• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V HASIL PENELITIAN

5.3 Analisis Hasil Penelitian Kualitatif

5.3.1 Penyebab Rendahnya Pelayanan Dasar Desa Maju

Pembangunan desa dilaksanakan dalam rangka intervensi untuk mengurangi tingkat kesenjangan kemajuan antara wilayah perdesaan dan perkotaan. Pembangunan desa diharapkan menjadi solusi bagi perubahan sosial masyarakat desa, dan menjadikan desa sebagai basis perubahan (Bulkin dkk, 2015:3). Pemerintah dalam rangka menilai tingkat kemajuan atau perkembangan desa, menggunakan indeks pembangunan desa sebagai suatu indikator nasional yang menjadi tolak ukur bagi semua desa yang ada di Indonesia. Indeks pembangunan desa merupakan suatu ukuran yang disusun untuk menilai tingkat

kemajuan atau perkembangan desa di Indonesia dengan unit analisisnya “desa”

(Bulkin dkk, 2015:4).

Berdasarkan wawancara peneliti dengan Kepala Seksi Statistik Sosial BPS Kabupaten Dairi sebagai Informan Kunci, adanya indeks pembangunan desa di Indonesia dilatarbelakangi oleh keinginan pemerintah untuk mengurangi kesenjangan pembangunan perdesaan dan perkotaan yang cenderung bias perkotaan (urban bias). Selain itu Informan Kunci juga menjelaskan alasan yang melatarbelakangi adalah untuk mendekatkan pelayanan pemerintahan di tingkat desa supaya pemerintah mengetahui pokok masalah pembangunan di desa dan mencari solusi bagi perubahan pembangunan desa yang bersangkutan. Manfaat dari adanya Indeks Pembangunan Desa diterangkan Informan Kunci selain sebagai dasar dalam penetapan arah kebijakan pembangunan berbasis kewilayahan, juga sebagai dasar evaluasi atas hasil/pencapaian pembangunan yang sudah dilakukan.

Penelitian ini dilakukan di Desa Maju, yang terletak di Kecamatan Siempat Nempu Kabupaten Dairi. Desa Maju tercatat sebagai desa tertinggal berdasarkan indeks pembangunan desa pada tahun 2018. Hasil wawancara dengan Informan Kunci menjelaskan bahwa kategori desa tertinggal didasarkan pada pencapaian nilai indeks pembangunan desa suatu daerah/desa. Dengan nilai indeks pembangunan desa sebesar 45.98 pada tahun 2018, maka Desa Maju dikategorikan tertinggal (Indeks Pembangunan Desa ≤ 50 dikategorikan Tertinggal). Dijelaskan juga oleh Informan Kunci bahwa dimensi pelayanan dasar sebagai penyumbang rendahnya IPD Desa Maju pada tahun 2018 dengan skor dimensi hanya sebesar 37.42 untuk pelayanan dasar.

Hasil wawancara dengan ketiga Informan Utama terlihat hanya Informan Utama I yang mengetahui secara pasti bahwa Desa Maju dikategorikan sebagai desa tertinggal secara statitistik, sedangkan Informan Utama II dan III tidak mengetahui bahwa terdapat keterangan secara resmi Desa Maju dikategorikan sebagai desa tertinggal. Namun, untuk kabar bahwa Desa Maju dikategorikan sebagai desa tertingga sudah lama Informan Utama II dan III mengetahuinya dan sesuai dengan kenyataan di lapangan bahwa masih banyak kekurangan pada pelayanan-pelayanan yang ada di desa.

Ketiga Informan Utama juga tidak mengetahui bahwa pada pelayanan dasarnya Desa Maju memperoleh nilai terendah dari 12 desa yang terdapat di Kecamatan Siempat Nempu Kabupaten Dairi. Namun, ketiga Informan Utama menerima bahwa pelayanan dasar Desa Maju dinilai rendah, hal ini terlihat dari pendapat Informan Utama I sebagai Kepala Desa yang menjelaskan pelayanan dasar di Desa Maju masih belum optimal dibanding desa lain di Kecamatan Siempat Nempu, Informan Utama II sebagai Kepala Sekolah menambahkan juga masih terdapat kekurangan dalam pelayanan dasar di Desa Maju, sedangkan Informan Utama III sebagai Bidan di Desa Maju tidak mengetahui bahwa pelayanan dasar di Desa Maju dikategorikan sangat rendah.

Menurut Undang-Undang no 23 tahun 2014 pasal 1 tentang pemerintahan daerah disebutkan bahwa pelayanan dasar adalah pelayanan publik untuk memenuhi kebutuhan dasar warga negara. Pelayanan dasar yang dimaksud berdasarkan Kementrian Perencanaan Nasional (PPN) dan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) (dalam Marisa, 2018:24) terdiri dari ketersediaan dan akses terhadap fasilitas pendidikan dan kesehatan.

5.3.1.1 Pelayanan Pendidikan

Berdasarkan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) dan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) (dalam Marisa, 2018:25) dalam pembangunan akses pendidikan yang dibutuhkan adalah ketersediaan dan akses terhadap fasilitas pendidikan seperti ketersediaan sarana dan prasarana sekolah baik ditingkat TK, SD, SMP, maupun SMA, jarak terdekat menuju sarana dan prasarana sekolah yang mampu dijangkau penduduk desa dan rasio antara ketersediaan sarana sekolah dengan jumlah penduduk desa yang sedang/dalam usia sekolah yang seimbang. Sedangkan Desa Maju terdapat beberapa kekurangan dalam pemenuhan kebutuhan akses pendidikannya, berdasarkan hasil dari penelitian ini terlihat bahwa faktor yang penyebab rendahnya pelayanan pendidikan di Desa Maju dapat dilihat yaitu:

1. Keterbatasan sarana dan prasarana pendidikan

Menurut Informan Utama III, berpendapat bahwa penyebab rendahnya pelayanan dasar di Desa Maju karena Desa Maju hanya memiliki satu SD Negeri No 03573 Desa Maju sebagai sarana dan prasarana pendidikan. Informan Utama II juga berpendapat bahwa selain karena di Desa Maju hanya terdapat satu sekolah juga karena masih kurangnya sarana dan prasarana penunjang belajar di SD Negeri 03573 Desa Maju tersebut. Hal ini diperkuat dengan pernyataan Informan Tambahan I yang berpendapat bahwa Sekolah PAUD yang sudah lama tidak beroperasi lagi di Desa Maju menjadi penyebab lain dari keterbatasan sarana dan prasarana pendidikan di Desa Maju.

2. Kurangnya tenaga pendidik

Di Desa Maju hanya terdapat satu sekolah dasar, sehingga dalam menjelaskan pembahasan ini merupakan tenaga pendidik yang berada di SD Negeri No 03753 Desa Maju. Menurut Informan Utama I, di Desa Maju sumber daya manusia dan tenaga pendidik masih kurang. Hal tersebut diperkuat dengan pernyataan Informan Tambahan I yang berpendapat bahwa jumlah guru yang sedikit tersebut kurang seimbang dengan jumlah murid-murid yang bersekolah di SD Negeri No 03573 Desa Maju, sehingga diperlukan penambahan tenaga pendidik.

3. Kurangnya dana dari Pemerintah

Menurut Informan Utama I, dana dari pusat yang kurang sehingga mempengaruhi pembangunan sarana dan prasaranan pendidikan di Desa Maju yang belum optimal. Informan Utama II juga berpendapat bahwa Dinas Pendidikan dalam memberikan Dana BOS sebagai subsidi kepada sekolah tidak lancar, menyebabkan terhambatnya pembeliaan kebutuhan sekolah dan tertundanya pemberian gaji kepada guru honor. Pendapat informan utama I dan II didukung dengan pernyataan Informan Tambahan II yang berpendapat bahwa kurangnya dana dari pemerintah juga mempengaruhi terhambatnya perbaikan sekolah di SD Negeri No 03753 Desa Maju.

4. Kurangnya perekonomian masyarakat

Menurut Informan Utama I, penyebab rendahnya pelayanan dasar desa salah satunya akibat dari masyarakat yang kurang dalam ekonomi sehingga tidak mampu untuk melanjutkan pendidikan anak-anaknya. Informan Utama I berpendapat Desa Maju sebelumnya memiliki Sekolah PAUD sebagai salah satu

sarana pendidikan, namun banyaknya masyarakat yang tidak mau menyekolahkan anaknya akibat ekonomi yang kurang membuat Sekolah PAUD tersebut ditutup.

5. Jarak sekolah yang jauh dan kondisi jalanan yang rusak

Menurut Informan Utama III, rendahnya pelayanan pendidikan di Desa Maju didukung dengan jarak sekolah yang berada di luar desa sangat jauh seperti masyarakat untuk mencapai SMP dan SMA yang terdekat menempuh jarak sekitar 5-7 Km. Informan Tambahan I berpendapat bahwa kondisi jalan yang belum diaspal dan berbatuan menghambat murid-murid menuju ke sekolah. Hal tersebut diperkuat dengan pernyataan Informan Utama I yang berpendapat bahwa di Desa Maju tidak terdapat sarana transportasi umum, sehingga dengan kondisi jalan dan jarak yang jauh mengakibatkan banyak masyarakat di Desa Maju memiliki sepeda motor sebagai sarana transprtasi utama untuk menuju pelayanan pendidikan yang berada di luar Desa Maju.

Berdasarkan analisa diatas, terlihat bahwa di Desa Maju dalam pemenuhan kebutuhan pembangunan akses pendidikan belum sesuai dengan yang dijabarkan oleh Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) dan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) (dalam Marisa, 2018:25).

Penulis menyimpulkan bahwa kurangnya dana dalam pembangunan pendidikan menjadi faktor utama dari rendahnya pelayanan pendidikan di Desa Maju, karena apabila dana yang diberikan pemerintah sudah sesuai dengan kebutuhan di Desa Maju maka dapat memberikan gaji guru honor tepat waktu, memperbaiki jalanan, sarana dan prasarana sekolah yang ada, bahkan dapat membangun sekolah lain.

5.3.1.2 Pelayanan Kesehatan

Berdasarkan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) dan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) (dalam Marisa, 2018:28) dalam pembangunan akses kesehatan yang dibutuhkan adalah ketersediaan dan akses terhadap fasilitas kesehatan seperti ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan, jarak terdekat menuju sarana dan prasarana kesehatan yang mampu dijangkau penduduk desa, rasio antara ketersediaan sarana kesehatan dengan jumlah penduduk desa dan kemudahan mencapai sarana dan prasarana kesehatan terdekat. Sedangkan Desa Maju terdapat beberapa kekurangan dalam pemenuhan kebutuhan akses kesehatannya, berdasarkan hasil dari penelitian ini terlihat bahwa faktor yang penyebab rendahnya pelayanan kesehatan di Desa Maju dapat dilihat yaitu:

1. Keterbatasan sarana dan prasarana kesehatan

Menurut Informan Utama I bahwa sarana dan prasarana kesehatan di Desa Maju masih minim dengan hanya terdapat satu Poskesdes sebagai pusat penanganan kesehatan di desa dan tempat praktek bidan swasta membantu penanganan kesehatan, yang keduanya tidaklah besar dan lengkap seperti masih kurangnya alat-alat dalam penanganan medis sehingga masyarakat untuk mendapatkan penanganan yang serius seperti proses melahirkan akan dirujuk ke Puskesmas berjarak sekitar 7 Km dari desa. Informan Utama II juga berpendapat sama dengan Informan Utama I bahwa sarana dan prasarana kesehatan di Desa Maju masih kurang. Hal ini dipertegas dengan pernyataan Informan Tambahan I yang berpendapat bahwa ketersediaan obat-obatan yang kurang mengharuskan masyarakat membeli obat ke Puskesmas yang berjarak jauh dari Desa Maju.

2. Jarak sarana kesehatan yang jauh dari pemukiman masyarakat

Menurut Informan Utama I bahwa jarak Poskesdes yang jauh dari rumah warga sehingga masyarakat untuk menjangkaunya harus menggunakan sepeda motor agar lebih cepat menuju Poskesdes. Informan Utama II juga berpendapat sama dengan Informan Utama I bahwa jarak menuju tempat berobat yang jauh menghambat masyarakat untuk berobat ke Poskesdes. Informan Tambahan I berpendapat sama dengan Informan Utama I bahwa jarak Poskesdes yang jauh membuat masyarakat mengendarai sepeda motor agar cepat sampai di Poskesdes.

Menurut Informan Tambahan II, hal ini disebabkan lokasi Poskesdes yang tidak strategis menyebabkan jauh dari pemukiman penduduk.

3. Kurangnya jumlah tenaga kesehatan

Menurut Informan I jumlah tenaga kesehatan di Desa Maju kurang karena hanya terdapat dua bidan yang dapat memberikan penanganan di Desa Maju dan tidak terdapat dokter jaga. Hal ini sesuai dengan pernyataan Informan Utama II dan Informan Tambahan I yang berpendapat sama dengan Informan Utama I bahwa di Desa Maju sumber tenaga kesehatan masih kurang. Menurut Informan Tambahan II selain kurangnya jumlah tenaga kesehatan, keberadaan bidan di Poskesdes yang tidak tetap juga membuat masyarakat sulit untuk mendapatkan penangan.

4. Kurangnya dana operasional dari Pemerintah

Menurut Informan Utama II kurangnya dana untuk operasional layanan kesehatan menjadi penyebab utama kurangnya pelayanan kesehatan di Desa Maju, karena untuk meningkatkan pelayanan kesehatan yang kurang dibutuhkan dana yang besar. Sedangkan menurut Informan Utama III kurangnya perhatian

pemerintah untuk memenuhi obat-obat yang dibutuhkan masyarakat, memperbaiki bangunan Poskesdes yang sudah rusak dan tidak adanya kendaraan bidan untuk keliling menangani masyarakat yang sakit merupakan penyebab kurangnya pelayanan kesehatan di Desa Maju. Hal ini sama dengan pernyataan Informan Tambahan II yang berpendapat bahwa pemerintah belum optimal dalam hal dana untuk membantu pelayanan kesehatan di Desa Maju.

Berdasarkan analisa diatas, terlihat bahwa di Desa Maju dalam pemenuhan kebutuhan pembangunan akses kesehatan belum sesuai dengan yang dijabarkan oleh Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) dan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) (dalam Marisa, 2018:28).

Penulis menyimpulkan bahwa sama dengan pelayanan pendidikan, kurangnya dana dalam pembangunan pelayanan kesehatan menjadi faktor utama dari rendahnya pelayanan kesehatan di Desa Maju, karena apabila dana yang diberikan pemerintah sudah sesuai dengan kebutuhan di Desa Maju maka dapat memperbaiki sarana dan pasarana kesehatan, menyediakan alat-alat kesehatan dan obat-obat yang dibutuhkan, serta dapat menambah bangunan kesehatan yang lebih dekat dengan pemukiman warga di Desa Maju. Selain itu, kurangnya tenaga kesehatan juga mempengaruhi kecepatan dalam menangani masyarakat di Desa Maju.

Dokumen terkait