• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Kepemimpinan Dalam Manajemen Perubahan Pondok Pesantren Al-Qur’an Cijantung Ciamis

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Profil Pondok Pesantren Al- Qur’an Cijantung Ciamis

B. Peran Kepemimpinan Dalam Manajemen Perubahan Pondok Pesantren Al-Qur’an Cijantung Ciamis

Pondok Pesantren Al-Qur’an Cijantung sejak berdiri sampai dengan sekarang telah mengalami 3 periode kepemimpinan, yaitu:

1. Periode Kepemimpinan KH. Moch. Siradj (1935-1997)

Selama periode kepemimpinan KH. Moch. Siradj, seperti halnya pondok pesantren yang lain. Kepemimpinan pondok pesantren Al-Qur’an Cijantung cenderung pada bentuk atau pola kepemimpinan individual. Dikatakan kepemimpinan individual, karena dalam pengambilan keputusan mengutamakan keputusan pribadi.

Kepemimpinan individual KH. Mochammad Siradj, memiliki karakteristik yang sangat unik. Dilihat dari kepribadian beliau memiliki sifat karismatik dan terbuka menerima perubahan (moderat). Sehingga memebuat kepercayaan dari masyarakat terhadap pondok pesantren sangat kuat, terbukti dengan masa kepemimpinan beliau mampu bertahan sampai kurang lebih 42 tahun, sebagai pimpinan di Pondok Pesantren Al-Qur’an Cijantung.

Untuk memfasilitasi kegiatan pondok maka waktu pendirian pondok melakukan pembangunan sararana prasarana pondok. Adapun pembangunan yang dilakukan beliau yaitu Masjid pada tahun 1935, Arama pada tahun 1982, BMT Asy-Syifa yang bergerak di bidang usaha perdagangan umum dan jasa simpan pinjam tahun 1994, dan Pos Kesehatan Pesantren tahun 1996 pertama di Jawa Barat.

Gambar 4.1

Pada kepemimpinan beliau sudah banyak melakukan perubahan baik yang menyangkut sarana fisik maupun non fisik. Yang menyangkut sarana fisik yaitu pada tahun 1970 sampai dengan 1991 didirikannya gedung Sekolah Pendidikan Guru Al-Islam, yang kemudian dibubarkan oleh pemerintah dan gedung tersebut dipakai untuk gedung Madrasah Tsanawiyah Al-Islam pada tahun 1986. Sebagaimana di jelaskan oleh sekertaris Yayasan Wakaf KH. Mochammad Siradj Cijantung Said Attanzani, S.Sos:

“Selama perkembangannya mulai adanya pendidikan formal yaitu sekolah pendidikan guru Al-Islam pada tahun 1970 secara legalitas pondok pesantren mendirikan Yayasan Pendidikan Al-Islam berdasarkan Akta Yayasan No. 24, tanggal 27 Desember 1970.”53

Perubahan yang sifatnya non fisik yaitu cepatnya menerima pemikiran-pemikiran yang sifatnya untuk kemajuan pondok pesantren, salah satunya yaitu dalam partisipasinya mendirikan pendidikan formal untuk membantu pemerintah dalam bidang pendidikan. Hal ini dapat dilihat dengan didirikannya sekolah formal seperti dijelaskan di atas, hal ini juga dilakukan dalam rangka mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu cepat, serta mengantisipasi perubahan sosial yang semakain kompetitif.

Peran tersebut tidak terlepas dari dukungan putera-puteri beliau seperti KH. Moch. Ma’sum Siradj, Drs. KH. Ahmad Hidayat, S.H, KH. Muhaemin Siradj, Drs. KH. Holil Rohman, Dra. Hj. Ai Masyithoh, Drs. Agus Abdul Khaliq, MM, Drs. H. Asep Basirun dan mantunya Drs. KH. Asep Saefulmillah.

2. Periode Kepemimpinan Drs. KH. Asep Saefulmillah (1997-2000) Setelah KH. Moch. Siradj wafat dengan melalui rapat musyawarah keluarga Pondok Pesantren Al-Qu’an Cijantung Ciamis, maka

53

Wawancara dengan Bapak Said Attanzani, S.Sos sekretaris Yayasan Wakaf KH. Mochammad Siradj Cijantung di komplek ponpes Al-Qur’an Cijantung, Ciamis, 22 Juni 2015 pukul 10.00 WIB

diangkatlah mantu Drs. KH. Asep Saefulmillah sebagai pengganti dan penerus kepemimpinan KH. Moch. Siradj dengan dibantu putera-puterinya.

Pada kepemimpinan Drs. KH. Asep Saefulmillah sesauai hasil analisis dan studi dokumen peneliti perubahan yang dilakukan yaitu membagikan tugas pengelolaan pondok dengan membentuk struktur organisasi pondok pesantren dan memberdayakan fasilitas sarana prasarana pondok dalam menunjang kegiatan dan kebutuhan pondok.54 a. Membagikan tugas pengelolaan pondok

Dengan bentuk kepemimpinan yang masih pola indidividual Drs. KH. Asep Saefulmillah yang latar belakangnya aktif diberbagai organisasi beliau menerapkan pembagian tugas dalam pengelolaan pondok. Hal ini dilakukan agar kegiatan pondok berjalan dengan efektif dan efisien. 55

Adapun struktur Organisasi Pondok Pesantren Al-Qur’an Cijantung Ciamis yang dibentuk dengan komposisi sebagai berikut:

Pengasuh Pesantren: Drs. KH. Asep Saefulmillah Kepala Biro – Kepala Boiro

 Kepala Biro Bidang Kurikulum: Drs. KH. Ahmad Hidayat, S.H  Kepala Biro Bidang Kesantrian: Drs. KH. Holil Rohman

 Kepala Biro Bidang Adm. Keuangan dan Humas: Drs. KH. Agus Abdul Kholiq

 Kepala Biro Bidang Sapras dan Keamanan: Drs. H. Asep Basirun

Pengurus Santri & Karyawan Pondok Pesantren

54

Said Attanzani, “Kepemimpinan Pengasuh Pesantren Dalam Rangka Efisiensi Kerja

Karyawan di Pondok Pesantren Al-Qur’an Cijantung”, Skripsi pada Strata 1 UNIVERSITAS GALUH, Ciamis, 2000, h. 51-52, tidak dipublikasikan.

55

Bagan Struktur Organisasi Pondok Pesantren Al-Qur’an Cijantung Ciamis-Jawa Barat 1997

 Karyawan Yayasan  Karyawan Dapur Umum  Karyawan Kopontren

 Karyawan Sebagai Staf Pengajar  Karyawan Poskestren

b. Memberdayakan fasilitas sarana prasarana pondok

Dalam merealisasikan dan mengimplementasikan tujuan pondok maka perlu adanya properti yang menunjangnya, yaitu penataan fisik dan pemberdayaan sarana dan prasana pondok pesantren agar tujuan pendidikan pondok pesantren dapat dicapai secara efektif dan efisien. Melihat telah dibangunnya fasilitas sarana prasasarana pada masa kepemimpinan sebelumnya, maka Drs. KH. Saefulmillah menata dan memberdayakan fasitas dan sarana prasarana tersebut.

Dalam memeberdayakan fasilitas sarana dan prasaran yaitu dengan membentuk struktur organisasi pondok seperti dijelaskan di atas yang kemudian mengarahkan tugas dan wewenang serta pelaksanaannya pada setiap biro sampai pada karyawan.

Dari hasil analisis studi dokumen dan hasil penelitian Said Attanzani dalam pelaksanaan pemberdayaan fasilitas tersebut masih belum optimal. Hal tersebut dikarenakan pemberian tugas, petunjuk teknis dan pelaksanaannya diberikan hanya kadang-kadang.56 Dari hasil penelitian tersebut, penulis berasumsi dikarenakan kurangnya sumber daya manusia yang faham tentang manajemen organiasasi pada waktu itu.

Kemudian Drs. KH. Asep Saefulmillah mendirikan pondok pesantren baru yang merupakan cabang dari Pondok Pesantren Al-Qur’an Cijantung Ciamis yang diberi nama Pondok Pesantren Al

56

Said Attanzani, “Kepemimpinan Pengasuh Pesantren Dalam Rangka Efisiensi Kerja

Karyawan di Pondok Pesantren Al-Qur’an Cijantung”, Skripsi pada Strata 1 UNIVERSITAS GALUH, Ciamis, 2000, h. 56, tidak dipublikasikan.

Qur’an Cijantung IV (Ar-Rissalah). Kemudian pada waktu itu kepemimpinan pondok diserahkan ke putera-puteri KH. Moch. Siradj.

3. Periode Kepemimpinan Kolektif Kolegial (2000 – Sekarang)

Setelah masa transisi kepemimpinan Drs. KH. Asep Saefulmillah keluarga pondok melakukan musyawarah untuk menetukan kepemimpinan pondok selanjutnya. Dari musyawarah tersebut telah diputuskan secara musyawarah mufakat bahwa kepemimpinan pondok berbentuk kolektif kolegial. Sesuai dengan penjelasan sekertaris Yayasan Wakaf KH. Mochammad Siradj Cijantung Said Attanzani, S.Sos:

“Untuk kepemimpinan pondok pesantren mulai berdiri otomatis dipimpin oleh KH. Muhammad Sirradj kemudian setelah wafat KH. Muhammad Sirradj otomatis beralih pada keturunannya yang berjumlah 9 orang, dengan bentuk kepemimpinan pondok pesantren kolektif kolegial.”57

Perubahan bentuk kepemimpinan tersebut, merupakan sebuah kesepakatan yang dilakukan oleh putra-putri KH. Mochammad Siradj dalam mempertahankan keberlangsungan pondok pesantren. Kepemimpinan kolektif pondok pesantren tersebut, sangat berpengaruh membawa banyak perubahan terhadap kebijakan, sistem kerja organisasi pondok, dan struktur organisasi pondok pesantren. Sehingga pondok pesantren menjadi lebih demokratis dan modern

Dari hasil studi pendahuluan penulis yang mengalami pendidikan di pondok selama tiga tahun dan hasil observasi pada kepemimpinan kolektif kolegial ini telihat adanya pergerakan dari agen perubahan Pondok pesantren Al-Qur’an Cijantung, yaitu bermula dari seorang mantu dari generasi ketiga. Dimana mantu ini tinggal di komplek pondok namun tidak termasuk dari bagian pimpinan pondok.

57

Wawancara dengan Bapak Said Attanzani, S.Sos sekretaris Yayasan Wakaf KH. Mochammad Siradj Cijantung di komplek ponpes Al-Qur’an Cijantung, Ciamis, 22 Juni 2015 pukul 10.00 WIB.

Setelah beberapa tahun tinggal di sekitar pondok mantu ini tergerak dan merasa bosan melihat kegiatan pondok ada yang kurang. Maka dari itu agen perubahan mencoba masuk pada kepemimpinan untuk memberi masukan dan saran dalam merubah dan mendisain pada peruabahan yang lebih baik.

Terdapat pendekatan dalam melakukan perubahan terencana yang dilakukan pondok pesantren Al-Qur’an Cijantung pada kepemimpinan ini yaitu:

a. Fase eksplorasi

Dalam tahap ini pondok pesantren Al-Qur’an Cijantung menggali dan memutuskan apakah ingin membuat perubahan dan mencari dukungan dari berbagai pihak. Adanya analilis kebutuhan-kebutuhan dan evaluasi produktifitas kinerja pondok pesantren yang selanjutnya melakukan pembentukan tim perubahan untuk merencanakan perubahan. Hal ini sesuai dengan penjelasan sekertaris Yayasan Wakaf KH. Mochammad Siradj Cijantung Said Attanzani, S.Sos:

“Ya dibentuk tim contoh adanya tim perubahan penjamin mutu pengembangan akademik pesantren.”58

b. Fase perencanaan

Adanya analilis kebutuhan-kebutuhan dan evaluasi produktifitas kinerja pondok pesantren. Dalam tahap ini dilakukan perencanaan tindakan-tindakan dalam mencapai tujuan perubahan. Pondok pesantren Al-Qur’an Cijantung pada fase ini sudah tentu melakukan perencanaan dengan melakukan musyawarah dengan bentuk kepemimpinan yang kolektif kolegial dalam mencapai tujuan perubahan.59

58

Wawancara dengan Bapak Said Attanzani, S.Sos sekretaris Yayasan Wakaf KH. Mochammad Siradj Cijantung di komplek ponpes Al-Qur’an Cijantung, Ciamis, 22 Juni 2015 pukul 10.00 WIB.

59

Rencana Prioritas Program Kerja Bidang Pendidikan Yayasan Wakaf K.H. Moch. Siradj Periode 2015-201

Melakukan rapat koordinasi dengan seluruh pimpinan unit pendidikan untuk sosialisasi dan sinkronisasi visi-misi dan program kerja Bidang Pendidikan.

c. Fase tindakan

Pada fase ini organisasi mengimplementasi perubahan yang ditarik dari perencanaan. Proses perubahan menyangkut desain untuk menggerakan organisasi dari keadaan sekarang keadaan yang akan datang yang diharapkan, dan termasuk menciptkan pengaturan yang tepat untuk mengelola proses perubahan, mendapat dukungan untuk dilakukan dan evaluasi kegiatan sehingga penyesuaian dan perbaikan dapat dilakukan.

Pondok pesantren Al-Qur’an Cijantung dalam mengimplementasikan disain perubahan sehinga tercapainya tujuan perubahan tersebut. Maka pondok peantren Al-Qur’an Cijantung selalu melakukan evaluasi dalam memperbaiki proses pencapian tujuan dalam perubahan. Diprogramkannya rapat koordinasi mengenai tatalaksana organisasi dengan seluruh pimpinan unit pendidikan.

d. Fase integrasi

Fase ini berkaitan dengan mengkonsolidasi dan menstabilisasi perubahan sehingga keadaan normal kembali dengan menerapkan budaya baru. Pada fase ini pondok pesantren Al-Qur’an Cijantung selalu melakukan pemantauan dan perbaikan dalam menstabilisasi budaya baru yang terjadi di pondok pesantren yang dilakukan oleh pimpinan pondok pesantren. Hal ini sesuai dengan penjelasan Said Attanzani, S.Sos sekertaris Yayasan Wakaf KH. Moch. Siradj:

“Strategi yang dilakukan yaitu merencanakan tujuan perubahan yang dilakukan menyamakan persepsi di kepengurusan organisasi

pesantren, melakukan sosialisasi, pembuatan tim, eksekusi perubahan, dan penyempurnaan perubahan.”60

Dari manajemen perubahan tersebut terlihat secara jelas perubahan baik fisik atau non fisik yang terjadi di Pondok Pesantren Al-Qur’an Cijantung Ciamis yaitu:

a. Perubahan visi misi pondok

Perubahan visi misi Pondok Pesantren Al-Qur’an Cijantung berlandaskan pada adanya sebuah kebutuhan perubahan yang dilakuakan di dalam pondok sendiri. Karena kepemimpinan pondok percaya dengan merubah visi yang lebih baik akan berdampak pada sector lain yang ada di pondok. Adapun visi misi pondok sebelum dan sesudah dirubah sebagai berikut:

Tabel 4.1

Perubahan Visi Pondok Pesantren Al-Qur’an Cijantung Ciamis

Visi awal Visi baru

Pondok pesantren yang mampu mencetak kader-kader Qira’atul Qur’an yang professional.61

Menjadi pondok pesantren modern yang berbasis kajian Ulumul Quran dengan mengembangkan madrasah unggulan dan program takhasus al-Quran yang dapat memainkan peran dan fungsinya secara independen dalam bingkai aqidah

Ahlu „l-Sunnah wa „l-Jama‟ah.62 Yang dijabarkan pada Misi:

a) Menjadikan Pesantren Cijantung sebagai lembaga

60

Wawancara dengan Bapak Said Attanzani, S.Sos sekretaris Yayasan Wakaf KH. Mochammad Siradj Cijantung di komplek ponpes Al-Qur’an Cijantung, Ciamis, 22 Juni 2015 pukul 10.00 WIB.

61

Wawancara dengan Bapak Said Attanzani, S.Sos sekretaris Yayasan Wakaf KH. Mochammad Siradj Cijantung di komplek ponpes Al-Qur’an Cijantung, Ciamis, 22 Juni 2015 pukul 10.00 WIB.

62

pendidikan yang menjadi pusat kajian agama islam berorientasi kajian al-Quran yang terbuka bagi masyarakat muslim;

b) Mengembangkan suatu sistem pendidikan pesantren yang antisipatif terhadap perubahan dengan basisi kajian al-Quran; c) Mengukuhkan Pesantren

Cijantung sebagai lembaga dakwah guna menegakkan syiar Islam;

d) Mengembangkan berbagai usaha halal yang dapat menunjang kemandirian pesantren;

e) Berperan aktif dengan berbagai pihak guna mencapai tujuan pesantren sebagai lembaga pendidikan dan lembaga dakwah.

Sumber data di atas diperoleh dari profil pondok tahun 2015 dan wawancara. Dari perubahan visi di atas, penulis melihat adanya keseriusan pengembangan pondok pesantren yang lebih modern, memperluas fungsi pondok pesantren, dan mencapai tujuan dari pendidikan nasional.

b. Perubahan logo pondok

Perubahan logo pondok pesantren Al-Qur’an Cijantung berlandaskan pada perubahan visi dan penyimbolan terhadap perjuangan pendiri KH. Moch. Siradj yang didalamnya ditulis nama beliau. Sehingga semua orang khususnya pengurus pondok mampu meneladani perjuangan beliau.

Tabel 4.2

Perubahan Logo Pondok Pesantren Al-Qur’an Cijantung Ciamis

Logo awal Logo baru

c. Struktur organisasi pondok

Struktur pada kepemimpinan kolektif kolegial sudah tentu mengalami peruabahan hal ini dilakukan demi terciptanya kondisi baru dan pelaksanaan manajemen pondok dapat berjalan lebih efektif. Adapun komposisi struktur organisasi Pondok Pesantren Al-Qur’an Cijantung Ciamis sebagai berikut:

Dewan Pimpinan Pesantren

Pengasuh Pesantren: KH. Moch. Ma’sum Sirodj Pimpinan Pesantren: KH. Drs. Ahmad Hidayat, SH

Dra. Hj. Siti Masyitoh

Drs. H. O. Nurmuhammad, MM K. Abdul Aziz, SE

KH. Drs. Agus Abdul Kholik, MM. KH. Drs. Asep Basirun

Dewan Mudaris

KH. Moch. Oni Sya’roni : Fiqih/Tauhid KH. Hasyim As’ary : Qira’at Al-Qur’an Ky. Sirojudin Abas : Fiqih/Tauhid Hj. Euis Muhafillah, Dra. : Keputrian Hj. Dewi Ratnasari, Dra. : Bahasa Inggris Hj. Idah Faridah : Fiqih/Tauhid Hj. Epon Farida Hani : Fiqih/Tauhid

Iir Abdul Haris, M.Ag : Tafsir/Ushul Fiqih/Ulumul Qur’an

Pengurus Yayasan Wakaf KH. Moh. Sirodj

Ketua Umum : KH. Drs. O. Nur

Muhammad, MM Ketua I Bid. Pendidikan : Iir Abdul Haris, M.Ag Ketua II Bid. Ekonomi : K. Abdul Aziz, SE Ketua III Bid. Sarpras : KH. Drs. Asep Basirun Ketua IV Bid. Humas : KH. Drs. Agus Abdul

Kholik, MM

Sekretaris Umum : Said Attanzani, S.Sos. Sekretaris I Bid. Pendidikan: Ceceng Supriadi Sekretaris II Bid. Ekonomi: Zenal Muttakin, S.Ag Sekretaris III Bid. Sarpras: Mamat Rahmat, S.Ag Sekretaris IV Bid. Humas: Dande Rifa’I Hielmi Bendahara Umum : Alpian Ramadhan

Wakil Bendahara : H. Ahmad Muhajir, S.Pd.I Pengurus Asrama

Kepala Asrama : Didi Suwardi

Wakil Kepala Asrama Bid. Kode Etik PA: Doni Mulyadi, S.IP

Wakil Kepala Asrama Bid. Kesling PA: Masduki

Wakil Kepala Asrama Bid. Kode Etik PI: Ai Nur’aeni, S.Pd.I

Wakil Kepala Asrama Bid. Kesling PI: Siti Saroh Septiana Sekretaris Asrama: Abdul Gopur. 63

Dari komposisi struktur organisasi pondok penulis masih melihat adanya masih adanya double job atu rangkap jabatan. Sehingga memungkinkan efektifitas dan efesiensi manajemen pondok masih belum maksimal.

d. Perubahan kurikulum pondok

Kurikulum merupakan bagian terpenting pada sebuah lembaga pendidikan. Kurikulum ini yang akan menentukan produk sebuah lembaga pendidikan. Definisi kurikulum sendiri banyak dari segi pengertian memiliki banyak sudut pandang, ada yang mendefinisikan secara sempit ada juga yang mendefinisikan secara luas.

63

Pada pondok pesantren khalafi yang sudah mengalami modernisasi, sudah jelas terdapat kurikulum secara tertulis di masing-masing lembaga satuan pendidikan yang dinaunginya. Pondok pesantren Al-Qur’an Cijantung merupakan bagian pondok pesantren yang memiliki sebuah kurikulum baik itu hiden kurikulum dan kurikulum tertulis.

Perkembangan dan perubahan kurikulum pondok pesantren Al-Qur’an Cijantung berdasarkan pada visi dan misi. Dimana, kurikulum disajikan untuk memenuhi dan melayani sebuah visi dan misi pondok pesantren. Hal ini sesuai dengan penjelasan Bapak Iir Abdul Haris, M.Ag sebagai Ketua I Bid. Pendidikan:

“Perubahan kurikulum pondok pesantren Al-Qur’an Cijantung berangkat dari perubahan visi dan misi pondok pesantren Al-Qur’anCijantung”.64

Kurikulum pertama pondok pesantren Al-Qur’an Cijantung mengacu pada visi pendirian pondok pesantren Al-Qur’an Cijantung oleh KH. Moch. Sirradj yang berbunyi “Pondok pesantren yang mampu mencetak kader-kader Qira‟atul Qur‟an yang professional”.65 Kurikulum yang didesain pada waktu itu yaitu menghususkan pada kajian Al-Qur’an dengan fokus “Qira’at” (bacaannya). Mata pelajaran yang dipelajari santri diantaranya ilmu Tajwid yang meliputi kitab Matan Jazariyah, kitab Gharib dan Musykilat, dan lagu-lagu seni membaca Al-Qur’an (Murattal dan Mujawad). Kemidian mengkhususkan juga, bacaan yang berasal dari Qira’at imam Asyim riwayat Hafs (Qira’ah Sab’ah). Selain itu juga santri mempelajari ilmu Aqidah dan Ilmu Fiqh (kitab Kasyifatussaja, Subbul Iman, dan Bulughul Marram).

64

Wawancara dengan Bapak Iir Abdul Haris, M. Ag ketua 1 bidang pendidikan Yayasan Wakaf KH. Mochammad Siradj Cijantung di komplek ponpes Al-Qur’an Cijantung, Ciamis, 24 Juni 2015 pukul 15.30 WIB.

65

Wawancara dengan Bapak Said Attanzani, S.Sos sekretaris Yayasan Wakaf KH. Mochammad Siradj Cijantung di komplek ponpes Al-Qur’an Cijantung, Ciamis, 22 Juni 2015 pukul 10.00 WIB.

Metode pengajian menggunakan sistem pengajian pondok pesantren salafiyah dan khalafiyah. Dikatakan salafiyah karena masih menggunakan metode tradisional yang no-klasikal, yaitu dengan metode bandongan dan sorogan. Sedangkan dikatakan khalafiyah karena juga menggunakan system jenjang/tingkatan kelas. Kemudian dikarenakan khusus pondok pesantren Al-Qur’an ditambah dengan metode tadarusan dan talaran.

Selanjutnya perkembangan kurikulum pondok pesantren mengalami perubahan pada periode 2007-2015 semenjak kepemimpinan pondok dipimpin secara kolektif kolegial yang disesuaikan dengan visi pondok pesantren Al-Qur’an Cijantung yang berbunyi:

“Menjadi pondok pesantren modern yang berbasis kajian Ulumul Quran dengan mengembangkan madrasah unggulan dan program takhasus al-Quran yang dapat memainkan peran dan fungsinya secara independen dalam bingkai aqidah Ahlu „l-Sunnah

wa „l-Jama‟ah.”

Dari visi di atas, kemudian diinterpretasikan dalam misi-misi yang direncanakan pondok pesantren, dalam hal ini penulis melihat adanya sebuah kejelasan untuk mewujudkan visi tersebut yang berkaitan dengan proses pembelajaran santri atau kurikulum yaitu terdapat pada misi pertama yaitu “Menjadikan Pesantren Cijantung sebagai lembaga pendidikan yang menjadi pusat kajian agama Islam berorientasi kajian al-Quran yang terbuka bagi

masyarakat muslim”.

Maka dari itu, kurikulum pondok pesantren mengalami perkembangan dan pergeseran paradigma berfikir dalam mendesain kurikulum.66 Awalnya, kurikulum pondok pesantren

66

Studi Dokumen, Visi Integratif Kurikulum Berbasis Al-Quran: Peluang Dan Tantangan Pengembangan Sistem Pendidikan Model Unggulan Di Lingkungan Pondok Pesantren Al-Quran Cijantung Ciamis, disamapaikan oleh Iir Abdul Haris pada Seminar

Qur’an Cijantung terfokus pada “Qira’atul Qur’an” (bacaan Qur’an) dan didesain pada kajian agama Islam berbasis Al-Qur’an. Hal ini sesuai dengan yang dijelaskan oleh bapak Iir Abdul Haris, M.Ag sebagai Ketua I Bid. Pendidikan:

“Kurikulum pondok pun mengalami perubahan. Perubahan kurikulum tersebut didesain untuk melayani visi pondok pesantren, dalam artian pendidikan agama Islam yang dilakukan di pondok pesantren Al-Qur’an Cijantung berbasis kajian Al-Qur’an.”67

Penulis melihat adanya sebuah upaya perkembangan dan upaya perubahan disain kurikulum yang telah diimplementasikan yaitu yang awalnya terfokus pada Qira’atul Qur’an kemudian diperbaharui kepada disain kurikulum pondok pesantren Al-Qur’an Cijantung berbasis kajian ilmu agama Islam dan ilmu pengetahuan berbasis Al-Qur’an dalam mempersiapkan paroduk alumni santri yang mampu survive, kompetitif, dan adaptif di lingkungan masyarakat.

Metode yang digunakan, pada sistem pengajian sesuai dengan perkembangan kurikulum pondok pesantren yaitu metode pengajaran variatif seperti metode cara cepat memahami bahasa arab dengan metode amtsilaty berbasis Al-Qur’an dan kata-kata mutiara bahasa arab, yang jumlah pengajar dalam satu kelas berjumlah dua orang berbentuk kolegial sehingga pencapaian pemahaman bahasa arab lebih efektif.

Kemudian dalam pengajaran ilmu fiqh dan ilmu tauhid, menggunakan metode tematik integrative Asmaul Husna, dimana pengajaran ilmu fiqh dan tauhid dibahas tidak secara terpisah tetapi dibahas secara satu kesatuan utuh dalam memahaminya. Sehingga

Pendidikan pada Acara Milad Pondok Pesantren Al-Quran Cijantung Ciamis ke-80 tanggal 25 April 2015

67

Wawancara dengan Bapak Iir Abdul Haris, M. Ag ketua 1 bidang pendidikan Yayasan Wakaf KH. Mochammad Siradj Cijantung di komplek ponpes Al-Qur’an Cijantung, Ciamis, 24 Juni 2015 pukul 15.30 WIB.

santri mampu mengiterpretasikan ilmu fiqh dan ilmu tauhid tercapai secara paripurna. Hal ini sesuai dengan penjelasan Bapak Iir Abdul Haris ketua bidang pendidikan pondok pesantren Al-Qur’an Cijantung:

“Pondok pesantren telah mengubah system pengajaran dimualai pada tingkat dasar MI dengan menurunkan dari visi Al-Qur’an sebatas azas-azas Al-Qur’an sesuai dengan desain yang dijelaskan di atas yang hasilnya membuktikan. Kemudian pada tingkat MTs dan MAN secara bertahap lebih menekankan pada santri/siswa yaitu pertama, mengajarkan bahasa arab non muhadasah itu menjadi prioritas karena bahasa arab itu jalan

Dokumen terkait