• Tidak ada hasil yang ditemukan

9 Regulasi Penomoran Mendorong terciptakan efisiensi penggunaan serta alokasi

penomoran yang dapat mendorong terjadinya efisiensi industri termasuk kebijakan penomoran dengan berkembangnnya teknologi IP

10 Regulasi Market Review

dan Analysis

Regulasi ini sebagai dasar dalam melakukan analisis industri dan mengetahui bagaimana kinerja industri secara menyeluruh. Dengan mengetahui kinerja industri secara menyeluruh maka akan lebih mudah bagi Pemerintah dalam membuat kebijakan dalam pengembangan industri

11 Regulasi Percepatan

Pengembangan

Infrastruktur Pita Lebar

Regulasi ini nantinya akan berbentuk Inpres, yang tujuannya secara langsung mengintruksikan kepada stakeholder industri telekomunikasi (pemerintah dan penyelenggara telekomunikasi) untuk melakukan koordinasi dalam upaya percepatan pengembangan infrastruktur dan aplikasi broadband nasional.

12 Regulasi Pengembangan

Ekosistem Pita Lebar

Rendahnya penetrasi dan utilisasi layanan pita lebar tidak hanya disebabkan oleh terbatasnya jaringan pita lebar yang tersedia tetapi juga karena belum terbentuknya ekosistem pita lebar yang dapat mendorong berkembangnya layanan pita lebar. Perlu kebijakan dan regulasi pengembangan ekosistem pita lebar yang dapat mendorong dan mempercepat peningkatan penetrasi dan utilisasi pita lebar di seluruh Indonesia.

Bidang Penyiaran

Dalam mendukung program kerja Ditjen PPI di bidang Penyiaran diperlukan berbagai regulasi yang mendukung dalam sektor pernyiaran terutama terkait kebijakan dan regulasi untuk menciptakan efisiensi industri penyiaran, migrasi penyelenggaran penyiaran analog menjadi penyelenggaraan penyiaran digital serta kebijakan digital dividen antara lain:

Tabel 3. 3 Kebijakan dan Regulasi Bidang Penyiaran

No Regulasi yang DIbutuhkan Tujuan Regulasi

1 Regulasi pengaturan

kualitas layanan siaran TV dan radio digital

Regulasi ini mengatur bagaimana penyelenggara mux siaran memberi kualitas siaran yang baik sesuai dengan standar yang disyaratkan

2 Regulasi Lembaga siaran

Komunitas

Regulasi yang mengatur lebaga siaran komunitas tentang cara perizinan, tata cara siaran dan pendanaan

3 Regulasi TKDN perangkat

TV Digital

Regulasi ini dibutuhkan agar perangkat TV digital, baik perangkat Televisi, Set up Box, dan perangkat pendukung lainnya mengandung TKDN. Hal tersebut dibutuhkan guna mendorong industri perangkat TV digital dalam negeri juga berkembang seiring dengan rencana analog switch-off yang sudah di depan mata.

4 Regulasi penyehatan RRI

dan TVRI

Regulasi ini bertujuan agar TVRI dan RRI dapat eksis serta memilki konten yang menarik bagi masyarakat Indonesia

5 Regulasi peluang usaha

dan moratorium

Regulasi ini bertujuan untuk menjadi acuan bagi KPI dan KPID dalam memberikan izin penyiaran kepada pemohon izin, terkait dengan aturan untuk menentukan kebijakan peluang usaha dan moratorium baik lokal maupun nasional

6 Regulasi persaingan

usaha

Regulasi ini bertujuan untuk menjaga iklim kompetisi pada penyelenggaraan penyiaran di Indonesia. Mengatur mengenai perangkat bagi regulator untuk mengawasi kompetisi dan tindakan apabila terjadi praktek anti kompetisi.

7 Regulasi Penyelenggaran

Multipleksing

Regulasi ini bertujuan untuk meregulasi penyelenggara multipleks terkait dengan tarif, komitmen penyelenggaraan, kerjasama, kewajiban layanan, dan lain sebagainya

8 Regulasi penyelenggaraan

TV digital

Regulasi ini bertujuan untuk menyusun kerangka regulasi yang diperlukan dalam penyelenggaraan TV digital di Indonesia baik yang menyangkut perizinan, alokasi frekuensi, IPP, model bisnis, sharing channel dan lainnya.

9 Regulasi konten dan OTT

Penyiaran

Regulasi ini bertujuan untuk meregulasi konten penyiaran baik lokal, nasional, konten luar negeri dan juga konten yang berupa OTT penyiaran

10 Regulasi komitmen

penyelenggara

Regulasi komitmen penyelenggara penyiaran ditujukan untuk meningkatkan jangkauan layanan maupun jaringan penyiaran, serta kualitas layanan penyiaran kepada masyarakat

11 Regulasi Set Top Box Regulasi set top box bertujuan untuk dapat mengatur

pengembangan teknologi set top box dan juga terkait dengan faktor keamanan serta standarisasi set top box

3.3.5 Strategi dan Implementasi Pembangunan Infrastruktur dan Aksesibilitas

Pembangunan infrastruktur guna meningkatkan aksesibilitas layanan pos dan informatika di Indonesia saat ini merupakan prioritas pemerintah melalui Kementrian Komunikasi dan Informatika. Pembangunan dilakukan baik di wilayah perkotaan, perdesaan, maupun wilayah terpencil, terluar, dan terdepan guna menjamin seluruh masyarakat mendapatkan akses layanan pos dan informatika. Semakin tinggi penetrasi infrastruktur layanan pos dan informatika diyakini akan meningkatkan daya saing bangsa apabila layanan tersebut dapat dimanfaatkan secara produktif oleh masyarakat.

Pembangunan infrastruktur dan aksesibilitas terbagi menjadi 2 fokus utama, yaitu:

1. pembangunan infrastruktur di wilayah perdesaan dan wilayah terpencil, terluar, terdepan;

2. pembangunan infrastruktur yang sifatnya kebutuhan masyarakat baik di perkotaan maupun perdesaan.

Pembangunan pada wilayah perdesaan dan wilayah terpencil, terluar, terdepan yang tertinggal bidang telekomunikasi dilakukan melalui Universal Service Obligation (USO). Seperti diketahui pelaksanaan USO dinilai banyak pihak masih kurang efektif, sehingga membutuhkan suatu reformasi pelaksanaan USO. Kajian mengenai skema non-cash USO

oleh penyelenggara telekomunikasi akan dikaji lebih lanjut, apabila hal tersebut dinilai dapat lebih efektif dalam menyelesaikan permasalahan digital devide di Indonesia.

Selanjutnya terkait pelaksanaan Public Servive Obligation (PSO) yang dilakukan untuk menyediakan jasa pos sesuai yang dilakukan untuk kantor pos cabang layanan pos universal (KPC-LPU). Kedepan, guna meningkatkan akses layanan keuangan di seluruh wilayah Indonesia, terutama untuk masyarakat berpenghasilan mengenah ke bawah, maka layanan keuangan oleh PT. Pos harus dikembangkan. Hal tersebut sangat penting guna memudahkan masyarakat meningkatkan produktivitas melalui penyediaan layanan keuangan yang terjangkau oleh masyarakat.

Kedua, terkait pembangunan infrastruktur yang sifatnya merupakan kebutuhan masyarakat, seperti halnya layanan Emergency Call dan Public Protection Disaster Relief (PPDR). Kedua sistem tersebut diyakini merupakan kebutuhan mendesak masyarakat saat ini yang diyakini akan meminimalisir jatuhnya korban jiwa akibat tindak kriminal ataupun bencana alam. Dibutuhkan sinergitas antar seluruh stakeholder guna membangun sistem ini, baik pemerintah, regulator, maupun penyelenggara pos dan informatika.

3.3.6 Strategi Pengawasan dan Pengendalian

Fungsi pengawasan dan pengendalian merupakan salah satu fungsi dari Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika yang meliputi kegiatan pelaksanaan pengawasan dan pengendalian serta penegakan hukum.

Dalam pelaksanannnya, kegiatan pengawasan meliputi kegiatan monitoring dan evaluasi terhadap seluruh penyelenggaraan pos dan informatika agar penyelenggaraannya sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

Fungsi monitoring dan evaluasi penyelenggara pos dan informatika meliputi kegiatan monitoring dan evaluasi terhadap pemenuhan seluruh kewajiban penyelenggara sebagaimana tertuang dalam peraturan perundangundangan dan komitmen yang tertuang dalam izin penyelenggaraan. Seluruh kewajiban dan komitmen penyelenggara pos dan informatika wajib dilaporkan secara berkala dalam bentuk laporan penyelenggaraan untuk dilakukan verifikasi dan pengecekan guna penilaian capaian komitmen dan kewajiban. Hasil dari monitoring dan evaluasi digunakan sebagai rekomendasi pembaharauan izin maupun penetapan sanksi admistratif sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku.

Fungsi pengendalian merupakan fungsi yang bertujuan untuk memberikan bimbingan dan pembinaan terhadap seluruh penyelenggara pos dan informatika, yang kegiatannnya meliputi: pemberian sosialisasi, asistensi dan bimbingan teknis dalam pelaksanaan penyelenggaraan pos dan informatika. Tujuannya adalah untuk menjaga agar iklim industri pos dan informatika dapat tumbuh dan berkembang serta dapat berdaya saing baik di dalam negeri maupun di kancah internasional.

Fungsi pengendalian juga dilaksanakan melalui penegakan hukum (low inforcement) terhadap seluruh pelanggaran penyelenggaraan pos dan informatika. Tujuan penegakan hukum ini adalah untuk memberikan kepastian hukum, mengurangi potensi kerugian negara,

melindungi industri, melindungi konsumen dan menjamin tertib penyelenggaraan pos dan informatika.

3.3.7 Dukungan Manajemen

Dukungan manajemen sangat diperlukan dalam memastikan bahwa setiap tugas dan fungsi yang menjadi kewenangan Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika dapat terlaksana dengan baik. Pemanfaatan ICT dalam operasional Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika merupakan suatu bentuk dukungan manajemen yang efektif dan efisien membantu Dirjen PPI dalam menyelesaikan tugas dan fungsinya. Seperti halnya, pemanfaatan ICT dalam mengurus perizinan penyelenggaraan pos dan informatika. Dukungan manajemen yang efektif dan efisien dapat dicapai dengan melakukan reformasi birokrasi yang menyeluruh terhadap semua struktur organisasi dan kelembagaan Dirjen PPI.

REFORMASI BIROKRASI

Undang-undang No 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025 mengamanatkan bahwa pembangunan aparatur Negara dilakukan melalui reformasi birokrasi untuk mendukung keberhasilan pembangunan bidang lainnya. Sebagai wujud komitmen nasional untuk melakukan reformasi birokrasi, pemerintah telah menetapkan reformasi birokrasi dan tata kelola pemerintahan menjadi prioritas utama dalam Perpres Nomor 5 tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010-2014.

Makna reformasi birokrasi adalah: Perubahan besar dalam paradigma dan tata kelola pemerintahan Indonesia;Pertaruhan besar bagi bangsa Indonesia dalam menghadapi tantangan abad ke-21; Berkaitan dengan ribuan proses tumpang tindih antar fungsi-fungsi pemerintahan, melibatkan jutaan pegawai, dan memerlukan anggaran yang tidak sedikit; Upaya menata ulang proses birokrasi dari tingkat tertinggi hingga terendah dan melakukan terobosan baru dengan langkah-langkah bertahap, konkret, realistis, sungguh-sungguh, berfikir di luar kebiasaan/ rutinitas yang ada, dan dengan upaya luar biasa; Upaya merivisi dan membangun berbagai regulasi,memodernkan berbagai kebijakan dan praktek manajemen pemerintah pusat dan daerah, dan menyesuaikan tugas fungsi instansi pemerintah dengan paradigma dan peran baru.

Atas dasar makna, tersebut, pelaksanaan reformasi birokrasi diharapkan dapat mengurangi dan akhirnya menghilangkan setiap penyalahgunaan kewenangan publik oleh pejabat di instansi yang bersangkutan; Menjadikan Negara yang memiliki birokrasi yang bersih, mampu, dan melayani; Meningkatkan mutu pelayanan kepada masyarakat; meningkatkan mutu perumusan dan pelaksanaan kebijakan/program instansi; Meningkatkan efisiensi (biaya dan waktu) dalam pelaksanaan semua segi tugas organisasi; menjadikan birokrasi Indonesia Antisipasi, proaktif, dan efektif dalam menghadapi globalisasi dan dinamika perubahan lingkungan strategis.

Pelaksanaan Reformasi Birokrasi Pemerintahan di Indonesia pada dasarnya dimulai sejak akhir tahun 2006 yang dilakukan melalui project di Kementerian Keuangan, Mahkamah Agung, dan Badan Pemeriksa Keuangan. Sejak itu, dikembangkan konsep dan kebijakan Reformasi Birokrasi yang komprehensif yang ditetapkan dengan Peraturan Presiden No. 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi Tahun 2010 – 2025 kemudian ditindaklanjuti dengan dikeluarkan Peraturan Menteri PAN dan RB No. 20 Tahun 2010 tentang Road Map Reformasi Birokrasi 2010-2014 yang saat ini telah diperbaharui menjadi Peraturan Menteri PAN dan RB Nomor 11 Tahun 2015 tentang Road Map Reformasi Birokrasi Tahun 2015 - 2019.

Sasaran Road Map Reformasi Birokrasi Tahun 2015 – 2019 tidak banyak mengalami perubahan dari tahun 2010 – 2014 yang difokuskan kepada birokrasi yang bersih dan akuntabel, efektif dan efisien dan memiliki pelayanan publik berkualitas, hal ini telah disesuaikan dengan visi – misi Nawacita Presiden RI. Penilaian capaian reformasi birokrasi masih berdasarkan pada 9 (sembilan) area implementasi kebijakan RB nasional, yaitu : Mental Aparatur Manajemen Perubahan, pengawasan, akuntabilitas, kelembagaan, tatalaksana, SDM ASN, Peraturan Perundang – undangan dan Pelayanan Publik serta monitoring dan evaluasi. Dasar hukum dalam rangka pelaksanaan reformasi birokrasi telah ditetapkan beberapa PM PAN dan RB dari No. 7 sampai dengan No. 15 yang meliputi pedoman tentang Pengajuan dokumen usulan sampai dengan mekanisme persetujuan pelaksanaan reformasi birokrasi dan tunjangan kinerja.

PERIZINAN ONLINE

Salah satu tugas dan fungsi Ditjen PPI adalah layanan public perizinan bidang pos, telekomunikasi dan penyiaran. Sesuai dengan agenda Nawacita ke -2 bahwa dalam rangka membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis dan terpercaya serta agenda Nawacita ke-4 memperkuat reformasi system dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan terpercaya, maka perlu diwujudkan dengan layanan public yang baik. Layanan public perizinan ini merupakan enabler dalam mendorong pertumbuhan serta perkembangan industri pos, telekomunikasi dan penyiaran serta bertujuan untuk mendorong dunia usaha sebagai pelaku utama dalam pembangunan pos sertapitalebar untuk masuk kedalam kondisi yang lebih kompetitif dengan memangkas birokrasi dan jumlah hari yang dioerlukan dalam penerbitan izin, mendorong operator untuk membangun jaringan pos dan pitalebar secara lebih merata, memastikan perlindungan keamanan kepada penyelenggara, serta menoingkatkan kualitas dan keamanan informasi kepada pengguna layanan secara berkesinambungan. Layanan perizinan juga sebagai upaya dalam rangka meningkatkan akuntabilitas dapat diterapkan dengan memberikan layanan yang mudah, cepat, dan transparan sehingga pemohon izin mengetahui informasi tentang status dari permohonan izinnya

Kualitas pelayanan publik menjadi salah satu indikator kinerja birokrasi dan keberhasilan pelaksanaan pemerintah, karena salah satu tugas utama pemerintahan saat ini adalah memperbaiki kualitas pelayanan publik. Dengan demikian setiap departemen diharapkan dapat membuat berbagai kreativitas dan inovasi dalam pelayanan publik.

Hal ini menjadikan kinerja pelayanan publik menjadi salah satu dimensi yang strategis dalam menilai keberhasilan pelaksanaan reformasi tata pemerintahan.

Dari sisi reformasi tata pemerintahan, Ditjen PPI melihat bahwa kinerja pelayanan publik dapat menjadi indicator penting untuk menilai apakah tata pemerintahan yang baik memiliki tanda-tanda untuk terwujud di Indonesia.

Karena itu Ditjen PPI juga berupaya memberikan kontribusi untuk mempercepat terwujudnya tata pemerintahan yang baik dan mendorong proses kebijakan menjadi lebih partisipatif, responsif dan akuntabel.

Dalam konteks sebagaimana tersebut diatas, maka perlu suatu upaya bagi perbaikan pelayanan publik di lingkungan Ditjen PPI yang menjadi tolok ukur pelaksanaan maupun inovasi terhadap pelayanan yang diberikan kepada masyarakat, terutama menyangkut pelayanan perizinan.

Untuk maksud tersebut, Ditjen PPI dalam menghadapi tuntutan masyarakat akan pengelolaan perizinan yang handal dan prima sehingga mampu menangani keperluan perizinan saat ini dan kebutuhan mendatang, akan melakukan kegiatan Pembangunan Sistem Perizinan Online. Berikut adalah gambaran mengenai strategi program kerja pada Ditjen PPI :

Gambar Driver Tree Program Layanan Perizinan Pos, Telekomunikasi dan Penyiaran Online

Dalam rangka melaksanakan amanat Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) maka Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika yang merupakan satuan kerja pada Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia yang wajib untuk melaporkan Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika setiap tahunnya.

Laporan Kinerja Ditjen PPI menyajikan berbagai keberhasilan/capaian strategis dan beberapa hal yang perlu perbaikan. Berbagai capaian strategis tercermin dalam capaian indikator kinerja maupun analisis kinerja berdasarkan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dalam RPJMN tahun 2015-2019, Rencana Kerja Pemerintah, Kontrak Kinerja (Penetapan Kinerja), serta Rencana Strategis (Renstra) DItjen PPI tahun 2015-2019.

BAB IV