• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat. Memperoleh Gelar Sarjana Sosial. Universitas Sumatera Utara. Oleh: DELLA OKTHALIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat. Memperoleh Gelar Sarjana Sosial. Universitas Sumatera Utara. Oleh: DELLA OKTHALIA"

Copied!
134
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENYEBAB RENDAHNYA PELAYANAN DASAR DESA TERTINGGAL DI KECAMATAN SIEMPAT NEMPU DAN PENGARUH TERHADAP KEPUASAN MASYARAKAT DESA (Studi Kasus di Desa Maju Kecamatan Siempat Nempu Kabupaten Dairi)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sosial

Universitas Sumatera Utara

Oleh:

DELLA OKTHALIA 150902041

DEPARTEMEN KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2019

(2)

ANALISIS PENYEBAB RENDAHNYA PELAYANAN DASAR DESA TERTINGGAL DI KECAMATAN SIEMPAT NEMPU DAN PENGARUH TERHADAP KEPUASAN MASYARAKAT DESA (Studi Kasus di Desa Maju Kecamatan Siempat Nempu Kabupaten Dairi)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Dalam Program Studi Kesejahteraan Sosial

Pada Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

Oleh:

DELLA OKTHALIA 150902041

DEPARTEMEN KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2019

(3)

PERNYATAAN

Judul Skripsi

ANALISIS PENYEBAB RENDAHNYA PELAYANAN DASAR DESA TERTINGGAL DI KECAMATAN SIEMPAT NEMPU DAN PENGARUH TERHADAP KEPUASAN MASYARAKAT DESA (Studi Kasus di Desa Maju Kecamatan Siempat Nempu Kabupaten Dairi)

Dengan ini penulis menyatakan bahwa skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial pada Program Studi Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara adalah benar merupakan hasil karya penulis sendiri.

Adapun pengutipan-pengutipan yang penulis lakukan pada bagian-bagian tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan skripsi ini, telah penulis cantumkan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.

Apabila dikemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian skripsi ini bukan hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu, penulis bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang penulis sandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Medan, Agustus 2019 Penulis,

Della Okthalia

(4)

Judul Skripsi : ANALISIS PENYEBAB RENDAHNYA PELAYANAN DASAR DESA TERTINGGAL DI KECAMATAN SIEMPAT NEMPU DAN PENGARUH TERHADAP KEPUASAN MASYARAKAT DESA (Studi Kasus di Desa Maju Kecamatan Siempat Nempu Kabupaten Dairi)

Nama Mahasiswa : Della Okthalia NIM : 150902041

Departemen/Prodi : Kesejahteraan Sosial

Menyetujui, DOSEN PEMBIMBING

Dr. Bengkel, M.Si NIP 19630103 198903 1 003

KETUA DEPARTEMEN

Agus Suriadi, S.Sos, M.Si NIP 19670808 199403 1 004

DEKAN FISIP USU

Dr. Muryanto Amin, S.sos, M.Si NIP 19740930 200501 1 002

(5)

i

DAN PENGARUH TERHADAP KEPUASAN MASYARAKAT DESA (Studi Kasus di Desa Maju Kecamatan Siempat Nempu Kabupaten Dairi)

ABSTRAK

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2018, Desa Maju merupakan satu-satunya desa yang dikategorikan sebagai desa tertinggal yang terdapat di Kecamatan Siempat Nempu dengan indeks pembangunan desa sangat rendah dibanding desa lain yaitu hanya mencapai 45,98. Desa Maju juga mendapat nilai terendah pada indikator pelayanan dasar sebesar 37,42. Data tersebut sebagai landasan awal lokasi pada penelitian ini yang bertujuan untuk mengetahui penyebab rendahnya pelayanan dasar di Desa Maju Kecamatan Siempat Nempu Kabupaten Dairi dan melihat pengaruh pelayanan dasar desa dengan kepuasan masyarakat desa. Penelitian ini menggunakan metode kombinasi dengan menggabungkan metode kualitatif dan kuantitatif secara berurutan. Penggunaan metode kualitatif digunakan untuk mencari penyebab rendahnya pelayanan dasar di Desa Maju dengan jumlah informan berjumlah 6 informan dengan 1 orang informan kunci, 3 orang informan utama dan 2 orang informan tambahan.

Sedangkan penggunaan metode kuantitatif digunakan untuk mencari pengaruh dari pelayanan dasar terhadap kepuasan masyarakat Desa Maju dengan jumlah responden sebanyak 48 rumah tangga. Teknik pengumpulan data menggunakan metode wawancara, menyebarkan kuesioner dan observasi. Berdasarkan analisis data, penyebab rendahnya pelayanan dasar di Desa Maju disebabkan oleh Keterbatasan sarana dan prasarana pendidikan dan kesehatan, kurangnya jumlah tenaga pendidik dan kesehatan, Kurangnya dana dari pemerintah, kurangnya perekonomian masyarakat, jarak sarana pendidikan dan kesehatan yang jauh serta kondisi jalan desa yang rusak. Akibatknya pemerintah desa harus mulai berbenah untuk meningkatkan pelayanan pendidikan dan kesehatan di Desa Maju.

Sedangkan berdasarkan hasil analisis, pelayanan dasar di Desa Maju mempunyai pengaruh yang rendah terhadap kepuasan masyarakat sebesar 20,9%. Rendahnya pengaruh tersebut disebabkan karena masyarakat tidak terlalu mempermasalahkan rendahnya pelayanan dasar, karena bagi masyarakat hal tersebut tidak mempengaruhi perekonomian masyarakat.

Kata kunci: pelayanan dasar, kepuasan masyarakat, desa

(6)

ii

THE INFLUENCE ON VILLAGE COMMUNITY SATISFACTION (Case Study in Maju Village of Siempat Nempu, Dairi District)

ABSTRACT

Based on the data from the Central Statistic Agency 2018, the village of Maju is the only village categorized as a lagging village located in Siempat Nempu Sub- district with a very low Village development index compared to other villages that only reach 45.98. Maju village also received the lowest value on a basic service indicator of 37.42. This Data as an initial foundation of the site in this research aims to determine the cause of low basic services in the village Maju District Siempat Nempu Dairi District and see the influence of basic services of the village with the satisfaction of the village community. The study uses combination methods by combining qualitative and quantitative methods sequentially. Use of qualitative method is used to find the cause of low basic service in the village Maju with the number of informants amounting to 6 informants with 1 person key informant, 3 main informant persons, and 2 additional informants. While the use of quantitative methods used to seek the influence of basic service to the satisfaction of the community of Maju village with the number of respondents as much as 48 households. The data analysis technique uses two methods i.e.

interviews and spreading questionnaires. Based on data analysis, the cause of low basic service in Maju village is caused by the limitation of facilities and infrastructure of education and health, lack of the number of educators and health, lack of funds from the government, lack of economy Community, distance to education and distant health and damaged village road conditions. Therefore, the village government must start to improve the education and health services in the Maju village. While based on the results of the analysis, the basic service in Maju village has a low influence on community satisfaction of 20.9%. The lack of such influence is because people do not question the lack of basic services, because for people it does not affect the community economy.

Keywords: basic service, community satisfaction, village

(7)

iii

Segala puji dan syukur penulis sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Adapun judul skrispsi ini adalah “ANALISIS PENYEBAB RENDAHNYA PELAYANAN DASAR DESA TERTINGGAL DI KECAMATAN SIEMPAT NEMPU DAN PENGARUH TERHADAP KEPUASAN MASYARAKAT DESA (Studi Kasus di Desa Maju Kecamatan Siempat Nempu Kabupaten Dairi)”. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Sosial Jurusan Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara. Selama proses penulisan, penulis banyak mendapatkan bantuan dan dukungan baik moril dan materil dari berbagai pihak.

Untuk itu penulis ingin mengucapkan terimakasih atas segala bimbingan, masukan dan motivasi yang diberikan untuk memacu penyelesaian skripsi ini, kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus, yang menyertai segala pekerjaan dan keputusan yang penulis lakukan. Mendengar segala doa dan keraguan yang penulis curahkan.

Atas kesehatan, kekuatan, kebahagiaan, kesedihan, tantangan dan keberhasilan yang telah diberikan hingga peneliti dapat kuat menjalani kehidupan ini.

2. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum selaku rektor Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Dr. Muryanto, S.Sos, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara,

4. Bapak Agus Suriadi, S.Sos, M.Si, selaku ketua Departemen Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Dr. Bengkel, M.Si, selaku dosen pembimbing akademik dan pembimbing skripsi penulis dari awal penulis sebagai mahasiswa hingga akhir proses peneliti sebagai mahasiswa. Terima kasih banyak penulis sampaikan karena telah bersedia membimbing, mengarahkan, dan memberi dukungan serta saran dalam penyelesaian skripsi ini. Terima kasih atas semua

(8)

iv

7. Ibu Dra. Tuti Atika, M.SP, selaku dosen penguji penulis mulai dari seminar proposal hingga sidang. Terima kasih banyak penulis sampaikan kepada Ibu, karena telah memberikan ilmu serta arahan kepada penulis sehingga penulisan skripsi ini sudah lebih baik.

8. Seluruh Dosen dan Pegawai Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu selama perkuliahan dan membantu administrasi penulis.

9. Teristimewa untuk kedua orangtuaku Suman Idaon Simamora dan Roslina Marthalena Pakpahan, yang telah mendidik dan merawat penulis hingga sekarang, atas kasih sayang dan kesabaran mendidik penulis, penulis mengucapkan terimakasih yang banyak. Atas doa, dukungan dan semangat yang diberikan kepada penulis serta mau mendengarkan penulis mencurahkan rasa senang dan sedih yang penulis rasakan selama penulis menempuh pendidikan yang jauh dari mereka, penulis ucapkan beribu-ribu terimakasih.

Ma, Pa, Della sayang kalian semoga kalian diberikan umur yang panjang supaya Della bisa buat kalian bangga dan bahagia.

10. Dr. Suhariyanto, yang penulis sudah anggap sebagai orang tua dan motivator agar lebih maju. Atas ilmu, bimbingan, motivasi dan semangat kepada penulis mulai dari awal penulis tidak tau apa-apa hingga dapat memperoleh gelar sarjana ini, penulis ingin ucapkan rasa terimakasih yang sebesar- besarnya. Semoga Om Anto panjang umur, sukses disetiap pekerjaan dan yang terpenting bahagia selalu.

11. Adik penulis yang paling iseng Steven Agustian, yang memberikan cerita dan hal-hal lucu kepada penulis sehingga penulis dapat terhibur selama penulis menempuh pendidikan jauh dari keluarga. Kurang-kurangin suka ngelawannya dek, inget bentar lagi kamu yang mau kuliah. Semoga kita terus menjadi kebanggaan buat mama, papa dan om anto ya dek.

12. Kepada keluarga besar Opung Ester Simamora. Baik Oppung boru, Pak Tua, Mak Tua, Amangboru, Bou, Uda, Inanguda, Abang, Kakak, dan Adik yang

(9)

v

14. Kepada Keluarga Mak Tua Lia yang memberikan dukungan dan hiburan serta mengijinkan penulis datang ke rumah untuk merasakan suasana rumah yang penulis rindukan selama penulis mengerjakan skripsi ini.

15. Teman-teman yang telah membantu dan membimbing penulis dalam perskripsian John Piter Lumbantoruan, Sri Windari, Ronaldo Leo Patrick Simamora, Novia Agustin, Rika Dinarti, Siti Salmah dan Jonly Krisman Waruwu.

16. Teman-teman yang telah memberikan hiburan dan bantuan kepada penulis selama perskripsian Afifah Nur, Mhd. Legi Candra, Mhd. Reza Nasution, Yanna Alviolita, Ulfa Noerkhaliza dan Ilsa Putra.

17. Teman-teman seperjuangan selama kuliah, Kessos 2015 yang penulis tidak dapat ucapkan semua. Terimakasih penulis ucapkan atas semua kebaikan, pengalaman, bantuan sekecil apapun kepada penulis.

18. Kepada Panti Asuhan Suka Cita Anak Mahkota sebagai tempat PKL 2 penulis, terimakasih telah menerima penulis belajar dan mengajar disana semoga semua ilmu yang penulis dapatkan maupun yang penulis berikan di Panti bisa menjadi berkat untuk kita semua. Untuk adik-adik disana, raihla impianmu setinggi mungkin karena tidak ada yang mustahil selagi kita berpegang padaNya.

19. Kepada Bapak Bonar Situmorang selaku Kasi Statistik Sosial dan seluruh jajaran BPS Dairi, penulis mengucapkan terimakasih atas data dan informasi yang telah diberikan guna menambah informasi dalam skripsi ini.

20. Kepada seluruh aparat dan masyarakat Desa Maju Kecamatan Siempat Nempu Kabupaten Dairi, yang telah membantu penulis dalam mengerjakan skripsi ini, penulis ucapkan terimakasih banyak dan sebesar-besarnya.

Semoga Desa Maju dapat meningkat baik dalam perekonomian maupun pelayanannya.

21. Seluruh pihak yang belum bisa penulis sebutkan satu persatu, yang telah berkonstribusi membantu penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Terima

(10)

vi

Medan, Juli 2019

Penulis, Della Okthalia

(11)

vii

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR BAGAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah... 9

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 10

1.3.1 Tujuan Penelitian ... 10

1.3.2 Manfaat Penelitian ... 10

1.4 Sistematika Penulisan ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 12

2.1 Landasan Teoritis ... 12

2.1.1 Pengertian Analisis ... 12

2.1.2 Pengertian Desa ... 12

2.1.3 Pemerintah Desa ... 13

2.1.4 Pembangunan Desa ... 15

2.1.5 Indeks Pembangunan Desa ... 16

2.1.6 Pelayanan Dasar ... 19

2.1.6.1 Pelayanan Pendidikan ... 19

2.1.6.2 Pelayanan Kesehatan ... 21

2.1.7 Desa Tertinggal ... 22

2.1.8 Masyarakat Desa ... 23

2.1.9 Kepuasan Masyarakat ... 24

2.2 Penelitian Yang Relevan ... 26

2.3 Kerangka Pemikiran ... 29

2.4 Pengajuan Hipotesis ... 31

2.5 Defenisi Konsep ... 32

2.6 Defenisi Operasional ... 33

2.6.1 Variabel Bebas ... 34

2.6.2 Variabel Terikat ... 35

BAB III METODE PENELITIAN ... 38

3.1 Jenis Penelitian ... 38

3.2 Lokasi Penelitian ... 39

3.3 Informan Penelitian ... 39

3.4 Populasi dan Sampel ... 40

3.4.1 Populasi ... 40

3.4.2 Sampel ... 41

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 42

3.5.1 Data Primer ... 42

3.5.2 Data Sekunder ... 43

3.6 Skala Pengukuran ... 44

3.7 Uji Kelayakan Instrumen ... 44

(12)

viii

3.8.1 Analisis Data Kualitatif ... 48

3.8.2 Analisis Data Kuantitatif ... 49

3.8.2.1 Uji Normalitas ... 49

3.8.2.2 Uji Linearitas ... 50

3.8.2.3 Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 50

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN ... 51

4.1 Letak Geografis Desa Maju ... 51

4.2 Profil Desa Maju ... 51

4.2.1 Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 52

4.2.2 Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 53

4.2.3 Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ... 53

4.3 Keadaan Sosial Desa Maju ... 54

4.4 Sarana dan Prasarana Desa Maju ... 54

4.5 Struktur Organisasi Pemerintahan ... 56

BAB V HASIL PENELITIAN ... 57

5.1 Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 57

5.2 Hasil Penelitian Kualitatif ... 58

5.2.1 Informan Kunci... 58

5.2.2 Informan Utama I ... 62

5.2.3 Informan Utama II ... 64

5.2.4 Informan Utama III ... 67

5.2.5 Informan Tambahan I ... 69

5.2.6 Informan Tambahan II ... 71

5.3 Analisis Hasil Penelitian Kualitatif ... 72

5.3.1 Penyebab Rendahnya Pelayanan Dasar Desa Maju Kecamatan Siempat Nempu Kabupaten Dairi ... 72

5.3.1.1 Pelayanan Pendidikan ... 75

5.3.1.2 Pelayanan Kesehatan ... 78

5.4 Hasil Penelitian Kuantitatif ... 81

5.4.1 Karakteristik Responden ... 83

5.4.2 Pelayanan Dasar Desa Maju Kecamatan Siempat Nempu Kabupaten Dairi ... 87

5.4.3 Kepuasan Masyarakat Desa ... 91

5.5 Analisis Hasil Penelitian Kuantitatif ... 98

5.5.1 Hasil Uji Normalitas ... 98

5.5.2 Hasil Uji Linearitas ... 98

5.5.3 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 99

5.6 Keterbatasan Hasil Penelitian ... 100

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 101

6.1 Kesimpulan ... 101

6.2 Saran ... 102 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(13)

ix

Dairi Tahun 2018 ... 6

Tabel 1.2 Aspek Yang Dilihat Pada Dimensi Pelayanan Dasar Indeks Pembangunan Desa Maju Tahun 2018 ... 7

Tabel 2.1 Instrumen Variabel Bebas (X) ... 33

Tabel 2.2 Instrumen Variabel Terikat (Y)... 35

Tabel 3.1 Skala Likert ... 44

Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas Variabel X ... 45

Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas Variabel Y ... 46

Tabel 3.4 Hasil Uji Reliabilitas Variabel X ... 47

Tabel 3.5 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Y ... 47

Tabel 4.1 Komposisi Penduduk Desa Maju Berdasarkan Jenis Kelamin ... 52

Tabel 4.2 Komposisi Penduduk Desa Maju Berdasarkan Tingkat Pendidikan .... 53

Tabel 4.3 Komposisi Penduduk Desa Maju Berdasarkan Mata Pencaharian ... 53

Tabel 5.1 Daftar Responden Pada Penelitian Kuantitatif... 81

Tabel 5.2 Jenis Kelamin Responden ... 83

Tabel 5.3 Usia Responden... 83

Tabel 5.4 Jenis Pekerjaan Responden ... 84

Tabel 5.5 Lama Tinggal Responden di Desa Maju ... 84

Tabel 5.6 Jumlah Anggota Keluarga ... 85

Tabel 5.7 Jumlah Anak Sekolah Tiap Rumah Tangga ... 85

Tabel 5.8 Jumlah Anak Sekolah Tiap Tingkatan Pendidikan ... 86

Tabel 5.9 Bulan Terakhir Responden Berobat Ke Poskesdes ... 86

Tabel 5.10 Ketersediaan Sarana Dan Prasarana Pendidikan ... 87

Tabel 5.11 Jarak dari Rumah ke Sarana Pendidikan ... 87

Tabel 5.12 Keseimbangan Guru Dengan Jumlah Anak Bersekolah ... 88

Tabel 5.13 Ketersediaan Sarana Dan Prasarana Kesehatan ... 89

Tabel 5.14 Jarak Dari Rumah Ke Sarana Kesehatan ... 89

Tabel 5.15 Keseimbangan Jumlah Tenaga Kesehatan Dengan Jumlah Masyarakat Desa ... 90

Tabel 5.16 Kemudahan Mencapai Pelayanan Kesehatan ... 91

Tabel 5.17 Kemudahan Tahapan Alur Pelayanan Pendidikan di Desa Maju ... 91

Tabel 5.18 Kemudahan Tahapan Alur Pelayanan Kesehatan di Desa Maju... 92

Tabel 5.19 Persyaratan Teknis dan Administratif dalam Mendapatkan Pelayanan Pendidikan di Desa Maju ... 93

Tabel 5.20 Waktu Kerja Tenaga Kesehatan di Desa Maju ... 93

Tabel 5.21 Tanggung Jawab Tenaga Kesehatan dalam Memberikan Pelayanan Kesehatan di Desa Maju... 94

Tabel 5.22 Kecepatan Tenaga Kesehatan dalam Memberikan Pelayanan Kesehatan di Desa Maju... 94

Tabel 5.23 Keadilan Tenaga Kesehatan dalam Memberikan Pelayanan Kesehatan Kepada Setiap Golongan Masyarakat di Desa Maju... 95

Tabel 5.24 Sikap Tenaga Kesehatan (Kesopanan, Keramahan, Menghargai dan Menghormati) dalam Memberikan Pelayanan Kesehatan di Desa Maju ... 95 Tabel 5.25 Keterjangkauan Biaya yang Telah Ditentukan dalam Mendapatkan

(14)

x

Tabel 5.27 Kebersihan, Kerapian, dan Keteraturan Sarana dan Prasarana

Pelayanan Pendidikan di Desa Maju ... 97

Tabel 5.28 Kebersihan, Kerapian, dan Keteraturan Sarana dan Prasarana Pelayanan Kesehatan di Desa Maju ... 97

Tabel 5.29 Uji Normalitas Kolmogrov Smirnov ... 98

Tabel 5.30 Uji Linearitas (Tabel Anova) ... 98

Tabel 5.31 Uji Koefisien Determinasi ... 99

(15)

xi

Gambar 1.2 Dimensi Penyusun Indeks Pembangunan Desa Di Indonesia Tahun

2014 dan 2018 ... 4

Gambar 4.1 Peta Desa Maju Kecamatan Siempat Nempu Kabupaten Dairi ... 51

Gambar 4.2 Struktur Pemerintahan Desa Maju ... 56

Gambar 4.3 Struktur Badan Permusyawatan Desa (BPD) Desa Maju ... 56

(16)

xii

(17)

1 1.1 Latar Belakang

Pembangunan nasional merupakan dasar dari segala kebijakan yang dikerjakan pemerintah Indonesia hingga sekarang. Indonesia dalam penerapannya menjadi salah satu negara yang mengadopsi tujuan pembangunan berkelanjutan ke dalam pembangunan nasional yang juga banyak negara-negara berkembang terapkan. Tujuan pembangunan berkelanjutan merupakan agenda pembangunan global yang disepakati negara-negara di dunia demi kepentingan umat manusia dan planet bumi hingga tahun 2030 yang mencakup 17 Tujuan (Rustam dkk, 2019:3).

Di Indonesia, tujuan pembangunan berkelanjutan diatur dalam Peraturan Presiden (Perpres) nomor 59 tahun 2017 tentang tujuan pembangunan berkelanjutan yang mencakup 17 Tujuan dan 169 target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 serta menjadi payung hukum yang kuat dalam melaksanakan pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan di Indonesia (Rustam dkk, 2019:3). Pada tujuan ke 10 tujuan pembangunan berkelanjutan membahas tentang mengurangi kesenjangan intra dan antarnegara.

Masalah kesenjangan intra di Indonesia salah satunya menyangkut tentang kesenjangan yang terdapat diperkotaan maupun perdesaan (Rustam dkk, 2019:169).

Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak perdesaan.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik terdapat 73.670 desa yang tercatat pada tahun 2018 (BPS, 2018). Pemerintah dalam mengatur seluruh desa yang ada telah

(18)

membentuk dan mengesahkan Undang-Undang nomor 6 tahun 2014 tentang desa.

Berlandaskan undang-undang tersebut, maka desa menjadi salah satu prioritas pembangunan dalam Nawacita ke-tiga pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla yaitu "Membangun Indonesia Dari Pinggiran Dengan Memperkuat Daerah-Daerah dan Desa Dalam Kerangka Negara Kesatuan"

(Barokah dkk, 2015:2).

Desa sebagai wilayah administrasi terendah secara mandiri telah menjadi salah satu subyek pembangunan diharapkan mampu mendekatkan pelayanan terhadap warga melalui pembangunan infrastruktur dan pemberdayaan. Mulai dari menggerakkan perekonomian, membangun sarana pendidikan, kesehatan, sarana dan prasarana energi, transportasi, dan komunikasi, serta sarana lain yang dibutuhkan (Barokah dkk, 2015:3).

Pemerintah dalam rangka menilai tingkat kemajuan atau perkembangan pembangunan seluruh desa menggunakan indeks pembangunan desa sebagai suatu indikator nasional yang menjadi tolak ukur bagi semua desa yang ada di Indonesia. Indeks pembangunan desa adalah indeks komposit yang menggambarkan tingkat kemajuan atau perkembangan desa, dengan skala 0–100.

Indeks pembangunan desa hanya dihitung pada wilayah administrasi setingkat desa yang berstatus pemerintahan desa (Barokah dkk, 2015:4).

Wilayah administrasi setingkat desa yang didata harus memenuhi tiga syarat, yaitu: (1) ada wilayah dengan batas yang jelas; (2) ada penduduk yang menetap; dan (3) ada pemerintah desa/kelurahan. Indeks pembangunan desa menunjukkan tingkat perkembangan desa dengan status tertinggal (kurang dari

(19)

sama dengan 50), berkembang (lebih dari 50 namun kurang dari sama dengan 75), dan mandiri (lebih dari 75) (Barokah dkk, 2015:30).

Gambar 1.1 Indeks Pembangunan Desa Di Indonesia Tahun 2018

Sumber Data : Badan Pusat Statistik, 2018

Berdasarkan gambar 1.1, terlihat di Indonesia sudah di dominasi desa berkembang terhitung sebanyak 54.879 desa, lalu diikuti desa tertinggal sebanyak 13.232 desa, dan desa mandiri dengan jumlah paling sedikit diantara ketiganya sebanyak 5.559 desa (Berita Resmi Statistik No. 99/12/Th. XXI, 10 Desember 2018:2).

Terdapat lima dimensi penyusun indeks pembangunan desa yaitu pelayanan dasar, kondisi infrastruktur, aksesibilitas/transportasi, pelayanan publik, penyelenggaraan pemerintahan. Suatu desa untuk dikategorikan sebagai desa maju tidak terdapat ketimpangan antara lima dimensi yang ada, apabila di desa lima dimensi sudah terpenuhi tetapi pengelolaan belum terpenuhi maka disebut desa berkembang tetapi jika lima dimensi tersebut belum terpenuhi maka disebut menjadi desa tertinggal (Prastiwi dkk, 2019:8).

[VALUE]%

[VALUE]%

[VALUE]%

Desa Mandiri (5.559 Desa) Desa Berkembang (54.879 Desa) Desa Tertinggal (13.232 Desa)

(20)

Desa tertinggal merupakan salah satu masalah kesenjangan yang menjadi pembahasan dalam tujuan pembangunan berkelanjutan. Desa tertinggal adalah desa yang mempunyai ketersediaan dan akses terhadap pelayanan dasar, infrastruktur, aksesibilitas/transportasi, pelayanan publik, dan penyelenggaraan pemerintahan yang masih minim.

Gambar 1.2 Dimensi Penyusun Indeks Pembangunan Desa Di Indonesia Tahun 2014 dan 2018

Sumber Data : Badan Pusat Statistik, 2018

Pada gambar 1.2, terlihat tahun 2018 semua dimensi penyusun indeks pembangunan desa di Indonesia mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan tahun 2014 dengan gambaran pelayanan dasar sebesar 57,65 dengan kenaikan sebesar 0,92; kondisi infrastruktur sebesar 44,63 dengan kenaikan sebesar 5,42; aksesibilitas/transportasi sebesar 77.00 dengan kenaikan sebesar 3,50; pelayanan publik sebesar 53,60 dengan kenaikan sebesar 1,88; dan penyelenggaraan pemerintah desa sebesar 71,40 dengan kenaikan 9,81. Secara nasional indeks pembangunan desa Indonesia tahun 2018 juga mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun 2014 sebesar 59,36 dengan kenaikan sebesar 3,65 (Berita Resmi Statistik No. 99/12/Th. XXI, 10 Desember 2018:3).

Pelayanan Dasar Kondisi Infrastruktur

Aksesibilitas/

Transportasi Pelayanan Publik Penyelenggaraan Pemerintahan

Indeks Pembangunan

Desa

Tahun 2014 56.73 39.21 73.5 51.72 61.59 55.71

Tahun 2018 57.65 44.63 77 53.6 71.4 59.36

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

(21)

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), indeks pembangunan desa di Pulau Sumatera tahun 2018 sebesar 60,02 dengan dimensi penyusunnya terdiri dari pelayanan dasar sebesar 59,09; kondisi infrastruktur sebesar 46,15;

aksesibilitas/transportasi sebesar 77,72; pelayanan umum sebesar 54,01; dan penyelenggaraan pemerintahan sebesar 67,85. Persentase desa di Pulau Sumatera terdiri dari desa mandiri sebesar 1,48%, desa berkembang sebesar 25,23% dan desa tertinggal sebesar 25,23% dari seluruh desa yang ada di Pulau Sumatera sebanyak 23.241 desa (Prastiwi dkk, 2019:17).

Pada tahun 2018 indeks pembangunan desa di Provinsi Sumatera Utara hanya mencapai 56,62. Angka ini masih berada di bawah rata-rata nasional yaitu sebesar 59,36. Provinsi Sumatera Utara terdapat 5.437 desa, dengan 3.768 desa dalam kategori berkembang (69,30%), 200 desa mandiri (3,68%), dan sisanya sebanyak 1.469 desa (27,02%) dalam kategori desa tertinggal. Berdasarkan nilai rata-rata indeks masing-masing dimensi, Provinsi Sumatera Utara memiliki nilai rata-rata indeks terendah pada dimensi kondisi infrastruktur dengan nilai rata- rata indeks sebesar 41,71. Dimensi indeks pembangunan desa lain seperti pelayanan dasar nilai rata-rata indeks adalah sebesar 54,94, dimensi pelayanan umum sebesar 49,76, dimensi aksesibilitas/transportasi sebesar 77,72 dan dimensi penyelenggaraan pemerintahan sebesar 62,43 (Prastiwi dkk, 2019:25).

Provinsi Sumatera Utara memiliki 27 kabupaten, salah satunya adalah Kabupaten Dairi yang beribukota di Kelurahan Sidikalang. Kabupaten ini terdiri dari 15 kecamatan, 8 kelurahan dan 161 desa. Berdasarkan indeks pembangunan desa 2018 Kabupaten Dairi mendapatkan nilai sebesar 59,98. Angka ini lebih

(22)

tinggi dari indeks pembangunan desa di Provinsi Sumatera Utara yang hanya mencapai 59,36 (Prastiwi dkk, 2019:26).

Siempat Nempu merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di Kabupaten Dairi yang beribukota di Desa Bunturaja. Kecamatan ini terdiri dari 13 desa dan 70 dusun (BPS Dairi, 2018:15). Jumlah penduduk di Kecamatan Siempat Nempu pada tahun 2017 tercatat sebanyak 18.530 jiwa, yang terdiri dari 9.092 jiwa laki-laki dan 9.438 jiwa perempuan dengan kepadatan penduduk sebesar 343 jiwa/KM2 (BPS Dairi, 2018:21).

Tabel 1.1 Indeks Pembangunan Desa Di Kecamatan Siempat Nempu Kabupaten Dairi Tahun 2018

Desa

IPD

Pelayanan Dasar

Kondisi Infrastruktur

Aksesibilitas/

Transportasi

Pelayanan Publik

Penyelenggaraan Pemerintah

Adian Nangka 65,88 70,41 42,97 94,46 49,33 68,48

Adian Gupa 58,86 61,92 44,90 77,78 37,06 68,48

Bunturaja 67,75 71,16 53,16 94,46 37,06 72,14

Gomit 58,92 60,09 32,89 95,85 37,06 68,48

Hutaimbaru 66,91 64,78 54,82 98,60 37,06 71,91

Jumasiulok 67,26 69,63 53,64 95,85 37,06 68,48

Jumateguh 66,36 67,12 51,73 95,85 37,06 72,14

Jumantuang 61,67 58,73 44,11 95,85 37,06 71,91

Maju 45,98 37,42 31,86 66,66 43,2 68,48

Sihorbo 61,56 66,68 34,84 95,85 37,06 68,48

Sinampang 60,56 58,22 42,95 94,46 37,06 68,48

Soban 52,42 53,17 32,62 79,18 37,06 61,41

Sosor Lontung 65,53 68,43 43,09 94,46 43,2 77,05

Sumber Data : Badan Pusat Statistik, 2018

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2018 di tabel 1.1, Desa Maju merupakan satu-satunya desa tertinggal yang terdapat di Kecamatan Siempat Nempu dengan indeks pembangunan desa sangat rendah dibanding desa lain yaitu hanya mencapai 45,98. Data tersebut sebagai landasan awal lokasi pada penelitian

(23)

ini, menjelaskan bahwa dimensi penyelenggaraan pemerintahan dengan nilai 68,48 dan dimensi aksesibilitas/transportasi dengan nilai 66,66 sudah cukup untuk mendukung kemajuan desa. Tetapi, di sisi lain dimensi pelayanan dasar dengan nilai 37,42, dimensi kondisi infrastruktur dengan nilai 31,86 dan dimesi pelayanan publik dengan nilai 43,20 masih rendah, sehingga masih terjadi ketimpangan antara lima dimensi indeks pembangunan desa mengakibatkan Desa Maju tergolong desa tertinggal.

Tabel 1.2 Aspek Yang Dilihat Pada Dimensi Pelayanan Dasar Indeks Pembangunan Desa Maju Tahun 2018

Dimensi Pelayanan

Dasar

Aspek Yang Dilihat Nilai

Pendidikan Ketersediaan dan Akses Ke TK/RA/BA 0

Ketersediaan dan Akses Ke SD Sederajat 80

Ketersediaan dan Akses Ke SMP Sederajat 40

Ketersediaan dan Akses Ke SMA Sederajat 40

Kesehatan Ketersediaan dan Akses Ke Rumah Sakit 0

Ketersediaan dan Akses Ke Rumah Sakit Bersalin 0

Ketersediaan dan Akses Ke Puskesmas 60

Ketersediaan Dan Kemudahan Akses Ke Poliklinik/

Balai Pengobatan 60

Akses Ke Tempat Praktek Dokter 0

Ketersediaan Dan Kemudahan Akses Ke Tempat Praktek Bidan 100 Ketersediaan Dan Kemudahan Akses Ke Poskesdes Atau Polindes 80 Sumber Data : Badan Pusat Statistik, 2018

Data tabel 1.2 menunjukkan aspek-aspek yang dilihat dari dimensi pelayanan dasar pada indeks pembangunan Desa Maju pada tahun 2018. Terlihat pada pelayanan dasar di bidang pendidikan hanya ketersediaan dan akses ke Sekolah Dasar (SD) yang memiliki nilai tinggi, dibanding dengan ketersediaan dan akses ke tingkat pendidikan lainnya, hal ini dikarenakan di Desa Maju hanya terdapat sebuah Sekolah Dasar (SD). Masyarakat desa untuk melanjutkan pendidikannya banyak bersekolah di luar Desa Maju, seperti ketika melanjutkan

(24)

Sekolah Menengah Pertama (SMP) masyarakat pergi ke Desa Sihorbo, sedangkan untuk melanjutkan Sekolah Menengah Atas (SMA) masyarakat pergi ke Desa Adian Nangka.

Pada pelayanan dasar di bidang kesehatan terlihat Desa Maju sudah mendapatkan nilai sempurna untuk ketersediaan dan kemudahan akses ke tempat praktek bidan dan nilai yang baik untuk ketersediaan dan kemudahan akses ke Poskesdes atau Polides, hal ini dapat terlihat di Desa Maju Sudah terdapat Poskesdes dan rumah bidan yang terletak di Dusun Batu Kapur sebagai sarana kesehatan umum. Namun, untuk keberadaan tenaga kesehatan bidan masih minim dan keberadaan dokter yang tidak ada menjadi salah satu penyebab pelayanan kesehatan di Desa Maju mendapatkan nilai yang rendah.

Terlihat pelayanan dasar sebagai salah satu dimensi penyusun indeks pembangunan Desa Mau terjadi ketimpangan didalamnya, terdapat bagian yang memiliki nilai tinggi namun terdapat juga bagian yang memilik nilai rendah.

Gambaran ini memperlihatkan bahwa di Desa Maju masih terjadi pembangunan yang belum merata dalam pelayanan dasar baik pada pelayanan pendidikan maupun kesehatan, hal ini menjadikan salah satu alasan penyebab Desa Maju dikatakan sebagai desa tertinggal. Pelayanan dasar Desa Maju juga mendapatkan nilai terendah dibandingkan pelayanan dasar pada desa lain yang terdapat di kecamatan Siempat Nempu.

Seharusnya suatu pelayanan dasar ada guna memenuhi kebutuhan masyarakat akan pelayanan tersebut, sehingga masyarakat yang merasakan dapat menilai pelayanan dasar yang diberikan sesuai atau tidak bagi masyarakat tersebut. Penilaian tersebut dapat diukur berdasarkan kepuasan masyarakat.

(25)

Penilaian dapat dilihat dari beberapa aspek seperti prosedur pelayanan, persyaratan pelayanan, kedisiplinan petugas pelayanan, tanggung jawab petugas pelayanan, kecepatan pelayanan, keadilan mendapatkan pelayanan, kesopanan dan keramahan petugas, kewajaran biaya pelayanan, kepastian jadwal pelayanan, dan kenyamanan lingkungan (Ma‟arif, 2014: 51).

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti akan melakukan penelitian mengenai pelayanan dasar yang terdapat di Desa Maju Kecamatan Siempat Nempu Kabupaten Dairi khususnya mengenai pelayanan pendidikan dan pelayanan kesehatan. Tujuannya untuk menentukan faktor penyebab rendahnya nilai dimensi pelayanan dasar pada indeks pembangunan desa di Desa Maju Kecamatan Siempat Nempu dan juga untuk mengetahui pengaruh kepuasan masyarakat Desa Maju akan rendahnya pelayanan dasar desa tersebut dengan dilakukan kajian lebih lanjut. Oleh karena itu, peneliti melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Penyebab Rendahnya Pelayanan Dasar Desa Tertinggal di Kecamatan Siempat Nempu dan Pengaruh Terhadap Kepuasan Masyarakat Desa (Studi Kasus di Desa Maju Kecamatan Siempat Nempu Kabupaten Dairi)”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah disajikan, maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian adalah sebagai berikut:

1. Apakah yang menjadi penyebab rendahnya pelayanan dasar di Desa Maju Kecamatan Siempat Nempu Kabupaten Dairi?

2. Bagaimana pengaruh rendahnya pelayanan dasar Desa Maju Kecamatan Siempat Nempu Kabupaten Dairi terhadap kepuasan masyarakat desa?

(26)

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah digambarkan sebelumnya, maka penelitian ini bertujuan untuk menentukan faktor penyebab rendahnya pelayanan dasar di Desa Maju Kecamatan Siempat Nempu Kabupaten Dairi dan gambaran seberapa besar kepuasan masyarakat desa terhadap rendahnya pelayanan dasar desa tersebut.

1.3.2 Manfaat Penelitian

1.

Bagi Peneliti

Penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan memperdalam pengetahuan peneliti mengenai penyebab rendahnya pelayanan dasar di suatu desa tertinggal.

2. Bagi Desa

Sebagai bahan masukan bagi Desa Maju Kecamatan Siempat Nempu Kabupaten Dairi untuk meningkatkan pelayanan dasar desa.

3. Bagi Pihak Lain

Menjadi dasar penelitian selanjutnya, terutama dalam peningkatan pelayanan dasar suatu desa tertinggal untuk pembangunan desa.

1.4 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini disajikan dalam 6 bab sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisikan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

(27)

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan pendapat para ahli tentang konsep yang berkaitan

dengan konsep masalah dan objek yang diteliti dan terdapat kerangka pemikiran.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan tentang tipe penelitian, lokasi penelitian, informan penelitian, responden penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.

BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan tentang gambaran umum lokasi penelitian dimana peneliti melakukan penelitian.

BAB V : ANALISIS DATA

Bab ini berisikan tentang penjabaran data yang diperoleh dari hasil penelitian beserta analisisnya.

BAB VI : PENUTUP

Bab ini berisikan tentang kesimpulan dan saran yang bermanfaat dari penelitian yang telah dilakukan.

(28)

12 2.1 Landasan Teoritis

2.1.1 Pengertian Analisis

Spradley (dalam Sugiyono, 2015:89) mengatakan bahwa analisis adalah sebuah kegiatan untuk mencari suatu pola, selain itu analisis merupakan cara berpikir yang berkaitan dengan pengujian secara sistematis terhadap sesuatu untuk menentukan bagian, hubungan antar bagian dan hubungannya dengan keseluruhan.

Sedangkan menurut Nasution (dalam Sugiyono, 2015:244) melakukan analisis adalah pekerjaan sulit, memerlukan kerja keras. Tidak ada cara tertentu yang dapat diikuti untuk mengadakan analisis, sehingga setiap peneliti harus mencari sendiri metode yang dirasakan cocok dengan sifat penelitiannya. Bahan yang sama bisa diklasifikasikan berbeda. Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa analisis merupakan penguraian suatu pokok secara sistematis dalam menentukan bagian, hubungan antar bagian serta hubungannya secara menyeluruh untuk memperoleh pengertian dan pemahaman yang tepat.

2.1.2 Pengertian Desa

Menurut Undang-Undang nomor 6 tahun 2014 tentang desa, desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal-usul, dan/atau hak tradisional

(29)

yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Desa didefinisikan sebagai kesatuan masyarakat hukum yang tinggal disuatu wilayah dengan kegiatan utama pertanian serta berwenang untuk mengatur kepentingan masyarakat atau menyelenggarakan rumah tangganya sendiri (Prayitno, 2018:2).

Zakaria (dalam Nurman, 2015:227) menyatakan desa adalah sekumpulan manusia yang hidup bersama atau suatu wilayah, yang memiliki suatu organisasi pemerintahan dengan serangkaian peraturan-peraturan yang ditetapkan sendiri, serta berada di bawah pimpinan desa yang dipilih dan ditetapkan sendiri.

Dapat ditegaskan berdasarkan definisi-definisi diatas bahwa desa sebagai suatu kesatuan hukum dimana masyarakat bertempat tinggal serta masyarakat berhak mengadakan pemerintahan sendiri.

2.1.3 Pemerintah Desa

Menurut Undang-Undang nomor 6 tahun 2014 pasal 25 tentang desa, pemerintah desa adalah kepala desa atau yang disebut dengan nama lain dan yang dibantu oleh perangkat desa atau yang disebut dengan nama lain. Prayitno (2018:23) menjelaskan sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa yaitu:

1. Kepala Desa

Kepala desa bertugas menyelenggarakan urusan pemerintahan desa, melaksanakan pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa dan pemberdayaan masyarakat desa. Kepala desa dipilih secara langsung oleh masyarakat desa dengan masa jabatan 6 (enam) tahun terhitung sejak tanggal pelantikan, dalam pemerintahannya seorang kepala desa dapat menjabat paling

(30)

banyak 3 (tiga) kali masa jabatan secara berturut-turut atau tidak secara berturut- turut.

2. Perangkat Desa

Perangkat desa bertugas membantu kepala desa dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, diangkat oleh kepala desa setelah dikonsultasikan dengan camat atas nama bupati/walikota. Perangkat desa dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya bertanggung jawab kepada kepala desa. Kushandajani (2018:78) menjelaskan menurut Undang-Undang Desa nomor 6 tahun 2014 meliputi:

a. Sekretaris Desa yaitu memiliki tugas menyelenggarakan urusan rumah tangga dan administrasi umum, administrasi keuangan, administrasi kepegawaian dan administrasi perlengkapan.

b. Kepala Urusan terdiri dari kepala urusan pemerintah memiliki tugas di bidang pemerintahan, kepala urusan pembangunan memiliki tugas di bidang pembangunan dan kepala urusan kemasyarakatan memiliki tugas di bidang keagamaan, pendidikan, kesehatan masyarakat, pelayanan dan bantuan sosial kemasyarakatan.

c. Kepala Seksi terdiri dari kepala seksi umum memiliki tugas melayani administrasi umum dan rumah tangga desa, dan kepala seksi keuangan memiliki tugas mengadministrasikan keuangan dan aset desa.

d. Kepala Kewilayahan atau kepala dusun memiliki tugas membantu melaksanakan tugas kepala desa di bidang pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan.

(31)

2.1.4 Pembangunan Desa

Pembangunan desa merupakan salah satu wewenang dari pemerintah desa, oleh sebab itu pembangunan merupakan tanggung jawab pemilik wewenang dan dalam pelaksanaannya pemilik wewenang tersebut ialah pemerintah desa.

Pembangunan perdesaan adalah konsep pembangunan yang berbasis perdesaan (rural) dengan memperhatikan ciri khas sosial dan budaya masyarakat yang tinggal dikawasan perdesaan (Barokah dkk, 2015:1).

Pembangunan desa dilaksanakan dalam rangka intervensi untuk mengurangi tingkat kesenjangan kemajuan antara wilayah perdesaan dan perkotaan. Pembangunan desa diharapkan menjadi solusi bagi perubahan sosial masyarakat desa, dan menjadikan desa sebagai basis perubahan (Barokah dkk, 2015:3). Prioritas pembangunan berbasis perdesaan meliputi:

a. Pengembangan kapasitas dan pendampingan aparatur pemerintah desa kelembagaan pemerintahan secara berkelanjutan.

b. Pemenuhan standar pelayanan minimum desa sesuai dengan kondisi geografisnya.

c. Penanggulangan kemiskinan dan pengembangan usaha ekonomi masyarakat desa.

d. Pembangunan sumber daya manusia, peningkatan keberdayaan, dan pembentukan modal sosial budaya masyarakat desa.

e. Pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup berkelanjutan.

f. Pengembangan ekonomi kawasan perdesaan untuk mendorong keterkaitan desa-kota, serta

(32)

g. Pengawalan implementasi Undang-Undang Desa secara sistematis, konsisten, dan berkelanjutan melalui koordinasi, fasilitas, supervisi, dan pendampingan.

2.1.5 Indeks Pembangunan Desa

Pemerintah dalam rangka menilai tingkat kemajuan atau perkembangan desa, menggunakan indeks pembangunan desa sebagai suatu indikator nasional yang menjadi tolak ukur bagi semua desa yang ada di Indonesia. Indeks pembangunan desa merupakan suatu ukuran yang disusun untuk menilai tingkat kemajuan atau perkembangan desa di Indonesia dengan unit analisisnya “desa”

(Barokah dkk, 2015:4).

Pengukuran Indeks pembangunan desa dibangun dari dua sumber data yaitu: (1) data hasil pendataan Potensi Desa (Podes) tahun 2018 yang dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) digunakan sebagai rujukan indikator-indikator utama penyusun indeks; serta (2) data Wilayah Administrasi Pemerintahan menurut Permendagri RI nomor 39 tahun 2015 yang digunakan sebagai rujukan standar terkait jumlah desa teregistrasi di Indonesia (Barokah dkk, 2015:5).

Menurut Barokah dkk (2015:6) Indeks pembangunan desa disusun dari lima dimensi penyusun dengan ketersediaan data/variabel dalam data Potensi Desa yaitu sebagai berikut:

1. Pelayanan Dasar

Mewakili aspek pelayanan dasar untuk mewujudkan bagian dari kebutuhan dasar desa. Variabel yang termasuk sebagai dimensi penyusunnya meliputi ketersediaan dan akses terhadap fasilitas pendidikan, serta ketersediaan dan akses terhadap fasilitas kesehatan.

(33)

2. Kondisi Infrastruktur

Mewakili kebutuhan sarana, prasarana, pengembangan ekonomi lokal, dan pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan dengan memisahkan aspek aksesibilitas/transportasi. Variabel penyusunnya mencakup ketersediaan infrastruktur ekonomi, ketersediaan infrastruktur energi, ketersediaan infrastruktur air bersih dan sanitasi, serta ketersediaan dan kualitas infrastruktur komunikasi dan informasi.

3. Aksesibilitas/Transportasi

Mewakili kebutuhan sarana dan prasarana transportasi dalam rangka sebagai penghubung kegiatan sosial ekonomi dalam desa. Variabel penyusunnya meliputi ketersediaan dan akses terhadap sarana transportasi dan aksesibilitas transportasi.

4. Pelayanan Umum

Pelayanan dalam dimensi ini mewakili aspek lingkungan dan aspek pemberdayaan masyarakat. Aspek lingkungan dalam hal ini terkait dengan kesehatan lingkungan masyarakat, sedangkan aspek pemberdayaan masyarakat diwakili dengan keberadaan kelompok kegiatan masyarakat. Variabel penyusun dimensi ini mencakup penanganan kesehatan masyarakat seperti: penanganan kejadian luar biasa (KLB) dan penanganan gizi buruk; serta ketersediaan fasilitas olahraga dan kelompok kegiatan olahraga.

5. Penyelenggaraan Pemerintahan

Mewakili indikasi kinerja pemerintah desa merupakan bentuk pelayanan administratif yang diselenggarakan penyelenggara pelayanan bagi warga yang dalam hal ini adalah pemerintah. Variabel penyusun meliputi kemandirian seperti:

(34)

kelengkapan pemerintahan desa, otonomi desa, dan kekayaan desa; serta kualitas sumber daya manusia seperti: kualitas SDM kepala desa dan sekertaris desa.

Nilai indeks pembangunan desa diperoleh dari penjumlahan secara tertimbang terhadap setiap dimensi penyusun indeks pembangunan desa. Nilai yang dijumlahkan adalah skor setiap dimensi yang sudah ditimbang/dikalikan dengan penimbangan masing-masing dimensi.

Indeks pembangunan desa disusun untuk menunjukkan tingkat perkembangan pembangunan di suatu desa. Nilai indeks mempunyai rentang 0 s/d 100. Untuk memudahkan interpretasi, maka dilakukan pengelompokan desa menjadi tiga kategori oleh Barokah dkk (2015:30) yaitu:

1. Desa Mandiri

Desa yang mempunyai ketersediaan dan akses terhadap pelayanan dasar yang mencukupi, infrastruktur yang memadai, aksesibilitas/transportasi yang tidak sulit, pelayanan umum yang bagus, serta penyelenggaraan pemerintahan yang sudah sangat baik. Secara teknis, desa mandiri merupakan desa dengan nilai indeks pembangunan desa lebih dari 75.

2. Desa Berkembang

Desa mempunyai ketersediaan dan akses terhadap pelayanan dasar, infrastruktur, aksesibilitas/transportasi, pelayanan umum, dan penyelenggaraan pemerintahan yang cukup memadai. Secara teknis, desa berkembang merupakan desa yang memiliki nilai indeks pembangunan desa lebih dari 50 namun kurang dari atau sama dengan 75.

3. Desa Tertinggal

(35)

Desa yang memiliki ketersediaan dan akses terhadap pelayanan dasar, infrastruktur, aksesibilitas/transportasi, pelayanan umum dan penyelenggaraan pemerintahan yang masih minim. Secara teknis desa tertinggal merupakan desa yang memiliki indeks pembangunan desa kurang dari atau sama dengan 50.

2.1.6 Pelayanan Dasar

Menurut Undang-Undang nomor 23 tahun 2014 pasal 1 tentang pemerintahan daerah disebutkan bahwa pelayanan dasar adalah pelayanan publik untuk memenuhi kebutuhan dasar warga negara. Pelayanan dasar merupakan bagian dari urusan pemerintahan, menurut undang-undang nomor 23 tahun 2014 pasal 12 yang berkaitan dengan pelayanan dasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) meliputi:

a. Pendidikan;

b. Kesehatan;

c. Pekerjaan umum dan penataan ruang;

d. Perumahan rakyat dan kawasan pemukiman;

e. Ketentraman, ketertiban umum, dan perlindungan masyarakat; dan f. Sosial.

Tetapi berdasarkan sumber dokumen dari Kementrian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) dan badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) (dalam Marisa, 2018:24) dalam variabel pelayanan dasar desa mencakup ketersediaan dan akses terhadap fasilitas pendidikan dan kesehatan.

2.1.6.1 Pelayanan Pendidikan

Pendidikan adalah usaha sadar orang dewasa dalam menginternalisasikan kebaikan atau akhlak mulia kepada anak didik dengan tujuan menumbuhkan

(36)

tingkah laku yang tidak baik menjadi baik dan teraktualisasi dalam prilaku di kehidupan sehari-hari (Kristiawan dkk, 2018:47).

Pada undang-undang nomor 2 tahun 2003 bab 1 pasal 1 ayat 1 tentang sistem pendidikan nasional, pendidikan didefinisikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Menurut kamus Bahasa Indonesia kata pendidikan berasal dari kata „didik‟

dan mendapat imbuhan „pe‟ dan akhiran „an‟, maka kata ini mempunyai arti proses atau cara atau perbuatan mendidik. Pengertian pendidikan secara etimologi adalah proses perubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.

Berdasarkan sumber dokumen dari Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) dan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) (dalam Marisa, 2018:25) dalam pembangunan akses pendidikan yang dibutuhkan adalah ketersediaan dan akses terhadap fasilitas pendidikan seperti:

a. Ketersediaan sarana dan prasarana sekolah baik ditingkat TK, SD, SMP, maupun SMA.

b. Jarak terdekat menuju sarana dan prasarana sekolah yang mampu dijangkau penduduk desa.

(37)

c. Rasio antara ketersediaan sarana sekolah dengan jumlah penduduk desa yang sedang/dalam usia sekolah yang seimbang.

2.1.6.2 Pelayanan Kesehatan

Kesehatan menurut Smet (dalam Maulana, 2009:4) adalah apapun yang harus mengandung paling tidak komponen, biomedis, personal dan sosiokultural.

Pada Undang-Undang Kesehatan nomor 23 tahun 1992, kesehatan didefinisikan secara lebih kompleks sebagai keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Tidak hanya terbebas dari gangguan secara fisik, mental dan sosial tetapi kesehatan dipandang sebagai alat atau sarana untuk hidup secara produktif.

Berdasarkan sumber dokumen dari Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) dan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) (dalam Marisa, 2018: 28) dalam pembangunan akses kesehatan yang dibutuhkan adalah ketersediaan dan akses terhadap fasilitas kesehatan seperti:

a. Ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan baik berupa rumah sakit, rumah sakit bersalin, puskesmas/pustu (puskesmas pembantu), tempat praktek dokter, poliklinik/balai pengobatan, tempat praktek bidan, poskesdes, polindes, maupun apotek.

b. Jarak terdekat menuju sarana dan prasarana kesehatan yang mampu dijangkau penduduk desa.

c. Rasio antara ketersediaan sarana kesehatan dengan jumlah penduduk desa.

d. Kemudahan mencapai sarana dan prasarana kesehatan terdekat.

(38)

2.1.7 Desa Tertinggal

Desa tertinggal yaitu desa yang memiliki ketersediaan dan akses terhadap pelayanan dasar, infrastruktur, aksesibilitas/ transportasi, pelayanan umum dan penyelenggaraan pemerintahan yang masih minim (Barokah dkk, 2015:30).

Secara teknis desa tertinggal merupakan desa yang memiliki indeks pembangunan desa kurang dari atau sama dengan 50.

Menurut Soetomo (dalam Muchtar, 2011:18) kawasan tertinggal adalah suatu wilayah yang cukup lama dikembangkan bersama-sama dengan wilayah yang lain tetapi karena berbagai sebab kawasan tersebut tetap belum dapat berkembang seperti yang diharapkan, sehingga kehidupan sosial ekonomi penduduknya tetap rendah. Salah satu penyebab utama karena terbatasnya potensi dan sumber daya yang dimiliki. Desa merupakan bagian dari wilayah, sehingga dapat disimpulkan bahwa desa tertinggal merupakan desa bagian wilayah yang dikembangkan bersama-sama dengan desa lain tetapi karena berbagai sebab belum berkembang.

Terkait itu, menurut pihak Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) (dalam Muchtar, 2011:21) suatu daerah dikategorikan tertinggal disebabkan beberapa faktor, faktor ketertinggalan suatu daerah ini dapat dikaitkan dengan faktor ketertinggalan suatu desa, karena ketertinggalan daerah bermula dari banyaknya ketertinggalan desa di daerah tersebut karena:

1. Secara geografis, relatif sulit dijangkau karena letaknya yang jauh dipedalaman, perbukitan/pegunungan, kepulauan, pesisir, dan pulau-pulau terpencil atau karena faktor geomorfologis lainnya sehingga sulit dijangkau oleh jaringan baik transportasi maupun media komunikasi.

(39)

2. Dari sisi sumber daya alam, tidak memiliki potensi, atau memiliki sumber daya alam besar namun lingkungan sekitarnya merupakan daerah yang dilindungi atau tidak dapat dieksploitasi, dan daerah tertinggal akibat ekploitasi sumber daya alam yang berlebihan.

3. Sumber daya manusia, umumnya masyarakat di daerah tertinggal, tingkat pendidikan, pengetahuan, dan keterampilannya relatif rendah serta kelembagaan adat yang belum berkembang.

4. Keterbatasan prasarana dan sarana komunikasi, transportasi, air bersih, irigasi, kesehatan, pendidikan, dan pelayanan lainnya yang menyebabkan kesulitan untuk melakukan aktivitas ekonomi dan sosial.

5. Seringnya (suatu daerah) mengalami bencana alam dan konflik sosial yang berakibat terganggunya kegiatan pembangunan sosial dan ekonomi.

6. Suatu daerah menjadi tertinggal, disebabkan oleh beberapa kebijakan yang tidak tepat, seperti: kurang memihak pada pembangunan daerah tertinggal, kesalahan pendekatan dan prioritas pembangunan, serta tidak dilibatkannya kelembagaan masyarakat adat dalam perencanaan dan pembangunan.

2.1.8 Masyarakat Desa

Masyarakat desa (penduduk suatu desa) ialah setiap orang yang terdaftar sebagai suatu penduduk atau bertempat atau berkedudukan di dalam wilayah desa yang bersangkutan, tidak soal di mana ia mencari nafkah. Masyarakat desa sinonim dengan gemeinscaft yaitu masyarakat paguyuban, persekutuan dan kerukunan, di mana hubungan antar manusia bersifat pribadi, kenal mengenal dengan akrab, sepahit-semanis, seduka-sesuka, disertai saling percaya mempercayai yang berakar pada kesatuan keturunan dan kesatuan keluarga,

(40)

mempunyai kesatuan adat dan kepercayaan, sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan di desa tersebut (Prayitno, 2018:9).

Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat dinyatakan bahwa masyarakat desa yaitu sekelompok manusia yang tinggal dalam suatu wilayah tertentu sebagai satu kesatuan hukum, terorganisir, memiliki lembaga baik formal maupun non formal, dan berkaitan dengan hukum dan pemerintahan, memiliki wewenang untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya dalam rangka memenuhi kebutuhannya, serta memiliki ciri-ciri atau karakteristik khusus dan khas yang membedakannya dengan masyarakat lain, terutama masyarakat yang tinggal di wilayah perkotaan.

2.1.9 Kepuasan Masyarakat

Menurut Supranto (dalam Lupiyoadi, 2006:154) kepuasan adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja atau hasil yang dirasakan dengan harapannya. Kepuasan masyarakat merupakan perasaan senang atau kecewa sebagai hasil dari perbandingan antara prestasi atau produk yang dirasakan dan diharapkan.

Menurut Lupiyoadi (2006:155) faktor utama penentu kepuasan masyarakat adalah persepsi terhadap kualitas jasa. Apabila ditinjau lebih jauh, pencapaian kepuasan masyarakat melalui kualitas pelayanan dapat ditingkatkan dengan beberapa pendekatan sebagai berikut;

1. Memperkecil kesenjangan yang terjadi antara pihak manajemen dengan pihak masyarakat.

2. Organisasi publik harus mampu membangun komitmen bersama untuk menciptakan visi di dalam perbaikan proses pelayanan.

(41)

3. Memberikan kesempatan pada masyarakat untuk menyampaikan keluhan dengan membentuk sistem saran dan kritik.

4. Mengembangkan pelayanan untuk mencapai kepuasan dan harapan masyarakat.

Sesuai dengan Keputusan Men.PAN Nomor : 63/KEP/M.PAN/7/2003 (dalam Ma‟arif, 2014:51) untuk mengukur kepuasan masyarakat akan suatu pelayanan yang diberikan pemerintah dikembangkan menjadi 10 unsur adalah sebagai berikut:

1) Prosedur pelayanan, yaitu kemudahan tahapan pelayanan yang diberikan kepada masyarakat dilihat dari sisi kesederhanaan alur pelayanan;

2) Persyaratan Pelayanan, yaitu persyaratan teknis dan administratif yang diperlukan untuk mendapatkan pelayanan sesuai dengan jenis pelayanannya;

3) Kedisiplinan petugas pelayanan, yaitu kesungguhan petugas dalam memberikan pelayanan terutama terhadap konsistensi waktu kerja sesuai ketentuan yang berlaku;

4) Tanggung jawab petugas pelayanan, yaitu kejelasan wewenang dan tanggung jawab petugas dalam penyelenggaraan dan penyelesaian pelayanan;

5) Kecepatan pelayanan, yaitu target waktu pelayanan dapat diselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan oleh unit penyelenggara pelayanan;

6) Keadilan mendapatkan pelayanan, yaitu pelaksanaan pelayanan dengan tidak membedakan golongan/ status masyarakat yang dilayani;

7) Kesopanan dan keramahan petugas, yaitu sikap dan perilaku petugas dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat secara sopan dan ramah serta saling menghargai dan menghormati;

(42)

8) Kewajaran biaya pelayanan, yaitu keterjangkauan masyarakat terhadap besarnya biaya yang ditetapkan oleh unit pelayanan;

9) Kepastian jadwal pelayanan, yaitu pelaksanaan waktu pelayanan, sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan;

10) Kenyamanan lingkungan, yaitu kondisi sarana dan prasarana pelayanan yang bersih, rapi, dan teratur sehingga dapat memberikan rasa nyaman kepada penerima pelayanan;

2.2 Penelitian yang Relevan

1. Penelitian yang dilakukan oleh Indra Bangsawan pada tahun 2017 yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor Perkembangan Desa dan Strategi Menuju Desa Mandiri (Studi Di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran)”. Tipe penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Hasil dari penelitian ini antara lain: Pertama, adanya prakarsa atau keinginan untuk maju dari masyarakat itu sendiri. Kedua, masyarakat yang memiliki kapasitas atau kemampuan. Ketiga, kepala desa yang mampu mengorganisir masyarakatnya. Desa Sungai Langka menerapkan strategi menuju desa mandiri dari dalam yaitu: mengoptimalkan prakarsa atau keinginan masyarakat untuk maju, mengoptimalkan kapasitas/kemampuan masyarakat, mengoptimalkan kapasitas kepala desa dalam mengorganisir. Mempermudah birokrasi dan memfasilitasi kegiatan- kegiatan yang sifatnya membangun. Memperkuat SDM perangkat desa melalui pelatihan dan pembinaan serta mengikutsertakan masyarakat dalam pembangunan. Melakukan musyawarah desa yang diikutsertakan di dalamnya

(43)

tokoh masyarakat, tokoh agama. Menentukan usaha-usaha yang produktif di Desa Sungai Langka.

2. Penelitian yang dilakukan Yuni Anggraini pada tahun 2017 yang berjudul

“Implementasi Undang-Undang No 6 tahun 2014 Tentang Desa dan Pembangunan Desa di Desa Sendang Rejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat”. Metode yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan jenis penelitian studi deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukan pasca implementasi Undang-Undang No 6 Tahun 2014 Tentang Desa, gerak pembangunan desa di bidang sosial terjadi melalui penguasaan masyarakat terhadap ilmu pengetahuan dan masuknya ide-ide pembaruan yang didapat dari penguatan kapasitas individu yang bermanfaat untuk peningkatan kemampuan (skill) masyarakat desa yang dilakukan pemerintah Desa Sendang Rejo. Namun tidak menutup kemungkinan adanya sebagian masyarakat yang belum memiliki keterbukaan terhadap pengetahuan dan ide- ide pembaruan. Selain itu, kondisi sosial politik desa yang semakin stabil dengan bekerjanya kelembagaan desa sesuai dengan fungsi dan tujuan dari program kerja yang dibuat.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Fahmi Rezha pada tahun 2017yang berjudul

“Analisis Pengaruh Kualitas Pelayanan Publik terhadap Kepuasan Masyarakat. (Studi tentang Pelayanan Perekaman Kartu Tanda Penduduk Elektronik (e-KTP) di Kota Depok)”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kualitas pelayanan e-KTP terhadap kepuasan masyarakat di Depok dan untuk menentukan subvariabel dari kualitas pelayanan yang paling berpengaruh terhadap kepuasan masyarakat. Sampel

(44)

yang diambil adalah 100 orang dari seluruh populasi ini 1.020.002 orang dengan rumus Slovin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas pelayanan memiliki pengaruh positif dalam kepuasan masyarakat 0,758 dengan tingkat signifikan 95%. Itu berarti bahwa 75,8% kepuasan masyarakat yang menerima pelayanan perekaman data e-KTP di Depok dapat dipengaruhi oleh beberapa subvariabel seperti bukti fisik, reliabilitas, daya tanggap, jaminan, dan empati dan sisanya 24,2% adalah dipengaruhi oleh variabel independen lain yang belum ditunjukkan dalam penelitian ini, yang paling berpengaruh dalam memuaskan masyarakat yang menerima layanan perekaman data eKTP adalah reliabilitas dengan koefisien regresi sebesar 0.867.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Nosi Marisa pada tahun 2018 yang berjudul

“Ketimpangan Pembangunan Desa Tertinggal (Studi Pada Pekon Atar Kuwau dan Pekon Argomulyo)”. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode penelitian deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan pembangunan desa tertinggal pada indeks pelayanan dasar hanya 11,96 disebabkan karena terdapat kekurangan dari segi adaptasi, pekerjaan masyarakat seluruhnya sebagai petani kopi hanya dapat memenuhi kebutuhan hidup dan tidak cukup untuk pendidikan dan kesehatan, produksi masyarakat hanya sedikit dan tidak mencukupi kebutuhan sehari-hari, ekonomi masyarakat masih dihasilkan pertahun dari pekerjaannya, hanya ada program kesehatan, serta fasilitas kesehatan dan pendidikan kurang lengkap. Untuk mencapai Tujuan (Goal) masyarakat berpartisipasi aktif tetapi masih kurang berinisiatif untuk bekerjasama dengan pihak lain dan kurangnya fasilitas

(45)

pendidikan dan kesehatan. Sedangkan untuk Integrasi, pemerintah desa berkoordinasi dengan baik tetapi tidak didukung dengan pemenuhan integrasi adaptasi, tujuan dan Pemeliharaan pola dalam pendidikan sudah cukup baik tetapi untuk kesehatan masih kurang pemahaman, kebijakan yang tepat adalah pembangunan akses jalan dan peningkatan fasilitas pendidikan.

2.3 Kerangka Pemikiran

Pemerintah dalam melihat pemerataan pembangunan pada seluruh pedesaan di Indonesia menggunakan indeks pembangunan desa sebagai indikator nasional yang menentukan kelompok desa seperti desa mandiri dengan nilai lebih dari 75, desa berkembang dengan nilai lebih dari 50 namun kurang dari atau sama dengan 75 dan desa tertinggal dengan nilai kurang dari atau sama dengan 50.

Terdapat lima dimensi penyusun indeks pembangunan desa yaitu pelayanan dasar, kondisi infrastruktur, aksesibilitas/transportasi, pelayanan publik dan penyelenggaraan pemerintahan.

Indeks pembangunan desa di Indonesia tahun 2018 mencapai nilai 59,36.

Di Sumatera Utara pada tahun 2018 hanya 56,62 dan masih di bawah nilai secara nasional, sedangkan Kabupaten Dairi sebagai salah satu bagian Provinsi Sumatera Utara sudah mencapai 59,98. Salah Satu kecamatan di Kabupaten Dairi yang penulis akan teliti adalah Kecamatan Siempat Nempu yang memiliki 13 desa, dari semua desa yang ada terdapat Desa Maju yang memiliki nilai indeks pembangunan desa terendah sebesar 45,98 dan masuk dalam kategori desa tertinggal.

Desa Maju selain memiliki nilai indeks pembangunan desa yang paling rendah di Kecamatan Siempat Nempu juga mendapat nilai paling rendah dalam

(46)

dimensi pelayanan dasar di Kecamatan Siempat Nempu yaitu sebesar 37,42. Hal tersebut seharusnya menjadi perhatian dikarenakan pelayanan dasar mencakup kebutuhan dasar masyarakat desa seperti pelayanan pendidikan dan pelayanan kesehatan. Sehingga penulis tertarik untuk melihat faktor penyebab dari rendahnya pelayanan dasar Desa Maju sebagai rumusan masalah pertama.

Rendahnya pelayanan dasar tersebut dapat mempengaruhi kualitas pendidikan dan kesehatan masyarakat Desa Maju itu sendiri, masyarakat juga dapat menilai pelayanan dasar yang diberikan pemerintah Desa Maju sudah sesuai bagi masyarakat desa atau tidak degan dilihat dari kepuasan masyarakat desa akan pelayanan dasar desa tersebut. Indikator kepuasan masyarakat desa dapat dilihat dari beberapa aspek seperti prosedur pelayanan, persyaratan pelayanan, kedisiplinan petugas pelayanan, tanggung jawab petugas pelayanan, kecepatan pelayanan, keadilan mendapatkan pelayanan, kesopanan dan keramahan petugas, kewajaran biaya pelayanan, kepastian jadwal pelayanan, dan kenyamanan lingkungan. Sehigga dalam penelitian ini yang menjadi rumusan masalah kedua adalah pengaruh pelayanan dasar yang rendah dengan kepuasan masyarakat desa.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan utama dalam penelitian ini adalah untuk menjawab rumusan masalah yang sudah di rumuskan pada awal bab penelitian ini, yaitu untuk mengetahu seberapa besar

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data pada penelitian yang dilakukan untuk menemukan permasalahan yang diteliti dengan cara melakukan penelitian secara

Kekerasan seksual adalah aktivitas seksual yang dilakukan pelaku tanpa persetujuan atau kerelaan dari orang lain yang di kenai tindakan. Pelaku adalah orang yang

Dari keseluruhan uji yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa variabel independen (Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 2/PERMEN-KP/2015)

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis tentang Upaya Masyarakat Kampung Kubur dalam mengubah stigma negatif Kampung Narkoba menjadi Kampung Sejahtera di

Setelah diadakan penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa Implementasi Program KKS desa Manuk Mulia, Kecamatan Tiga Panah, Kabupaten Karo ini sudah berjalan dengan

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan strategi pasif yang dilakukan pedagang pasar tradisional malam Kecamatan Pagar Merbau dalam beradaptasi ditengah pandemi

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang Peran Ganda Perempuan Single Parent dalam Mempertahankan Kesejahteraan Keluarga di Desa Simanindo maka