• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis diversifikasi produk minuman pada cv Fauzi Kabupaten Bekasi Propinsi Jawa Barat(Menggunakan Metode Quality Function Deplopment

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis diversifikasi produk minuman pada cv Fauzi Kabupaten Bekasi Propinsi Jawa Barat(Menggunakan Metode Quality Function Deplopment"

Copied!
151
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS DIVERSIFIKASI PRODUK MINUMAN PADA

CV FAUZI KABUPATEN BEKASI PROPINSI JAWA BARAT

( Menggunakan Metode Quality Function Deployment )

Oleh:

WENI SRIWAHYUNI A14103606

PROGRAM STUDI EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

RISWANDI)

Berdasarkan data dari BPS diketahui bahwa pada tahun 1999 persentase pertumbuhan konsumsi minuman ringan sebesar 0,56% naik menjadi 0,89% pada tahun 2002. Minuman isotonik yang dikelompokan dalam minuman kesehatan juga mengalami kenaikan pertumbuhan dari 0,03% pada tahun 1999 menjadi 0,09% pada tahun 2002. Tumbuhnya tingkat konsumsi masyarakat terhadap minuman ringan telah mendorong perusahaan minuman untuk meningkatkan produksinya.

CV Fauzi merupakan salah satu perusahaan yang bisnis utamanya bergerak dalam produksi makanan dan minuman. CV Fauzi berdiri pada tahun 2004 dan berlokasi di Cikarang Selatan Kabupaten Bekasi. Saat ini CV Fauzi hanya memproduksi air minum dalam kemasan (kemasan galon) yang disuplai keberbagai perusahaan dan toko-toko. Untuk diversifikasi produk yang berbahan dasar air, CV Fauzi merencanakan untuk mengembangkan produk baru yaitu berupa minuman isotonik. Melalui diversifikasi produk tersebut diharapkan dapat meningkatkan omzet perusahaan.

Produk baru yang akan dikembangkan yaitu minuman isotonik, karena CV Fauzi melihat bahwa berdasarkan data BPS konsumsi produk minuman ringan sela lu meningkat. Selain itu, beberepa merek minuman isotonik harga jualnya relatif mahal, sehingga ada peluang untuk memproduksi minuman isotinik dengan harga yang relatif lebih murah. Alasan lain CV Fauzi ingin memproduksi minuman isotonik adalah adanya dukungan finansial yang kuat dari manajemen, sumber daya manusia yang kompeten dalam memproduksi produk berbahan dasar air, serta adanya departamen riset dan pengembangan produk yang baru dibentuk. Selain itu CV Fauzi juga telah mempersiapkan bangunan serta melakukan instalasi peralatan untuk memproduksi minuman isotonik.

Namun untuk saat ini telah banyak beberapa merek produk minuman isotonik yang beredar dipasaran. Banyaknya merek yang saling bersaing pada pasar minuman isotonik, mendorong CV Fauzi untuk melakukan penelitian terebih dahulu sebelum produk diluncurkan ke pasar. Untuk mengetahui persyaratan minuman isotonik yang diinginkan oleh konsumen, CV Fauzi merencanakan untuk melakukan penelitian pengembangan produk minuman isotonik menggunakan metode QFD (Quality Function Deployment).

(3)

Quality Function Deployment memiliki beberapa tahap perencanaan dan pengembangan matriks, yaitu matriks perencanaan produk (house of quality), matriks perencanaan desain (design deployment), matriks perencanaan proses (process planning) dan matriks perencanaan produksi (production planning).

Penelitian ini menggunakan dua responden yaitu responden konsumen dan responden perusahaan. Untuk responden konsumen dipilih sebanyak 40 responden. Sedangkan untuk responden perusahaan dipilih dua responden yaitu pemilik perusahaan dan manajer R&D CV Fauzi. Metode pengambilan contoh yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik judgement sampling yang merupakan salah satu teknik pengambilan contoh dengan non probabilty sampling. Pengolahan data menggunakan tabulasi deskriptif yang dilanjutkan dengan menyusun keempat matriks Quality Function Deployment yang meliputi tahapan analisis persyaratan pelanggan dan teknis menggunakan matriks house of quality, analisis perencanaan desain menggunakan matriks design deployment, analisis perencanaan proses menggunakan matriks process planning serta analisis perencanaan produksi dan pengawasan menggunakan matriks production planning.

Persyaratan pelanggan terhadap minuman isotonik yang yang dihasilkan dari matriks house of quality yaitu jenis kemasan botol plastik, volume kemasan 500 mililiter, ada kandungan vitamin C dan vitamin B, adanya kandungan mineral selain Na dan K yaitu kalsium dan magnesium, jenis pemanis gula, kesan di mulut (mouthfeel) mantap, flavor buah jeruk, rasa sesuai flavor, warna minuman bening, tidak adanya cemaran mikroba, tidak adanya cemaran kimia, dan harganya antara Rp 1.500 - Rp 2.500.

Part kritis yang yang dihasilkan dari penyusunan matriks design

deployment yaitu warna botol, jenis flavor jeruk, jenis air yang digunakan, jenis gula, bentuk flavor jeruk serta jenis pena mbahan asam yang akan digunakan. Tahapan proses terpilih yang dihasilkan dari matriks process planning yaitu kondisi penyimpanan bahan baku, pencampuran flavor dan vitamin, pencampuran semua bahan, pencampuran bahan mayor serta pengisian ke dalam botol. Tahapan produksi yang dihasilkan dari matriks production planning yaitu lama waktu pencampuran, layout ruangan, pengecekan sensori produk, suhu pencampuran bahan serta suhu pencampuran flavor dan vitamin.

CV Fauzi secara teknis mampu untuk melakukan diversifikasi produk minuman. Tetapi sebaiknya CV Fauzi juga melakukan analisis terhadap aspek finansialnya. Untuk menghasilkan produk yang bermutu dan sesuai dengan persyaratan pelanggan, CV Fauzi harus fokus pada persyaratan yang dihasilkan dari penyusunan keempat matriks Quality Function Deployment. Sebaiknya alokasi sumber daya manusia, mesin, layout serta fasilitas produksi lainnya untuk produksi minuman isotonik terpisah dengan produksi air minum dalam kemasan yang sudah ada.

(4)

DAFTAR LAMPIRAN ………..…… xiv

I. PENDAHULUAN ……….. 1

1.1. Latar Belakang ………. 1

1.2. Perumusan Masalah ………. 3

1.3. Tujuan ……….. 5

II. TINJAUAN PUSTAKA ………. 6

2.1. Minuman Isotonik ……….…………... 6

2.2. Produksi Minuman Isotonik ……….…… 7

2.3. Penelitian Terdahulu ……… 11

III. KERANGKA PEMIKIRAN ………..…….. 14

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ……….…….. 14

3.1.1. Konsep Mutu ……….. 14

3.1.2. Konsep Total Quality Management (TQM) ……… 15

3.1.3. Konsep Quality Function Deployment (QFD) ………. 16

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ………..…… 19

IV. METODE PENELITIAN ………..…… 22

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ……… 22

4.2. Metode Pengumpulan Data ……….. 22

4.3. Metode Pengambilan Contoh ……… 23

4.4. Metode Pengolahan dan Analisis ………. 24

4.4.1. Tabulasi Deskriptif ……….. 24

4.4.2. Metode Analisis Matriks Quality Function Deployment … 24

4.4.2.1. Matriks House of Quality ……….. 26

4.4.2.2. Matriks Part Deployment ……….... 35

4.4.2.3. Matriks Process Planning ……… 38

(5)

viii

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN ………...…..…... 46

5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian……….………. 46

5.1.1. Gambaran Umum Cikarang Selatan………..…….. 46

5.1.2. Sejarah CV. Fauzi……….……….. 46

5.1.3. Visi dan Misi……….……….. 47

5.1.4. Struktur Organisasi……….……… 48

5.2. Karakteristik Umum Responden……….……… 48

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN………. 50

6.1. Penyusunan Matriks House of Quality ……….………. 50

6.1.1. Penyusunan Persyaratan Pelanggan ………..………... 50

6.1.2. Penyusunan Persyaratan Teknik ………..……. 60

6.1.3. Pengembangan Matriks Hubungan Antara Persyaratan Pelanggan dan Persyaratan Teknik …………..…….……… 62

6.1.4. Pengembangan Matriks Hubungan Antar Persyaratan Teknik ……….…… 65

6.1.5. Penilaian Kompetitif ……….……… 67

6.1.5.1. Kompetitif Pelanggan ……….….. 68

6.1.5.2. Kompetitif Teknik ………..…… 69

6.1.6. Pengembangan Prioritas Persyaratan Pelanggan ……….…. 70

6.1.6.1. Kepentingan Bagi Pelanggan ………..….. 70

6.1.6.2. Nilai Sasaran Persyaratan Pelanggan …………..….. 77

6.1.6.3. Faktor Skala Kenaikan ………..…… 78

6.1.6.4. Poin Penjualan ……… 79

6.1.6.5. Bobot Absolut Persyaratan Pelanggan ……… 87

6.1.7. Pengembangan Prioritas Persyaratan Teknik ………….…… 88

6.1.7.1. Derajat Kesulitan ……… 88

6.1.7.2. Nilai Sasaran Persyaratan Teknik ………... 89

6.1.7.3. Bobot Absolut Persyaratan Teknik ………. 91

6.1.7.4. Bobot Relatif Persyaratan Teknik ……….. 92

6.2. Penyusunan Matriks Design Deployment ……… 94

6.2.1. Menentukan Spesifikasi Part ……… 94

(6)

ix

6.2.4. Mengembangkan Matriks Hubungan Antara

Spesifikasi Part Dengan Part Kritis ……….………. 97

6.2.5. Mene ntukan Bobot Kepentingan ……….……… 98

6.3. Penyusunan Matriks Process Planning …..……….……… 99

6.3.1. Mene ntukan Part Kritis Terpilih ……… 99

6.3.2. Menentukan Rencana Proses ….……… 100

6.3.3. Menentukan Nilai Kepentingan ………..…….. 101

6.3.4. Mengembangkan Matriks Hubungan Antara Part Kritis Terpilih Dengan Rencana Proses………..……. 102

6.3.5. Menetukan Bobot Kepentingan ……….…… 103

6.4. Penyusunan Matriks Production Planning ………..………… 104

6.4.1. Menentukan Rencana Proses Terpilih .………. 104

6.4.2. Menentukan Rencana Produksi ……….……….. 105

6.4.3. Menentukan Nilai Kepentingan ………..………….. 106

6.4.4. Mengembangkan Matriks Hubungan Antara Proses Terpilih Dengan Rencana Produksi….………. 107

6.4.5. Menetukan Bobot Kepentingan ……… 108

VII. SARAN DAN KESIMPULAN………... 110

7.1. Kesimpulan ………. 110

7.2. Saran ……….……….. 111

DAFTAR PUSTAKA ………..…… 112

(7)

x

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Persentase Pengeluaran Rata-Rata Perbulan ……….……… 1

2. Persentase Rata-Rata Pengeluaran Konsumsi Minuman Ringan ……….. 1

3. Perkembangan Volume Produksi Minuman Ringan ………. 2

4. Berbagai Jenis Merek Minuman Isotonik ………. 4

5. Perbedaan Penelitian Ini Dengan Terdahulu ………. 13

6. Karakteristik Usia Responden ……… 48

7. Karakteristik Tingkat Pendidikan Responden ……… 48

8. Karakteristik Jenis Pekerjaan Responden ……….. 48

9. Karakteristik Pendapatan Responden Perbulan ………. 49

10. Karakteristik Konsumsi Minuman Isotonik Oleh Responden Dalam Satu Minggu ……… 49

11. Kriteria Kemasan Pada Minuman Isotonik Yang Diinginkan Responden ……… 52

12 Kriteria Volume Pada Minuman Isotonik Yang Diinginkan Responden... 53

13. Kriteria Kandungan Vitamin Pada Minuman Isotonik Yang Diinginkan Responden ……….. 53

14. Kriteria Kandungan Mineral Pada Minuman Isotonik Yang Diinginkan Responden……… 54

15. Kriteria Jenis Pemanis Pada Minuman Isotonik Yang Diinginkan Responden………. 54

16. Kriteria Mouthfeel Pada Minuman Isotonik Yang Diinginkan Responden………. 55

17. Kriteria Flavor BuahPada Minuman Isotonik Yang Diinginkan Responden………. 55

18. Kriteria Rasa Pada Minuman Isotonik Yang Diinginkan Responden………. 56

19. Kriteria Warna Pada Minuman Isotonik Yang Diinginkan Responden………. 57

20. Kriteria Cemaran Mikroba Pada Minuman Isotonik Yang Diinginkan Responden………. 57

(8)

xi

23. Persyaratan Pelanggan Terhadap Minuman Isotonik ….……….. 59

24. Karakterisitik Beberapa Merek Minuman Isotonik …..…………. 60

25. Persyaratan Teknik Minuman Isotonik ……….…………. 62

26. Penilaian Kompetitif Pelanggan Terhadap Minuman

Isotonik Fruitzi dan Mizone ……… 68

27. Penilaian Kompetitif Teknik Terhadap Minuman

Isotonik Fruitzi dan Mizone ……… 69

28. Tingkat Kepentingan Persyaratan Pelanggan Kemasan

Botol Plastik ……… 71

29. Tingkat Kepentingan Persyaratan Pelanggan Volume 500 ml …… 71

30. Tingkat Kepentingan Persyaratan Pelanggan Kandungan

Vitamin B dan C ……….… 72

31. Tingkat Kepentingan Persyaratan Pelanggan Kandungan

Mineral Magnesium dan Kalsium ……….…. 72

32. Tingkat Kepentingan Persyaratan Pelanggan Jenis Pemanis Gula .. 73

33. Tingkat Kepentingan Persyaratan Pelanggan Mouthfeel ………… 73 34. Tingkat Kepentingan Persyaratan Pelanggan Flavor Jeruk ……… 74

35. Tingkat Kepentingan Persyaratan Pelanggan Rasa Sesuai Flavor .. 74

36. Tingkat Kepentingan Persyaratan Pelanggan Warna Bening ……. 75

37. Tingkat Kepentingan Persyaratan Pelanggan Tidak Ada

Cemaran Mikroba ……… 75

38. Tingkat Kepentingan Persyaratan Pelanggan Tidak Ada

Cemaran Kimia ……….. 76

39. Tingkat Kepentingan Persyaratan Pelanggan Harga ………. 76

40. Tingkat Kepentingan Setiap Persyaratan Pelanggan Terhadap

Minuman Isotonik ………. 77

41. Nilai Sasaran Setiap Persyaratan Pelanggan Minuman Isotonik

Fruitzi ………. 78

42. Faktor Skala Kenaikan Setiap Persya ratan Pelanggan

Minuman Isotonik Fruitzi ……….. 79

43. Poin Penjualan Persyaratan Pelanggan Kemasan Botol Plastik …. 80

44. Poin Penjualan Persyaratan Pelanggan Volume 500 ml …………. 81

45. Poin Penjualan Persyaratan Pelanggan Kandungan

(9)

xii

46. Poin Penjualan Persyaratan Pelanggan Kandungan

Mineral Kalsium Dan Magnesium ………. 82

47. Poin Penjualan Persyaratan Pelanggan Jenis Pemanis Gula …….. 82

48. Poin Penjualan Persyaratan Pelanggan Mouthfeel ………. 83

49. Poin Penjualan Persyaratan Pelanggan Flavor ………... 83

50. Poin Penjualan Persyaratan Pelanggan Rasa Sesuai Flavor …….. 84

51. Poin Penjualan Persyaratan Pelanggan Warna Bening ………….. 84

52. Poin Penjualan Persyaratan Pelanggan Tidak Ada Cemaran Mokroba ………. 85

53. Poin Penjualan Persyaratan Pelanggan Tidak Ada Cemaran Kimia ………. 85

54. Poin Penjualan Persyaratan Pelanggan Harga Antara Rp 1.500- Rp 2.500 ……….. 86

55. Poin Penjualan Setiap Persyaratan Pelanggan Terhadap Minuman Isotonik Fruitzi ……… 86

56. Bobot Absolut Setiap Persyaratan Pelanggan Terhadap Minuman Isotonik Fruitzi ……… 87

57. Derajat Kesulitan Setiap Persyaratan Teknik Minuman Isotonik .. 89

58. Nilai Sasaran Setiap Persyaratan Teknik Minuman Isotonik ……. 90

59. Bobot Absolut Setiap Persyaratan Teknik Minuman Isotonik …… 91

60. Bobot Relatif Setiap Persyaratan Teknik Minuman Isotonik ……. 93

61. Spesifikasi Part Minuman Isotonik Fruitzi ………..…….. 95

62. Part Kritis Minuman Isotonik Fruitzi ……..……….……. 96

63. Nilai Kepentingan dan Bobot Relatif Spesifikasi Part ………….. 96

64. Bobot Kepentingan Desain …. ……….. 98

65. Prioritas Part Kritis Terpilih ………. 100

66. Persyaratan Rencana Proses ………..…… 101

67. Nilai Kepentingan Part Kritis Terpilih ………..… 102

68. Bobot Kepent ingan Proses ………..….. 103

68. Prioritas Perencanaan Proses ……….…… 105

70. Rencana Produksi ………..…… 106

71. Nilai Kepentingan Rencana Proses ………..……….. 107

(10)

xiii

Nomor Halaman

1. Proses Pembuatan Minuman Isotonik di CV Fauzi ……… 11

2. Dua Perspektif Mutu ……….…….. 16

3. Model Empat Tahap QFD ……….………. 20

4. Bagan Kerangka Pemikiran Operasional ……… 22

5. House of Quality ……… 27

6. Matriks Hubungan Antara Persyaratan Pelanggan dan Persyaratan Teknik ………. 30

7. Matriks Hubungan Antar Persyaratan Teknik ……… 31

8. Matriks Design Deployment ……… 35

9. Matriks Hubungan Antara Part Kritis dan Spesifikasi Part …... 37

10. Matriks Process Planning ………..………. 39

11. Matriks Hubungan Antara Rencana Proses Dan Part Kritis Terpilih ……….. 41

12. Matriks Production Planning ……….………… 42

13. Matriks Hubungan Antara Proses Terpilih dan Rencana Produksi ……… 44

14. Diagram Alir Metode Penyusunan Keempat Matriks QFD …… 45

15. Struktur Organisasi CV Fauzi ……… 48

16. Matriks Hubungan Antara Persyaratan Pelanggan Dan Persyaratan Teknik Minuman Isotonik ……….…………. 64

(11)

xiv

4. Persyaratan Teknik Minuman Isotonik CV Fauzi (Fruitzi) ……. 119

5. Kuesione r Pengisian Matriks Hubungan Antara Persyaratan

Pelanggan dan Persyaratan Teknik ……….. 120

6. Kuesioner Pengisian Matriks Hubungan Antar

Persyaratan Teknik ……….. 121

7. Perhitungan Faktor Skala Kenaikan ……….………… 122

8. Perhitungan Bobot Absolut Persyaratan Pelanggan ……… 122

9. Perhitungan Bobot Absolut Persyaratan Teknik

Penggunaan Bahan Baku ………. 123

10. Perhitungan Bobot Absolut Persyaratan Teknik

Penggunaan Bahan Pemanis.………..…. 123

11. Perhitungan Bobot Absolut Persyaratan Teknik

Penggunaan Bahan Kemas ……….………… 124

12. Perhitungan Bobot Absolut Persyaratan Teknik

Volume Produk Perkemasan ……….……… 124

13. Perhitungan Bobot Absolut Persyaratan Teknik

Umur Simpan Produk ………..……….. 125

14. Perhitungan Bobot Absolut Persyaratan Teknik

Rasa dan Aroma Produk ……….……….. 125

15. Perhitungan Bobot Absolut Persyaratan Teknik

Warna Produk ……….………. 126

16. Perhitungan Bobot Absolut Persyaratan Teknik

Kandungan Vitamin C dan B ..……….……… 126

17. Perhitungan Bobot Absolut Persyaratan Teknik

Kandungan Mineral Na dan K .………..……. 127

18. Perhitungan Bobot Absolut Persyaratan Teknik

Kandungan Mineral Ca dan Mg.……….………. 127

19. Perhitungan Bobot Absolut Persyaratan Teknik

Cemaran Logam Berat ……….. 128

(12)

xv

21. Perhitungan Bobot Absolut Persyaratan Teknik TPC ……….. 129

22. Perhitungan Bobot Absolut Persyaratan Teknik

MPN Coliform ……….……. 129

23. Perhitungan Bobot Relatif Persyaratan Teknik

Penggunaan Bahan Baku ………..…………. 130

24. Perhitungan Bobot Relatif Persyaratan Teknik

Penggunaan Bahan Pemanis ……….………. 130

25. Perhitungan Bobot Relatif Persyaratan Teknik

Penggunaan Bahan Kemas ……….………… 131

26. Perhitungan Bobot Relatif Persyaratan Teknik

Volume Produk Perkemasan ……….………… 131

27. Perhitungan Bobot Relatif Persyaratan Teknik

Umur Simpan Produk ………..………….. 132

28. Perhitungan Bobot Relatif Persyaratan Teknik

Rasa dan Aroma Produk ……….……….. 132

29. Perhitungan Bobot Relatif Persyaratan Teknik

Warna Produk ……….…………. 133

30. Perhitungan Bobot Relatif Persyaratan Teknik

Kandungan Vitamin C dan B .………..………… 133

31. Perhitungan Bobot Relatif Persyaratan Teknik

Kandungan Mineral Na dan K .………..…….. 134

32. Perhitungan Bobot Relatif Persyaratan Teknik

Kandungan Mineral Ca dan Mg ……….……….. 134

33. Perhitungan Bobot Relatif Persyaratan Teknik

Cemaran Logam Berat ……….. 135

34. Perhitungan Bobot Relatif Persyaratan Teknik

Keasaman (pH) ………. 135

35. Perhitungan Bobot Relatif Persyaratan Teknik TPC …….….. 136

36. Perhitungan Bobot Relatif Persyaratan Teknik

MPN Coliform ……….………. 136

37. Contoh Perhitungan Bobot Kepentingan Desain Bahan

Botol Plastik ……….…………. 137

38. Contoh Perhitungan Bobot Kepentingan Proses Kondisi

Penyimpanan Bahan Baku ……….……… 137

39. Contoh Perhitungan Bobot Kepentingan Produksi

Kebersihan Tangki Mixing ……….…..………. 137

(13)

xvi

(14)

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kebutuhan akan pangan merupakan kebutuhan pokok yang harus dipenuhi

oleh setiap makhluk hidup. Selama ada kehidupan, konsumsi produk pangan tidak

akan terhenti. Pada sebuah negera dengan jumlah penduduknya yang banyak

seperti Indonesia, peluang bisnis di sektor makanan akan selalu terbuka lebar.

Indonesia dengan jumlah penduduk di atas dua ratus juta jiwa serta persentase

rata-rata pengeluaran perbulan lebih dari 50 persen (Tabel 1) dia lokasikan untuk

konsumsi kelompok produk makanan (makanan, minuman dan tembakau)

merupakan pasar yang potensial untuk kelompok produk pangan.

Tabel 1. Persentase Pengeluaran Rata-Rata Perbulan Tahun 2002 - 2004

Kelompok Komoditas Pengeluaran Perbulan (%)

2002 2003 2004

Makanan 58,47 56,89 54,59

Bukan makanan 41,53 43,11 45,41

Sumber: BPS, 2005

Minuman ringan yang juga termasuk dalam kelompok produk makanan,

mempunyai peluang bisnis yang bagus. Hal ini bisa dilihat dari adanya

pertumbuhan persentase pengeluaran masyarakat terhadap produk minuman

ringan. Pada Tabel 2 diketahui bahwa pada tahun 1999 persentase pertumbuhan

konsumsi minuman ringan sebesar 0,56 persen naik menjadi 0,89 persen pada

tahun 2002. Minuman isotonik yang dikelompokan dalam minuman kesehatan

juga mengalami pertumbuhan dari 0,03 persen pada tahun 1999 menjadi 0,09

persen pada tahun 2002.

Tabel 2. Persentase Rata-Rata Pengeluaran Konsumsi Per Kapita Berbagai Jenis Minuman Ringan Untuk Daerah Perkotaan dan Pedesaan

Jenis Minuman Ringan

Konsumsi Minuman (%)

1999 2002

Minuman Ringan Mengandung CO2 0,15 0,20

Air Kemasan 0,24 0,40

Air Teh Dalam Kemasan 0,13 0,17

Sari Buah Kemasan 0,01 0,03

Minuman Kesehatan/Berenergi 0,03 0,09

TOTAL 0,56 0,89

(15)

Tumbuhnya tingkat konsumsi masyarakat terhadap minuman ringan telah

mendorong perusahaan minuman untuk meningkatkan produksinya. Menurut data

Departemen Peridustrian dan Perdagangan terjadi peningkatan volume produksi

minuman ringan. Peningkatan volume produk si dari tahun 2000 sampai 2002

dapat dilihat pada Tabel 3. Untuk minuman ringan yang tidak mengandung CO2

terjadi peningkatan volume produksi dari 325 juta liter pada tahun 2000 menjadi

370 juta liter pada tahun 2001, serta 388,5 juta liter pada tahun 2002.

Tabel 3. Perkembangan volume produksi berbagai jenis minuman ringan

Jenis Minuman Ringan Produksi (ribu liter)

2000 2001 2002

Minuman ringan ber-CO2 604.000 679.000 719.950

Minuman ringan tidak ber-CO2 325.000 370.000 388.500

AMDK (Air Minum Dalam Kemasan) 5.482. 104 6.286. 284 6.914. 912

Total 6.411. 104 7.335. 284 8.023. 362

Sumber: Deperindag, 2003 (diolah)

Masyarakat Indonesia saat ini mulai lebih memperhatikan kesehatan,

sehingga masyarakat akan cenderung lebih selektif dalam memilih produk

pangan. Semakin tingginya perhatian masyarakat terhadap kesehatan, mendorong

bermunculannya berbagai produk pangan yang tidak hanya sekedar

menghilangkan lapar dan dahaga saja, tetapi dapat memberikan manfaat lain bagi

tubuh. Salah satunya adalah minuman isotonik. Minuman isotonik selain bisa

menghilangkan dahaga, juga mampu menggantikan cairan dan mineral tubuh yang

hilang, serta mampu mensuplai energi dengan cepat saat berolah raga atau saat

melakukan aktifitas yang banyak mengeluarkan keringat.

CV Fauzi merupakan salah satu perusahaan yang bisnis utamanya

bergerak dalam produksi makanan dan minuman. CV Fauzi berdiri pada tahun

2004 dan berlokasi di Cikarang Selatan Kabupaten Bekasi. Saat ini CV Fauzi

hanya memproduksi air minum dalam kemasan (kemasan galon) yang disuplai

keberbagai perusahaan dan toko-toko. Untuk diversifikasi produk yang berbahan

dasar air, CV Fauzi merencanakan menge mbangkan produk baru yaitu berupa

minuman isotonik. Melalui diversifikasi produk tersebut diharapkan dapat

(16)

Saat ini CV Fauzi hanya memproduksi air minum dalam kemasan dengan

merek Fauzi dan telah mendapatkan hak paten untuk merek tersebut dari

Departemen Kehakiman. Untuk volume penjualan produk air minum Fauzi terjadi

peningkatan, yaitu pada tahun 2004 volume penjualan air minum Fauzi sebanyak

684 ribu liter dan mengalami peningkatan menjadi 1,026 juta liter pada tahun

2005. Peningkatan volume penjualan tersebut disebabkan karena tingginya tingkat

permintaan air minum Fauzi oleh konsumen serta tambahan investasi yang

dilakukan, yaitu berupa penambahan armada angkutan dan kemasan galon.

Untuk meningkatkan omzet perusahaan, CV Fauzi merencanakan untuk

melakukan diversifikasi produk. Produk baru yang akan dikembangkan yaitu

minuman isotonik, karena CV Fauzi melihat bahwa berdasarkan data BPS

konsumsi produk minuman ringan selalu meningkat. Selain itu, beberepa merek

minuman isotonik harga jualnya relatif mahal, sehingga ada peluang untuk

memproduksi minuman isotonik dengan harga yang relatif lebih murah.

Alasan lain keinginan CV Fauzi untuk memproduksi minuman isotonik

adalah adanya dukungan finansial yang kuat dari manajemen, sumber daya

manusia yang kompeten dalam memproduksi produk berbahan dasar air, serta

adanya departamen riset dan pengembangan produk yang baru dibentuk. Selain itu

CV Fauzi juga telah mempersiapkan bangunan serta melakukan instalasi peralatan

untuk memproduksi minuman isotonik.

Meningkatnya konsumsi masyarakat terhadap minuman ringan terutama

minuman untuk kesehatan, mendorong banyak para produsen minuman untuk

memproduksi minuman kesehatan, terutama minuman isotonik. Beberapa merek

minuman isotonik yang saat ini telah beredar di pasar Indonesia dapat dilihat

(17)

Tabel 4. Berbagai Jenis Merek dan Produsen Minuman Isotonik di Indonesia Tahun 2006

No Merek Produsen

1 Pocari Sweat PT Amerta Indah Otsuka

2 Mizone PT Tirta Investama

3 Zporto PT Triusaha Mitraraharja 4 Powerade PT Coca Cola Botling Ind 5 Prosweat PT Heinz ABC Indonesia 6 Optima Sweat PT Navika Beverages 7 Isotonic Drink PT Modernfood Indonesia 8 100 Plus F&N Coca Cola Malaysia

9 Gatorade Gatorade Company USA

10 IsoSport PT Berri Indosari (importir) 11 Adams Ale The Original Juice Co, Australia

12 Xtraion PT Cherindo

Sumber: POM, 2006 (diolah)

Untuk beberapa produk minuman isotonik pada Tabel 4 memiliki banyak

kesamaan dalam hal jenis eletrolit dan mineral yang ditambahkan. Semua produk

minuman diatas menggunakan suplementasi natrium (Na) dan kalium (K) dalam

jumlah yang hampir sama yaitu untuk kandungan natrium sekitar 20-21 mEq/liter

sedangkan kandungan kaliumnya sekitar 1,3 – 5mEq/liter. Selain ada penambahan

Na dan K, pada semua produk tersebut kecuali Gatorade, IsoSport dan Adams Ale

juga dilakukan penambahan mineral magnesium (Mg) sekitar 0,2 – 1 mEq/liter

dan kalsium (Ca) sekitar 0,2 – 2 mEq/liter. Selain ada penambahan mineral, untuk

beberapa produk juga ada penambahan vitamin C dan B seperti pada Mizone,

Powerade dan Prosweat, sedangkan pada produk Pocari Sweat, Xtraion, Zporto,

Optima Sweat dan Isotonic Drink hanya dilakukan penambahan vitamin C saja.

Untuk ke-12 produk minuman isotonik tersebut, delapan produk

menggunakan kemasan jenis botol PET (Polyethilenetherephalate), sedangkan sisanya yaitu Pocari Sweat, Optima Sweat, Prosweat dan Powerade menggunakan

kaleng. Untuk volume produk dengan kemasan botol PET bervariasi antara 350ml

sampai 500 ml, sedangkan untuk kemasan kaleng memiliki volume produk yang

(18)

100 Plus, Gatorade, IsoSport dan Adams Ale. Harga keempat produk tersebut

relatif mahal karena produk tersebut adalah produk impor. Harga jual untuk 100

Plus dan Isosport sekitar Rp 8300, sedangkan Adam Ale Rp 13.000 dan Gatorade

15.000. Harga jual untuk produk minuman isotonik yang sudah beredar dipasaran

relatif maha l yaitu diatas Rp 3.000 sehingga ada peluang untuk mengambil pangsa

pasar untuk golongan menengah ke bawah dengan menciptakan produk minuman

isotonik dengan harga jual dibawah Rp 3.000.

Banyaknya merek yang saling bersaing pada pasar minuman isotonik,

mendorong CV Fauzi untuk melakukan penelitian. Untuk mengetahui persyaratan

minuman isotonik yang diinginkan oleh konsumen, CV Fauzi melakukan

penelitian pengembangan produk minuman isotonik menggunakan metode QFD

(Quality Function Deployment).

1.3 Tujuan

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan penelitian

ini adalah sebagai berikut:

1. Mengkaji diversifikasi produk minuman di CV Fauzi Kabupaten Bekasi.

2. Menganalisis diversifikasi produk minuman dengan menggunakan metode

(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Minuman Isotonik

Menurut Winarno dalam Okta (2004), minuman ringan (soft drink) adalah minuman penyegar yang dihasilkan oleh suatu industri. Jenis minuman ringan

dikelompokan atas dua kelompok utama yaitu minuman carbonated dan minuman

non carbonated. Minuman bergas (carbonated) merupakan minuman yang

mengandung CO2, umumnya dibuat dari bahan non alami, jenis minuman ini

mengandung gula, asam, flavor dan konsentrat. Minuman tidak bergas (non

carbonated) merupakan minuman yang tidak mengandung CO2, biasanya

mempunyai flavor alami.

Minuman isotonik dikelompokan kedalam minuman ringan yang tidak

mengandung CO2. Menurut Australian Beverages Council, minuman isotonik atau biasa disebut minuman elektrolit adalah minuman formulasi yang digunakan

untuk menggantikan cairan, karbohidrat, elektrolit dan mineral secara cepat.

Minuman isotonik harus mengandung natrium tidak kurang dari 10mmol/L.

Selain itu minuman isotonik juga harus mengandung karbohidrat (dextrosa,

fruktosa, sirup glukosa, maltodextrin, sukrosa) tidak kurang dari 50g/L dan tidak

lebih dari 100g/L.

Pada minuman isotonik diizinkan menggunakan mineral natrium (Na),

kalium (K), kalsium (Ca) dan magnesium (Mg). Untuk mendapatkan

mineral-mineral tersebut bisa menggunakan senyawa natrium klorida, natrium sitrat,

kalium sitrat, kalium phospat, kalium karbonat, kalsium phospat, kalsium sitrat,

kalsium klorida, kalsium laktat, magnesium sulfat dan magnesium laktat. Untuk

pelabelan minuman isotonik harus dicantumkan total dan jenis karbohidrat yang

digunakan serta jumlah penambahan elektrolit dan mineral dalam miligram dan

milimol.1

Minuman isotonik tidak hanya ditujukan untuk kalangan yang aktif

berolah raga saja, tetapi juga bisa dikonsumsi oleh setiap orang yang memang

aktif dan mengeluarkan banyak keringat. Keringat yang dikeluarkan saat

seseorang berolahraga atau saat beraktifitas akan menyebabkan seseorang

kehilangan cairan tubuh dan elektrolit.

(20)

bervariasi antara 45 – 70 persen dari bobot tubuh. Di dalam air terkandung

elektrolit dan zat terlarut. Elektrolit merupakan komponen yang terdisosiasi

menjadi ion dalam larutan. Natrium merupakan kation utama dalam cairan

ekstraselular, sedangkan kalium merupakan kation utama dalam cairan

intraselular. Saat seseorang berolah raga dan mengeluarkan banyak keringat akan

menyebabkan dehidrasi dan kehilangan mineral tubuh. Kehilangan keringat

menyebabkan seseorang akan kehilangan mineral- mineral tubuh. Mineral- mineral

tersebut adalah natrium (sebagian besar), kalium, magnesium, iron dan zinc. Saat

seseorang melakukan aktifitas yang banyak mengeluarkan keringat, sebaiknya

meminum minuman isotonik untuk menghindari dehidrasi dan menggantikan

mineral tubuh yang hilang melalui keringat.

2.2. Produksi Minuman Isotonik

Minuman isotonik merupakan minuman yang sebagian besar

menggunakan bahan baku air, dan ada penambahan karbohidrat (dextrosa,

fruktosa, sirup glukosa, maltodextrin atau sukrosa), mineral, flavor, vitamin serta kemungkinan dilakukan penambahan pengawet. Rencana proses produksi

minuman isotonik di CV Fauzi akan menggunakan air sebagai bahan baku

utamanya, untuk karbohidrat menggunakan sukrosa, untuk mineral akan

digunakan NaCl (natrium klorida) dan KCl (kalium klorida), serta akan digunakan

asam askorbat sebagai sumber vitamin C. Rencana proses produksi minuman

isotonik di CV Fauzi terdiri dari lima tahap proses utama yaitu pengolahan air

baku, pemasakan, pencampuran, pengisian dan pelabelan.

Proses pengolahan air baku merupakan tahap pertama dari serangkaian

rencana proses pembuatan produk minuman isotonik di CV Fauzi. Pada proses

pengolahan air baku ini, air yang berasal dari sumber mata air diproses untuk

menghilangkan kotoran dan mikroba sehingga dihasilkan air baku dengan mutu

yang baik untuk digunakan dalam proses pembuatan minuman isotonik.

Menurut Jenie dalam Fahmi (2000), faktor- faktor yang mempengaruhi

mutu air adalah warna, kekeruhan, padatan tersuspensi, kadar mineral dan

mikroorganisme. Tahap-tahap penanganan air untuk menghilangkan atau

mengurangi hal- hal tersebut meliputi tahap pembersihan air melalui penyaringan

dan sedimentasi, penghilangan mikroba dengan cara desinfeksi, penghilangan

(21)

Air yang digunakan oleh CV Fauzi berasal dari sumber mata air di kaki

Gunung Salak. Pemilihan sumber mata air tersebut karena di lokasi berdirinya CV

Fauzi yaitu di wilayah Bekasi tidak terdapat sumber mata air, selain itu pemilihan

sumber mata air tersebut karena perusahaan pemilik sumber mata air tersebut

secara rutin melakukan pemeriksaan air ke laboratorium IPB. Hasil pemeriksaan

laboratorium selalu menunjukan hasil yang memenuhi standar air minum,

sehingga alasan tersebut yang membuat CV Fauzi menggunakan air yang berasal

dari sumber mata air di kaki Gunung Salak tersebut.

Air yang berasal dari sumber air telah melewati sistem water treatment. Sistem ini menggunakan tangki penyaring pasir dan penyaring karbon. Air yang

berasal dari sumber mata air akan dialirkan masuk kedalam tangki penyaring

pasir, pada tahap ini benda-benda asing yang berukuran relatif besar seperti

ranting, daun dan pasir akan tersaring dan dibuang. Air dari tangki penyaring pasir

akan masuk kedalam tangki penyaring karbon. Benda asing yang lolos dari tangki

penyaring pasir (ukuran 5-10 mikron) akan tersaring pada tangki penyaring

karbon ini. Selain untuk menyaring benda asing yang lolos saat proses

penyaringan pasir, penyaringan karbon juga bertujuan untuk menghilangkan

beberapa zat dalam air yang dapat menimbulkan rasa dan bau. Air yang telah

melewati water treatment kemudian dipindahkan dari kaki Gunung Salak ke CV Fauzi di Bekasi menggunakan mobil tangki dengan menggunakan tangki

penyimpanan yang terbuat dari alumunium.

Air yang telah diangkut menggunakan mobil tangki kemudian dipindahkan

kedalam tangki penyimpanan. CV Fauzi mempunyai dua buah tangki

penyimpanan yang berkapasitas 16.000 liter. Air yang disimpan ditangki

penyimpanan ini yang nantinya akan digunakan sebagai bahan baku air untuk

proses produksi minuman isotonik. Air yang disimpan pada tangki penyimpanan

ini ditutup rapat untuk menghindari kontaminasi benda asing yang dapat

menurunkan kualitas bahan baku air tersebut.

Tahap selanjutnya pada rencana proses pembuatan minuman isotonik di

CV Fauzi adalah proses penyaringan kembali air yang akan digunakan sebagai

bahan baku. Untuk menghasilkan produk yang higienis, sebelum air dipanaskan

terlebih dahulu dilakukan penyaringan karbon dan mikro. Penyaringan karbon

bertujuan untuk menghilangkan rasa dan aroma pada air, sedangkan penyaringan

mikro bertujuan untuk menghilangkan mikroba yang ada pada air. Pada

(22)

dengan sistem penyaringan bertingkat. Pada sistem penyaringan bertingkat ini

digunakan tiga buah cartridge penyaring mikro dengan pori-pori kertas saring yang semakin mengecil. Tahap penyaringan mikro pertama digunakan kertas

saring dengan diameter lima mikron, kemudian hasil penyaringan tahap pertama

akan masuk kedalam penyaringan tahap kedua yang menggunakan kertas saring

dengan diameter satu mikron, dan air dari hasil penyaringan tahap pertama akan

masuk dalam tahap penyaringan ketiga yaitu penyaringan dengan mengguakan

kertas saring dengan pori-pori 0,1 mikron.

Air yang telah melewati tahap penyaringan mikro kemudian dipompa

kedalam tangki pemanas sekaligus tangki pencampuran (mixing) yang terbuat dari stainless steel. Tangki ini berkapasitas 200 liter serta dilengkapi dengan motor sebagai pengaduk serta tutup yang juga terbuat dari bahan stainless steel. Setelah air masuk kedalam tangki pencampur, kemudian dilakukan proses pemanasan

menggunakan kompor berbahan bakar minyak tanah. Untuk menghemat

penggunaan minyak tanah serta unt uk mempercepat proses pemanasan, kompor

tersebut dilengkapi dengan kompresor. Proses pemanasan selain bertujuan untuk

membunuh mikroba, juga bertujuan untuk mempermudah proses pencampuran

bahan sehingga lebih homogen.

Proses pemanasan air dilakukan hingga suhu air mencapai 1000C. Setelah

suhu air pemanasan tercapai, kemudian dilakukan pencampuran bahan mayor

(semua bahan kecuali flavor dan vitamin) dan dilakukan pengadukan. Proses pencampuran bahan mayor dilakukan selama sepuluh menit. Setelah proses

pencampuran bahan mayor, kemudian suhu air produk diturunkan hingga

mencapai 500C. Setelah suhu 500C kemudian dilakukan pencampuran flavor dan vitamin. Pencampuran flavor dan vitamin harus dilakukan saat suhu rendah, hal ini dilakukan untuk menghindari rusaknya flavor dan vitamin karena panas.

Setelah semua bahan baku dicampur kemudian dilakukan pengadukan

selama lima menit dan suhu produk didinginkan hingga 400C. Setelah suhu

produk untuk pengisian tercapai (400C), kemudian produk diisikan kedalam

kemasan botol PET menggunakan alat filling yang dilengkapi dengan pompa untuk memindahkan produk dari tangki kedalam botol. Proses pengisian harus

dilakukan secepat mungkin untuk menghindari terkontaminasinya produk oleh

(23)

diberi label dan disimpan digudang. Diagram alir rencana proses produksi

minuman isotonik di CV Fauzi dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Rencana Proses Produksi Minuman Isotonik di CV Fauzi Penyimpanan Air Dalam Tangki Penyimpan

Penyaringan Mikro

Pemanasan Air Hingga 1000 C

Pencampuran Bahan Mayor

Pendinginan Hingga 500 C

Pencampuran Flavor dan Vitamin

Pengisian Kedalam Botol

Pelabelan Penyaringan Karbon

Pemindahan Air ke Tangki Masak

Pendinginan Hingga 400 C

(24)

Savitri (2004), meneliti mengenai tingkat kepuasan konsumen minuman

teh kemasan botol merek Freshtea menggunakan metode QFD. Hasil penelitian

menunjukan bahwa atribut-atribut mutu yang diharapkan dan menjadi

pertimbangan konsumen dalam memilih minuman teh dalam kemasan botol

adala h rasa, harga, penampakan, kadar kemanisan, volume dan kemasan.

Hasil analisis QFD menunjukan bahwa secara keseluruhan konsumen

sudah merasa cukup terpuaskan terhadap produk Freshtea, meskipun hasil yang

diperoleh belum mencapai target maksimal yang diharapkan oleh perusahaan.

Selain itu, kemampuan perusahaan dalam memenuhi keinginan dan harapan

konsumen sudah cukup baik. Tetapi untuk memenuhi harapan tertinggi konsumen

yaitu terhadap rasa, perusahaan perlu meningkatkan kemampuannya dalam

pengolahan air produk, pengolahan air softened, ekstraksi teh, pembuatan finish sirup dan sterilisasi UHT.

Silvana (2004), melakukan penelitian mengenai pengembangan varietas

pepaya dengan mengantisipasi keinginan pelanggan menggunakan metode quality

function deployment. Dalam penelitiannya, dilakukan surve i terhadap pedagang

pengecer buah pepaya dan survei terhadap pemulia pepaya. Surve i terhadap

pedagang pepaya dilakukan untuk memperoleh persyaratan pelanggan terhadap

buah pepaya yang diminati oleh konsumen. Sedangkan sur vei terhadap pemulia

pepaya dilakukan untuk menerjemahkan persyaratan pelanggan kedalam

persyaratan teknik.

Persyaratan pelanggan primer dari buah pepaya yang diminati oleh

konsumen yaitu penampakan, tekstur dan flavor. Persyaratan pelanggan sekunder yang termasuk dalam penampakan yaitu ukuran buah sedang, bentuk buah lonjong

panjang, warna kulit buah hijau semburat merah, kulit buah halus, warna daging

buah merah dan daging buah tebal. Persyaratan pelanggan sekunder yang

termasuk kedalam tekstur yaitu daging buah agak lunak, sedangkan persyaratan

(25)

Persyaratan teknik terdiri atas persyaratan teknis primer dan sekunder.

Persyaratan teknik primer terdiri atas sifat fisik dan sifat kimia. Persyaratan teknik

sekunder yang termasuk kedalam sifat fisik yaitu bobot buah utuh, panjang buah,

diameter buah, bentuk buah, warna kulit buah, tekstur kulit buah, warna daging

buah, persentasi BDD, tebal daging buah, densitas buah dan tingkat kelunakan

buah. Persyaratan teknik sekunder yang termasuk kedalam sifat kimia yaitu kadar

air dan kadar padatan total terlarut.

Noersanti (2004), meneliti mengenai penggunaan metode QFD dalam

perancangan dan pengembangan produk handle lever. Dalam penelitiannya,

terdapat lima persyaratan pelanggan untuk produk handle lever yaitu kekuatan

pegangan rem tidak mudah patah, desain profil pegangan rem ada tempat jari- jari

tangan, ukuran diameter pegangan rem lebih besar, permukaan lapisan luar

pegangan rem bertekstur dan warna pegangan rem silver.

Persyaratan teknik yang harus diprioritaskan oleh produsen produk handle

lever yaitu dimension, berikutnya adalah material cost, raw material, paint, gloss

dan material paint, adhesive strength, appearance serta thickness. Urutan terakhir

adalah scrap parting line, hole scrap, hole appearance, deep of ex-ejector, scarp

ex-ejector,ex-gate runner, ex-gate overflow dan hardness.

Penelitian mengenai metode QFD yang telah dilakukan oleh Savitri

(2004), Silvana (2004) dan Noersanti (2004) hanya menekankan pada tahap satu

analisis matriks House of Quality (HOQ) dan tidak dilakukan analisis lanjutan

untuk tahap dua sampai dengan tahap empat. Untuk penelitian yang akan

dilakukan, akan dibuat analisis untuk semua tahap dalam QFD yaitu meliputi

analisis tahap House of Quality (HOQ), Design Deployment, Process Planning

dan tahap Production Planning. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian

(26)

Savitri Analisis QFD Untuk Mengetahui Tingkat Kepuasan Konsumen Minuman Teh Dalam Kemasan (Studi Kasus di PT. Coca Cola Bottling Indonesia, Cibitung).

Sampai tahap HOQ (House of Quality)

Prioritas persyaratan pelanggan: rasa, harga, penampakan, kadar

kemanisan, volume dan kemasan Prioritas persyaratan teknik:

pengolahan air produk, pengolahan

air softened, ekstraksi teh,

pembuatan finish sirup dan sterilisasi UHT.

Silvana Pengembangan Varietas Pepaya Dengan

Mengantisipasi Keingina n Pelanggan (Penerapan Metode QFD)

Sampai tahap HOQ

Prioritas persyaratan pelanggan: rasa buah manis, warna kulit hijau

semburat merah, warna daging merah, kulit buah halus, daging buah agak lunak dan tebal, ukuran buah sedang, bentuk buah lonjong.

Prioritas persyaratan teknik:

persentase BDD, densitas buah, panjang buah, tebal daging buah, kadat PTT, warna kulit dan daging, bobot dan bentuk buah, diameter, tingkat kelunakan, kadar air serta tekstur buah. Noersanti Penggunaan Metode QFD

Dalam Perancangan dan Pengembangan Produk Handle Lever

Sampai tahap HOQ (House of Quality)

Prioritas persyaratan pelanggan: tidak mudah patah, ada tempat

jari-jari tangan, diameter pegangan lebih besar, permukaan bertekstur dan warna silver.

Prioritas persyaratan teknik:

dimension, material cost, raw

material, paitn, gloss dan

material paint, adhesive strength, appearance serta thickness, scrap parting line, hole scrap, hole appearance, deep of ex-ejector, scarp ex-ejector, ex-gate runner, ex-gate overflow dan hardness Sriwahyuni

(penelitian ini)

Analisis Diversifikasi Minuman Pada CV Fauzi Kabupaten Bekasi Propinsi Jawa Barat (Menggunakan Metode QFD)

(27)

BAB III

KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Mutu

Persaingan antar perusahaan yang satu dengan yang lain telah mendorong

perusahaan untuk menciptakan produk yang bermutu, sehingga mutu menjadi

perhatian lebih dari perusahaan untuk bisa me menangkan persaingan. Mutu

mengandung arti bahwa produk yang diciptakan sesuai dengan keinginan

konsumen. Untuk menciptakan sebuah produk yang bermutu diperlukan usaha

perbaikan secara terus- menerus dan berkesinambungan yang tidak hanya

dilakukan oleh departemen pengawasan mutu saja, melainkan harus dilakukan

oleh semua pihak dalam perusahaan.

Mutu tidak hanya selalu diidentikan dengan produk akhir saja, melainkan

mutu juga berhubungan dengan reputasi perusahaan, peningkatan pangsa pasar,

serta penurunan biaya karena berkurangnya produk gagal. Menciptakan produk

yang bermutu tidak selalu berkorelasi dengan penggunaan biaya yang tinggi.

Untuk menghasilkan produk yang bermutu memang membutuhkan biaya, tetapi

hal tersebut akan tertutupi oleh manfaat yang akan diperoleh perusahaan melalui

penciptaan produk yang bermutu.

Banyak ahli yang mendefiniskan mutu yang secara garis besar orientasinya

adalah kepuasan pelanggan yang merupakan tujuan perusahaan atau organisasi.

Gilmore dalam Ariani (1999), mendefinisikan mutu sebagai suatu kondisi dimana

produk sesuai dengan desain atau spesifikasi tertentu. Menurut Winchell et al. dalam Ariani (1999), mutu adalah keseluruhan ciri dan karakteristik produk atau

jasa yang berkaitan dengan kemampuannya memenuhi kebutuhan atau kepuasan.

Juran dalam Ariani (1999), mendefiniskan mutu adalah sesuai untuk digunakan.

Menurut Russel dalam Ariani (1999), mutu mempunyai dua perspektif

yaitu dari perspektif produsen dan dari perspektif konsumen. Jika kedua

persepktif tersebut digabungkan maka akan dapat tercapai kesesuaian antara

kedua sisi tersebut yang dikenal sebagai kesesuaian untuk digunakan oleh

(28)

Gambar 2. Dua Perspektif Mutu

Meskipun tidak ada definisi mengenai kualitas yang diterima secara

universal, namun dari tiap definisi tersebut memiliki beberapa persamaan, yaitu

dalam elemen-elemen sebagai berikut (Nasution dalam Silvana, 2004):

• Kualitas meliputi usaha memenuhi atau melebihi harapan pelanggan.

• Kualitas mencakup produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan.

• Kualitas merupakan kondisi yang selalu berubah (misalkan apa yang diaggap merupakan kualitas saat ini mungkin dianggap kurang berkua litas

pada masa mendatang).

3.1.2. Konsep Total Quality Management (TQM)

Menurut Feigenbaum (1986), Total Quality Management (TQM) atau manejemen mutu terpadu merupakan suatu sistem yang efektif untuk memadukan

penge mbangan, pemeliharaan dan usaha-usaha perbaikan mutu dari berbagai

kelompok suatu organisasi. Tujuan penerapan manajemen mutu terpadu adalah

memberikan peluang kepada produksi dan jasa sehingga berada pada tingkat

paling ekonomis yang memungkinkan kepuasan konsumen penuh.

Goetsch dan Davis dalam Silvana (2004), mendefinisikan TQM sebagai

suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba untuk

memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus- menerus atas Perspektif Produsen Perspektif Konsumen

Produksi Kesesuain Mutu Desain Mutu Marketing

Kecocokan Penggunaan Produk (fitness for consumer use)

• Sesuai denga n spesifikasi

• Biaya

• Karakteristik Mutu

(29)

produk, jasa, manusia, proses dan lingkungannya. Pendekatan TQM hanya dapat

dicapai dengan memperhatikan karakteristik TQM berik ut:

• Fokus pada pelanggan, baik pelanggan internal maupun eksternal.

• Memiliki obsesi yang tinggi terhadap kualitas.

• Menggunakan pendekatan ilmiah dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah.

• Memiliki komitmen jangka panjang.

• Membutuhkan kerjasama tim.

• Memperbaiki proses secara berkesinambungan.

• Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan.

• Memberikan kebebasan yang terkendali.

• Memiliki kesatuan tujuan

• Adanya keterlibatan dan pemberdayaan karyawan.

TQM digunakan sebagai konsep manajemen organisasi yang

memperhatikan dan mengutamakan suara pelanggan. QFD merupakan alat untuk

menerapkan TQM menggunakan manajemen dan tim lintas fungsi yang

terintegrasi secara horisontal sehingga semua departemen dapat bekerja

bersama-sama untuk mencapai sasaran yaitu kepuasan pelanggan. (Ariani, 1999).

3.1.3. Konsep Quality Function Deployment (QFD)

Untuk tetap dapat bertahan dalam persaingan yang semakin ketat,

perusahaan harus mampu memproduksi atau menghasilkan produk yang sesuai

dengan keinginan konsumen. Menciptakan sebua h produk yang sesuai dengan

keinginan konsumen bukan merupakan persoalan yang mudah, dibutuhkan sebuah

riset yang sangat tepat sehingga produk yang dihasilkan merupakan sebuah

produk yang memang dibutuhkan oleh konsumen. Banyaknya perusahaan yang

saling berkompetisi, menuntut sebuah riset untuk penciptaan produk baru yang

bisa mempercepat time-to-market sebuah produk baru tersebut. Salah satu metode yang biasa digunakan untuk pengorganisasian pengembangan produk adalah

(30)

perusahaan.

Menurut Benner et al. (2002), Quality Function Deployment (QFD) adala h sebuah adaptasi dari beberapa perangkat yang digunakan dalam Total Quality

Management (TQM). QFD adalah sebuah metode untuk mendorong anggota tim

pengembangan produk untuk dapat berkomunikasi secara lebih efektif dengan

anggota yang lain dengan menggunakan seperangkat data yang kompleks. QFD

dapat menurunkan waktu desain produk sampai dengan 40 persen dan

menurunkan biaya desain produk sampai dengan 60 persen. Hal ini dapat

terwujud karena QFD dapat meningkatkan komunikasi lebih awal diantara tim

yang terlibat dalam proses pengembangan.

Menurut Benner et al. (2002), beberapa keuntungan menggunakan QFD yaitu:

1. Membantu perusahaan membuat kunci pertukaran (trade-off) antara apa yang diinginkan konsumen dan bagaimana perusahaan dapat menciptakan produk

tersebut.

2. Meningkatkan komunikasi yang efektif antar divisi dalam perusahaan dan

meningkatkan team work.

3. Meningkatkan kepuasan konsumen dengan mengikutsertakan keinginan

konsumen dalam proses pengembangan produk.

4. Menghadirkan semua data yang dibutuhkan untuk pengembangan produk

yang baik dan tim pengembangan dapat membaca secara cepat ketika

dibutuhkan tambahan data saat proses pengembangan berlangsung.

5. Memperpendek time-to-market suatu produk baru.

Organisasi atau perusahaan yang menggunakan filosofi Total Quality

Management (TQM) pasti akan selalu mengutamakan kepuasan pelanggan.

Komponen kunci dalam TQM adalah mengadopsi alat-alat untuk membantu

dalam pemikiran kreatif dan penyelesaian masalah. Alat yang dimaksud bukanlah

peralatan fisik seperti komputer dengan berbagai software-nya, melainkan lebih dari itu, alat yang dimaksud adalah metode yang menghubungkan data satu

dengan yang lain dan mendorong komunikasi lebih efektif antar anggota tim

(31)

Quality Function Deployment adalah suatu metode yang digunakan dalam mendukung dan melaksanakan filosofi TQM. QFD digunakan dalam berbagai

perencanaan, dimana semua anggota tim dapat mengambil keputusan secara

sistematik untuk memprioritaskan berbagai tanggapan yang mungkin terhadap

sekelompok tujuan tertentu. QFD digunakan untuk memperbaiki proses

perencanaan, mengatasi permasalahan dalam suatu tim, serta membantu dalam

mengadakan perbaikan terhadap budaya perusahaan atau organisasi. Kebijakan

pemasaran yang efektif juga harus mendasarkan pada prinsip TQM dan berfokus

pada pelanggan, sehingga secara terus- menerus dapat memenuhi kebutuhan dan

harapan pelanggan. QFD merupakan alat atau kendaraan bagi penerapan TQM

dan program perbaikan mutu (Ariani, 1999).

Menurut Cohen dalam Widodo (2004), metode QFD memiliki beberapa

tahap perencanaan dan pengembangan melalui matriks, yaitu:

a. Matriks Perencanaan Produk (House of Quality): HOQ lebih dikenal dengan rumah (R1) yang menjelaskan tentang customer needs, technical requirements, co-relationship, relationship, customer competitive evaluation, competitive technical assesment, dan target.

b. Matriks Perencanaan Desain (Design Deployment): lebih dikenal dengan sebutan rumah kedua (R2) adalah matriks untuk mengidentifikasi desain

yang kritis terhadap pengembangan produk.

c. Matriks Perencanaan Proses (Process Planning): lebih dikenal dengan rumah ketiga (R3) yang merupakan matriks untuk mengidentifikasi

pengembangan proses pembuatan suatu produk.

d. Matriks Perencanaan Produksi (Production Planning): lebih dikenal dengan rumah keempat (R4) yang memaparkan tindakan yang perlu

diambil didalam perbaikan produksi suatu produk.

(32)

Gambar 3. Model Empat Tahap QFD

Unsur yang paling penting dalam QFD adalah informasi dari pelanggan.

Informasi dari pelanggan dapat dikelompokan menjadi dua kategori, yaitu umpan

balik dan masukan. Umpan balik biasanya diperoleh setelah fakta terjadi. Hal ini

berarti bahwa setelah suatu produk dikembangkan, diproduksi dan ditentukan

harganya. Sedangkan masukan diperoleh sebelum fakta terjadi, dalam lingkungan

pemanufakturan hal ini berarti selama pengembangan produk (Goetcsh dan Davis

dalam Silvana, 2004).

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional

Matriks yang akan disusun dalam penelitian ini sebanyak empat matriks

yang sesuai dengan fase penyusunan matriks pada QFD yaitu matriks House of Quality (HOQ), Design Deployment, Process Planning dan Production Planning. Tahapan dalam pembuatan matriks HOQ meliputi menyusun persyaratan

pelanggan, menyusun persyaratan teknik, mengembangkan matriks hubungan

antara persyaratan pelanggan dengan persyaratan teknik, mengembangkan matriks

hubungan antar persyaratan teknik, pengembangan prioritas persyaratan

pelanggan dan pengembangan prioritas persyaratan teknik. Pengembangan

prioritas persyaratan pelanggan terdiri atas kepentingan bagi pelanggan, nilai

(33)

sasaran persyaratan pelanggan, faktor skala kenaikan, poin penjualan dan bobot

absolut persyaratan pelanggan. Pengembangan prioritas teknik terdiri atas derajat

kesulitan, nilai sasaran persyaratan teknik, bobot absolut persyaratan teknik dan

bobot relatif persyaratan teknik.

Untuk tahap analisis matriks Design Deployment meliputi menentukan spesifikasi part (persyaratan teknik terpilih), menentukan part kritis, menentukan nilai kepentingan, mengembangkan matriks hubungan antara spesifikasi part dengan part kritis, dan menentukan bobot kepentingan. Pada tahap analisis matriks Process Planning meliputi menentukan part kritis terpilih, menentukan persyaratan rencana proses, menentukan nilai kepentingan, mengembangkan

matriks hubungan antara part kritis terpilih dengan rencana proses, dan menentukan bobot kepentingan. Sedangkan untuk tahap akhir yaitu analisis

matriks Production Planning meliputi menentukan rencana proses terpilih, menentukan rencana produksi, menentukan nilai kepentingan, mengembangkan

matriks hubungan antara proses terpilih dengan rencana produksi, dan

menentukan bobot kepentingan. Bagan kerangka pemikiran operasional dapat

(34)

Gambar 4. Bagan Kerangka Pemikiran Operasional Potensi CV Fauzi:

• Finansial

• SDM

• Peralatan

Perluasan Segmen Pasar

Diversifikasi Produk

Metode QFD

(Quality Function Deployment)

Produk Minuman Isotonik Yang Sesuai Keinginan Konsumen

Permintaan Pasar:

• Konsumen mulai

memperhatikan kesehatan

• Meningkatnya konsumsi minuman kesehatan

• Perubahan selera konsumen CV Fauzi pada produk isotonik

Keterangan:

(35)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Pada penelitian ini dilakukan surve i terhadap responden yang pernah

mengkonsumsi satu atau beberapa produk minuman isotonik yang sudah beredar

di pasaran serta survei terhadap pihak CV Fauzi. Responden yang dipilih adalah

responden yang berdomisili di wilayah Kecamatan Cikarang Selatan, tepatnya di

wilayah kawasan industri Jababeka. Pemilihan kawasan industri Jababeka sebagai

lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa kawasan tersebut merupakan wilayah dengan jumlah toko terbanyak yang

menjual produk air minum Fauzi yaitu sekitar 12 toko.

Alasan dipilihnya CV Fauzi karena CV Fauzi merupakan perusahaan yang

sedang berkembang yang mencoba untuk mendiversifikasi produknya, terutama

produk yang berbahan baku air. Penelitian lapang dilakukan pada bulan Juni

sampai Juli 2006.

4.2. Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua yaitu data

primer dan data sekunder, baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data

primer dikumpulkan dengan metode survei berupa wawancara berdasarkan

kuesioner yang diberikan kepada responden yang pernah mengkonsumsi minuman

isotonik. Selain data primer dari wawancara responden, data primer juga diperoleh

melalui metode wawancara terstruktur dengan pihak CV Fauzi. Wawancara

terstruktur dilakukan berdasarkan kuesioner yang telah dibuat seperti untuk

pengisian matriks hubungan sehingga diperoleh hasil wawancara yang tidak

menyimpang dari fokus penelitian.

Survei dilakukan kepada konsumen minuman isotonik yang berlokasi

disekitar kawasan indus tri Jababeka. Hal ini dilakukan untuk mengetahui

(36)

berupa karakteristik responden, persyaratan pelanggan serta tingkat kepentingan

dan penjualan dari setiap persyaratan pelanggan.

Selain data primer dari konsumen, data primer juga diperoleh dari CV

Fauzi. Data primer yang diperoleh dari CV Fauzi yaitu persyaratan teknik,

hubungan antara persyaratan pelanggan dan persyaratan teknik, hubungan antar

persyaratan teknik, derajat kesulitan tiap persyaratan teknik serta nilai sasaran

setiap persyaratan pelanggan dan persyaratan teknik. Selain data primer untuk

keperluan menyusun matriks HOQ, juga dibutuhkan data primer untuk keperluan

menyusun matriks yang lainnya seperti matriks design deployment, matriks process planning, dan matriks production planning.

Untuk melengkapi data primer, dibutuhkan data-data sekunder antara lain

data persentase pengeluaran rata-rata perbulan dan persentase pengeluaran

konsumsi minuman ringan penduduk Indonesia, perkembangan volume produksi

minuman ringan serta merek minuman isotonik yang terdaftar di Indonesia. Data

sekunder diperoleh dari instansi terkait seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Badan

Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) serta Departemen Perindustrian dan

Perdagangan (Deperindag).

4.3. Metode Pengambilan Contoh

Metode pengambilan contoh yang digunakan dalam penelitian ini adalah

teknik judgement sampling yang merupakan salah satu teknik pengambilan contoh dengan non probabilty sampling. Teknik pengambilan contoh judgement sampling merupakan teknik pengambilan contoh dengan melakukan justifikasi terhadap

responden.

Penelitian ini menggunakan dua responden yaitu responden konsumen dan

responden perusahaan. Untuk responden konsumen dipilih sebanyak 40

responden. Alasan dipilihnya 40 responden karena dari total 12 toko yang menjual

air minum CV Fauzi di kawasan industri Jababeka, terdapat empat toko yang

(37)

masing- masing 10 responden. Kriteria konsumen yang dijadikan responden yaitu

konsumen yang bertempat tinggal atau bekerja di kawasan industri Jababeka serta

konsumen tersebut pernah mengkonsumi produk air minum CV Fauzi dan

minuman isotonik yang sudah beredar di pasaran. Untuk responden perusahaan

dipilih pemilik perusahaan serta manajer R&D dari pihak CV Fauzi.

4.4. Metode Pengolahan dan Analisis 4.4.1. Tabulasi Deskriptif

Tabulasi deskriptif yang digunakan adalah tabel frekuensi. Data dibuat

tabulasi dan dikelompokan berdasarkan jawaban yang sama, kemudian

dipersentasekan berdasarkan jumlah responden. Persentase yang terbesar

merupakan faktor yang dominan dari masing- masing variabel yang diteliti.

Tabulasi deskriptif digunakan untuk mengetahui karakteristik konsumen minuman

isotonik, persyaratan pelanggan terhadap minuman isotonik, tingkat kepentingan

serta poin penjualan dari setiap persyaratan pelanggan. Hasil dari tabulasi

deskriptif juga akan digunakan dalam metode Quality Function Deployment.

4.4.2. Metode Analisis Matriks House of Quality

Quality Function Deployment merupakan sebuah alat perencanaan yang di

pergunakan untuk mengetahui persyaratan pelanggan terhadap produk yang

dikembangkan. Penyusunan matriks Quality Function Deployment meliputi penyusunan matriks house of quality, design deployment, process planning dan

(38)

Gambar 5. Diagram Tahapan Penyusunan Matriks Quality Function Deployment

Pengembangan Produk Minuman Isotonik Menggunakan Metode

Quality Function Deployment

Penyusunan Matriks House of Quaity

1. Menyusun Persyaratan Pelanggan 2. Menyusun Persyaratan Teknik

3. Mengembangkan Matriks Hubungan Antara Persyaratan Pelanggan dan Persyaratan Teknik

4. Mengembangkan Matriks Hubungan Antara Persyaratan Teknik 5. Penilaian Kompetitif

6. Mengembangkan Prioritas Persyaratan Pelanggan 7. Mengembangkan Prioritas Persyaratan Teknik

Penyusunan Matriks Production Planning

1. Menentukan Rencana Proses Terpilih 2. Menyusun Rencana Produksi

3. Menetukan Nilai Kepentingan Rencana Proses Terpilih

4. Mengembangkan Matriks Hubungan Antara Rencana Produksi Dengan Proses Terpilih

5. Menentukan Bobot Kepentingan Perencanaan Produksi Penyusunan Matriks Design Deployment

1. Menentukan Spesifikasi Part

2. Menyusun Part Kritis

3. Menetukan Nilai Kepentingan Spesifikasi Part

4. Mengembangkan Matriks Hubungan Antara Spesifikasi Part

Dengan Part Kritis

5. Menentukan Bobot Kepentingan Desain

Penyusunan Matriks Process Planning

1. Menentukan Part Kritis Terpilih 2. Menyusun Rencana Proses

3. Menetukan Nilai Kepentingan Part Kritis Terpilih

4. Mengembangkan Matriks Hubungan Antara Part Kritis Terpilih Dengan Rencana Proses

(39)

4.4.2.1. Matriks House of Quality

QFD adalah House of Quality (HOQ). HOQ mene rjemahkan suara pelanggan (voice of customer) kedalam persyaratan desain yang memenuhi nilai tujuan spesifik dan mencocokannya dengan bagaimana perusahaan akan

memenuhi persyaratan tersebut.

Menurut Goetch dan Davis dalam Silvana (2004) analogi untuk

menggambarkan struktur QFD adalah suatu matriks yang berbentuk rumah. Istilah

yang sering digunakan adalah House of Quality (HOQ). Tembok rumah sebelah kiri adalah persyaratan pelanggan. Pada langkah ini perusahaan berusaha

menentukan segala persyaratan yang dikehendaki pelanggan yang berhubungan

dengan produk. Agar dapat memenuhi persyaratan pelanggan, perusahaan

mengusahakan persyaratan teknik untuk menciptakan produk yang sesuai dengan

persyaratan pelanggan tersebut.

Tembok rumah sebelah kanan merupakan penilaian kompetitif dan

pengembangan prioritas persyaratan pelanggan. Penilaian kompetitif terdiri dari

penilaian kompetitif persyaratan pelanggan dan penilaian kompetitif persyaratan

teknik. Pengembangan prioritas persyaratan pelanggan terdiri dari tingkat

kepentingan bagi pelanggan, nilai sasaran, faktor skala kenaikan, poin penjualan

dan bobot absolut persyaratan pelanggan.

Dibagian tengah rumah, perusahaan harus mencari hubungan antara

persyaratan pelanggan dan persyaratan teknik. Sedangkan pada bagian atap,

langkah yang dilakukan adalah identifikasi trade-off dengan cara mengembangkan matriks hubungan antar persyaratan teknik. Pada bagian bawah

rumah, perusahaan harus membuat prioritas persyaratan teknik agar bisa

menghasilkan produk yang sesuai dengan prioritas persyaratan pelanggan.

Pengembangan prioritas teknik terdiri dari derajat kesulitan, nilai sasaran, bobot

(40)

Gambar 6. House of Quality

Berdasarkan Gambar 6, langkah- langkah dalam menyusun matriks HOQ

adalah sebagai berikut (Besterfield et al. dalam Silvana, 2004):

1. Mendaftarkan Persyaratan Pelanggan (What)

Pada penyusunan matriks HOQ langkah pertama dimulai dari

penyusunan persyaratan pelanggan. Untuk mengetahui persyaratan

pelanggan terhadap sebua h produk dimulai dengan membuat daftar tujuan.

Daftar ini sering disebut sebagai APA yang dibutuhkan oleh pelanggan

terhadap sebuah produk. Daftar persyaratan pelanggan terdiri dari dua

yaitu persyaratan pelanggan primer dan persyaratan pelanggan sekunder.

Daftar persyaratan pelanggan primer ini biasanya bersifat umum. Definisi

lebih jauh dilakukan dengan mendefinisikan sebuah daftar persyaratan

(1)

Hubungan antara persyaratan pelanggan dan persyaratan teknik

• Tingkat kepentingan

• Nilai sasaran

• Faktor skala kenaikan

• Poin penjualan

• Bobot absolut

(7)

Pengembangan prioritas persyaratan teknik

(41)

pelanggan baru yang lebih detail yang dibutuhkan untuk mendukung

persyaratan pelanggan primer, yang disebut dengan persyaratan pelanggan

sekunder. Pada langkah ini digunakan kuesioner yang harus diisi oleh

responden (konsumen). Hasil dari kuesioner ini adalah daftar persyaratan

pelanggan. Persyaratan pelanggan primer ditentukan berdasarkan pada

karakter dan sifat minuman isotonik yang sudah ada di pasaran. Kriteria

yang akan menjadi persyaratan pelanggan terdiri dari kemasan (jenis

kemasan), volume (volume produk), kesehatan (kandungan vitamin,

kandungan mineral, dan jenis pemanis), sensori (flavor, rasa sesuai flavor,

mouthfeel, dan warna minuman), safety (kandungan mikroba dan

kandungan kimia), dan harga. Persyaratan pelanggan akan menyusun

rumah sebelah kiri dari sebuah matriks HOQ.

2. Mendaftarkan Persyaratan Teknik (How)

Tujuan pembuatan HOQ adalah untuk mendesain atau mengubah

desain dari sebuah produk agar memenuhi atau melebihi harapan

pelanggan. Setelah persyaratan pelanggan dibuat, selanjutnya adalah

penyusunan karateristik teknik. Tim QFD harus menyusun karakteristik

teknik atau persyaratan teknik (BAGAIMANA) yang akan mempengaruhi

satu atau lebih persyaratan pelanggan. Persyaratan teknik ini akan

menempati bagian atap rumah dari matriks House of Quality.

Persyaratan teknik ini terbagi menjadi dua yaitu persyaratan teknik

primer dan persyaratan teknik sekunder. Persyaratan teknik primer

biasanya bersifat umum. Sedangkan persyaratan teknik sekunder biasanya

yang lebih detail yang dibutuhkan untuk mendukung persyaratan teknik

primer.

Untuk memperoleh persyaratan teknik dilakukan wawancara

terkendali dengan pihak perusahaan (CV Fauzi) dengan mengacu kepada

standar untuk minuman isotonik yaitu adanya mineral natrium (Na) dan

mineral kalium (K) serta adanya penambahan karbohidrat (dextrosa,

Gambar

Gambar 3. Model Empat Tahap QFD
Gambar 4. Bagan Kerangka Pemikiran Operasional
Gambar 5. Diagram Tahapan Penyusunan Matriks
Gambar 6. House of  Quality
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk menyelesaikan masalah ini maka disebar kuesioner Kansei untuk mengetahui keluhan pelanggan terhadap produk blender dan kemudian menggunakan metode quality function deployment

Atribut terpilih kemudian menjadi input dalam penyusunan House of Quality dalam Quality Function Deployment fase I, yang digunakan untuk mempertemukan persepsi konsumen

Dalam penyusunan kuesioner perancangan produk charger fast charging ini terdapat dimensi Quality Function Deployment yang menjadi acuan antara lain yaitu :

Tugas akhir ini diberi judul “ Perbaikan Rancangan Produk Spring Bed dengan Menggunakan Metode Quality Function Deployment dan Axiomatic Design ”.. Penulis

The Delphi Method for Internationalization of Higher Education in Pakistan:Integrating Theory of Constraints and Quality Function Deployment.. Pakistan : Departmen of

Adapun metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode Quality Function Deployment, dengan metode tersebut digunakan untuk menganalisa permasalahan

Pada rencana pembuatan kemasan ini, dilakukan penelitian dengan menggunakan metode Quality Function Deployment yang bertujuan untuk mendapatkan Voice of Customer ,

Bab VI Analisis Pemecahan Masalah, meliputi analisis pengolahan kuesioner, pengolahan data waktu normal, analisis pembuatan QFD ( quality function deployment ), analisis produk