• Tidak ada hasil yang ditemukan

B. Penemuan dan Pembahasan

1. Peran Jurusita Pajak Dalam Pelaksanaan Penagihan Aktif di

Jakarta Barat

Pelaksanaan kegiatan penagihan di wilayah DJP Jakarta Barat

khususnya penagihan aktif dilaksanakan oleh Jurusita Pajak yang rata-rata

terdiri dari tiga orang Jurusita Pajak pada setiap KPP yang berada di wilayah

DJP Jakarta Barat. Penagihan ini dimulai sejak Surat Ketetapan Pajak jatuh

tempo masa pembayarannya yaitu satu bulan sejak tanggal terbit. Secara teori

Surat Teguran terbit tujuh hari sejak saat jatuh tempo pembayaran, 21 hari

kemudian diterbitkan Surat Paksa, dalam 2x24 jam tunggakan pajak tetap saja

tidak dilunasi setelah Surat Paksa terbit, maka diterbitkan Surat Perintah

Melaksanakan Penyitaan (SPMP). Selanjutnya, jika tunggakan pajak tersebut

tetap tidak dilunasi dalam jangka waktu 14 hari dari penerbitan SPMP maka

pejabat melaksanakan pengumuman lelang, dan akhirnya 14 hari setelah

pengumuman lelang, eksekusi lelang dilaksanakan. Akan tetapi, dalam

kenyataannya Seksi Penagihan pada setiap KPP yang berada di Kanwil DJP

Jakarta Barat jarang memenuhi kriteria waktu minimal tersebut.

Jurusita Pajak sebagai ujung tombak penagihan aktif mempunyai tugas

dan tanggung jawab yang tidak ringan. Pada pelaksanaan tugas penagihan pajak

Jurusita Pajak harus berhadapan langsung dengan WP/PP. Tujuan penagihan

pajak adalah agar WP/PP melunasi tunggakan pajaknya ditambah dengan biaya

untuk menagih besarnya tunggakan pajaknya tersebut (sesuai dengan definisi

penagihan pajak). Adapun tindakan penagihan yang dilakukan oleh Jurusita

Pajak tolak ukur terakhirnya adalah pelunasan tunggakan pajak. Penyampaian

hingga pelaksanaan lelang akan terasa sia-sia apabila tunggakan pajak dan biaya

penagihan tidak dapat dilunasi, walaupun standar prestasi kerja dapat dicapai.

Untuk mengetahui seberapa besar peran Jususita Pajak dalam

pelaksanaan penagihan aktif di wilayah DJP Jakarta Barat periode 2004-2007

dapat dilihat pada tabel 4.1 dan dijelaskan sebagai berikut:

Tabel 4.1

Laporan Kegiatan Penagihan di Wilayah DJP Jakarta Barat Tahun Anggaran 2004, 2005, 2006, 2007

(dalam satuan lembar)

STP/SKPKB/S KPKBT/SK.PE M/SK.KEB/ PUT. BAN. YG BELUM LUNAS PENGU-MUMAN TRIWULAN SURAT TEGURAN SURAT

PAKSA SPMP LELANG LELANG

I 2004 101,204 4.342 637 95 2 2

II 2004 114,567 5.659 846 104 1 1

III 2004 117,723 7.579 1155 130 8 6

IV 2004 116,258 85.79 1039 90 12 12

Total 449,752 26.159 3.677 419 23 21

Sumber: diolah oleh penulis dari Laporan Kegiatan Penagihan Kanwil DJP Jakarta Barat tahun anggaran 2004 STP/SKPKB/S KPKBT/SK.PE M/SK.KEB/ PUT. BAN. YG BELUM LUNAS PENGU-MUMAN TRIWULAN SURAT TEGURAN SURAT

PAKSA SPMP LELANG LELANG

I 2005 102,581 4.128 569 50 4 5

II 2005 102,077 3.343 738 49 9 6

III 2005 63,093 3.065 625 58 10 5

IV 2005 93,901 4.188 743 37 6 11

Total 361,652 14.724 2,675 194 29 27

STP/SKPKB/SKP KBT/SK.PEM/SK .KEB/PUT . BAN. YG BELUM LUNAS PENGU-MUMAN TRIWULAN SURAT TEGURAN SURAT

PAKSA SPMP LELANG LELANG

I 2006 92,421 4.460 640 46 3 3 II 2006 191,342 4.126 954 73 4 2 III 2006 90,878 3.096 804 32 6 11 IV 2006 90,800 4.901 1.402 52 10 24 Total 465,441 16.583 2,399 203 23 40

Sumber: diolah oleh penulis dari Laporan Kegiatan Penagihan Kanwil DJP Jakarta Barat tahun anggaran 2006 STP/SKPKB/SKP KBT/SK.PEM/SK .KEB/PUT .BAN YG BELUM LUNAS PENGU-MUMAN TRIWULAN SURAT TEGURAN SURAT

PAKSA SPMP LELANG LELANG

I 2007 97,555 4.722 744 47 4 4 II 2007 95,388 7.341 1.566 99 5 5 III 2007 92,881 7.787 1.789 112 10 9 IV 2007 92,366 8.186 2.027 171 13 12 Total 378,190 28.036 6.126 429 32 30

Sumber: diolah oleh penulis dari Laporan Kegiatan Penagihan Kanwil DJP Jakarta Barat tahun anggaran 2007 a. Surat Teguran

Surat Teguran dikirimkan oleh Seksi Penagihan khususnya Jurusita

Pajak pada setiap KPP yang berada di wilayah DJP Jakarta Barat setelah

lewat tujuh hari dari saat jatuh tempo utang pajak yang terdapat dalam

STP/SKPKB/SKPKBT/SK. Pem/SK. Keb/Put. Banding yang menyebabkan

jumlah pajak yang masih harus dibayar bertambah atau belum dilunasi oleh

WP/PP. Menurut laporan kegiatan penagihan di wilayah DJP Jakarta Barat

tahun anggaran 2004, 2005, 2006, dan 2007 menunjukan bahwa STP

/SKPKB / SKPKBT/ SK. Pem/ SK. Keb /Put. Banding yang belum lunas

sebanyak 449.752 lembar, 361.652 lembar, 465.441 lembar, dan 378,190

lembar untuk tahun anggaran 2004 sampai dengan 2007. Dari jumlah STP/

dan belum lunas tersebut dari situ telah diterbitkan Surat Teguran sebanyak

26.159 lembar untuk tahun 2004, 14.724 lembar untuk tahun 2005, 16.583

lembar untuk tahun 2006, dan sebanyak 28.036 lembar Surat Teguran untuk

tahun anggaran 2007.

b. Surat Paksa

Surat Paksa diterbitkan 21 hari setelah diterbitkannya Surat Teguran,

dengan catatan utang pajak yang dimaksud belum atau tidak dibayar oleh

Wajib Pajak atau Penanggung Pajak. Biaya penyampaian Surat Paksa ini

termasuk dalam biaya penagihan yang akan dibebankan kepada WP/PP. Hal

ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah RI No.135 tentang Penagihan Pajak

dengan Surat Paksa. Pada tabel 4.1 menunjukan bahwa dari

STP/SKPKB/SKPKBT/SK. Pem/SK.Keb/Put.Banding yang belum lunas

tahun anggaran 2004, 2005, 2006, dan 2007 yang telah dipaparkan

sebelumnya dari situ telah diterbitkan Surat Paksa sebanyak 14.877 lembar.

Dengan rincian 3.677 lembar Surat Paksa diterbitkan selama tahun 2004,

2.675 lembar Surat Paksa diterbitkan selama tahun anggaran 2005, 2.399

lembar Surat Paksa diterbitkan selama tahun anggaran 2006, dan sebanyak

6.126 lembar Surat Paksa diterbitkan selama tahun anggaran 2007.

Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa pemberitahuan

Surat Paksa selama tahun 2004, 2005, 2006, dan 2007 hanya sebesar 14.1%

(3.677/26.159) tahun 2004, 18.2 % (2.675/14.724) tahun 2005, 14.5% (

2.399/16.583), dan 21.9% untuk tahun 2007, dari Surat Teguran yang

diterbitkan. Hal tersebut disebabkan karena satu Surat Paksa dapat terdiri

dari beberapa Surat Teguran, WP/PP telah melunasi utang pajaknya, banyak

jika dari semua Surat Teguran yang ditindaklanjuti dengan Surat Paksa

maka biaya penagihan akan menjadi lebih besar.

Tetapi jika kita lihat secara seksama dapat disimpulkan bahwa

Jurusita Pajak sangat berperan dalam proses penagihan pajak guna

meningkatkan penerimaan pajak. Karena Jurusita Pajak yang hanya

berjumlah tiga orang per KPP jika dirata-rata, tidak sebanding dengan

banyaknya Surat Teguran dan Surat Paksa yang harus ia kirimkan kepada

WP/PP yang berjumlah ribuan atau ratusan WP/PP. Oleh karena itu, atas

kerja keras Jurusita Pajak diberikan penghargaan (reward) dan sanksi (punishment) bagi Jurusita Pajak yang tidak mengindahkan peraturan perundang-undangan perpajakan di bidang penagihan.

c. Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan (SPMP)

Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan (SPMP) diterbitkan 2 x 24

Jam setelah disampaikannya Surat Paksa oleh Jurusita Pajak kepada WP/PP.

Dari 3.677 lembar pemberitahuan Surat Paksa selama tahun 2004, 2.675

lembar selama tahun 2005, 2.399 lembar selama tahun 2006, dan 6.126

lembar selama tahun 2007, hanya dikeluarkan SPMP sebanyak 419 lembar

selama tahun 2004, 194 lembar selama tahun 2005, 203 lembar selama

tahun 2006, dan 429 lembar selama tahun 2007. Hal tersebut dikarenakan,

WP/PP telah melunasi utang pajaknya setelah diterbitkan Surat Paksa,

banyak alamat WP yang tidak ditemukan, WP sedang mengajukan

keberatan, dalam pelaksanaan penyitaan kemungkinan objek sita tidak

ditemukan, dan jika dari semua pemberitahuan Surat Paksa ditindak lanjuti

dengan penerbitan SPMP maka biaya penagihan akan menjadi lebih besar.

Dari tabel 4.1 dapat diketahui bahwa pengumuman lelang dan

pelaksanaan lelang yang terjadi selama tahun anggaran 2004 hingga 2007

adalah sebanyak 107 kali pengumuman lelang dan 118 kali pelaksanaan

lelang yaitu 23 kali pengumuman lelang dan 21 kali pelaksanaan lelang

terjadi selama tahun anggaran 2004, 29 kali pengumuman lelang dan 27 kali

pelaksanaan lelang terjadi selama tahun anggaran 2005, 23 kali

pengumuman lelang dan 40 kali pelaksanaan lelang terjadi selama tahun

anggaran 2006, dan selama tahun anggaran 2007 pengumuman lelang

sebanyak 32 kali sedangkan pelaksanaan lelang sebanyak 30 kali.

Mengacu pada standar prestasi pelaksanaan kegiatan penagihan

pajak bahwa pelaksanaan lelang minimal satu kali lelang per triwulan per

KPP. Pada tahun anggaran 2004, 2005 dan 2006 Kantor Pelayanan Pajak

yang berada di Wilayah DJP Jakarta Barat adalah berjumlah 7 KPP,

sedangkan pada pertengahan tahun 2007 setelah adanya reorganisasi dan

modernisasi perpajakan, Kantor Pelayanan Pajak yang ada berjumlah 11.

Dari data tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa seharusnya pelaksanaan

lelang yang terjadi pada tahun 2004, 2005 dan 2006 sebanyak 28 kali (7

KPP x Standar minimum pelaksanaan lelang yaitu 1 kali x banyaknya

triwulan yaitu 4 kali). Sedangkan tahun 2007 pelaksanaan lelang yang

seharusnya dilaksanakan pada Triwulan I dan II sebelum adanya

modernisasi sebanyak 14 kali (7 KPP x Standar minimum pelaksanaan

lelang yaitu 1 kali x banyaknya triwulan yaitu 2 kali). Pelaksanaan lelang

yang seharusnya terjadi pada Triwulan III dan IV setelah adanya

10 KPP Pratama dan satu KPP Madya adalah 22 kali (11 KPP x Standar

minimum pelaksanaan lelang yaitu 1 kali x banyaknya triwulan yaitu 2 kali).

Akan tetapi pada kenyataannya pelaksanaan lelang yang terjadi

selama tahun anggaran 2004 sebanyak 21 kali pelaksanaan lelang, tahun

anggaran 2005 sebanyak 27 kali lelang, tahun anggaran 2006 sebanyak 40

kali lelang dan tahun anggaran 2007 sebanyak 30 kali pelaksanaan lelang.

Hal tersebut berarti prestasi pelaksanaan penagihan pajak tahun anggaran

2004 dan 2005 masih di bawah standar yang telah ditetapkan. Pada tahun

anggaran 2006 prestasi yang diperoleh cukup baik karena pelaksanaan

lelang melebihi standar minimum yang telah ditetapkan. Pada pertengahan

tahun anggaran 2007 karena adanya reorganisasi dan terjadinya modernisasi

di wilayah DJP Jakarta Barat prestasi pelaksanaan penagihan masih di

bawah standar. Hal tersebut dikarenakan tidak semua Kantor Pelayanan

Pajak yang berada di Wilayah DJP Jakarta Barat melaksanakan tindak

penagihan dengan upaya pelelangan, dan banyak kendala yang dihadapi

Jurusita Pajak saat melaksanakan penagihan dengan upaya pelelangan, salah

satunya berasal dari WP/PP yang berusaha mencegah Jurusita Pajak untuk

tidak melaksanakan pelelangan ataupun tidak ditemukannya harta WP/PP

karena WP/PP tidak memberitahukan harta kekayaannya sebagai objek sita

untuk melunasi tunggakan pajaknya.

Dokumen terkait