjawab :

“…kami sendiri tidak merasa memiliki pesaing. Karena Gaboh Burger sendiri sudah memiliki pasar yang berbeda dengan mereka. Lagipula tidak ada restaurant atau cafe lain yang memiliki konsep seperti kami, apalagi yang kawasannya di seputaran Jalan Diponegoro. Adapun restaurant lain yang lokasinya dekat dengan Gaboh Burger, jenis produk yang mereka tawarkan berbeda, dan pasar mereka pun sudah beda. Jadi dari segi variasi makanan, kita sudah sama-sama unggul. Mungkin saja variasi menu mereka lebih banyak atau justru Gaboh yang lebih banyak. Kami engga terlalu tahu. Tetapi, kalau dilihat dari segi harga, Gaboh Burger tentu mampu bersaing karena harga yang ditawarkan terjangkau walaupun dengan kualitas yang sekelas restaurant fast food ternama. Karena harga terjangkau, otomatis Gaboh Burger lebih mudah menjangkau pasar...”(Wawancara Manajer Gaboh Burger. Pada tanggal 25 Juni 2013. Pukul 16.20)

Tingkat persaingan bisnis kuliner di kota Medan suda semakin tinggi, oleh karena itu, Gaboh Burger harus tetap memperhatikan strategi pemasaran untuk menghadapi persaingan. Maka peneliti melanjutkan wawancara kepada manajer Gaboh Burger dengan pertanyaan, Apa yang menjadi program kerja Gaboh Burger untuk menghadapi persaingan saat ini?

Bapak Hakam (Manajer Gaboh Burger) menjawab :

“…Program kerja saya rasa mungkin sama dengan restaurant lain. Melakukan aktivitas penjualan, melakukan promosi hanya saja tidak lagi melalui media radio melainkan melalui media sosial, membuat update-an menu baru yang harganya tetap terjangkau tapi ya tetap dengan kualitas rasa yang enak juga, mengadakan event misalnya event musik dengan mengundang band lokal sebagai pengisi acara dan memperluas lahan

usaha dengan membuka outlet baru di beberapa titik di kota Medan yaitu di Karya Wisata, UMSU, outlet mobile di Taman Setia Budi dan Alhamdulillah sudah bisa buka cabang di Pekan Baru. Tujuannya untuk memperluas pangsa pasar dan lebih mudah menjangkau pasar dari yang terjauh sampai terdekat. Kalau untuk cabang yang di Pekan Baru, kita melakukan kerja sama dengan pihak lain dengan syarat pihak tersebut mengikuti aturan main dan standar menu dari Gaboh Burger sendiri…” (Wawancara Manajer Gaboh Burger. Pada tanggal 25 Juni 2013. Pukul 16.45)

2. Bapak Bobby (Bagian Keuangan)

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya mengenai kegiatan bisnis yang menyatakan bahwa kegiatan bisnis merupakan suatu aktivitas untuk mendapatkan keuntungan dan mencari nilai tambah dari apa yang dia kerjakan. Pada sebuah kegiatan bisnis yang bersifat komersial, tentunya keuntungan yang dicari adalah keuntungan finansial. Keuntungan finansial diperoleh melalui penjualan. Penjualan dapat diukur melalui harga yang ditetapkan perusahaan. Untuk itu, penting bagi semua perusahaan untuk memperhatikan strategi dalam menetapkan harga.

Dalam menjalankan usahanya, Gaboh Burger juga memiliki strategi khusus dalam melakukan penetapan harga. Untuk mengetahui mengenai strategi penetapan harga secara jelas, Manajer Gaboh Burger menganjurkan peneliti untuk mewawancara bagian keuangan. Maka, peneliti melanjutkan wawancara pada bagian keuangan mengenai strategi penetapan harga. Peneliti kemudian mengajukan pertanyaan berkenaan dengan strategi penetapan harga dengan

pertanyaan, bagaimana cara penetapan harga pada Gaboh Burger untuk meningkatkan volume penjualannya?

Bapak Bobi (Bagian Keuangan Gaboh Burger) menjawab :

“…sebenarnya Gaboh Burger tidak terlalu memiliki kebijakan baku mengenai harga. Atau dengan kata lain tidak ada kebijakan khusus lah untuk melakukan penetapan harga. Cara yang kami buat untuk menetapkan harga pada prinsipnya sama saja dengan restaurant lainnya. Hanya saja yang menjadi pembeda mungkin dari segi profit yang ingin diambil saja, karena setiap restaurant berbeda-beda besaran profit yang mau diambil. Gaboh Burger menentukan harga dengan melihat apa aja yang menjadi komponen pembentuk harga tersebut. Jadi kalau ingin dirinci, langkah kami dalam menetapkan harga dimulai dari mengestimasi modal yang dikeluarkan dan profit yang ingin diperoleh. Kemudian selanjutnya melihat harga pesaing. Barulah kami melakukan penetapan harga…”(Wawancara Bagian Keuangan Gaboh Burger. Pada tanggal 3 Juli 2013. Pukul 16.30)

Dalam menentukan strategi penetapan harga, suatu perusahaan harus mengetahui apa yang menjadi tujuan dalam melakukan penetapan harga. Untuk mengetahui apa yang menjadi tujuan dari strategi penetapan harga yang dilakukan Gaboh Burger, maka peneliti melanjutkan wawancara dengan pertanyaan, Apa tujuan penetapan harga yang dilakukan Gaboh Burger?

Bapak Bobi (Bagian Keuangan Gaboh Burger) menjawab :

“…tujuan dari strategi penetapan harga yang kami lakukan ya tentunya untuk memperoleh keuntungan, untuk bersaing dengan kompetitor lain, kemudian sebagai alat pemasaran kami dan juga sebagai media untuk memperluas pangsa pasar kami…”(wawancara bagian keuangan Gaboh Burger. Pada tanggal 3 Juli 2013. Pukul 16.45)

Selain menetapkan tujuan penetapan harga, perusahaan juga harus mempertimbangkan faktor-faktor dalam menetapkan harga. Dalam menetapkan harga, Gaboh Burger juga melakukan pertimbangan. Untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi penetapan harga yang diterapkan oleh Gaboh Burger, maka peneliti mengajukan pertanyaan yaitu, faktor apa saja yang dipertimbangkan oleh Gaboh Burger dalam menetapkan harga?

Bapak Bobi (Bagian Keuangan Gaboh Burger) menjawab:

“...faktor yang paling utama yang paling kami pertimbangkan dalam melakukan penetapan harga adalah harga bahan baku. Tentunya dalam menentukan harga, kita harus tahu berapa biaya yang kita keluarkan untuk memproduksi produk. Nah biaya-biaya tersebut nantinya akan ditotal sebagai biaya produksi, kemudian kita menentukan profit yang mau diambil. Kalau itu sudah ditotal barulah kita bisa menetapkan harga. Selain harga bahan baku, kita juga mempertimbangkan harga pesaing. Melihat persaingan sekarang ini, kita harus pandai-pandai lah bermain dengan harga, karena kalau kita salah strategi bisa dipastikan kita bisa kalah saing dengan mereka. Saya rasa itu aja sih yang dominan...” (wawancara Bagian Keuangan Gaboh Burger. Pada tanggal 3 Juli 2013. Pukul 16.57)

Penetapan harga tentu saja berkaitan dengan apa yang sudah dirumuskan perusahaan terkait harga. Seberapa besar harga berperan dalam mewujudkan visi

dan misi perusahaan. oleh sebab itu, perusahaan harus mengetahui strategi apa yang perlu mereka lakukan untuk menetapkan harga agar tujuan perusahaan dapatt terpenuhi. Untuk mengetahui strategi apa yang digunakan Gaboh Burger dalam melakukan penetapan harga, maka peneliti melanjutkan pertanyaan kepada Bapak Bobi dengan pertnyaan, strategi apa yang dilakukan Gaboh Burger dalam menetapkan harga produk?

Bapak Bobi (Bagian Keuangan Gaboh Burger) menjawab:

“...Kalau strategi sih kita lebih kepada pemuasan kebutuhan pasar. Kita melihat bagaimana persaingan yang ada di pasaran saat ini. Jadi kami usahakan bagaimana supaya kami bisa meminimalisir ancaman pesaing, sehingga kita bisa merebut pangsa pasar yang lebih luas. Kira-kira seperti itu...” (wawancara Bagian Keuangan Gaboh Burger. Pada tanggal 3 Juli 2013. Pukul 16.57)

Harga merupakan sejumlah uang yang dibayarkan untuk memperoleh produk yang diinginkan. Harga dapat mempengaruhi nilai prestise suatu produk. Oleh sebab itu, ketika suatu perusahaan mengeluarkan suatu produk, tentunya perusahaan harus mengestimasi setaip biaya yang akan dikeluarkan untuk menghasilkan produk tersebut, apakah produk tersebut wajar untuk dihargai sekian rupiah dan apakah produk tersebut dapat memberi nilai tambah bagi konsumen dan perusahaan. Maka peneliti lanjut bertanya kepada Bapak Bobi dengan pertanyaan, apa yang menjadi alasan Gaboh Burger mengeluarkan produk yang harga pokoknya saja sudah tinggi? Apakah Gaboh Burger tidak takut mengalami kerugian?

“...dari awal kita memang sudah menetapkan konsep untuk membuat restaurant fast food yang menunya tidak banyak dijual di restaurant atau cafe lain sesuai dengan referensi yang kami dapat dari Blenger Burger. Tetapi kalau untuk menjalankan sebuah bisnis itu kan kita harus total dan harus konsisten. Pertimbangannya begini, ketika kita menawarkan satu jenis makanan dengan kualitas nomor satu dan dibandingkan dengan kita menawarkan makanan serupa dengan kualitas nomor dua tetapi dengan perbedaan harga yang tidak jauh beda, kenapa kita harus menyajikan makanan dengan kualitas nomor dua kan? Yang menjadi proritas Gaboh kan kepuasan pelanggannya. Pertama, dengan menawarkan jenis menu yang berbeda dari pesaing, kita bisa lebih unggul. Kedua, kalau harga yang kami tawarkan tidak tinggi, otomatis penerimaan konsumen terhadap kami bisa lebih baik sehingga tentunya perputaran penjualan itu lebih cepat dan lebih besar. Ketiga, ketika kita mengeluarkan satu jenis menu, tentu kita sudah perkirakan biayanya, sehingga kita bisa memprediksi harga jual dan memprediksi seberapa besar respon konsumen terhadap produk kita. Dan Alhamdulillah strategi kita berjalan dengan maksimal sampai sekarang ini. Setidaknya ya kita ga sampai mengalami kerugian...” (wawancara Bagian Keuangan Gaboh Burger. Pada tanggal 3 Juli 2013. Pukul 17.10)

Selama menjalankan usahanya, Gaboh Burger sudah melakukan penaikan harga atas produk mereka sebanyak empat kali. Sehingga peneliti melanjutkan wawancara dengan mengajukan pertanyaan, apa yang menjadi alasan Gaboh Burger melakukan penaikan harga, apakah penaikan harga ini merupakan bagian dari program perusahaan atau bagian dari kebijakan perusahaan?

Bapak Bobi (Bagian Keuangan Gaboh Burger) menjawab :

“...Sebenarnya penaikan harga ini bukan bagian dari program atau kebijakan manajemen Gaboh Burger. Alasan kami menaikkan harga semata-mata karena kenaikan harga bahan baku. Jadi, sebelum menaikkan

harga, kami terlebih dahulu melakukan kroscek terhadap harga-harga bahan baku. Karena case yang sering terjadi di lapangan itu, kenaikan harga bahan ngga hanya terjadi sama satu barang, tapi bisa sampai tiga atau empat barang yang mengalami kenaikan harga. Apalagi setelah kenaikan harga BBM membuat sejumlah bahan pokok ikut mengalami kenaikan harga. Jadi mau tidak mau kami harus mengkroscek ulang modal kita untuk setiap produk. Kalau seandainya kenaikan harga tersebut tidak terlalu berpengaruh besar terhadap modal, atau dengan kata lain masih ada

range antara modal dengan profit yang kita targetkan, sebisa mungkin kita tidak melakukan penaikan harga. Tetapi yang sering terjadi, modal yang kita keluarkan dengan rentang profit yang kita ambil sudah ngga seimbang lagi, makanya kami harus mengambil kebijakan untuk menaikkan harga…”(Wawancara Bagian Keuangan Gaboh Burger. Pada tanggal 3 Juli 2013. Pukul 17.20)

Mendengar pemaparan mengenai penaikan harga yang dilakukan Gaboh Burger, maka peneliti ingin mengetahui bagaimana pengaruh kenaikan harga tersebut terhadap penjualan. Maka peneliti melanjutkan pertanyaan kepada bapak Bobi yaitu, bagaimana pengaruh kenaikan harga tersebut terhadap tingkat penjualan?

Bapak Bobi (Bagian Keuangan Gaboh Burger) menjawab :

“...Tentu saja ada pengaruh. Tetapi ya tidak terlalu signifikan. Kalau dihitung-hitung jumlah transaksi sebelum dan sesudah harga naik tidak terlalu mengalami penurunan yang drastis. Kalau dihitung berdasarkan jumlah bill yang keluar, kita mengalami penurunan sedikit, tetapi kalau diliat dari segi nominal tentu saja semenjak harga naik, jumlah nominalnya bertambah. Misalnya tahun sekarang untuk penjualan kita, kita dapat Rp. 1.200.000,- sedangkan tahun lalu Rp.1000.000,- tetapi bukan berarti pendapatan kita bertambah. Nominalnya menaik tetapi item yang terjual

tetap, bahkan sedikit berkurang. Kira-kira begitu perhitungannya. Cuma Alhamdulillah, krisis itu cuman terjadi sebentar saja. Seiring berjalannya waktu, penjualan kita sudah mulai stabil...” (wawancara Bagian Keuangan Gaboh Burger. Pada tanggal 3 Juli 2013. Pukul 17.35)

Berdasarkan pemaparan beliau, selanjutnya peneliti bertanya bagaimana antisipasi terhadap resiko kenaikan harga tersebut. Maka peneliti mengajukan pertanyaan, Lalu bagaimana Gaboh Burger mengantisipasi kenaikan harga tersebut agar penjualan tetap stabil?

Bapak Bobi (Bagian Keuangan Gaboh Burger) menjawab :

“...kalau antisipasi kita untuk meminimalisir dampak kenaikan harga terhadap respon konsumen ya tetap menjaga kualitas baik rasa maupun kualitas pelayanan kita dan juga tetap melakukan promosi. Karena begini, kalau ditanya soal harga dengan kualitas rasa yang kita tawarkan, kita tidak merasa takut. Kenapa? Karena ada banyak tipe konsumen. Ada konsumen yang tahu tentang bahan-bahan apa yang kita pakai dalam makanan atau minuman yang kita sajikan, jadi mereka engga keberatan dengan harga yang kita tetapkan. Kami pernah mendapat respon dari konsumen, dia bilang kalau dia tahu bahan-bahan yan kita pakai itu bukan bahan yang murah, jadi dia heran kenapa kita berani membuat harga sekian untuk produk yang dia rasa wajar kalau kita buat dengan harga tinggi. Kalau tipe konsumennya seperti itu, tentu kita kan ga perlu lagi pusing-pusing buat matok harga. Tetapi ada juga tipe konsumen yang tidak tahu bahan yang dipakai untuk memproduksi satu jenis menu tertentu, jadi begitu dia melihat ada kenaikan harga, dia merasa kurang terima dan pada akhirnya mengurangi intensitasnya makan disini. Tetapi ada juga konsumen yang tidak peduli dengan harga, yang hanya mencari kualitas rasa dan kenyamanan. Bagi mereka ini, perubahan harga ga akan terlalu jadi masalah yang penting mereka mendapat kepuasan dari yang mereka

bayar. Jadi kita kalau mau menetapkan harga ya benar-benar harus pakai pertimbangan. Ya itulah antisipasi kita terhadap perubahan harga ini, yang terpenting buat kita, bagaimanapun situasinya, kita tetap bakal jaga kualitas Gaboh Burger...” (wawancara Bagian Keuangan Gaboh Burger. Pada tanggal 3 Juli 2013. Pukul 17.45)

Semenjak Gaboh Burger berjalan selama kurang lebih tiga tahun, tentu saja Gaboh Burger mengalami pasang surut baik dari segi penjualan maupun dari segi lain. Banyaknya menu yang ditawarkan pasti memiliki peminat tersendiri. Sehingga peneliti melanjutkan wawancara dengan beliau dengan pertanyaan, selama tiga tahun berjalan, menu apa yang paling banyak diminati pengunjung dan seberapa banyak transaksinya serta pada tahun ke-berapa tingkat penjualan tertinggi?

Bapak Bobi (Bagian keuangan Gaboh Burger) menjawab :

“...menu yang paling diminati ya Gaboh Beef Burger dan Beef Burger. Jumlah transaksinya ya bisa mencapai 40-60 porsi perharinya. Dan penjualan tertinggi ada di tahun ketiga. Pada awal berdiri, tentu kan pelanggan kita masih sedikit, jadi penjualan pun masih tidak terlalu banyak. Kemudian di tahun kedua sedikit mengalami penurunan karena kenaikan harga dan di tahun ketiga ini lebih meningkat lagi dan tahun itu tingkat penjualan tertinggi kita khususnya untuk produk burger gaboh dan di tahun keempat ini bisa dibilang sudah mulai stabil...” (wawancara Bagian Keuangan Gaboh Burger. Pada tanggal 3 Juli 2013. Pukul 18.05) Sebuah perusahaan dalam menjalankan usahanya pasti memiliki keluhan. Sehingga peneliti melanjutkan wawancara kepada Bapak Bobi dengan pertanyaan, apa yang menjadi keluhan manajemen Gaboh Burger dalam menjalankan usahanya?

Bapak Bobi (Bagian Keuangan Gaboh Burger) menjawab :

“...keluhannya kita ya mengenai kenaikan harga bahan pokok lah. Masalahnya kenaikan harga bahan ga hanya terjadi sama satu jenis bahan saja, bahkan bisa tiga atau empat bahan mengalami kenaikan harga. Bahkan terkadang ga hanya naik, bahkan bahan itu mengalami kelangkaan. Tentunya ini kan jadi pikiran kita. Kalau sudah begini, masalah lain pun muncul yaitu membuat penetapan harganya. Kita terpaksa harus mengkroscek ulang lagi seluruh biaya dan kalaupun harus menaikkan harga ga boleh terlalu besar, takut berpengaruh ke konsumen. Itu aja sih keluhannya...”(wawancara Bagian Keuangan Gaboh Burger. Pada tanggal 3 Juli 2013. Pukul 18.10).

3. Ibu Safira (Karyawan Gaboh Burger)

Karyawan restaurant atau yang sering kita dengar dengan istilah waitress

merupakan bagian dari anggota organisasi di suatu restaurant yang berhubungan langsung dengan pelanggan/customer. Karyawan bertugas untuk melayani pelanggan. Tak jarang pelanggan mengeluhkan tentang pelayanan yang diberikan

Dokumen terkait