DAN PENYEBABNYA
4.3 Analisis Tindak Kekerasan
4.3.2 Penyebab Terjadinya Kekerasan
Segala tindakan kekerasan yang terjadi dalam cerita ini disebabkan oleh faktor yang berbeda-beda, baik dari diri sendiri, seperti tokoh raksasa yang melakukan pembunuhan karena ia memang suka membunuh, maupun dari keadaan yang mendesak seperti penebang kayu yang menelantarkan anak-anaknya karena keadaan ekonomi yang tidak memungkinkan. Semua urutan peristiwa
82
dalam dongeng ini menunjukkan adanya hubungan sebab akibat serta peningkatan bentuk kekerasan yang terjadi. Dari peristiwa ditelantarkannya Le Petit Poucet dan kakak-kakaknya, hingga peristiwa dibunuhnya anak-anak perempuan raksasa oleh raksasa sendiri.
Berdasarkan sebab akibat dari tindakan kekerasan yang dilakukan oleh para tokoh, dapat terlihat bahwa tindakan kekerasan tersebut terdiri atas kekerasan yang dilakukan karena keinginan dari pelaku kekerasan, seperti misalnya sang Raksasa mengancam akan membunuh Le Petit Poucet dan kakak-kakaknya karena ia memang ingin memakan mereka, dan kekerasan yang dilakukan karena adanya faktor lain dari luar pelaku itu sendiri, seperti keadaan yang memaksa pelaku melakukan kekerasan. Misalnya, penebang kayu yang menelantarkan anak-anaknya di dalam hutan.
83
BAB 5
PENUTUP
5.1 Simpulan
Setelah peneliti melakukan pembacaan dan analisis perilaku tokoh-tokohnya, ternyata ditemukan bahwa dongeng Le Petit Poucet menampilkan tindak kekerasan dengan jelas. Terlihat pula berbagai tindakan kekerasan yang mengalami peningkatan, dari tindakan orang tua, yaitu penebang kayu yang menelantarkan anak-anaknya, hingga pembunuhan yang dilakukan oleh sang Raksasa kepada anak-anaknya.
Latar yang digunakan dalam dongeng ini, baik latar waktu maupun latar tempat, juga mendukung adanya tindakan kekerasan. Latar waktu yang di maksud adalah ketika terjadi bencana kelaparan yang menyebabkan orang tua Le Petit Poucet memutuskan untuk menelantarkan anak-anaknya. Latar tempat yang mendukung tindakan kekerasan antara lain hutan sebagai tempat yang berbahaya dan juga rumah raksasa yang menyimpan banyak hewan hasil buruan raksasa.
Peran tokoh-tokohnya pun mendukung tema kekerasan tersebut. Dari pihak keluarga Le Petit Poucet, semua anggota keluarganya melakukan tindakan kekerasan. Tokoh Le Petit Poucet melakukan kekerasan psikis yang berupa penipuan terhadap istri raksasa; keenam saudara Le Petit Poucet melakukan kekerasan psikis dengan selalu meremehkan Le Petit Poucet; ayah mereka melakukan kekerasan fisik dengan membuang anak-anaknya di hutan dan
84
kekerasan psikis yang tampak dari perbuatannya, yakni mengancam istrinya; serta ibu mereka yang melakukan kekerasan fisik dan psikis dengan menelantarkan mereka dan berlaku tidak adil dalam membagi kasih sayangnya kepada anak-anaknya dengan lebih menyayangi anak sulungnya karena anak-anaknya tersebut memiliki wajah yang paling mirip dengannya.
Dari pihak keluarga raksasa, walaupun ditampilkan sebagai tokoh-tokoh yang mewakili kejahatan, ternyata tidak semua tokohnya melakukan kekerasan. Kekerasan yang diperbuat oleh Raksasa adalah kekerasan fisik dan psikis. Kekerasan fisik berupa kekejaman seorang ayah yang terlihat ketika sang Raksasa memenggal kepala anak-anaknya meskipun ia menyangka bahwa anak-anaknya adalah Le Petit Poucet dan saudara-saudaranya. Sementara itu kekerasan psikis tampak pada saat Raksasa mengancam Le Petit Poucet beserta keenam kakaknya dan juga saat mengucapkan kata-kata penghinaan yang kasar kepada istrinya.
Anak-anak perempuan Raksasa merupakan korban dari kekerasan yang diperbuat ayah mereka, akan tetapi sebelumnya telah diceritakan bahwa mereka pernah membunuh anak-anak kecil untuk dihisap darahnya. Oleh karena itu, mereka termasuk tokoh yang melakukan kekerasan fisik yang berupa pembunuhan.
Berbeda dengan tokoh-tokoh lainnya, tokoh istri raksasa digambarkan sebagai tokoh yang baik hati dan tidak pernah melakukan kekerasan. Melalui tindakan-tindakan yang dilakukan para tokoh itulah tampak dua jenis kekerasan yang ditampilkan, yaitu kekerasan fisik dan kekerasan psikis.
Dari pemaparan di atas, terlihat pula penyebab tindak kekerasan dalam cerita ini, yaitu kekerasan yang dilakukan sebagai kebiasaan, seperti misalnya sang Raksasa yang sudah biasa membunuh dan memangsa anak-anak kecil, serta kekerasan yang dilakukan untuk mempertahankan hidup atau karena keterpaksaan, seperti tindakan penebang kayu yang membuang anak-anaknya di dalam hutan.
Analisis yang telah dilakukan menunjukkan bahwa tindak kekerasan yang terjadi dalam dongeng Le Petit Poucet mempunyai bentuk kekerasan serta penyebab yang berbeda-beda. Melalui analisis tersebut dapat ditemukan makna dari kekerasan itu sendiri, yaitu tindakan melukai satu pihak, baik secara fisik maupun psikis, dengan penyebab yang bermacam-macam, baik itu kebiasaan maupun keterpaksaan untuk mempertahankan hidup. Segala bentuk kekerasan yang ditampilkan dalam dongeng ini menunjukkan bahwa semua hal dapat terjadi, yaitu orang tua yang tega membuang anak-anaknya di dalam hutan karena tidak mampu menafkahi mereka, dan segala sesuatu juga dapat dihadapi, yaitu kemiskinan yang dialami penebang kayu dan bahaya yang dihadapi Le Petit Poucet dapat dihadapi berkat kecerdikan Le Petit Poucet.
Selain itu, peneliti menyimpulkan bahwa adanya tindak kekerasan dalam dongeng bertujuan agar pembaca dapat memilah hal baik dan hal yang kurang baik. Diharapkan para pembaca tidak meniru tindak kekerasan tersebut, terutama anak-anak. Tentunya, ketika mereka membaca atau mendengar suatu cerita dongeng, mereka tidak ingin menjadi tokoh yang jahat.
86
5.2 Saran
Dari simpulan di atas, penulis mengajukan beberapa saran sebagai berikut: 1. Tindak kekerasan hanyalah salah satu dari beberapa aspek yang dapat
diteliti dalam dongeng Le Petit Poucet sehingga tidak tertutup kemungkinan untuk meneliti aspek-aspek lain dari karya ini, seperti aspek instrinsik, aspek ekstrinsik, dan lain-lain.
2. Penelitian ini menggunakan pendekatan strukturalisme dan psikologi sastra, dongeng ini masih dapat diteliti dengan menggunakan pendekatan lain, contohnya pendekatan sosiologi sastra, antropologi sastra, dan sebagainya.
87