• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyebab Rendahnya Pemenuhan Elemen 4: Manajemen Subkontraktor

BAB V HASIL

C. Penyebab Rendahnya Nilai HSE Internal Control Proyek X PT Z Tahun 2014

3. Penyebab Rendahnya Pemenuhan Elemen 4: Manajemen Subkontraktor

Berdasarkan telaah dokumen dari hasil laporan HSE Internal Control di proyek X PT. Z pada April 2014, diketahui bahwa terdapat satu temuan yang menyebabkan rendahnya nilai pemenuhan di elemen 4: manajemen subkontraktor. Yaitu belum berjalannya penilaian Contractor Safety Management System (CSMS) terhadap subkontraktor. Berikut ini adalah penjelasan masing-masing unsur manajemen pada pemenuhan elemen 4: manajemen subkontraktor. Penyebab Rendahnya Elemen 2: kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan Metode

Pihak site tidak mendapat sosialisasi tentang sistem pendokumentasian PT. Z Lemahnya komunikasi/ koordinasi antara HO & site Kurangnya kompetensi manajemen site

Tidak dapat melaksanakan pemenuhan pada elemen 2

Manusia

Kesalahan acuan peraturan

a.

Manusia

Unsur manusia merupakan sumber daya manusia yang terlibat, meliputi jumlah pekerja dan kemampuan manajemen site dalam melaksanakan pemenuhan SMK3LL PT. Z di site untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Jika ditinjau dari unsur manusia mengenai kecukupan jumlah pekerja pada proyek X PT. Z tahun 2014 diketahui tidak memiliki kelemahan. Sama seperti hasil pada elemen 1 dan 2, diketahui berdasarkan wawancara, bahwa jumlah pekerja yang ada di proyek X PT. Z tahun 2014 telah tersedia dan tidak menjadi penyebab dari rendahnya pemenuhan elemen 4: manajemen subkontraktor. Begitupula jika ditinjau dari unsur manusia mengenai kemampuan manajemen site dalam melaksanakan pemenuhan elemen 4: manajemen subkontraktor, juga tidak terdapat kelemahan.

b.

Anggaran Dana

Anggaran dana merupakan modal organisasi perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya yang harus tersedia setiap saat.Jika ditinjau dari unsur uang mengenai kecukupan anggaran dana dalam melaksanakan pemenuhan elemen 4: manajemen subkontraktor pada proyek X PT. Z tahun 2014 diketahui tidak menjadi penyebab rendahnya pemenuhan pada elemen 4. Sama seperti hasil pada elemen 1 dan 2 diketahui berdasarkan wawancara, bahwa anggaran dana yang ada di proyek X PT. Z tahun 2014 telah tersedia.

c.

Material

Unsur material merupakan ketersediaan inventaris kantor atau material penunjang lainnya yang ada di perusahaan yang dibutuhkan untuk menjalankan aktivitas organisasi. Jika ditinjau dari unsur material mengenai ketersediaan inventaris kantor tidak menjadi penyebab rendahnya pemenuhan elemen 4: manajemen subkontraktor. Berdasarkan wawancara, diketahui bahwa peralatan (material) yang ada di proyek X telah telah memadai untuk melaksanakan kegiatan di site dan dalam melakukan pemenuhan elemen 4: manajemen subkontraktor. Hal ini diketahui berdasarkan kutipan wawancara kepada IU2 dan IP1 ketika ditanyakan mengenai ketersediaan perlengkapan seperti inventaris kantor dan material penunjang lainnya yang ada di site sebagai berikut:

“Sudah, sudah ada”- (IU2)

“Hmm...nggak ada masalah kalo PT. Z sendiri”- (IP1)

Berdasarkan pemaparan, dapat disimpulkan jika ditinjau dari unsur material berupa ketersediaan inventaris kantor di site yang digunakan dalam melaksanakan pemenuhan elemen 4 tidak terdapat kelemahan dan telah tersedia.

d.

Metode

Unsur metode merupakan cara pelaksanaan yang dilakukan dalam menjalankan elemen 4: maanjemen subkontraktor di site, apakah sesuai dengan peraturan SMK3LL PT. Z atau tidak. Jika ditinjau dari

unsur metode pelaksanaan manajemen site dalam melakukan pemenuhan elemen 4 pada proyek X PT. Z tahun 2014 diketahui memiliki kelemahan. Temuan di elemen 4 berupa belum berjalannya penilaian Contractor Safety Management System (CSMS) dalam pemilihan subkontraktor disebabkan karena adanya kelemahan pada unsur metode, yaitu manajemen site proyek X melakukan pengadaan subkontraktor langsung di site. Padahal, jika mengacu kepada peraturan Corporate Policy PT. Z nomor 8000-PL-01, subkontraktor yang akan mengikuti tender harus sudah lulus program CSMS. Melalui CSMS, subkontraktor harus memenuhi persyaratan K3LL PT. Z yang tertuang dalam dokumen HSE Minimum Requirements.

Dokumen HSE Minimum Requirements adalah dokumen yang

mencakup seluruh persyaratan HSE yang harus dipenuhi dalam melaksanakan proyek-proyek yang ada di PT. Z.

Berdasarkan wawancara kepada IP2, memang di proyek X tersebut terdapat masalah dalam hal CSMS. Berikut adalah kutipannya:

“Ya ada masalah, masalah CSMS, masalah prosedur..”- (IP2)

“Iya. Pemilihan subkontraktor, ribet pokoknya semuanya itu.”- (IP2)

Hal tersebut sejalan dengan pernyataan IP1 yang mengatakan bahwa masalah pengadaan subkontraktor terjadi karena manajemen site ketika itu langsung melakukan pengadaan di site. Berikut kutipannya:

“Kalo subkon disini memang kan harusnya pengadaannya, semua proses pengadaan di PT.Z harus dimulai dari pendaftaran subkon di PT.Z, di HO sini (home office). Nah untuk yang ini

keliatannya ada yang salah. Mereka langsung melakukan pengadaan di lapangan. Akibatnya tidak terkontrol. Jadi..kenapa kemudian CSMS nya lewat? Karna emang subkonnya subkon

yang tidak terkontrol”- (IP1)

Menurut IU1 dan IU2, manajemen site ketika itu menjalankan CSMS dengan nama yang berbeda yang mengacu kepada peraturan PT. ABC. Kelemahan terdapat pada unsur metode yaitu manajemen site melakukan pengadaan subkontraktor di lapangan tidak berdasarkan peraturan PT. Z melainkan mengacu kepada peraturan PT. ABC. Sehingga ketika dilakukan audit pada tahun 2014, hal tersebut menjadi temuan karena subkontraktor yang bekerja di proyek X tidak terdata di home office PT. Z. Berikut kutipannya:

“CSMS itu nama modulnya PT. Z. Client menyeleksi subkontraktor, PT. Z menyeleksi subkontraktor, namanya (tahap) Pre-Kualifikasi subkontraktor. Itu disebut dengan CSMS. Sedangkan PT. ABC untuk melakukan Pre-Kualifikasi subkontraktor dengan menggunakan CSHEM.”- (IU1)

“PT. ABC sendiri punya penilaian terhadap kontraktor yang dibawahnya itu yang namanya CSHEM”- (IU2)

Berdasarkan telaah dokumen, subkontraktor yang bekerja di proyek X tidak terdata dalam laporan bulanan proyek X. Hal itu terbukti dengan kosongnya tabel „Hubungan PT. Z dengan Subkontraktor‟ seperti berikut (Gambar 5.8):

Sumber: HSE Monthly Report Proyek X April 2014 (PT. Z, 2014d)

Gambar 5.8 Subkontraktor Tidak Terdata Pada Laporan Bulanan Proyek X

Menurut IK, cara me-manage subkontraktor yang baik ialah dengan mengikuti prosedur yang sudah ditentukan oleh perusahaan yang bersangkutan. Yaitu dengan mengikuti aturan yang sudah ditetapkan, ikuti alur dan prosesnya. Berikut kutipan wawancaranya:

“Ya itu ikutin aja prosedurnya, kaya CSMS kan..mulai dari..kualifikasi, terus seleksi, gitu”- (IK)

Berdasarkan pemaparan, dapat disimpulkan jika ditinjau dari unsur metode pelaksanaan meliputi cara manajemen site dalam me-manage subkontraktor pada pemenuhan elemen 4 di proyek X masih terdapat kelemahan yaitu manajemen site proyek X langsung melakukan pengadaan subkontraktor di site dan manajemen site ketika itu menjalankan CSMS dengan nama yang berbeda, mengacu kepada peraturan PT.ABC.

Berdasarkan uraian di atas, penyebab rendahnya elemen 4: manajemen subkontraktor di proyek X PT. Z tahun 2014 yang dianalisis menggunakan diagram tulang ikan terdapat pada Gambar 5.9.

Gambar 5.9 Akar Penyebab Rendahnya Pemenuhan Elemen 4: Manajemen Subkontraktor pada Proyek X PT. Z Tahun 2014