• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran BPD Dalam Menyusun APBD Desa Di Kecamatan Buntumalangka

Dalam dokumen Skripsi Peran BPD Dalam Mengoptimalkan P (Halaman 82-95)

a jumlah responden jumlah seluruh responden dengan kategori sangat X 100 %

HASIL DAN PEMBAHASAN

C. Peran Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Dalam Mengoptimalkan Pengelolaan Pembangunan Desa.

3. Peran BPD Dalam Menyusun APBD Desa Di Kecamatan Buntumalangka

Anggaran Pendapatan Dan Belanja Desa adalah rencana keuangan tahunan pemerintah desa yang terdiri dari Pendapatan, Belanja dan Pembiayaan Desa dalam menyelenggarakan pembangunan kawasan pedesaan yang diperoleh dari beberapa sumber yaitu: pendapatan asli desa, alokasi APBN, bagian dari hasil pajak daerah dan retribusi daerah kabupaten/kota, bantuan keuangan dari APBD provinsi dan kabupaten/kota, hibah dan sumbangan yang tidak mengikat dan pendapatan desa lain yang sah (pasal 72 UU No.6/2016).

Berdasarkan UU Desa terdapat 4 (empat) sumber pembiayaan yang dikelola oleh kas desa yakni sumber pembiayaan dari Pusat, sumber pembiayaan dari Daerah baik Kabupaten maupun Provinsi; sumber pembiayaan yang berasal dari usaha desa dan sumber pembiayaan lainnya, dengan penjelasan sebagai berikut:

1) Sumber Pembiayaan Dari Pusat (APBN)

Anggaran yang bersumber dari APBN yang mengalir ke kas desa terbagi kedalam 2 (dua) mekanisme penyaluran, dana transfer ke daerah secara bertahap yang dikenal dengan Dana Desa dan mekanisme dana transfer

melalui APBD kabupaten/kota yang dialokasikan 10% oleh pemerintah daerah untuk disalurkan ke kas desa secara bertahap yang dikenal dengan Alokasi Dana Desa (ADD).

a. Dana Desa

pengalokasian dan mekanisme transfer untuk dana desa ini diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 22 tahun 2015 tentang Dana Desa yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Berdasarkan PP tersebut, dana desa adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang diperuntukkan bagi desa yang ditransfer melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) kabupaten/kota dan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan dan pemberdayaan masyarakat. Berdasarkan APBN 2015 besaran anggaran dana desa yang bersumber dari relokasi:

 Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan dari Kementrian Dalam Negeri.

 Program Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Perdesaan dan Program Pembangunan Infrastuktur Perdasaan (PPIP) dari Kementrian Pekerjaan Umum.

b. Alokasi Dana Desa (ADD)

ADD adalah dana perimbangan yang diterima kabupaten/kota dalam APBD Daerah kabupaten/kota setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus (DAK) yang selanjutnya diatur dalam PP No. 34 tahun 2014 tentang dana desa.

2) Sumber Pembiayaan dari APBD

Selain menerima alokasi anggaran dari APBN, desa juga menerima sejumlah dana yang berasal dari APBD kabupaten dan bantuan dana dari APBD provinsi. Sumber pendapatan dari APBD yang cukup signifikan dan besarannya diatur bervariasi untuk tiap desa adalah penerimaan dari komponen pajak dan retribusi daerah. Dalam pasal 68 PP No. 72 tahun 2005 tentang desa disebutkan bahwa ”bagi hasil pajak daerah Kabupaten/Kota paling sedikit 10% (sepuluh per seratus) untuk desa dan dari retribusi Kabupaten/Kota sebagian diperuntukkan bagi desa.” Artinya pengalokasian retribusi dan bagi hasil pajak daerah untuk desa telah dirasakan desa sejak diberlakukannya PP No. 72 tahun 2005, yang kemudian terus dilanjutkan diatur dalam PP No. 43 tahun 2014.

Berdasarkan amanah PP No. 72 tahun 2005 dan PP No. 43 tahun 2014 tentang desa, diatur bahwa pengalokasian retribusi dan bagi hasil pajak berbeda tiap desa. Desa yang berkontribusi menyumbangkan pajak lebih besar, berhak menerima alokasi retribusi yang lebih tinggi dibandingkan desa dengan kontribusi lebih kecil.

3) Sumber Pendapatan Asli Desa

Dalam UU No. 6 tahun 2014 tentang desa disebutkan bahwa sumber pembiayaan pembangunan dapat diperoleh desa melalui pendapatan asli desa (PAD Desa). PAD Desa ini berasal dari hasil usaha, hasil aset, swadaya dan partisipasi, gotong royong, dan lain-lain pendapatan asli desa. Berbagai jenis pengelolaan pembangunan dan aset yang dimiliki desa berpotensi

menghasilkan berbagai jenis pendapatan desa. Beberapa jenis pendapatan asli daerah yang umumnya diperoleh desa antara lain adalah:

 Hasil usaha desa: Hasil dari tanah kas desa, hasil dari pasar desa, hasil dari pemandian umum dan objek wisata yang diurus oleh desa, hasil dari sewa kekayaan/aset desa, hasil dari pungutan desa: jalan desa, irigasi desa, pemakaman umum yang diurus desa.

 Hasil pengelolaan kekayaan desa yang dipisahkan: Bagian laba atas penyertaan modal pada Perusahaan milik desa (BUMD Desa, Koperasi Desa, Pasar Desa), pada perusahaan milik daerah/BUMD, pada perusahaan milik negara/BUMN dan pada perusahaan milik swasta atau usaha milik masyarakat.

 Hasil swadaya dan partisipasi masyarakat.

 Hasil gotong royong.

 Lain-lain pendapatan asli desa yang sah, seperti:

i. Pelayanan surat menyurat: Pengantar pembuatan KTP, pembuatan keterangan domisili, regristrasi surat keterangan lahir, mati, datang dan pindah, surat pengantar keterangan pembuatan SKCK, pengantar pembuatan ijin keramaian, surat pengantar IMB, surat keterangan jemaah haji, pelayanan jual beli/potong hewan ternak, registrasi dan pelayanan jasa pertanahan.

ii. Pungutan/iuran lainnya: Pungutan terhadap perusahaan/ toko/ warung (pengolahan kayu, penggilingan padi, warung besar dan warung kecil, angkutan kendaraan).

4) Sumber Pembiayaan Lainnya

Sumber pembiayaan lain yang dapat dinikmati desa berasal dari hibah atau bantuan dari pribadi, atau perusahaan yang umumnya melalui program bantuan sosial atau hibah dari Kementrian/Lembaga. Pembiayaan melalui mekanisme hibah dari Kementrian/Lembaga umumnya dalam bentuk program, seperti di Kabupaten Mamasa ada Program bantuan perbaikan rumah tidak layak huni dari Kementrian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat, namun tidak mencatatkannya ke dalam APBD Desa.

Berdasarkan pada uraian tersebut tentang sumber pembiayaan yang dikelola oleh desa harus diketahui oleh semua pihak yang terlibat dalam pengelolaan pembangunan desa terutama pada Badan Permusyawaratan Desa dan Unsur Masyarakat. Menurut penulis lembaga BPD sebagai lembaga pengawasan ditingkat desa seharusnya merupakan lembaga yang mempunyai sumber daya informasi terkait kebijakan pemerintah yang masuk di desa dalam mengorganisir potensi terjadinya kerawanan penyalahgunaan keuangan desa mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan kegiatan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat, pengadaan barang/jasa, penyaluran dan pengelolaan dana, pertanggung jawaban dan Monitoring atau evaluasi. Berdasarkan dengan PP No 43 tahun 2014: pasal 100 Tentang Peraturan Pelaksanaan UU Desa, Komposisi belanja desa terbagi atas dua yaitu:

a. Paling sedikit 70% digunakan untuk mendanai penyelenggaraan pemerintahan desa, pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan masyarakat desa.

b. Paling banyak 30% digunakan untuk: (1) penghasilan tetap dan tunjangan kepala desa dan perangkat desa; (2) operasional pemerintah desa; (3) tunjangan dan operasional Badan Permusyawaratan Desa; (4) insentif rukun tetangga dan rukun warga.

Pengelolaan keuangan desa diawali dengan rangkaian kegiatan perencanaan, yaitu penyusunan APBD Desa yang disusun berdasarkan dengan RKP Desa yaitu dokumen perencanaan yang memiliki kekuatan hukum, ditetapkan dengan peraturan Desa. Adapun siklus Proses tahapan pelaksanaan APBD Desa adalah sebagai berikut:

Gambar 4.2 Siklus proses tahapan pelaksanaan APBD Desa

(Sumber: Diolah Oleh Penulis)

Pengelolaan keuangan desa pada dasarnya mengikuti pola pengelolaan keuangan daerah dimana Kepala Desa merupakan pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan desa. Pendapatan, belanja dan pembiayaan desa harus

Perencanaa (Penyususnan RKP Desa) penyususnan Rancangan RAPBD Desa pembahasan dan penetapan Bersama pelaksanaan APBD Desa laporan Dan Pertanggung Jawaban APBD Desa

ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja (APB) Desa yang ditetapkan dalam peraturan desa oleh Kepala Desa bersama Badan Permusyawaratan Desa (BPD). Sesuai dengan ketentuan pasal 26 Peraturan Bupati Mamasa Nomor 11 Tahun 2016 tentang pedoman penyusunan APBD Desa, “Kepala Desa menetapkan rancangan peraturan desa tentang APBD Desa yang telah dibahas dana disepakati bersama BPD”. Pertanggungjawaban terhadap penggunaan dan pengelolaan keuangan desa ini merupakan tanggung jawab Kepala Desa untuk disampaikan kepada:

a. Bupati/Walikota pada setiap akhir tahun anggaran yang disampaikan melalui camat,

b. Badan Permusyawaratan Desa pada setiap akhir tahun anggaran, dan c. Masyarakat dalam musyawarah desa.

Badan Permusyawaratan Desa dan masyarakat yang merupakan pihak yang terlibat di lapangan dalam melihat langsung kebijakan dan kinerja Kepala Desa dalam pengelolaan keuangan desa sehingga terhindar dari adanya laporan yang bersifat fiktif/rekayasa dan tidak transparan sedangkan untuk Bupati/walikota hanya menerima dan memeriksa laporan pertanggung jawaban tertulis Kepala Desa. Maka efektivitas BPD bekerja sama dengan masyarakat dalam melaksanakan pengawasan kinerja Kepela Desa dalam pengelolaan APBD desa, sebagai identifikasi awal dilihat dari tingkat pengetahuan Informan tentang APBD Desa di kecamatan Buntumalangka pada tabel berikut:

Tabel.4.18 Pengetahuan Informan Tentang APBD Desa

Kategori Informan

f % f % f % Sangat Tahu 10 25,64 5 41,66 - - Tahu 15 38,46 1 8,33 7 29,16 Kurang tahu 9 23,07 6 50 7 29,16 Tidak Tahu 5 21,82 - - 10 41,66 Jumlah 39 100 12 100 24 100

(Sumber: hasil angket,2016)

Pada Tabel 4.18 tersebut diatas tentang tingkat pengetahuan Informan di kecamatan Buntumalangka yang terdiri dari Perangkat Desa, BPD dan Unsur Masyarakat. Perangkat desa dengan persentase 38,46% cukup Tahu dan hanya 12,82% Tidak tahu, untuk BPD dengan persentase 50% Kurang Tahu dan hanya 41,66% sangat tahu adapun untuk Unsur Masyarakat dengan persentase 41,66 Tidak tahu dan hanya 29,16% cukup tahu dengan hanya rata-rata keterangan jawaban informan yang kategori tahu adalah “ABPD Desa adalah Rencana Keuangan tahunan desa”. Dari hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan Perangkat desa cukup baik sedangkan BPD dan unsur masyarakat masih sangat kurang baik sehingga masyarakat sebagai penentu kebijakan dalam pengelolaan keuangan pembangunan desa untuk peningkatan sumber daya desa dikecamatan Buntumalangka masih sangat rendah.

Pemahaman BPD tentang manfaat dan tujuan dari APBD Desa, sebagai lembaga yang melaksanakan fungsi pemerintah sekaligus fungsi pengawasan serta agar tercapainya prinsip akuntabilitas, agar mendorong keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan keuangan desa yang disusun dalam perencanaan agar masyarakat juga punya pengetahuan tentang APBD desa serta kesadaran berpartisipasi dalam pengawasan sehingga pemerintah desa dalam melaksanakan pengelolaan keuangan desa dapat terkontrol dan hak-hak masyarakat dapat

terpenuhi dengan baik, seperti di Kecamatan Buntumalangka peran BPD dalam mendorong masyarakat luas untuk pembahasan penyusunan Rancangan APBD desa berdasarkan dengan hasil angket ialah sebagai berikut:

(Sumber: Angket,2016)

Pada gambar grafik 4.9 tersebut yang berdasarkan dengan hasil angket di Kecamatan Buntumalangka tentang perang BPD dalam mendorong masyarakat luas membahas penyusunan RAPBD Desa dengan persentase 27% kurang mendorong dan hanya 17% sangat mendorong tanpa keterangan jawaban informan. Maka dengan hal tersebut kinerja BPD sebagai lembaga yang melaksanakan kewenangan desa untuk pembinaan kemasyarakatan dan pemberdayaan masyarakat masih sangat lemah, Musyawarah Desa dalam melibatkan Masyarakat berpartisipasi dalam proses perencanaan RAPBD Desa sehingga keuangan desa dalam pengelolaannya yang partisipatif dan akuntabilitas dapat tercapai maka ketua BPD sebagai pimpinan dalam musyawarah desa harus memberi ruang yang efektif kepada masyarakat dalam menanggapi isi rancangan APBD Desa. sebagaimana pada lokasi penelitian di kecamatan Buntumalangka.

17% 16% 27% 15% 0% 10% 20% 30%

Sangat Mendorong Mendorong Kurang Mendorong Tidak Mendorong

Grafik 4.9. Peran BPD Dalam Mendorong Masyarakat Membahas Penysusunan RAPBD Desa Di Kecamatan

Buntumalangka

Tabel.4.28. Efektivitas Masyarakat Dalam Menanggapi Isi Rancangan APBD Desa Dalam Musyawarah Desa DI Kecamatan Buntumalangka

kategori Frekuensi (f) Persentase (%)

Sangat efektif 10 13,33

Efektif 24 32

Kurang efektif 36 48

Tidak efektif 5 6,66

Jumlah 75 100

(Sumber: Hasil Angket,2016)

Dari hasil angket tersebut pada tabel 4.28 tantang efektivitas masyarakat dalam menanggapi isi rancangan APBD Desa yang diusulkan oleh kepala desa dengan persentase 48% kurang efektif sedangkan hanya 32% efektif, dengan keterangan jawaban informan “Bahwa masyarakat sering menanggapi dan mengajukan usulan kebutuhannya”. Menurut analisis penulis dengan hasil angket tersebut disebabkan karena penyelenggaraan Musyawarah Desa hanya sedikit masyarakat yang hadir dan faktor komunikasi yaitu terkadang ada rasa sungkan masyarakat dalam menanggapi isi rancangan tersebut dikarenakan pengetahuan masyarakat tentang APBD desa masih sangat lemah serta tidak ada dorongan konektivitas dari pemerintah desa. Salah satu fungsi dari penyusunan APBD Desa adalah untuk tercapainya kebijakan anggaran dengan memperhatikan rasa keadilan bagi masyarakat desa, maka sosialisasi dan pemberian informasi kepada masyarakat memang sangat penting, sehingga pemanfaatan pengelolaan keuangan desa untuk peningkatan perekonomian masyarakat dan kemandirian desa di kecamatan Buntumalangka bisa tercapai. Adapun hasil angket di lokasi penelitian tentang manfaat penyusunan APBD Desa ialah sebagai berikut:

(Sumber: Hasil Angket,2016)

Pada grafik 4.10 tersebut diatas menggambarkan manfaat penyusunan APBD Desa di Kecamatan Buntumalangka untuk pemerintah desa dengan persentase 64,70% sangat bermanfaat dan 33,33% bermanfaat sedangkan untuk unsur masyarakat dengan persentase 62,50% kurang bermanfaat dan hanya 25% bermanfaat. Dengan hal tersebut menunjukkan bahwa manfaat APBD Desa untuk pemerintah desa sangat bermanfaat dengan APBD Desa sebagai dokumen yang menjadi pedoman manajemen dalam merencanakan pendanaan kegiatan tahunan di desa. sedangkan untuk masyarakat masih sangat kurang bermanfaat dalam meningkatkan perekonomian dan pemberdayaan masyarakat. APBD Desa yang mempunyai fungsi untuk menjadi pedoman dalam menilai kegiatan dan pendanaan yang dikelola oleh Kepala desa bersama perangkat desa maka BPD juga sebagai lembaga pengawasan yang punya tanggung jawab dalam mengawal dan mengsukseskan pendanaan arah kebijakan kepala desa agar tidak terjadinya penyimpangan penyalahgunaan keuangan desa. maka BPD harus sering melakukan sosialisasi kepada masyarakat agar punya arah landasan kerja sama

0,00% 10,00% 20,00% 30,00% 40,00% 50,00% 60,00% 70,00%

Pemerintah Desa Unsurmasyarakat 64,70% 0,00% 33,33% 25% 1,96% 62,50% 0% 12,50% Grafik. 4.10. Manfaat Penyusunan APBD Desa Di Kecamatan

Buntumalangka.

antara BPD dengan masyarakat dalam pengawasan pelaksanaan APBD Desa. Maka peran BPD di Kecamatan Buntumalangka dalam mengsosialisasikan Hasil pembahasan APBD desa ialah sebagai berikut;

Tabel.4.29. Peran BPD Dalam Mengsosialisasikan Hasil Pembahasan APBD Desa DI Kecamatan Buntumalangka Kategori Frekuensi (f) Persentase (%)

Sangat Sering Sosialisasi 8 10,66

Sering Sosialisasi 23 30,66

Kurang Sosialisasi 31 45,33

Tidak Pernah Sosialisasi 13 17,33

Jumlah 75 100

(Sumber: Hasil Angket,2016)

Dari hasil angket pada tabel 4.29 tentang peran BPD dalam mengsosialisasikan hasil pembahasan APBD Desa dikecamatan Buntumalangka, dengan persentase 45,33% kurang melakukan sosialisasi sedangkan hanya 30,66% sering melakukan sosialisasi dengan keterangan jawaban informan “BPD melakukan sosialisasi setiap tahun”. Maka dengan demikian kinerja BPD dalam melakukan sosialisasi hasil pembahasan APBD Desa kepada masyarakat masih dengan kategori kurang baik dalam memenuhi hak masyarakat untuk mendapatkan informasi tentang perencanaan keuangan desa. sosialisasi kepada masyarakat yang dilakukan BPD supaya perencanaan pembiayaan pembangunan untuk pemenuhan kebutuhan desa bisa sesuai sasaran strategis berdasarkan kondisi faktualnya. Pemerintah desa dalam perencanaan pengelolaan pembiayaan terkadang sering harus ada perubahan karena Kondisi sosial masyarakat desa sangat dipengaruhi oleh harga bahan pokok, karena sebagian besar menggantungkan hidupnya dari pertanian sehingga terkadang produksi pertanian tidak dapat memenuhi kebutuhan pasar maka kesenjangan sosial ekonomi sering

terjadi pada masyarakat desa, jadi BPD berfungsi sebagai dinamisator perencanaan pembangunan desa dalam mengarahkan kebijakan untuk pemenuhan kaum miskin. kehadiran BPD dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa (Musrembang Desa) adalah untuk memberikan masukan dan tanggapan berdasarkan dengan harapan dan keinginan masyarakat melalui sosialisasi yang bagian dari musyawarah desa, dan RKP Desa.

Tabel.4.29. Kinerja BPD Dalam Menanggapi Isi Rancangan APBD Desa Jika Tidak Sesuai Dengan RKP Desa, Hasil Kesepakatan Dalam Musyawarah Desa dan Evaluasi Dari Kabupaten/Kota Sebelum Ditetapkan Dalam Peraturan Desa DI Kecamatan Buntumalangka.

Kategori Frekuensi (f) Persentase (%)

Sangat Sering Menanggapi 3 4

Sering Menanggapi 16 21,33

Kurang Menanggapi 17 22,66

Tidak Pernah Menanggapi 39 52

Jumlah 75 100

(Sumber: Hasil Angket,2016)

Berdasarkan hasil angket dari seluruh informan di Kecamatan Buntumalangka pada tabel 4.29 tentang kinerja BPD dalam menanggapi isi dan rancangan APBD Desa sebelum ditetapkan dalam peraturan desa dengan persentase 52% tidak pernah menanggapi jika tidak sesuai dan 22,66 kurang menanggapi jika tidak sesuai tanpa keterangan jawaban informan, sedangkan hanya 21,33% sering menanggapi jika tidak sesuai dan 4% sangat sering menanggapi jika tidak sesuai dengan rata-rata keterangan jawaban informan “BPD menanggapi dan memberi masukan jika tidak sesuai”. Dengan demikian kinerja BPD dalam pengawasan Rancangan APBD masih sangat lemah dalam pencermatan isi pokok-pokok rancangan yang disepakati dalam musyawarah desa

dengan yang disusun oleh Sekretaris Desa. Jika kedua lembaga tersebut bekerja tidak sesuai dengan kepentingan masyarakat yang artinya BPD kurang memberikan tanggapan dan masukan sesuai dengan kesepakatan Daiei masyarakat maupun hasil sosialisasi kepada masyarakat, secara politis mengakibatkan adanya kerja sama penyalahgunaan pemerintahan sesuai dengan peran dan fungsinya pada kedua lembaga tersebut.

Dalam dokumen Skripsi Peran BPD Dalam Mengoptimalkan P (Halaman 82-95)