• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Kebijakan Strategi Efesiensi terhadap Kesejahteraan Rakyat

HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

4.5. Peran Kebijakan Strategi Efisiensi terhadap Kesejahteraan Rakyat di Lhokseumawe

4.6.3. Peran Kebijakan Strategi Efesiensi terhadap Kesejahteraan Rakyat

Peran kebijakan strategi terhadap kesejahteraan rakyat difokuskan pada perluasan akses masyarakat miskin terhadap pendidikan, kesehatan, ekonomi dan pelayanan serta pembangunan insfrastruktur dasar, sbb:

1. Situasi pendidikan di Kota Lhokseumawe dapat juga dianalisis melalui perbandingan antara jumlah sekolah, guru dan murid sejak jenjang sekolah dasar hingga jenjang sekolah menengah.

Secara umum perbandingan angka-angka tersebut adalah sebagai berikut : Rasio sekolah dan murid pada SD/MI 1 : 329; pada SMP/MTs 1 : 436 dan pada SMA/MA/SMK 1 : 479. Sementara standar yang ditentukan oleh Depdiknas untuk SD adalah Untuk SD 1 : 40, SMP 1 : 21, dan SMA 1 : 21. Dengan demikian pada tingkat SD, SMP dan SMA masih belum mencapai standar yang diwajibkan dimana jumlah murid lebih kecil dibandingkan dengan jumlah guru. Secara sepintas analisis tersebut mengindikasikan terjadinya over supply tenaga pendidik, namun kondisi riel dilapangan menunjukkan masih banyak guru yang terkonsentrasi hanya pada sekolah tertentu, terutama sekolah favorit diwilayah

perkotaan. Oleh karena itu langkah yang akan ditempuh oleh Pemko Lhokseumawe adalah diperlukan penataan kembali penempatan tenaga pendidik pada sekolah-sekolah yang belum memiliki jumlah guru secara memadai, sementara itu jumlah rasio sekolah dengan guru adalah sebagai berikut : SD/MI 1 : 16 ; SMP/MTs 1: 32 dan SMA/MA/SMK 1 : 41

Melihat kondisi rasio sekolah, guru dan murid, yang belum merata, maka Pemerintah Kota Lhokseumawe, akan melaksanakan program regrouping SD-SD dengan beberapa pertimbangan yaitu efesiensi, peningkatan kualitas guru dan siswa.

2. Keberhasilan pembangunan Kota Lhokseumawe dapat dilihat dari ukuran Indeks Pembangunan Manusia (IPM), IPM Kota Lhokseumawe tahun 2007 yaitu 74,4, untuk jelasnya dapat kita lihat pada tabel 4.11 berikut:

Pencapaian IPM Kota Lhokseumawe pada tahun 2006 berada pada peringkat 2 dilevel Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dengan pencapaian sebesar 73,8 atau berada pada peringkat 63 secara nasional. Angka ini berada pada status pembangunan manusia dengan tingkat menengah (BPS Kota Lhokseumawe Tahun 2007)

BAB V PENUTUP

Bab ini mengemukakan secara ringkas hasil penelitian/temuan lapangan yang utama dan penting mengenai strategi efisiensi birokrasi yang dilakukan oleh Pemerintah Lhokseumawe dan rekomendasi terhadap Pemerintah Lhokseumawe dan berbagai pihak yang terkait dengan pemerintahan daerah, untuk pengembangan berbagai kebijakan dan program ke depan, demi peningkatan kesejahteraan masyarakat.

5.1. Kesimpulan

Kesimpulan akan disajikan sesuai dengan permasalahan penelitian yang telah dirumuskan. Terdapat tiga butir permasalahan yang akan dijawab melalui penelitian ini, yaitu bagaimana strategi efisiensi birokrasi serta pelaksanaannya yang dilakukan oleh Pemerintah Lhokseumawe? Dan faktor-faktor apa yang menjadi pendukung/penghambat pelaksanaan efisiensi tersebut? Serta bagaimana dampak langkah efisiensi terhadap kesejahteraan masyarakat? Berdasarkan temuan lapangan dan analisis pada bagian sebelumnya, maka dapat diambil beberapa kesimpulan yang merupakan jawaban dari tiga permasalahan penelitian di atas, yaitu:

Pertama, Strategi efisiensi birokrasi yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Lhokseumawe adalah Strategi Dana, Orang dan Aset, yaitu pendayagunaan anggaran keuangan, personal termasuk struktur organisasi dan seluruh asset/fasilitas/sarana

secara seefisien mungkin dengan mempertimbangkan aspek kebutuhan, manfaat dan kesinambungan yang mengacu pada tujuan organisasi pemerintah daerah dan bermuara pada kesejahteraan masyarakat.

Kedua, efisiensi orang atau personil. Dilakukan dengan restrukturisasi organisasi birokrasi pemerintah daerah yang sebelumnya gemuk dan boros menjadi ramping. Miskin struktur kaya fungsi. Rasionalisasi struktur organisasi ini mencakup jumlah organisasinya dan jumlah jabatan serta jumlah personil yang dibutuhkan. Dari sini bisa dilakukan penghematan dengan meniadakan biaya rutin operasional organisasi yang telah dilikuidasi, pengurangan jumlah tunjangan jabatan yang harus dikeluarkan oleh pemerintah daerah. Disamping itu juga efisiensi yang dilakukan dalam bentuk tidak menerima melakukan pengangkatan pegawai baru di lingkungan pemerintah daerah, tetapi hanya mengangkat pegawai kontrak yang memiliki kemampuan teknis tertentu.

Ketiga, efisiensi aset/alat. Antara lain dengan pemanfaatan aset berupa gedung, tanah dan lain-lain secara maksimal. Dalam hal ini ada yang disewakan, juga ada yang diberikan kepada masyarakat bila memang tidak digunakan lagi oleh pemerintah daerah supaya tidak lagi mengeluarkan biaya untuk perawatan.

Faktor-faktor pendukung yang mempengaruhi keberhasilan efisiensi yang dilakukan adalah faktor eksternal seperti reformasi dan arus otonomi daerah (yang mempengaruhi sisi wewenang yang luas, keuangan daerah dan dukungan perangkat peraturan pemerintah yang reformatif), kepemimpinan Walikota Lhokseumawe yang

kuat dan juga berbagai teknologi yang mendukung. Faktor-faktor penghambat yang dihadapi adalah aspek perilaku "gaya lama orde baru" aparatur pelaksana yang memang membutuhkan waktu dan pembiasaan untuk perubahan menyeluruh.

Hambatan lainnya yang ditemui dalam pelaksanaan tugas aparatur adalah terlalu beratnya beban kerja pada unit kerja tertentu sebagai akibat efisiensi struktur organisasi birokrasi dan kurangnya fasilitas seperti ruangan bagi unit kerja tertentu yang intensitas pekerjaannya tinggi dan jumlah personilnya banyak.

Peran kebijakan efisiensi di segala bidang adalah tersedia dana dan sumber daya lainnya secara relatif besar untuk alokasi pembiayaan program yang berhubungan langsung dengan kesejahteraan masyarakat seperti program peningkatan pemerataan dan kualitas pendidikan, peningkatan kesehatan dan daya beli masyarakat. Lebih lanjut dapat diketahui dampak program dari penerimaan atau masyarakat yang tinggi terhadap program-program tersebut berdasarkan wawancara langsung dengan berbagai unsur masyarakat. Dampak program juga dapat dilihat dari adanya peningkatan pada masing-masing indikator kesejateraan tadi seperti menurunnya angka kematian bayi (pada sektor kesehatan) dan menurunnya angka Drop Out (DO) pada anak sekolah.

5.2. Saran

Rekomendasi atas hasil penelitian ini ditujukan Pemerintah Lhokseumawe selaku aktor pelaksana program kebijakan efisiensi demi kesempurnaan pelaksanaan

program masa akan datang. Rekomendasi berikut ini juga ditujukan kepada pemerintah daerah lainnya serta pemerintah pusat. Dalam hal ini Departemen Dalam Negeri selaku institusi yang bertanggung jawab terhadap pembinaan pemerintahan daerah di seluruh Indonesia.

1. Pemko Lhokseumawe

Berdasarkan temuan di lapangan, masih banyak problem yang dihadapi dalam pelaksanaan efisiensi yaitu keseimbangan beban kerja baik lingkup organisasi unit kerja maupun secara personal dan ketersediaan fasilitas terutama ruangan yang memadai. Idealnya segera dilakukan kajian ulang secara menyeluruh oleh bagian Hukum, Organisasi dan Tatalaksana. Aspek keseimbangan beban kerja struktur organisasi dan personal perlu sebagian dimekarkan kembali, misalnya Keluarga Berencana yang merupakan program Nasional, yang seharusnya minimal dapat dibentuk Struktur Organisasi setingkat Pejabat Eselon III atau Kepala Kantor, malah hanya mendapat porsi setingkat Eselon IV atau subbagian dibawah Bagian Pemberdayaan Perempuan pada Sekretariat Daerah Kota Lhokseumawe, Badan Lingkungan Hidup dan Kebersihan, disamping mengelola Lingkungan Hidup, kebersihan juga membawahi pertamanan serta pemadam kebakaran, yang seharusnya Dinas Pasar dan pemadam kebakaran dapat dibentuk satu unit kerja tersendiri.

2. Pemerintah daerah lainnya

Lhokseumawe terbukti efektif dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan pemerintahan daerah yang bermuara pada peningkatan kesejahteraan rakyat. Prinsipnya apa yang dilakukan di Lhokseumawe tidak seluruhnya merupakan hal yang baru sama sekali. Sebagian merupakan wujud aplikasi/penerapan dari aturan dari pemerintah pusat. Sehingga terdapat peluang besar untuk replikasi bagi daerah lain dengan memperhatikan kekhususan-kekhususan Pemko Lhokseumawe.

3. Pemerintah Pusat

Pemerintah Pusat perlu meningkatkan sosialisasi terhadap berbagai inovasi dan efisiensi yang dilakukan oleh Pemko Lhokseumawe dan juga Pemko lainnya yang memiliki keunggulan tersendiri berupa pendokumentasian program inovasi secara rinci (bekerjasama dengan pihak-pihak yang telah melakukan penelitian tentang Lhokseumawe) kemudian diperbanyak dan didistribusikan ke seluruh pemerintah daerah serta meningkatkan penghargaan (reward) bagi daerah-daerah berprestasi untuk semakin memacu motivasi pemerintah daerah untuk berkompetisi dalam upaya meningkatkan kesejahteraan rakyat.