• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Public Relations Program Kelautan WWF-Indonesia

Public relations merupakan sebuah bentuk komunikasi serta media bagi setiap organisasi yang bersifat profit maupun non profit. Keberadaanya sangat menentukan posisi sebuah organisasi di mata publik, selain itu public relations juga sebagai penentu pencapaian tujuan organisasi di masa mendatang. Sehingga, setiap organisasi tentu menjalankan public relations dengan berbagai sistem, cara dan nama. Sebagai organisasi non profit, WWF-Indonesia menjalankan public relations yang berbeda dengan organisasi profit dan non profit lainnya, hal tersebut dikarenakan WWF-Indonesia terbagi menjadi tiga program diantaranya, program iklim dan energi, konservasi kehutanan dan spesies, serta konservasi kelautan dan spesies. Ketiga program menjalankan public relationsnya tersendiri, namun tetap terpusat kepada public relations keseluruhan organisasi WWF- Indonesia yaitu divisi communication and media relations.

Penelitian ini khusus melihat bagaimana public relations program konservasi kelautan dalam menjalankan perannya untuk WWF-Indonesia. Public relations program konservasi kelautan ini bernama communication and outreach manager atau sering disebut staff sebagai communications marine disingkat comms marine, divisi tersebut yang bertindak menjalankan bentuk komunikasi untuk tercapainya tujuan organisasi. Public relations, memiliki empat peran yaitu penasehat ahli, fasilitator pemecah masalah, fasilitator komunikasi dan teknisi komunikasi, peneliti ingin melihat sejauh mana public relations menjalankan peran public relations hingga berdampak pada fungsinya. Peran tersebut dinilai oleh seluruh staff program konservasi kelautan WWF-Indonesia, dengan mengisi kuesioner yang diberikan oleh peneliti. Distribusi penilaian tingkat peran public relations oleh staf dijabarkan pada Tabel 13

Tabel 13 Distribusi penilaian tingkat peran public relations oleh staf

Tingkat peran public relations

Staf Program Konservasi Kelautan WWF-Indonesia

Jumlah Presentase(%)

Tinggi 10 33,3

Sedang 13 43,3

Rendah 7 23,3

Total 30 100

Secara keseluruhan staf menilai peran public relations sedang atau cukup baik, hal tersebut disebabkan oleh jumlah tim public relations yang kurang, sehingga beberapa peran dijalankan oleh public relations dengan cukup baik seperti peran sebagai penasehat ahli, fasilitator komunikasi juga peran sebagai teknisi komunikasi dijalankan oleh public relations tidak secara maksimal. Sementara peran sebagai fasilitator pemecahan masalah dinilai oleh staf telah baik

dijalankan oleh public relations (Tabel 14), public relations menciptakan formula yang tepat untuk dikonsumsi oleh publik, karena publik memiliki fungsi fundamental untuk keberlangsungan program konservasi kelautan WWF- Indonesia salah satunya berupa dukungan berupa moril serta materil yang dinamakan donasi bulanan, donasi sekali atau kerjasama jangka panjang-jangka pendek. Formulasi yang dibuat oleh public relations kepada publik eksternal berupa kampanye-kampanye untuk melindungi species yang hampir punah. Sejauh ini, public relations telah menciptakan beberapa kampanye seperti, Save Turtle, Sustainable Seafood, dan pada saat melakukan penelitian sedang berlangsung kampanye Save Our Sharks (#SOSharks). Dalam melakukan kampanye, comms marine melibatkan banyak pihak untuk mendukung berlangsungnya kampanye, diantaranya artis yang menjadi champion atau duta kampanye, anak muda yang menjadi volunteer, pemerintah dan coorporate partner WWF-Indonesia.

Peran public relations berdasarkan empat unsurnya yaitu sebagai penasehat ahli, fasilitator pemecah masalah, fasilitator komunikasi dan teknisi komunikasi dijabarkan pada Tabel 14

Tabel 14 Distribusi staf berdasarkan tingkat peran public relations sesuai unsurnya

Unsur peran public relations Tingkat peran public relations Rendah(%) Sedang(%) Tinggi(%) Penasehat Ahli 9 (30) 19 (63,3) 2 (6,7) Fasilitator Pemecahan Masalah 4 (13,3) 8 (26,7) 18 (30) Fasilitator Komunikasi 9 (30) 15 (50) 6 (20) Teknisi Komunikasi 5 (16,7) 16 (53,3) 9 (30)

Peran yang dinilai staf paling sering dilakukan oleh public relations adalah sebagai fasilitator pemecahan masalah, hal tersebut dikarenakan public relations menjadi bagian dalam manajemen strategis yang membantu organisasi dalam menyelesaikan masalahnya. Public relations berperan dalam pengembangan prosedur, kebijakan, produk dan aksi organisasi serta public relations memiliki kekuatan untuk mengubah sesuatu yang seharusnya diubah. Akan tetapi, sesuai dengan job description public relations program konservasi kelautan, tugas mereka lebih mengarah kepada fasilitator komunikasi yang menciptakan produk komunikasi yang dapat diterima oleh publik dengan baik. WWF-Indonesia sebagai organisasi non profit, maka memiliki publik yang khas. Publik eksternal sebagai pendukung materi dan moril organisasi dibagi menjadi supporter WWF, volunteer, masyarakat daerah konservasi serta perusahaan swasta sebagai sponsor dan publik internal yaitu seluruh staf WWF-Indonesia dari jabatan terendah hingga jabatan tertinggi untuk tersus berupaya melakukan konservasi sehingga tercapai tujuan dari organisasi. Public relations juga telah menggunakan teknologi dengan baik untuk berperan sebagai fasilitator komunikasi sebuah organisasi. Selain itu, teknisi komunikasi juga berperan lebih banyak sesuai job description yang tertulis untuk dilakukan public relations. Menulis newsletter, artikel terkait, melakukan profiling, press release, mengelola sosial media dan lainnya.

35

Penasehat Ahli

Peran public relations yang pertama adalah penasehat ahli, memiliki posisi tertinggi di perusahaan karena public relations sangat dekat dengan pimpinan dan memegang kendali yang sama dengan pimpinan. Public relations dipercaya untuk memberikan nasehat kepada pimpinan terkait keberlangsungan organisasi, umumnya public relations yang berperan sebagai penasehat ahli memiliki keahlian khusus yang sejalan dengan organisasi, lebih unggul dari segi pengetahuan dan pendidikan. Penilaian staff terhadap peran public relations sebagai penasehat ahli pada program konservasi kelautan WWF-Indonesia memiliki empat indikator dijelaskan melalui Tabel 15

Peran comms marine sebagai seorang penasehat ahli dinilai staff bukan sebagai suatu peranan yang utama dilakukan comms marine di program konservasi kelautan. Karena secara struktural, comms marine tidak memiliki posisi yang seimbang dan setara dengan atasan program kelautan (Direktur) tetapi jauh di bawahnya. Selain itu, program kelautan sendiri sudah memiliki tim ahli yang menjadi penasehat Direktur dalam melihat hingga menyelesaikan masalah, tim tersebut bernama marine science expert. Marine science expert secara struktural setara dengan direktur program kelautan, sehingga mereka lah yang menjadi penasehat ahli utama untuk program kelautan WWF-Indonesia.

Tabel 15 Distribusi staf berdasarkan indikator penasehat ahli

Indikator Jumlah staf (orang) dan presentase (%)

SS S TS STS

Communications Marine telah

memberikan pengarahan tentang cara menjalankan program Konservasi Kelautan dengan baik

6 (20) 23 (76.7) 1 (3.3) 0 (0.0)

Communications Marine telah melakukan pencarian informasi database kelautan dengan baik 2 (6.7) 19 (63.3) 9 (30) 0 (0.0)

Communications Marine telah

memberikan saran untuk menyelesaikan masalah kelautan kepada atasan di WWF Indonesia 4 (13.3) 20 (66.7) 6 (20) 0 (0.0)

Communications Marine telah memantau secara rutin wilayah konservasi kelautan WWF Indonesia 2 (6.7) 20 (66.7) 8 (26.7) 0 (0.0)

Keterangan: SS = Sangat Setuju ; S = Setuju ; TS = Tidak Setuju ; STS = Sangat Tidak Setuju Comms marine sendiri telah berperan sebagai penasehat ahli untuk hasil yang telah didiskusikan oleh tim ahli dan direktur. Contohnya adalah permasalahan populasi spesies hiu yang semakin berkurang secara drastis di laut, sebelumnya tim ahli telah mendiskusikan dengan direktur, setelah didapat hasilnya, direktur melemparkan kepada tim comms marine untuk diolah dan dibentuk sehingga bisa dikonsumsi oleh publik WWF-Indonesia. comms marine membuat sebuah kampanye publik untuk permasalahan spesies hiu dengan nama

Fasilitator Pemecahan Masalah

Peran kedua public relations adalah sebagai fasilitator pemecahan masalah, seorang public relations mampu melakukan identifikasi suatu masalah yang timbul pada organisasi, merumuskannya, membuat solusi, menjalankan solusi sampai kepada evaluasi solusi yang telah dijalankan. Keterlibatan staf sangat penting dalam menyelesaikan permasalahan organisasi. Peran sebagai fasilitator pemecahan masalah memiliki lima indikator dijelaskan melalui Tabel 16

Peran comms marine sebagai fasilitator pemecahan masalah dinilai staf variatif, ada yang berpendapat sudah sangat baik, cukup baik dan tidak baik. Staf yang berpendapat comms marine tidak berperan sebagai fasilitator pemecahan masalah ada tiga orang dan ketiganya adalah staf lapang dan tim ahli konservasi kelautan, staf tersebut merasa lebih mengetahui kondisi dari lapang dan permasalahan yang ada sampai kepada solusi dari masalah tersebut. Sehingga, comms marine dinilai tidak memiliki keterlibatan dalam melakukan identifikasi permasalahan, merumuskan masalah, menyusun solusi, menjalankan solusi dan evaluasi solusi yang telah dijalankan. Hal tersebut diangga tugas tim ahli konservasi kelautan. Sementara ada tiga staf yang berpendapat peran comms marine sebagai fasilitator pemecahan masalah, ketiganya melihat bahwa permasalahan yang diidentifikasi oleh comms marine bukan permasalahan konservasi secara ilmiah, tetapi permasalahan yang timbul ketika permasalahan konservasi tersebut telah dibentuk sebagai suatu kampanye dan masalah yang timbul ketika akan melakukan kampanye yang diidentifikasi oleh comms marine dengan melibatkan staf.

Tabel 16 Distribusi staf berdasarkan indikator fasilitator pemecahan masalah

Indikator Jumlah staf (orang) dan presentase (%)

SS S TS STS

Communications Marine telah melakukan evaluasi setiap kegiatan pada program Konservasi Kelautan dengan baik

2 (6.7) 16 (53.3) 12 (40) 0 (0.0)

Communications Marine telah

mengumpulkan seluruh data yang berkaitan dengan kegiatan program Konservasi Kelautan 2 (6.7) 23 (76.7) 4 (13.3) 1 (3.3)

Communications Marine telah membuat solusi untuk masalah yang timbul dalam kegiatan program Konservasi Kelautan

1 (3.3) 22 (73.3) 7 (23.3) 0 (0.0) Communications Marine telah mengajak

staff lain untuk merencanakan program Konservasi Kelautan 0 (0.0) 23 (73.3) 7 (23.3) 0 (0.0) Communications Marine telah mengajak

staff lain untuk melakukan evaluasi program Konservasi Kelautan

0 (0.0) 22 (73.3) 8 (26.7) 0 (0.0)

Keterangan: SS = Sangat Setuju ; S = Setuju ; TS = Tidak Setuju ; STS = Sangat Tidak Setuju Kampanye Save Our Sharkssebagai salah satu contoh comms marine mengajak seluruh staff untuk melakukan identifikasi hingga evaluasi. Sehingga,

37

comms marine dinilai telah berperan sebagai fasilitator pemecahan masalah dengan baik oleh staf program konservasi kelautan WWF-Indonesia

Fasilitator Komunikasi

Fasilitator komunikasi adalah peran seorang public relations yang ketiga, public relations sebagai penjembatan organisasi dengan publiknya, baik publik eksternal maupun internal, selain itu public relations juga memiliki kemampuan komunikasi yang baik seperti mendengarkan publik, menyampaikan informasi kepada publik, sikap sebagai seorang komunikator yang baik serta kemampuan menggunakan teknologi untuk penyebaran informasi. Distribusi peran sebagai fasilitator komunikasi terdiri atas sembilan indikator dijelaskan melalui Tabel 17

Comms marine dinilai telah melakukan peran sebagai fasilitator komunikasi dengan baik pada beberapa aspek, yaitu penyebaran informasi kepada seluruh staf, memberikan informasi sesuai kebutuhan staf, penggunaan teknologi untuk melakukan penyebaran informasi dalam hal ini menggunakan surel (surat elektronik) serta sikap sebagai seorang komunikator yaitu kemampuan berbicara sehingga staf merasa nyaman ketika melakukan diskusi dengan comms marine. Aspek lain yang dinilai cukup baik adalah sebagai pendengar keluh kesah staf, hubungan personal dengan staf yang dilihat dari frekuensi menanyakan kabar kepada staf, serta jembatan penghubung dengan program konservasi lain.

Tabel 17 Distribusi staf berdasarkan indikator fasilitator komunikasi

Indikator Jumlah staf (orang) dan presentase (%)

SS S TS STS

Communications Marine telah menjadi pendengar keluhan seluruh staff dengan baik 1 (3.3) 18 (60) 11 (36.7) 0 (0.0) Communications Marine telah menjadi

jembatan penghubung saya dan staff program Konservasi Kelautan dengan Program Konservasi lain di WWF

1 (3.3) 19 (63.3) 10 (33.3) 0 (0.0)

Communications Marine telah memberikan informasi yang saya butuhkan dengan baik

1 (3.3) 23 (76.7) 6 (20) 0 (0.0) Communications Marine telah

memberikan informasi mengenai WWF Indonesia secara keseluruhan dengan baik

4 (13.3) 24 (80) 2 (6.7) 0 (0.0) Communications Marine telah

menggunakan e-mail untuk

menyampaikan informasi kepada staff program Konservasi Kelautan dengan baik 9 (30) 19 (63.3) 2 (6.7) 0 (0.0)

Communications Marine sering menanyakan kabar saya dan apa yang sedang saya hadapi

1 (3.3) 12 (40) 17 (56.7) 0 (0.0) Communications Marine ramah pada

seluruh staff program Konservasi Kelautan 5 (16.7) 23 (76.7) 2 (6.7) 0 (0.0)

dihubungi setiap waktu (13.3) (63.3) (23.3) (0.0) Communications Marine enak diajak

berdiskusi 9 (30) 21 (70) 0 (0.0) 0 (0.0)

Keterangan: SS = Sangat Setuju ; S = Setuju ; TS = Tidak Setuju ; STS = Sangat Tidak Setuju Hal tersebut terjadi karena beberapa faktor, pertama adalah keberadaan staf yang menyebar sehingga comms marine terkadang tidak mengetahui posisi terkini dari masing-masing staf, kedua job desk yang dimiliki oleh comms marine berbanding terbalik dengan jumlah comms marine yang ada, sehingga comms marine akan mendahulukan kepentingan yang memiliki nilai urgensi tinggi dan mengabaikan hal yang dinilai memiliki urgensi rendah seperti menanyakan kabar, mendengar keluh kesah dan lainnya. Ketiga, staf program kelautan memiliki personal yang ramah sehingga untuk kenal dengan staf dari program konservasi lain tidak membutuhkan bantuan comms marine.

Teknisi Komunikasi

Teknisi komunikasi merupakan peran public relations yang berada di tingkatan akhir, posisinya ada organisasi berada di bawah dan seringnya menjadi orang terakhir yang mengetahui informasi atau berita yang terjadi seputar organisasi. Teknisi komunikasi mengelola social media, website, menyusun tulisan artikel untuk diterbitkan serta membuat press release suatu kegiatan. Peran sebagai teknisi komunikasi memilki lima indikator yang dijelaskan melalui Tabel 18

Staf program konservasi kelautan menilai comms marine telah melakukan peran sebagai teknisi komunikasi dengan baik pada aspek pembuatan tulisan, naskah dan artikel untuk diterbitkan kepada publik, press release, juga mengajarkan staf teknik penulisan dengan baik. Namun, untuk pengelolaan social media sangat kurang, hal ini disebabkan oleh jumlah comms marine yang sedikit sehingga mengalami penumpukan job desk dan tidak melakukan pengelolaan social media dengan baik. comms marine menyerahkan pekerjaan social media kepada mahasiswa/i yang sedang magang di program konservasi kelautan atau kepada staf honorer yang direkrut oleh comms marine.

Tabel 18 Distribusi staf berdasarkan indikator teknisi komunikasi

Indikator Jumlah staf (orang) dan presentase (%)

SS S TS STS

Communications Marine telah membuat tulisan untuk dipublikasikan kepada publik dengan baik

13 (43.3) 15 (50) 2 (6.7) 0 (0.0) Communications Marine telah membuat

press realese setiap kegiatan program Konservasi Kelautan dengan baik

10 (33.3) 18 (60) 2 (6.7) 0 (0.0) Communications Marine telah bertugas

membuat naskah untuk siaran pers dan konferensi pers dengan baik

7 (23.3) 23 (76.7) 0 (0.0) 0 (0.0) Communications Marine mengajari staff

lain untuk menulis dengan baik

8 (26.7) 20 (66.7) 2 (6.7) 0 (0.0)

39

Peran Public Relations yang Dominan dipengaruhi oleh Budaya dan Lingkungan Organisasi

Budaya dan lingkungan organisasi yang tercipta di program konservasi kelautan memberikan pengaruh terhadap peran yang akan dominan dilakukan oleh seorang public relations. Cutlip (2006) dalam bukunya menerangkan bahwa organisasi nirlaba atau non profit cenderung memiliki situasi lingkungan yang rendah ancaman dan minim perubahan, sehingga peran yang banyak dilakukan adalah sebagai teknisi komunikasi. Peran sebagai fasilitator komunikasi sendiri bisa menjadi dominan pada organisasi non profit, apabila memiliki kondisi yang rendah ancaman atau relatif stabil dan memiliki perubahan yang banyak.

Peran public relations sebagai fasilitator komunikasi dan teknisi komunikasi memiliki nilai signifikansi sebesar 0,034 dan 0,020 (Tabel 19) diperoleh dari uji statistik chi square dan memiliki nilai keduanya < 0,10 (taraf nyata) dengan tingkat kepercayaan sebesar 90 persen, sehingga menunjukkan adanya hubungan antara lingkungan organisasi dengan peran public relations dalam menentukan dominasi peran public relations, yakni pada peran sebagai fasilitator komunikasi dan teknisi komunikasi. Pada saat kondisi lingkungan organisasi rendah ancaman dan cenderung terdapat perubahan maka peran yang dominan adalah sebagai fasilitator komunikasi dan teknisi komunikasi.

Tabel 19 Signifikansi budaya dan lingkungan organisasi terhadap peran public relations program konservasi kelautan WWF-Indonesia, tahun 2013

Peran public relations Budaya Organisasi Lingkungan Organisasi Signifikan

Penasehat Ahli 0.814 0.100

Fasilitator Pemecahan Masalah 0.259 0.324

Fasilitator Komunikasi 0.967 0.034*

Teknisi Komunikasi 0.533 0.020*

Program konservasi kelautan WWF-Indonesia, cenderung memeiliki lingkungan yang rendah cenderung stabil, sehingga public relations akan berperan sebagai fasilitator komunikasi dan teknisi komunikasi. Public relations sebagai fasilitator komunikasi akan menjadi pendengar setia bagi seluruh staf mengenai berbagai keluhan, komentar bahkan hal positif mengenai organisasi, juga sebagai penghubung dengan program dan departemen lain dalam organisasi. Public relations akan lebih fokus untuk menyebarkan informasi kepada seluruh staf (lapang dan kantor) agar dapat menerima informasi secara bersamaan dan merata, menjadi penyedia kebutuhan seluruh staf juga publik eksternal mengenai hal yang terkait dengan program konservasi kelautan. Public relations sebagai teknisi komunikasi akan cenderung fokus untuk memproduksi tulisan-tulisan melalui berbagai media (cetak, elektronik dan massa) untuk membentuk sebuah profiling organisasi, sehingga publik eksternal dan internal dapat memahami program konservasi kelautan WWF-Indonesia.

Budaya organisasi dengan peran public relations memiliki nilai signifikansi yang lebih besar (Tabel 19) dari 0,10 (taraf nyata), sehingga dapat dikatakan tidak memiliki hubungan diantara keduanya. Bagaimanapun budaya yang terbentu pada program konservasi kelautan tidak akan mempengaruhi peran public relations dan dominasinya dalam melaksanakan perannya. WWF-Indonesia sudah berdiri 50 tahun lamanya, sehingga budaya yang terbentuk tidak akan mengalami perkembangan yang signifikan ke arah yang lebih baik atau buruk.

Staf berpendapat bahwa peran public relations sebagai fasilitator pemecahan masalah berperan tinggi dibandingkan dengan peran lain, dikarenakan ketidaktahuan beberapa staf akan pekerjaan utama dari public relations dan menganggap bahwa poin-poin di dalam pertanyaan kuesioner peran fasilitator pemecahan masalah lebih dominan dilakukan. Masalah yang dianggap oleh staf adalah masalah yang terjadi di intern program bukan masalah konservasi kelautan, seperti adanya staf yang sakit dan dirawat di rumah sakit, kekurangan jumlah tenaga honorer yang jika disimpulkan hal tersebut termasuk ke dalam peran sebagai fasilitator komunikasi bukan fasilitator pemecahan masalah.

Dokumen terkait