• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyebab Kelainan Pada Anak Berkebutuhan Khusus

2.3. Tinjauan Umum

2.3.3. Penyebab Kelainan Pada Anak Berkebutuhan Khusus

Santoso (2012) mengemukakan bahwa penyebab umum terjadinya kelainan pada anak berkebutuhan khusus dikelompokkan menjadi tiga yaitu :

1) Pre Natal (Sebelum kelahiran)

Di dalam kandungan sebelum kelahiran dapat terjadi di saat konsepsi atau bertemunya sel sperma dari bapak bertemu dengan sel telur ibu, atau juga dapat terjadi pada saat perkembangan janin dalam kandungan. Kejadian tersebut disebabkan oleh faktor internal yaitu faktor genetik dan keturunan.

Penyebab kelainan prenatal dari faktor ekstenal dapat berupa benturan pada kandungan ibu, jatuh sewaktu hamil, atau akibat makanan atau obat yang menciderai janin dan sebagainya.

2) Natal (Saat kelahiran)

Penyebab kelainan pada anak bisa terjadi pada saat ibu sedang melahirkan misalnya kelahiran yang sulit, pertolongan yang salah, infeksi karena ibu mengidap sifilis dan sebagainya.

3) Post Natal

Kelainan yang disebabkan oleh faktor setelah anak ada di liar kandungan atau

post natal. Hal ini dapat terjadi karena kecelakaan, bencana alam, sakit, keracunan, dan sebagainya.

2.3.4 Tipe-Tipe Anak Berkebutuhan Khusus dan Terapinya

1. Kelainan Pendengaran/Tuna Rungu

Kelainan pendengaran memiliki 5 tipe, dari yang ringan hingga yang parah berikut adalah tabelnya:

Tabel 2.2 Tipe-tipe kelainan tuna rungu Sumber: Hasil olah data primer

2. Kelainan Penglihatan/Tuna Netra

Kelainan penglihatan sebenarnya memiliki banyak tipe, tapi untuk terapi di proyek ini hanya mengambil 2 yaitu kebutaan dan low vision.

Kebutaan adalah seseorang yang dari sejak lahir sudah tidak mampu melihat. Low Vision adalah seseorang yang masih mampu melihat namun dengan jarak penglihatan yang sudah sangat parah. Bahkan ketika sudah memakai alat bantu seperti kacamata penglihatannya masih belum sempurna.

Tabel 2.3 Tipe-tipe kelainan Tuna Netra Sumber: Hasil olah data primer

Kelainan Pendengaran Intensitas Suara Yang Di Dengar Jenis Terapi Speech Reading Terapi Wicara Auditory Training Oral Approac h Slight Loss 27-40 dB O Mild Loss 41-55 dB O O Moderate Loss 56-70 dB O O Severe Loss 71-90 dB O O O Profond Loss > 91 dB O O O O Gangguan Penglihatan Terapi

ADL Visual Functioning O and M

Kebutaan O O

3. Kelainan Fisik dan Kesehatan/Tuna Daksa

Kelainan Fisik dan Kesehatan terdapat 3 tipe yaitu, cacat fisik, cerebral palsy dan epilepsi.

Cacat fisik tangan atau/dan tangan seseorang yang tidak memiliki tangan atau/dan kaki di tubuhnya di karenakan dari lahir atau kecelakaan

Cerebral Palsy Cerebral Palsy/ kelumpuhan otak besar) adalah suatu keadaan dimana penderitanya mengalami buruknya pengendalian otot, kekakuan, kelumpuhan serta mengalami gangguan fungsi saraf lainnya. CP bukanlah merupakan suatu penyakit dan tidak bersifat progresif (penderita tidak semakin memburuk dan juga tidak semakin baik).

Epilepsi Epilepsi adalah sejenis penyakit saraf yang timbul karena kekacauan sel-sel otak. Hal itu diindikasikan dengan munculnya kekejangan secara berkala pada organ-organ tubuh, terkadang juga muncul busa dari mulut bila penyakit ini sudah terlalu parah, karena secara tidak sengaja lidah tergigit oleh gigi.

Kelainan Fisik dan Gangguan Kesehatan

Terapi

ADL Okupasi Fisioterapi Kecacatan Tangan dan / atau Kaki O O O

Cerebral Palsy O O O

Epilepsi O O

Tabel 2.4 Tipe-tipe kelainan tuna daksa Sumber: Hasil olah data primer

4. Keterbelakangan Mental/Tuna Grahita

Keterbelakangan Mental adalah penurunan fungsi intelektual secara signifikan, IQ sama atau kurang dari 70 sebelum umur 18 tahun. Keterbelakangan Mental memiliki 5 tipe dari sedang hingga yang sangat berat, berikut tabelnya:

Keterbelakangan Mental

IQ Terapi

ADL Okupasi Wicara Musik

Ringan 50-55 s/d 70 O O O Sedang 35-40 s/d 50-55 O O O O Berat 20-25 s/d 35-40 O O O O Sangat Berat 20-25 O O O O

Tabel 2.5 Tipe-tipe kelainan tuna grahita Sumber: Hasil olah data primer

5. Gangguan Emosi/Tuna Laras

Terdapat 3 tipe dari anak-anak yang memiliki gangguan emosi yaitu, perilaku anti sosial, perilaku menarik diri, dan autis.

Perilaku Anti Sosial Anak-anak dengan perilaku anti sosial cenderung nakal dan sulit untuk menerima anak-anak disekitarnya. Sehingga mereka sering melakukan tindakan kekerasan kepada temannya sendiri.

Perilaku Menarik Diri Anak-anak dengan perilaku menarik diri cenderung menyendiri dan susah untuk bersosialisasi, mereka juga sering berganti-ganti sifat, terkadang ceria namun tiba-tiba dapat langsung sedih.

Gangguan Emosi dan Perilaku/Tuna Laras

Terapi

Okupasi Perilaku Musik

Perilaku Anti Sosial O O O

Perilaku Menarik Diri O O O

Tabel 2.6 Tipe-tipe kelainan tuna laras Sumber: Hasil olah data primer

2.3.5 Tipe Terapi

1. Terapi Okupasi

Terapi okupasi umumnya menekan pada kemampuan motorik halus, selain itu terapi okupasi juga bertujuan untuk membantu seseorang agar dapat melakukan kegiatan keseharian, aktifitas produktifitas dan pemanfaatan waktu luang.

Terapi okupasi terpusat pada pendekatan sensori atau motorik atau kombinasinya untuk memperbaiki kemampuan anak untuk merasakan sentuhan, rasa, bunyi, dan gerakan. Terapi juga meliputi permainan dan keterampilan sosial, melatih kekuatan tangan, genggaman, kognitif dan mengikuti arah.

Terapi okupasi diperlukan oleh anak/orang dewasa yang mengalami kesulitan belajar, hambatan motorik (cedera, stroke, traumatic brain injury), autisme, sensory processing disorders, cerebral palsy, down syndrome, Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD), genetic disorders, asperger’s syndrome, kesulitan belajar, keterlambatan wicara, gangguan perkembangan (Cerebal Palsy/CP), Pervasive Developmental Disorder (PDD)dan keterlambatan tumbuh kembang lainnya.

Okupasi sendiri adalah profesi kesehatan yang merupakan bagian dari rehabilitasi medik, bertujuan membantu individu dengan kelainan dan atau gangguan fisik, mental maupun sosial, dengan penekanan pada aspek sensomotorik dan proses neurologis. Hal itu dicapai dengan cara memanipulasi, memfasilitasi, dan menginhibisi lingkungan, sehingga individu mampu mencapai peningkatan, perbaikan, dan pemeliharaan kualitas hidupnya. Dalam memberikan pelayanan kepada individu, terapi okupasi memperhatikan aset (kemampuan) dan limitasi (keterbatasan) yang dimiliki anak, dengan memberikan manajemen aktifitas yang purposeful (bertujuan) dan meaningful (bermakna). Dengan demikian diharapkan anak dapat mencapai kemandirian dalam aktifitas produktifitas (sekolah/akademik), kemampuan perawatan diri (self care), dan kemampuan penggunaan waktu luang (leisure) serta bermain sehingga dapat

Gambar 2.1 Proses terapi okupasi Sumber: Pelangilazuardi.tripod.com

Anak-anak yang memerlukan bantuan terapi seperti diuraikan di atas antara lain adalah :

1. Anak dengan gangguan perilaku 2. Autism Spectrum Disorder (ASD) 3. Down Syndrome

4. Kesulitan Belajar 5. Keterlambatan wicara

6. Gangguan perkembangan (Cerebal Palsy/CP) 7. dan keterlambatan perkembangan lainnya

Okupasi Terapi akan memberikan pelayanan individual yang meliputi :

 Penilaian (Asessment)

 Intervensi individual maupun kelompok

Agar anak mampu mencapai kemandirian dalam tugas kehidupan, seorang terapis okupasi akan mengamati dan mengkaji area-area dan komponen yang mencakup :

 Biomekanik

 Sensori motorik

 Perseptual Kognitif

2. Terapi Wicara

Terapi Wicara adalah layanan terapi yang membantu bekerja pada prinsip-prinsip dimana timbul kesulitan berkomunikasi atau ganguan pada berbahasa dan berbicara bagi orang dewasa maupun anak.

Terapi wicara bertujuan untuk membantu seseorang yang mengalami gangguan komunikasi, seperti :

-Anak-anak dengan gangguan berbahasa reseptis (tidak mengerti)

Gambar 2.2 Proses terapi wicara Sumber: myfurniture8.com

-Anak-anak dengan gangguan berbahasa ekspresif (sulit mengungkapkan keinginannya dalam berbicara)

-Anak-anak dengan gangguan tumbuh kembang khusus (autisme, down syndrome, tuna rungu-wicara)

-Anak-anak yang mengalami keterlambatan bicara (speech delay).

-Anak-anak yang mengalami gangguan artikulasi gagap(stuttering), cadel, dst -Anak-anak dan orang dewasa yang baru selesai menjalani operasi celah bibir (cleft lip/sumbing) dan celah langit-langit (cleft palate).

-Serta gangguan bahasa pada orang dewasa seperti pasca stroke yang mengalami kehilangan berbahasa (Afasia).3

3.Terapi ADL (Aktifitas Keseharian)

-Salah satu bentuk layanan terapi yang membantu anak-anak untuk dapat melakukan aktifitas keseharian seperti makan, minum, berpakaian, bersepatu, bersisir, mandi, aktifitas toileting, dst secara mandiri.

-Layanan terapi ADL ini pada umumnya diberikan oleh seorang Okupasi Terapis. -Layanan terapi ini dapat diterapkan bagi anak berkebutuhan khusus sehingga anak dapat mandiri dalam kesehariannya.

4. Terapi Perilaku

-Terapi perilaku, berupaya untuk melakukan perubahan pada anak autistik dalam arti perilaku yang berlebihan dikurangi dan perilaku yang berkekurangan (belum ada) ditambahkan.

-Terapi perilaku yang dikenal di seluruh dunia adalah Applied Behavioral Analysis yang diciptakan oleh O.Ivar Lovaas, PhD dari University of California Los Angeles (UCLA).

-Dalam terapi perilaku, fokus penanganan terletak pada pemberian reinforcement positif setiap kali anak berespons benar sesuai instruksi yang diberikan. Tidak ada hukuman (punishment) dalam terapi ini, akan tetapi bila anak berespons negatif (salah/tidak tepat) atau tidak berespons sama sekali maka ia tidak mendapatkan reinforcementpositif yang ia sukai tersebut. Perlakuan ini diharapkan meningkatkan kemungkinan anak untuk berespons positif dan mengurangi kemungkinan ia berespons negatif (atau tidak berespons) terhadap instruksi yang diberikan.

Gambar 2.3 Proses terapi perilaku Sumber: slbn-sragen.sch.id

Tujuan umum terapi tingkah laku adalah menciptakan kondisi-kondisi baru bagi proses belajar. Dasar alasannya ialah bahwa segenap tingkah laku adalah dipelajari (learned), termasuk tingkah laku yang maladaptif. Jika tingkah laku neurotik learned, maka ia bisa unlearned (dihapus dari ingatan), dan tingkah laku yang lebih efektif bisa diperoleh. Terapi tingkah laku pada hakikatnya terdiri atas proses penghapusan hasil belajar yang tidak adaptif dan pemberian pengalaman-pengalaman belajar yang di dalamnya terdapat respons-respons yang layak, namun belum dipelajari:

 Meningkatkan perilaku, atau

 Menurunkan perilaku

 Meningkatkan perilaku:

 Reinforcement positif: memberi penghargaan terhadap perilaku

 Reinforcement negatif: mengurangi stimulus aversi

 Mengurangi perilaku:

 Punishment: memberi stimulus aversi

 Respons cost: menghilangkan atau menarik reinforcer

 Extinction: menahan reinforcer 5. Fisioterapi

-Fisioterapi merupakan salah satu jenis layanan terapi fisik yang menitik beratkan untuk menstabilkan atau memperbaiki gangguan fungsi alat gerak/fungsi tubuh yang terganggu yang kemudian diikuti dengan proses/metode terapi gerak.

-Fisioterapi membantu anak mengembangkan kemampuan motorik kasar. Kemampuan motorik kasar meliputi otot-otot besar pada seluruh tubuh yang memungkinkan tubuh melakukan fungsi berjalan, melompat, jongkok, dst.

-Layanan fisioterapi juga bertujuan untuk membantu seseorang yang mengalami gangguan fisik untuk memperbaiki gerak sendi (LGS) dan kekuatan otot (KO) agar dapat berfungsi seperti semula.

Gambar 2.4 Proses terapi fisioterapi Sumber: iik.ac.id

-Layanan fisioterapi umumnya bagi anak dengan keterbatasan fisik, ketunaan tubuh/tuna daksa serta anak cerebal palsy/CP dan untuk anak-anak yang mengalami keterlambatan atau gangguan pada kemampuan motorik kasar, pasien pasca stroke yang memerlukan 5pemulihan kondisi fisiknya serta trauma lain yang menyebabkan penampilan fisik terganggu.

6. Terapi Musik

-Terapi musik adalah salah satu bentuk terapi yang bertujuan meningkatkan kualitas fisik dan mental dengan rangsangan suara yang terdiri dari melodi, ritme, harmoni, timbre, bentuk dan gaya yang diorganisir sedemikian rupa hingga tercipta musik yang bermanfaat untuk kesehatan fisik dan mental.

-Layanan terapi ini diperuntukkan bagi semua ketunaan yang ada serta pada gangguan perkembangan anak seperti autisme, ADHD, Down Syndrom, dst

-Ketika musik yang terdiri dari ritme, ketukan, dan tempo diterapkan menjadi sebuah terapi, maka musik dapat memberikan pengaruh besar bagi kesehatan.

-Terapi musik adalah suatu terapi yang menggunakan metode alunan melodi, ritme, dan harmonisasi suara dengan tepat. Terapi ini diterima oleh organ pendengaran kita yang kemudian disalurkan ke bagian tengah otak yang disebut sistem limbik yang mengatur emosi.

-Sebagai contoh, ketika mendengar musik riang maka tubuh akan bergoyang atau jika Anda lagu sedih maka suasana hati pun ikut menjadi sendu. Musik memiliki pengaruh kuat yang dapat membentuk kepribadian, emosi, dan bahkan pikiran.

Gambar 2.5 proses terapi music Sumber: terapimusik.com

Dalam penerapannya, terapi musik dapat dibagi menjadi dua macam yaitu:

Terapi musik aktif adalah penggunaan musik sebagai terapi yang melibatkan lebih dari sekedar mendengarkan. Metode ini tidak mudah untuk dilakukan sendiri. Contoh terapi musik aktif seperti belajar bernyanyi, belajar menggunakan alat musik, belajar menirukan nada-nada atau bahkan belajar mencoba membuat lagu. Anda membutuhkan seorang ahli untuk membimbing Anda melakukannya.

Terapi musik pasif adalah terapi musik paling mudah dan efektif. Hampir semua orang pernah menerapkannya. Yang perlu dilakukan hanya memilih musik yang sesuai dengan keadaan Anda saat itu, dengarkan dan hayati alunan musik tersebut.

7. Auditory Learning

Program auditory learning adalah program yang bertujuan membantu anak untuk menggunakan residual hearingnya dengan baik. Setiap anak yang

mengalami gangguan pendengaran harus mengikuti program ini untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam mendengar. Seringkali anak yang mengalami gangguan pendengaran menggunakan sedikit saja kemampuan mendengar mereka dalam aktivitas sehari-hari, padahal mereka terkadang memiliki potensi mendengar yang lebih besar. Oleh karena itu, program ini dapat membantu mereka untuk meningkatkan kemampuan mendengar dan memanfaatkan residual hearing yang mereka miliki.

Program auditory training tradisional adalah program yang dapat digunakan kepada anak-anak usia dini. Program ini mengajarkan kepada anak untuk menyadari adanya suara-suara di sekitar mereka. Anak akan diminta untuk memperhatikan suatu suara-suara tertentu,seperti bunyi bel, atau suara aliran air. Kemudian, mereka akan diminta untuk menentukan lokasi dari suara tersebut. Mereka juga akan diajarkan cara untuk membedakan suara, misalnya membedakan suara laki-laki dan perempuan, lagu cepat dan lagu lambat, dan sebagainya. Program ini dapat dikenakan kepada anak ketika mereka sudah mulai mengenal suara, kata-kata, atau kalimat.

Belakangan ini, pelatihan untuk anak yang mengalami gangguan pendengaran berfokus pada auditory learning, yaitu suatu program yang mengajarkan kepada anak agar dapat melakukan learn to listen, dan learn by listening. Pada program ini, anak tidak hanya

diajarkan cara untuk mendeteksi, membedakan, dan mengenal suara. Mereka juga akan diajarkan cara memahami dan memaknai suara-suara di sekeliling mereka. 8. Oral Approach

Program pendidikan yang menekankan pada kemampuan oral memandang bahwa jika seorang anak ingin berfungsi secara normal, maka penting baginya untuk dapat mengatakan sesuatu. Program ini mengajarkan anak untuk dapat memahami dan menghasilkan kata-kata. Anak yang mengikuti program ini harus mengkombinasikan kemampuan auditori, visual, dan taktilnya. Program ini juga memperhatikan kemampuan anak dalam memperhatikan suara, membaca gerak bibir, dan menggunakan alat bantu dengar. Anak yang mengikuti program ini akan diajarkan untuk dapat mengekspresikan diri. Mereka diajarkan untuk dapat membuat orang lain memahami mereka melalui kata-kata yang mereka ucapkan. a. Cued Speech

Cued speech adalah metode untuk membantu komunikasi oral anak. Metode ini bertujuan untuk membantu anak memahami perkataan dengan cara menambahkan isyarat-isyarat tertentu, misalnya seperti menunjukkan gerak tangan di dekat dagu untuk membantu anak membedakan kata-kata yang hampir sama cara pengucapannya dengan kata-kata lain. Gerakan tangan dapat berupa simbol ataupun alfabet.

Gambar 2.6 Bahasa isyarat Sumber: dissable_child.com 9.Visual Functioning

Anak dengan gangguna low vision dapat diajarkan untuk meningkatkan kemampuan penglihatan yang mereka miliki. Kemampuan melihat dapat ditingkatkan dengan mengajarkan anak cara untuk mengontrol pergerakan bola mata, beradaptasi dengan lingkungan, memperhatikan stimulus visual, dan memproses stimulus visual dengan cepat. Anak dengan gangguan low vision harus diajarkan untuk aktif menggunakan penglihatan mereka.

Downing dan Bailey (dalam Heward, 1996) menyatakan bahwa anak dengan

low vision sebaiknya diajarkan untuk menentukan lokasi, melacak arah, mengarahkan pandangan, dan bergerak kearah objek tertentu. Sebagai contoh, seorang anak dengan low vision dapat diajarkan untuk mengkategorikan objek, ia misalnya dapat mempelajari hal ini ketika ia membuat minuman dengan rasa tertentu.

10. Orientation and Mobility

Program pendidikan untuk anak dengan gangguan penglihatan harus memberikan pengajaran mengenai orientasi dan mobilitas pada anak. Orientasi adalah kemampuan anak untuk menentukan posisi suatu objek di dalam lingkungan, sementara mobilitas adalah kemampuan seorang individu untuk berpindah dari satu tempat ke tampat lain dengan aman dan efisien. Anak harus diajarkan untuk mengenal lingkungan di sekitarnya. Ia perlu diajarkan bahwa suatu ruangan memiliki dinding, pintu, jendela, sudut, dan atap.

Orientasi dan mobilitas (O&M) sudah memiliki instruksi telah disusun dengan baik dan dapat digunakan untuk membantu anak yang mengalami gangguan penglihatan. Pelatihan O&M umumnya diberikan oleh ahli O&M yang memiliki kualifikasi.

Individu dengan gangguan penglihatan umumnya menggunakan tongkat yang panjang untuk bergerak di lingkungannya. Pengguna biasanya tidak mengetukkan tongkat, namun menyapukannya di lantai ketika ia berjalan. Hal ini dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai lintasan yang akan meteka lalui. Tongkat dalam hal ini berfungsi sebagai pelindung dan perpanjangan. Sebagai pelindung, tongkat akan mencegah tubuh pengguna menubruk objek, sedangkan sebagai perpanjangan, tongkat akan berfungsi untuk mendeteksi benda yang berada di permukaan.

Meskipun penggunaan tongkat dapat meningkatkan kemampuan individu untuk bergerak, namun perlu diingat bahwa tongkat tidak dapat mendeteksi letak benda-benda yang tergantung, seperti cabang pohon. Tongkat agak sulit digunakan ketika individu berada di daerah baru yang belim dikenalnya.

Beberapa individu dengan gangguan penglihatan dapat pula menggunakan anjing untuk menemaninya berjalan. Anjing akan memilihkan rute yang dapat ditempuh oleh tuannya. Anjing sebelumnya akan dilatih untuk menuruti perintah dan mencari jalan yang dapat dilewati tuannya dengan aman. Meskipun begitu, penggunaan anjing untuk membantu mobilitas juga memiliki beberapa kelemahan. Anjing tidak dapat menemani tuannya ketika tuannya memasuki tempat-tempat tertentu seperti restoran, hotel, pesawat, dan sebagainya.

11. Taman Terapi Bagi Anak Berkebutuhan Khusus

Taman penyembuhan atau taman terapi dapat ditemukan dalam berbagai variasi pada penataan fasilitas perawatan (healthcare setting). Taman penyembuhan atau taman terapi ini tidak hanya dapat ditemukan di rumah sakit, tetapi juga dapat ditemukan pada psychiatric hospitals, rehabilitation centers, Alzheimer treatment centers, hospital and setting for children, nursing homes, AIDS and cancer treatment centers dll. Ruang luar (outdoor spaces) yang terdapat pada setting tersebut bermacam-macam, meliputi landscape ground, entry garden, courtyard, plaza, roof garden, roof terrace, healing garden,meditation garden, viewing garden, private garden, nature trail and preserve, dan atriums (Hebert, 2003).Taman merupakan tempat bermain anak-anak dan dapat berperan sebagailingkungan penyembuhan (healing environment) bagi anak-anak. Anak-anak dapat memperoleh manfaat dari healing garden, baik untuk pemulihan dari operasi, trauma, perkelahian yang menyebabkan luka atau kesakitan, maupun kerusakan secara fisik atau mental. Taman penyembuhan atau taman terapi dapat dijadikan tempat untuk berlatih dan meningkatkan kemampuan atau skill anak-anak sekaligus mempelajari skill yang baru. Taman penyembuhan (healing garden) bagi anakanak dapat didesain dengan beberapa asumsi yang diadaptasi dari Moore et al 11(1987) dan Marcus dan Barnes (1999) dalam Hebert (2003). Asumsi-asumsi tersebut adalah sebagai berikut:

1. Bermain di ruang luar (outdoor) merupakan faktor kritis dalam pengembangan kesehatan anak.

2. Kualitas lingkungan bermain dapat mempengaruhi persepsi anak-anak terhadapnya dan kisaran serta kedalaman bermain.

3. Permainan di alam (nature plays) merupakan bagian yang penting dalam perkembangan anak.

4. Intervensi pemimpin atau terapis dalam permainan dapat memperluas kisaran bermain.

5. Anak-anak dengan semua kemampuannya mempunyai hak yang sama dalam bermain.

6. Indoor atau outdoor links merupakan hal yang penting untuk menghubungkan pengguna dengan lingkungan luar (outdoor environment).

Beberapa tipe terapi dapat diterapkan pada taman terapi, diantaranya adalah Terapi Bermain, Terapi Holtikultur, Terapi Hewan, Terapi Alam dan Sensori Integrasi. Beberapa macam terapi tersebut dapat dikombinasikan untuk menciptakan healing garden atau taman terapi bagi anak-anak (Hebert, 2003).Selain itu, dijelaskan pula bahwa terdapat beberapa tipe healing garden bagi anakanak, yaitu taman terapi formal, taman terapi bermain dan hortikultur non-formal, informal strolling garden, community based, dan taman serbaguna (Moore dalam Marcus dan Barnes, 1999). Berikut ini adalah beberapa contoh taman terapi bagi anak-anak yang terdiri dari therapeutic garden dan healing/strolling garden(Hebert, 2003).

Dokumen terkait