• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Efisiensi dan Pelaksanaannya yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Lhokseumawe

HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

4.5. Peran Kebijakan Strategi Efisiensi terhadap Kesejahteraan Rakyat di Lhokseumawe

4.6.1. Strategi Efisiensi dan Pelaksanaannya yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Lhokseumawe

Hasil penelitian yang telah diuraikan sebelumnya menunjukkan bahwa Pemerintah Pemko Lhokseumawe telah menetapkan dan menerapkan kebijakan umum pembangunan berupa efisiensi di segala bidang baik berkaitan dengan dana, orang maupun aset dalam rangka peningkatan kualitas hidup dan pelayanan kepada masyarakat untuk mencapai visi masyarakat Lhokseumawe. Di era good govenance ini efisiensi dalam pemerintahan seakan merupakan sesuatu yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Pengertian good governance ini sering diartikan sebagai kepemerintahan yang baik. Sementara itu, World Bank dalam Mardiasmo (Bab 2:57) mendefinisikan good governance sebagai suatu penyelenggaran manajemen pembangunan yang solid dan bertanggung jawab sejalan dengan prinsip efisiensi, menghindarkan salah alokasi dana investasi, dan pencegahan korupsi baik secara politik maupun administratif, menjalankan disinipun anggaran serta penciptaan legal and political framework bagi tumbuhnya aktivitas usaha.

UNDP juga memberikan beberapa karakteristik pelaksanaan good governance, di mana salah satu karakteristiknya adalah efficiency and effectiveness, yaitu pengelolaan sumber daya publik dilakukan secara berdaya guna (efisien) dan efektif I berhasil guna (Bab 2:58).

Aspek efisiensi ini juga merupakan sesuatu yang ingin capai dengan keberadaan pemerintah daerah dan kebijakan desentralisasi. Rondinelli menyatakan bahwa desentralisasi secara luas diharapkan untuk mengurangi kepadatan beban kepada di pemerintah pusat. Program didesentralisasikan dengan harapan keterlambatan-keterlambatan dapat dikurangi. Juga diperkirakan desentralisasi akan meningkatkan pemerintah menjadi lebih tanggap pada tuntutan dan kebutuhan masyarakat yang pada gilirannya akan meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan pemerintah pada rakyatnya.

Desentralisasi sering juga dimaksudkan sebagai cara untuk mengelola pembangunan ekonomi agar lebih efektif dan efisien. Keefektifan dan efisiensi dapat dicapai oleh pemerintah lokal (local Government) menurut Oentarto, Suwandi, Riyamadji karena pemerintah lokal memiliki kewenangan-kewenangan yang berkarakter lokal, dengan suatu asumsi bahwa masyarakat setempatlah yang paling tahu persoalan-persoalan yang dihadapinya dan cara-cara untuk memecahkan persoalan tersebut secara efektif (Bab 2:47).

Apabila dibandingkan dengan praktek penyelenggaraan pemerintahan daerah di Indonesia dewasa ini dari sisi efisiensinya, apa yang telah diterapkan di Pemko Lhokseumawe hampir bisa dikatakan sebagai suatu pengecualian. Ini dikarenakan berbagai patologi birokrasi (penyakit birokrasi) seperti struktur yang gemuk, pemborosan, tidak profesional; tidak disiplin, lamban dan lain-lain masih menyeumuti kebanyakan organisasi pemerintahan di negeri ini. Hal ini sebenarnya

merupakan penyakit umum organisasi pemerintahan di mana-mana, tidak hanya di Indonesia.

Pada saat yang sama, jika dilakukan perbandingan atau pandangan diarahkan kepada organisasiperusahaan swasta, maka kesan atau persepsi yang kelihatan adalah bahwa organisasi swasta merupakan organisasi yang ramping, efisien, profesional, kreatif, cepat bertindak dan lain sebagainya. Dua kondisi yang kontras inilah yang kemudian memunculkan kritik terhadap kinerja organisasi birokrasi yang selanjutnya malahirkan konsep-konsep pembaharuan pemerintahan (reinventing government) seperti yang dikemukakan oleh Osborne dan Gaebler dengan rumusan entrepreneurial government nya ( pemerintahan berjiwa kewirausahaan). Ini sejalan dengan arah yang dinyatakan oleh Winardi (Bab 2:24) bahwa pandangan modern tentang entrepreneurship menerima kenyataan bahwa individu memainkan peranan maha penting dalam hal mengintroduksi perubahan inovatif, dan bahwa pertumbuhan serta pengembangan muncul karena perubahan. Konstruktif. Bahwa birokrasi-birokrasi yang stagnan perlu diganti dengan organisasi-organisasi entrepreneurial yang terdesentralisasi, adaptif serta kreatif. Aspek semangat kewirausahaan (entrepreneurship) ini pulalah yang digelorakan oleh Walikota Lhokseumawe dalam menjalankan pemerintahannya. Hanya saja semangat kewirausahaan ini digunakan dengan orientasi kepada kesejahteraan rakyat, bukan kepada keuntungan sebagaimana yang dilakukan oleh lembaga bisnis.

Pada hakekatnya berbagai Kebijakan yang diambil oleh Pemerintah Lhokseumawe merupakan penampakan dari pemerintahan berjiwa wirausaha seperti gambaran dasar Osborne dan Gaebler tentang pemerintahan wirausaha bahwa pemerintahan bergaya "wirausaha" akan mencari cara yang lebih efisien dan efektif dalam mengelola. Pemerintahan wirausaha dicirikan bersedia meninggalkan program dan metode lama. la bersifat inovatif, imajinatif, dan kreatif, serta berani mengambil risiko. Hal ini bisa dilihat dari kesadaran yang tinggi Pemerintah Pemko Lhokseumawe akan keterbatasan sumber daya yang dimiliki yang kemudian merumuskan Kebijakan efisiensi dana, orang dan aset dengan pelaksanaan yang konsisten.

Pemerintahan dengan semangat wirausaha yang dilaksanakan oleh Pemerintah Lhokseumawe secara umum tidak sama persis dengan konsep yang dikemukan oleh Osborne-Gaebler dengan sepuluh prinsipnya maupun Osborne-Plastrik denga lima strateginya, karena secara konseptual Osborne Gaebler-Plastrik telah menetapkan pola dengan karakieristik tertentu (yang sering disebut radikal ) seperti apa dan bagaimana menjadi pemerintah wirausaha. Namun di sini tetap bertemu pada satu semangat dasar yang sama yaitu bagaimana menjadi pemerintah yang efisien, bersedia meninggalkan metode lama yang tidak relevan lagi, juga semangat pentingnya inovasi, kreatifitas dan menyukai perubahan serta siap/berani dalam menghadapi resiko (dengan rincian cara yang.berbeda Walikota Lhokseumawe sendiri mengaku belum pernah (sempat) membaca buku Reinventing Government dan

Banishing Bureaucracy, tapi hanya lihat-lihat sekilas saja.

Bagi Walikota Lhokseumawe selaku inovator dan motor penggerak perubahan pada Pemerintah Pemko Lhokseumawe, semangat entrepreneurship itu sendiri dimaknai hakekatnya adalah bagaimana kita menghadapi tantangan. Intinya entrepreneurship itu terdiri dari efisiensi, inovasi dan kompetisi. Pemerintahan yang efektif dan efisien yang disalurkan oleh pemerintah Pemko Lhokseumawe secara keorganisasian dapat digolongkan sebagai organisasi yang berkinerja tinggi. Bahwa organisasi berkinerja tinggi adalah suatu kelompok pekerja yang memproduksi barang dan jasa yang diinginkan dengan kualitas tinggi, menggunakan sumber daya yang sama atau lebih kecil. Perbaikan produkiivitas dan kualitas yang terus menerus, dari hari ke hari, minggu ke minggu, dan tahun ke tahun, yang diarahkan untuk mencapai misinya.

4.6.2. Faktor-Faktor yang menjadi Penghambat dan Pendukung dalam