• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

6.3. Penyusunan Matriks Process Planning

Setelah penyusunan matriks design deployment, dilanjutkan dengan penyusunan matriks process planning atau matriks perencanaan proses. Sebelum menentukan matrik proses, harus diperhatikan tahap-tahap proses yang dilalui oleh bahan baku sampai menjadi produk jadi dan siap dipasarkan. Pada penyusunan matriks ini dicoba diidentifikasi langkah- langkah proses produksi minuman isotonik yang memiliki peranan penting dalam menentukan mutu sebuah produk. Langkah- langkah dalam menyusun matriks process planning adalah sebagai berikut :

6.3.1. Menentukan Part Kritis Terpilih

Part kritis yang terpilih dari matriks design deployment, pada matriks process planning akan berubah menjadi kebutuhan untuk dicantumkan sebagai baris pada bagian kiri rumah. Untuk memperoleh part kritis terpilih dilihat dari bobot kepentingan desain setiap part kritis, karena nilai tersebut mengindikasikan kekuatan hubungan antara part kritis dengan spesifikasi part. Persyaratan part kritis yang terpilih merupakan persyaratan part kritis yang mempunyai hubungan yang kuat dengan spesifikasi part yang paling berpengaruh pada produk. Part kritis yang terpilih yang diperoleh dari penyusunan matriks kedua terdiri dari warna botol, jenis flavor jeruk, jenis air, jenis gula, bentuk flavor jeruk dan jenis

asam yang digunakan. Urutan prioritas part kritis terpilih dapat dilihat pada Tabel 65.

Tabel 65. Prioritas Part Kritis Terpilih

Part Kritis Terpilih Bobot Kepentingan Desain Prioritas

Warna botol 406,75 1

Jenis flavor jeruk 400,21 2

Jenis air 382,18 3

Jenis gula 344,83 4

Bentuk flavor jeruk 344,72 5

Jenis asam 301,26 6

6.3.2. Menentukan Rencana Proses

Rencana proses merupakan urutan dari tiap proses yang akan dilakukan dalam pembuatan minuman isotonik untuk menghasilkan produk yang sesuai dengan keinginan konsumen. Rencana proses selanjutnya akan diidentifikasi untuk mendapatkan rencana proses primer dan rencana proses sekunder. Rencana proses primer biasanya bersifat umum sedangkan rencana proses sekunder bersifat lebih spesifik. Rencana proses primer terdiri dari penyimpanan bahan, penyaringan air, penimbangan, pengiriman bahan, pemasakan, pendinginan, pengisian, pelabelan dan penyimpanan produk. Rencana proses sekunder yang termasuk ke dalam penyimpanan bahan yaitu kondisi penyimpanan bahan baku, kondisi penyimpanan botol dan penyimpanan air di tangki simpan. Rencana proses sekunder yang termasuk ke dalam penyaringan air terdiri dari penyaringan air karbon dan penyaringan air mikro. Rencana proses sekunder yang termasuk ke dalam pengiriman bahan yaitu pengiriman bahan baku ke produksi dan pemindahan air ke tangki masak. Rencana proses sekunder yang termasuk ke dalam pemasakan yaitu pemanasan air, pencampuran bahan mayor, pencamp uran flavor dan vitamin, pencampuran semua bahan dan pemindahan ke tangki isi. Rencana proses sekunder yang termasuk ke dalam pengisian yaitu pengisian ke dalam botol dan penutupan botol. Rencana proses sekunder yang termasuk ke dalam pelabelan yaitu pemasangan segel, pemasangan label dan pemasukan dalam box. Sedangkan rencana proses sekunder yang termasuk ke dalam penyimpanan yaitu pengiriman ke gudang. Rencana proses ini akan menempati kolom bagian

CV Fauzi dapat dilihat pada Tabel 66.

Tabel 66. Rencana Proses Minuman Isotonik Fruitzi

Rencana Proses Primer Rencana Proses Sekunder

Penyimpanan bahan Kondisi penyimpanan bahan baku

Kondisi penyimpanan botol

Penyimpanan air di tangki simpan

Penyaringan air Penyaringan air karbon

Penyaringan air mikro

Penimbangan Penimbangan bahan baku

Pengiriman bahan Pengiriman bahan baku ke produksi

Pemindahan air ke tangki masak

Pemasakan Pemanasan air

Pencampuran bahan mayor

Pencampuran flavor dan vitamin

Pencampuran semua bahan

Pemindahan ke tangki isi

Pendinginan Pendinginan

Pengisian Pengisian ke botol

Penutupan botol

Pelabelan Pemasangan segel

Pemasangan label

Pemasukan dalam box

Penyimpanan produk Pengiriman ke gudang

6.3.3. Menentukan Nilai Kepentingan

Nilai kepentingan part kritis terpilih menempati posisi disebelah kanan matriks process planning. Nilai kepentingan digunakan untuk usaha prioritas dan membuat keputusan trade-off. Nilai kepentingan mengga mbarkan kepentingan setiap persyaratan part kritis terpilih bagi perusahaan untuk menghasilkan produk yang sesuai dengan rencana proses yang diharapkan. Nilai kepentingan part kritis terpilih diperoleh dari rasio antara bobot kepentingan desain dengan total bobot kepentingan desain pada matriks design deployment. Sedangkan nilai bobot relatif part kritis terpilih diperoleh dari persentase tiap bobot kepentingan desain part kritis terpilih dengan total bobot kepentingan desain part kritis terpilih. Nilai kepentingan dan bobot relatif part kritis terpilih dapat dilihat pada Tabel 67.

Tabel 67. Nilai Kepentingan dan Bobot Relatif Part Kritis Terpilih

Part Kritis Terpilih Nilai

Kepentingan Bobot Kepentingan Desain B. Relatif Part Kritis Terpilih Warna botol 0,1 406,75 18,7

Jenis flavor jeruk 0,1 400,21 18,4

Jenis air 0,1 382,18 17,5

Jenis gula 0,1 344,83 15,8

Bentuk flavor jeruk 0,1 344,72 15,8

Jenis asam 0,1 301,26 13,8

Total 2179,95 100,0

6.3.4. Mengembangkan Matriks Hubungan Antara Part Kritis Terpilih Dengan Rencana Proses

Langkah selanjutnya dalam penyusunan matriks process planning adalah membandingkan part kritis terpilih dengan rencana proses, kemudian menentukan hubungan mereka masing- masing. Setiap part kritis terpilih mungkin mempengaruhi lebih dari satu rencana proses, dan sebaliknya. Dalam menentukan hubungan antara part kritis terpilih dengan rencana proses digunakan matriks hubungan. Matriks hubungan ini menyusun bagian tengah dalam matriks process planning.

Hubungan yang terjadi antara part kritis terpilih dengan rencana proses dapat merupakan hubungan yang kuat, sedang atau lemah. Selain itu, mungkin saja tidak ada hubungan antara part kritis terpilih dengan rencana proses. Untuk menunjukkan derajat hubungan antara part kritis terpilih dengan rencana proses, digunakan simbol sebagai berikut :

= Sebuah lingkaran penuh menunjukan sebuah hubungan yang kuat, bernilai 9.

= Sebuah lingkaran kosong menunjukan sebuah hubungan medium, bernilai 3.

= Sebuah segitiga menunjukan sebuah hubungan yang lemah, bernilai 1.

Kotak dibiarkan kosong menunjukan tidak ada hubungan yang terjadi.

Bobot ini akan digunakan nanti dalam menentukan situasi trade-off untuk karakteristik yang bertentangan dan menentukan sebuah bobot kepentingan proses

hubungan antara part kritis terpilih dengan rencana proses. Contoh hubungan kuat yang terjadi adalah part kritis terpilih jenis gula dengan rencana proses kondisi penyimpanan bahan baku. Contoh hubungan sedang yang terjadi adalah jenis air dan kondisi penyimpanan bahan baku. Contoh hubungan lemah yang terjadi adalah hubungan antara warna botol dengan penutupan botol. Sedangkan contoh tidak ada hubungan yang terjadi adalah jenis asam dengan penyaringan air mikro. Untuk matriks hubungan antara part kritis terpilih dengan rencana proses serta matriks process planning dapat dilihat pada Lamp iran 42.

6.3.5. Menentukan Bobot Kepentingan

Langkah terakhir dalam penyusunan matriks process planning adalah menetukan bobot kepentingan proses. Nilai bobot kepentingan proses diperoleh dengan cara mengalikan antara nilai bobot relatif part kritis terpilih dengan nilai hubungan antara part kritis terpilih dengan rencana proses. Hasil perhitungan bobot kepentingan proses dapat dilihat pada Tabel 68.

Tabel 68. Bobot Kepentingan Proses

Rencana Proses Bobot Kepentingan

Proses

Bobot

Relatif Prioritas

Kondisi penyimpanan bahan baku 319,34 0,12 1 Pencampuran flavor dan vitamin 307,55 0,12 2

Pencampuran semua bahan 306,73 0,12 3

Pencampuran bahan mayor 266,74 0,10 4

Pengisian ke botol 212,86 0,08 5

Penyimpanan air di tangki simpan 157,78 0,06 6

Penyaringan air karbon 157,78 0,06 6

Penyaringan air mikro 157,78 0,06 6

Pemindahan air ke tangki masak 157,78 0,06 6

Pemanasan air 157,78 0,06 6

Pengiriman bahan baku ke produksi 143,97 0,05 7

Penimbangan bahan baku 136,35 0,05 8

Pemindahan ke tangki isi 55,08 0,02 9

Pendinginan 55,08 0,02 9

Kondisi penyimpanan botol 18,66 0,01 10

Penutupan botol 18,66 0,01 10

Pemasangan segel 18,66 0,01 10

Pemasangan label 0,00 0,00 11

Pemasukan dalam box 0,00 0,00 11

Pengiriman ke gudang 0,00 0,00 11

Berdasarkan Tabel 68, diketahui urutan prioritas rencana proses yang harus diperhatikan oleh CV Fauzi dalam pengembangan minuman isotonik Fruitzi berdasarkan bobot kepentingan proses. Urutan prioritas rencana proses dimulai dari rencana proses yang memiliki bobot kepentingan proses terbesar sampai denga n rencana proses yang memilki bobot kepentingan proses terkecil. Setelah urutan prioritas semua rencana proses dilakukan kemudian pihak CV Fauzi memprioritaskan lagi beberapa rencana proses yang hanya memiliki bobot kepentingan proses terbesar. Rencana proses itu nantinya akan menjadi rencana proses terpilih pada matriks production planning. Dari hasil penyusunan prioritas tersebut maka didapatkan rencana proses terpilih yang diprioritaskan yaitu kondisi penyimpanan bahan baku, pencampuran flavor dan vitamin, pencampuran semua bahan, pencampuran bahan mayor serta pengisian kedalam botol.