• Tidak ada hasil yang ditemukan

10. Drs S. Alamsyah Sebayang

4.7. Pola Adaptasi keluarga amalgamasi di Desa Tengah

4.7.4. Penyesuaian Lingkungan

Penyesuaian dengan lingkungan yang dilakukan adalah meliputi pendekatan diri yang dilakukan Etnis pendatang terhadap si manteki kuta bertujuan untuk menjalin komunikasi yang aktif satu sama lain. Harapannya agar tujuan kedatangan Etnis pendatang tersebut dapat diketahui oleh penduduk asli di Desa Tengah. Dengan demikian mereka akan mengetahui apa alasan mereka pindah seperti, karena menikah dengan salah satu Etnis asli di Desa Tengah, maka akan semakin baik respon yang berikan oleh Etnis Asli /simanteki kuta dengan cara bersikap terbuka terhadapnya dan menganggap mereka sebagai keluarga di desa Tersebut. berikut adalah upayaa yang dilakukan oleh Etnis pendatang untuk pendekatan diri dengan Penduduk setempat.

4.7.4.1.Sering Berkunjung Ke Rumah Penduduk Sekitar.

Tempat tinggal Etnis pendatang dengan penduduk lainnya memiliki jarak yang cukup dekat. Bisa dikatakan bahwa tempat tinggal mereka berbaur sehingga sering melakukan interaksi. Seringnya mereka berkunjung ke rumah penduduk setempat yaitu dengan harapan selaku pendatang baru dilingkungan tersebut, Etnis pendatang lebih mudah untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan baru mereka. Berikut hasil wawancara dengan informan:

“ pertama dulu kami pindah ke sini kan seringlah aku main-main ke rumah tetangga. Lama-lama jadi kenal lah sekampung. Kek gitu lah baru enak tinggal di satu tempat. Apalagi kan keluarga suami semua disini, jadi pelan-pelan aku bisa dekat juga .Jadi enak dan buat betah kita tinggal kalo udh dekat sama tetangga” (Irawati Simanjuntak September 2016)

Berdasarkan hasil wawancara dengan infroman di atas dapat kita lihat bahwa dengan usahanya sebagai Etnis Pendatang di lingkungan barunya untuk mendekatkan diri dengan si manteki kuta, dan bu Irawati juga disambut dengan respon yang positif. Beliau jadi semakin saling mengenal antara masyarakat satu sama lain, terlebih dengan keluarga dari pihak suaminya yang juga merupakan si manteki kuta. Hal yang sama juga dilakukan oleh Etnis pendatang yang lainnya demi menjalin hubungan komunikasi yang lebih dekat dengan keluarga, dan masyarakat sekitar. Berikut wawancara infroman:

“ awalnya saya tinggal disini, saya sering silahturahmi dengan tetangga-tetangga, ditemani juga dengan kakaknya suamiku. Kenal-kenalan, saya sering sapa-sapa. Dari situ lah saya belajar lingkungan sini. Terus makin lama makin kenal semua. Kami juga jadi serinng ngerumpi jadi kalua doia mau minta bantuan saya jadi gak segan-segankan” (Dewi Sartika, Oktoer 2016).

Dengan demikian maka hubungan etnis pendatang dengan si manteki kuta akan semakin mengenal lebih dekat satu sama lain. Berdasarkan hasil wawancara maka baik Bu Dewi Sartika atau pun etnis pendatang lainnya berusaha untuk berbaur. Mereka berusaha belajar dan memahami karakter dari si manteki kuta. Penduduk setempat juga terlihat memiliki rasa pertemanan yang tinggi. Mereka tidak menutup diri terhadap pendatang yang berasal dari etnis lain.

Intensitas pertemuan yang tinggi melalui silaturahmi yang kerap dilakukan oleh Etnis Jawa, Batak Toba, dan Melayu ke rumah penduduk setempat menjadikan mereka saling mengenal baik karakter maupun pekerjaan. Hubungan

yang dekat tersebut mengurangi rasa sungkan mereka jika ingin meminta bantuan satu sama lain. Strategi untuk mendekatkan diri yang diloakukan oleh Etnis pendatang Jawa, Melayu dan Batak melalui seringnya berkunjung ke rumah-rumah penduduk si manteki kuta ternayta berdampak baik bagi keberadaan Etnis pendatang dan juga si manteki kuta.

4.7.4.2. Memberi makanan kepada tetangga atau penduduk Sekitar

Memberi makanan kepada tetangga atau penduduk lokal yang ada di lingkungan tempat tinggal etnis pendatang adalah salah satu cara yang kerap dilakukan guna untuk menyesesuaikan diri demi hubungan yang lebih dekat. Melihat dari keanekaragaman etnis yang tinggal di Kecamatan Pancur Batu Desa Tengah otomatis juga memiliki makanan khas dari daerah/etnis masing-masing. Orang karo memkaan nasi dan gulai sebagai bahan komsumsi mereka sehari-hari. Daging dan ikan asin adalah makanan yang mewah. Dari sudut keragaman dan kelezatan makanan, mereka ketinggalan bila dibandingkan dengan makanan Jawa (Tarigan,2008:28).

Etnis Jawa misalnya identik dengan rasa manis di setiap rasa masakannya. Melayu memiliki sambal hijau atau rasa sambal lainnya di setiap masakannya, sedangkan Batak Toba, dan Karo identik dengan rasa pedas dan berlemak dalam masakannya. Tidak mementingkan apa jenis dari mkanan tersebut baik itu berupa makanan ringan atau sayur yang hendak dimasak oleh etnis pendatang didalam keluarganya atau untuk dibagikan ke tetangga-tetangga sekitar rumah. Berikut hasil wawancara dengan informan:

“Aku suka kali masak, kadang coba menu-menu baru juga dek, karna kan orang sini sukanya makanan yang rasanya tajam, kayak

suamiku, kalau aku masak itu mesti pakai cekala (andaliman) biar tajam rasa masakan, tetanggaku disini juga ngajari aku, kadang pun aku masak kubagikan juga sama orang-orang sini, kata orang ini enak, udah bisalah aku masak masakan karo kata orang sini, kadang pun orang ini kan masakannya dibaginya juga ke aku hehe.” (Bu Maria, Oktober 2016)

Memberikan makanan kepada tetaangga ternyata berdampak baik bagi hubungan etnis pendatang dengan penduduk setetmpat. Berbagi makanan dan meminta untuk diajari masakan khas Karo yang dilakukan Bu Maria untuk menyesuaikan dirinya dalam memasak sesuai dengan selera suaminya yang beretnis Karo. Makanan yang dikonsumsi oleh masyarakat setiap hari dan makanan tersebut bisa menjembatani kedekatan hubungan antara Etnis pendatang yaitu Jawa, Batak Toa dan Melayu dengan lingkungan setempat dan juga dapat mempererat hubungan kasih antara Etnis pendatang dengan pasangannya di dalam keluarga Amalgamasi . hal yang sama juga dialami oleh etnis pendatang lain.

Kemampuan etnis pendatang etnis Jawa, Batak Toba, dan Melayu juga sering dimanfaatkan oleh masyarakat setempat, terkhusus jika adanya perayaan pada pesta ulangtahun atau acra di rumah masyarakat setempat. Etnis pendatang sering bersama si manteki kuta dipercayakan untuk mengelola konsumsi dan menghidangkan makanan.