• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Public Relations pada Organisasi Non Profit Program Konservasi Kelautan WWF-Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peran Public Relations pada Organisasi Non Profit Program Konservasi Kelautan WWF-Indonesia"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN PUBLIC RELATIONS PADA ORGANISASI NON

PROFIT PROGRAM KONSERVASI KELAUTAN

WWF-INDONESIA

FAJRINA NISSA UTAMI

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Peran Public Relations pada Organisasi Non Profit Program Konservasi Kelautan WWF-Indonesia adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

FAJRINA NISSA UTAMI. Peran Public Relations pada Organisasi Non Profit Program Konservasi Kelautan WWF-Indonesia. Dibimbing oleh ANNA FACHTIYA.

Public relations merupakan bentuk komunikasi yang dimiliki oleh setiap organisasi baik profit maupun non profit, sehingga keberadaanya menjadi hal yang penting dalam sebuah organisasi. Tujuan penelitian ini adalah melihat sejauhmana peran public relations sebagai penasehat ahli, fasilitator pemecahan masalah, fasilitator komunikasi dan teknisi komunikasi di program konservasi kelautan dan peran apa yang dominan. Penelitian ini juga mencoba menganalisis budaya dan lingkungan organisasi mempengaruhi dominasi peran public relations. Penelitian ini menggunakan metode survei dengan didukung data kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa public relations telah melakukan peran cukup baik dan peran yang dominan adalah sebagai fasilitator komunikasi. Budaya dan lingkungan organisasi yang stabil mempengaruhi peran public relations sebagai fasilitator komunikasi.

Kata kunci: public relations, organisasi non profit, konservasi kelautan, dominan

ABSTRACT

FAJRINA NISSA UTAMI. The Role of Public Relations in the Non-Profit Organizations Marine Conservation Programme WWF-Indonesia. Supervised by ANNA FACHTIYA.

Public relations is a form of communication that every organization is owned by both profit and non-profit, so that its existence becomes important in an organization. The purpose of this study is to see the role of public relations as expert prescriber, problem solving facilitator, communication facilitator, and communication tehnician. The study also tried to analyze organizational culture and environment affect the dominace of the role of public relations. This study used survey methods with qualitative data supported. The results showed that the role of public relations good enough. The stable culture and environmental affects the role of public relations as a communication facilitator.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarkat

PERAN PUBLIC RELATIONS PADA ORGANISASI NON

PROFIT PROGRAM KONSERVASI KELAUTAN

WWF-INDONESIA

FAJRINA NISSA UTAMI

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Peran Public Relations pada Organisasi Non Profit Program Konservasi Kelautan WWF-Indonesia

Nama : Fajrina Nissa Utami NIM : I34090092

Disetujui oleh

Dr Ir Anna Fatchiya, M.Si Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Soeryo Adiwibowo, M.S Ketua Departemen

(8)
(9)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkah dan rahmat-Nya lah akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan Skripsi yang berjudul “Peran Public Relations pada Organisasi Non Profit Program Konservasi Kelautan WWF-Indonesia”. Skripsi ini ditujukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Anna Fatchiya sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan saran dan masukan selama proses penulisan Laporan Studi Pustaka. Di samping itu, penulis mengucapkan ribuan terima kasih kepada Ayahanda Dadang Suparman, Ibunda Erna Kurnia, dan adik tercinta Sabrina Zahra Fitriani atas dorongan semangat dan doanya. Terima kasih banyak kepada Mas Aul, selaku supervisor penulis pada saat magang di WWF-Indonesia yang mau direpoti penulis banyak hal, Mba Dewi, Sheyka dan seluruh keluarga konservasi kelautan WWF-Indonesia. Tidak lupa kepada Iqbaludin Akbar yang selalu mendampingi penulis dalam suka dan duka juga kritikan dan saran yang membangun penulis, teman sebimbingan Nindy dan Annisa, teman-teman tercinta Ayu J, Asti, Anggi I, Zela, Ayu A serta roommate yang selalu memberikan semangat kepada penulis Femy AAP, Ella, Nina, Fia, Libby, Siska juga keluarga public relations HIMASIERA 2011- 2012 terutama kaka Onyen, Oji, Navichi, serta seluruh teman-teman KPM 46.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(10)

DAFTAR ISI

ABSTRAK i

PRAKATA v

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR LAMPIRAN x

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 3

Manfaat Penelitian 3

TINJAUAN PUSTAKA 5

Komunikasi 5

Pubilc Relations 5

Peran Public Relations 5

Fungsi Public Relations 7

Faktor Pengaruh Peran Public Relations 7

Organisasi Non Profit 8

Peran Public Relations pada Organisasi Non Profit 8

Kerangka Pemikiran 9

Hipotesis Penelitian 10

Definisi Operasional 11

METODE 15

Metode Penelitian 15

Lokasi dan Waktu 15

Teknik Pengumpulan Data 15

Teknik Pengolahan dan Analisis Data 16

PROFIL WORLD WILDLIFE FUND FOR NATURE (WWF-Indonesia) 19 Sejarah World Wildlife Fund for Nature (WWF-Indonesia) 19

Visi dan Misi WWF-Indonesia 19

Program Konservasi Kelautan WWF-Indonesia 20

Struktur Organisasi Program Konservasi Kelautan WWF-Indonesia 21 Jobdesk dan peran public relations program konservasi kelautan

WWF-Indonesia

22 Capaian Program Konservasi Kelautan WWF-Indonesia 23 BUDAYA DAN LINGKUNGAN ORGANISASI PROGRAM

KONSERVASI KELAUTAN WWF-INDONESIA

25

Budaya Organisasi 25

(11)

Iklim Organisasi 27

Komitmen Kerja 28

Lingkungan Organisasi 29

Ancaman Organisasi 30

Perubahan Organisasi 31

PERAN PUBLIC RELATIONS DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN

33

Peran Public Relations 33

Penasehat Ahli 34

Fasilitator Pemecahan Masalah 35

Fasilitator Komunikasi 36

Teknisi Komunikasi 38

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Peran Public Relations 38

SIMPULAN DAN SARAN 41

Simpulan 41

Saran 41

DAFTAR PUSTAKA 43

(12)

DAFTAR TABEL

1. Lingkungan Organisasi dan Peran Public Relations 8 2. Perbedaan Peran Public Relations Organisasi Profit dan Non Profit 9

3. Mapping Jobdesk Comms Marine 22

4. Distribusi staf berdasarkan tingkat budaya organisasi WWF-Indonesia 25 5. Distribusi Staf berdasarkan Tingkatan Budaya Organisasi Sesuai

Unsurnya

26 6. Distribusi Staf berdasarkan Indikator Nilai Organisasi 26 7. Distribusi Staf berdasarkan Indikator Iklim Organisasi 27 8. Distribusi Staf berdasarkan Indikator Komitmen Kerja 29 9. Distribusi Staf berdasarkan Tingkatan Lingkungan Organisasi

WWF-Indonesia

30 10. Distribusi Staf berdasarkan Tingkatan Lingkungan Organisasi Sesuai

Unsurnya

30 11. Distribusi Staf berdasarkan Indikator Ancaman Organisasi 31 12. Distribusi Staf berdasarkan Indikator Perubahan Organisasi 32 13. Penilaian Tingkat Peran comms marine oleh Staf 33 14. Distribusi Staf berdasarkan Tingkat Peran Public Relations Sesuai

Unsurnya

34 15. Distribusi Staf berdasarkan Indikator Penasehat Ahli 35 16. Distribusi Staf berdasarkan Indikator Fasilitator Pemecahan Masalah 36 17. Distribusi Staf berdasarkan Indikator Fasilitator Komunikasi 37 18. Distribusi Staf berdasarkan Indikator Teknisi Komunikasi 38 19. Koefisien Korelasi Budaya dan Lingkungan Organisasi terhada Peran

Public Relations Program Konservasi Kelautan WWF-Indonesia

(13)

DAFTAR GAMBAR

1. Model Komunikasi dalam Public Relations 7

2. Kerangka Pemikiran 8

3. Struktur Organisasi Program Konservasi Kelautan WWF-Indonesia 21

DAFTAR LAMPIRAN

1. Kuesioner Penelitian 45

2. Pertanyaan Penelitian 50

3. Daftar Responden 51

(14)

Latar Belakang

Organisasi terbagi menjadi dua golongan, profit dan non profit. Organisasi profit atau sering disebut dengan perusahaan cenderung memiliki orientasi untuk mendapatkan keuntungan bagi organisasi melalui penjualan produk atau jasa. Sementara non profit memiliki orientasi untuk menyelesaikan suatu permasalahan atau issue yang sedang marak terjadi dan tidak mencari keuntungan. Lingkungan, kesehatan, moral, pendidikan, seni, sosial serta agama merupakan issue yang sering dijadikan fondasi organisasi non profit. Menurut Morissan (2008) organisasi non profit terbagi lagi menjadi dua, yaitu organisasi non profit pemerintah seperti lembaga atau badan pemerintahan, departemen kementerian, lembaga negara yang biaya operasionalnya ditanggung oleh pemerintah. Sementara, organisasi non profit bukan pemerintah yang biaya operasional tidak tergantung oleh pemerintah, seperti Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), organisasi kemasyarakatan (Ormas), organisasi lingkungan, dan agama.

WWF-Indonesia atau World Wildlife Fund for Nature, merupakan salah satu organisasi non profit yang bergerak berdasarkan issue lingkungan. WWF-Indonesia memiliki tujuan untuk menghentikan dan memperbaiki kerusakan lingkungan yang terjadi serta membangun masa depan manusia hidup selaras dengan alam. Berdasarkan tujuan tersebut, WWF-Indonesia melakukan berbagai kegiatan konservasi lingkungan seperti, konservasi kehutanan, konservasi kelautan dan konservasi iklim-energi. Setiap program konservasi yang dilaksanakan dibuat sedemikian rupa agar mendapat perhatian dari publik sehingga publik ikut mendukung setiap kegiatan yang dibuat oleh masing-masing program konservasi.

Program konservasi kelautan merupakan salah satu upaya WWF untuk mencapai tujuannya. Ekosistem laut dan pesisir dan sumberdaya perikanannya di seluruh dunia berada dalam kondisi yang mengkhawatirkan. Eksploitasi ikan yang berlebihan dan kemunduran kualitas habitat laut dan pesisir, yang kerap diakibatkan oleh kegiatan manusia, mengancam keanekaragaman hayati dan penghidupan masyarakat yang tergantung pada sumberdaya laut. WWF menyusun strategi untuk memecahkan masalah tersebut dengan membangun tiga area baru konservasi laut Indonesia, minimal satu di setiap ekoregion ada penambahan luas sekurangnya 750.000 ha untuk kawasan perlindungan laut. Selain itu, ditetapkan suatu kontribusi dari program kelautan WWF-Indonesia untuk target global dalam mengurangi pengaruh industri ekstraktif yang berada di dekat kawasan perlindungan laut.

(15)

2

relations dalam suatu organisasi merupakan suatu hal yang mutlak, seperti yang diungkapkan oleh Jefkins (2004) bahwa kita tidak bisa memutuskan untuk secara sengaja menghadirkan atau mengusir keberadaan public relations. Public relations senantiasa muncul untuk membantu suatu organisasi dalam mencapai tujuannya, tidak harus bernama public relations tetapi selama suatu divisi atau bagian dari organisasi mengimplementasikan peran dari public relations, maka dapat dikatakan organisasi tersebut memiliki public relations dalam merealisasikan tujuan organisasi.

Public relations memiliki peran sebagai penasehat ahli, fasilitator komunikasi, fasilitator pemecahan masalah dan teknisi komunikasi. Melalui peran tersebut public relations bekerja pada organisasi non profit, berusaha untuk mengkomunikasikan kepada publik mengenai tujuan organisasi non profit sehingga tercipta kepercayaan yang absolut di mata publik. Public relations berupaya memecahkan masalah tentang issue yang diangkat oleh organisasi nonprofit melalui program yang dibuat. Lalu, menarik publik untuk turut berpartisipasi menjadi sukarelawan program tersebut.

Peran public relations dipengaruhi oleh kondisi dari budaya dan lingkungan organisasi (Cutlip 2000). Budaya dan lingkungan organisasi adalah faktor pengaruh yang berasal dari organisasi secara keseluruhan. Budaya dan lingkungan yang tercipta pada organisasi non profit akan memberikan pengaruh terhadap public relations dalam melakukan keempat perannya yaitu sebagai penasehat ahli, fasilitator komunikasi, fasilitator pemecahan masalah dan teknisi komunikasi, serta dapat terlihat peran mana yang dominan dilakukan oleh public relations di program konservasi kelautan WWF-Indonesia.

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, dapat diketahui bahwa ada dua faktor yang mempengaruhi peran apa yang dominan pada organisasi non profit WWF-Indonesia yaitu, faktor pribadi berupa pendidikan, pengalaman profesional dan kepribadian. Faktor kedua berupa supervisi, budaya dan lingkungan organisasi yang bersumber dari organisasi tersebut. Pada penelitian ini akan mengkaji faktor budaya dan lingkungan organisasi apa saja yang mampu mempengaruhi peran public relations WWF-Indonesia pada Program Konservasi Kelautan. Kemudian secara spesifik penelitian ini akan memusatkan perhatian pada permasalahan yang disebutkan di bawah ini:

1) Sejauhmana peran public relations sebagai penasehat ahli, fasilitator pemecahan masalah, fasilitator komunikasi dan teknisi komunikasi di program konservasi kelautan dan peran apa yang dominan?

(16)

Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka tujuan dari penelitian adalah sebagai berikut :

1) Menganalisis peran public relations sebagai penasehat ahli, fasilitator pemecahan masalah, fasilitator komunikasi dan teknisi komunikasi di program konservasi kelautan dan peran apa yang dominan

2) Menganalisis budaya dan lingkungan organisasi mempengaruhi dominasi peran public relations

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi para pihak yang berminat terkait faktor lingkungan organisasi yang mempengaruhi peran public relations yang dominan.

1. Akademisi

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi bagi penelitian-penelitian selanjutnya yang sejenis. Peneliti selanjutnya juga diharapkan dapat memperbaiki kelemahan-kelemahan dari penelitan ini.

2. WWF-Indonesia

(17)

TINJAUAN PUSTAKA

Komunikasi

Komunikasi merupakan suatu proses yang melibatkan dua atau lebih pihak untuk saling bertukar informasi, diharapkan terjadi kesepahaman diantara pihak yang terlibat. Tidak dapat dipungkiri bahwa komunikasi merupakan suatu hal yang terpenting dalam kehidupan manusia. Maka, dalam menjalankan kegiatan public relations, kecakapan komunikasi menjadi penting untuk mencapai efektivitas dari public relations. Tubbs dan Moss (1973) dalam Agung et al (2009) menungkapkan lima tujuan berkomunikasi. Pertama, agar komunikan memperoleh pemahaman yang tepat terhadap pesan yang disampaikan komunikator. Kedua, menyenangkan pelaku-pelaku komunikasi. Ketiga, Mempengaruhi sikap komunikasn. Keempat, memperbaiki hubungan antar-manusia. Kelima, mempengaruhi tindakan komunikan ke arah yang diharapkan oleh komunikator.

Public Relations

Public relations adalah suatu bentuk komunikasi yang berlaku untuk semua jenis organisasi, baik itu yang bersifat komersial maupun non-komersial, di sektor publik (pemerintah) maupun privat (pihak swasta). Namun pada intinya, public relations senantiasa berkenaan dengan kegiatan penciptaan pemahaman melalui pengetahuan, dan melalui kegiatan-kegiatan tersebut diharapkan akan muncul perubahan yang berdampak positif.

Definisi public relations sesuai dengan International Public Relations Association (IPRA) merupakan fungsi manajemen dari sikap budi yang direncanakan dan dijalanakan secara berkesinambungan oleh organisasi-organisasi, lembaga-lembaga umum dan pribadi dipergunakan untuk memperoleh dan membina saling pengertian, simpati dan dukungan dari mereka yang ada hubungan dan diduga akan ada kaitannya, dengan cara menilai opini publik mereka, dengan tujuan sedapat mungkin menghubungkan kebijaksanaan dan ketatalaksanaan, guna mencapai kerja sama yang lebih produktif, dan untuk memenuhi kepentingan bersama yang lebih efisien, dengan kegiatan penerangan yang berencana dan tersebar luas. Menurut definisi secara umum, maka public relations memiliki peranan yang penting pada setiap organisasi terutama organisasi non profit.

Peran Public Relations

(18)

mengatasi persoalan dan krisis yang tengah dihadapi secara rasional. Keempat, teknik komunikasi dimana public relations sebagai journalist in resident yang hanya menyediakan layanan teknis komunikasi seperti memproduksi tulisan (press release, news letter, artikel terkait perusahaan), mengelola website dan pada masa kini berkembang media social (twitter, facebook, instagram dan lainnya), merupakan penghubung tercepat antara publik dengan perusahaan dan memiliki respons cepat diantara keduanta. Ruslan (2003) menganggap bahwa tiga peranan tersebut ( penasehat ahli, fasilitator pemecahan masalah, fasilitator komunikasi) termasuk ke dalam peran messo atau manajerial, ada pula peran public relations lain yaitu peranan teknis (teknisi komunikasi).

Cutlip (2000) menjabarkan peran public relations menjadi empat yaitu, 1. Communication tehnician (teknisi komunikasi)

Beberapa praktisi dunia public relations berpendapat bahwa peranan ini termasuk ke dalam peran teknis. Pada tahap ini kemampuan jurnalistik dan komunikasi sangat diperlukan. Public relations diarahkan untuk ahli berperan menulis, menulis news letter, in house journal, news release dan feature. Biasanya public relations dalam peran ini tidak hadir pada saat manajemen menemui kesulitan. Mereka tidak dilibatkan dalam manajemen sebagai pengambil keputusan. Peran mereka lebih ke arah penulisan tools dan mengimplementasikan program. Mereka sebagai "the last to know" 2. Expert prescriber (penasehat ahli)

Praktisi public relations sebagai pendefinisi problem, pengembang program dan memegang tanggung jawab penuh dalam mengimplementasikannya. Mereka sebagai pihak yang pasif. Manajer yang lainnya menyerahkan tugas komunikasi sepenuhnya ke tangan si "komunikasi" ini sehingga mereka dapat mengerjakan pekerjaan mereka yang lainnya. Peran public relations ini diberikan kepercayaan tinggi oleh atasan, tetapi karena tidak adanya keterlibatan top manajemen dalam peran public relations maka public relations seolah jauh dari perusahaan. Di pihak manajemen mereka juga menjadi sangat tergantung kepada public relationsnya. Mereka menjadi minim komitmen kepada tugas–tugas teknis public relations, padahal seperti diketahui seharusnya tugas public relations harusnya dilakukan oleh semua orang yang ada dalam sebuah perusahaan.

3. Communication facilitator (fasilitator komunikasi)

Public relations sebagai pendengar setia dan broker informasi. Mereka sebagai penghubung, interpreter dan mediator antara organisasi dan publiknya. Mereka mengelola komunikasi dua arah dengan cara membuka rintangan komunikasi yang ada. Tujuannya dalam hal ini adalah untuk menyediakan kebutuhan dua belah pihak akan informasi, membuat kesepakatan yang melibatkan dua pihak.

4. Problem solving facilitator (fasilitator pemecah masalah)

(19)

7

program hingga evaluasinya. Membantu manajemen menerapkan public relations sebagai tahapan fungsi manajemen yang sama dengan kegiatan manajemen yang lain. Public relations berfungsi sebagai bagian penting penganalisis situasi, memiliki peran yang intens dalam pengembangan prosedur, kebijakan, produk dan aksi perusahaan. Mereka juga memiliki kekuatan untuk mengubah sesuatu yang seharusnya diubah. Mereka harus terlibat dalam segala bentuk perubahan organisasi

Fungsi Public Relations

Selain peran, public relations juga memiliki fungsi-fungsi tertentu. Ketika seorang public relations mengetahui perannya dalam organisasi, lalu menjalankannya maka fungsi sebagai public relations akan berjalan pula. Banyak ahli berpendapat tentang fungui public relations, diantaranya adalah:

1. Menciptakan hubungan baik dan harmonis terhadap publik organisasi melalui kegiatan-kegiatan yang telah dirancang. Efek dari kegiatan tersebut sangat berguna bagi organisasi yang bersangkutan

2. Menciptakan kegiatan secara menyeluruh dan berkesinambungan agar hubungan dengan publik dapat terus terjaga.

3. Menyebarkan informasi dari organisasi kepada publik dengan benar dan menyalurkan opini publik kepada perusahaan (komunikasi dua arah)

4. Membangun citra positif dari publik sehingga organisasi dapat mempertahankan eksistensinya.

Faktor Pengaruh Peran Public Relations

Terdapat faktor yang mempengaruhi peran yang dijalankan secara dominan oleh public relations dalam organisasi. Faktor tersebut diantaranya adalah pendidikan, pengalaman professional dan kepribadian dari individu public relations. Serta, supervisi, budaya dan lingkungan organisasi merupakan faktor yang berasal dari internal organisasi. Adanya pengaruh kuat dari lingkungan organisasi akan menentukan peran apa yang dominan untuk dijalankan oleh suatu organisasi tersebut termasuk WWF Indonesia. Peran public relations sebagai teknisi komunikasi cenderung bekerja pada organisasi dengan lingkungan yang relatif stabil dan rendah ancaman. Peran sebagai fasilitator komunikasi menonjol pada organisasi dengan keadaan relative bergolak dan dengan sedikit ancaman. Peran sebagai fasilitator proses pemecahan masalah dan penentu atau penasehat ahli bekerja pada organisasi dengan lingkungan yang mengandung ancaman (Tabel 1).

(20)

Tabel 1. Lingkungan organisasi dan peran public relations (Cutlip 2005)

Ancaman Organisasi Ancaman Tinggi Perubahan Sedikit Teknisi Komunikasi Fasilitator Pemecahan

Masalah

Perubahan Banyak Fasilitator Komunikasi Penentu Ahli

Organisasi Non Profit

Organisasi terbagi menjadi dua, organisasi profit dan organisasi non profit. Organisasi non profit bergantung kepada fund raising yang kerap diadakan untuk menunjang operasionalnya, donatur dapat berasal dari perorangan, organisasi, perusahaan atau bisa juga lembaga pemerintah yang bersimpati dengan gerakan atau tujuan organisasi yang bersangkutan Morissan (2008). Tujuan organisasi non profit tidak untuk mendapatkan keuntungan, tetapi mencari upaya yang dapat mengatasi, mengurangi hingga menyelesaikan suatu issue yang sedang marak terjadi. Organisasi non profit melakukan upaya yang lebih untuk mendapat kepercayaan di mata publik, serta posisi yang baik untuk menjamin keberlangsungan organisasi non profit. Sementara organisasi profit memiliki tujuan untuk memperoleh keuntungan pada setiap interaksi yang dihasilkan. Organisasi profit juga memiliki barang dan jasa sebagai suatu produk yang ditawarkan kepada public

Cutlip (2006) menerangkaan lima kriteria organisasi non profit :

1. Organized, adanya kesatuan institusional, yang berarti bahwa organisasi memiliki kesepakatan, pertemuan berkala, petugas-petugas, peraturan, atau indicator-indikator lain yang relative permanen.

2. Private, organisasi non profit secara institusional terpisah dari pemerintah, ini berarti organisasi non profit bukanlah agensi miliki pemerintah atau agensi yang dikontrol oleh pemerintah walaupun mereka mungkin saja menerima pendanaan dari pemerintah.

3. Non profit distributing, organisasi non profit hadir tidak untuk menghasilkan profit kepada pemilik atau direkturnya. Hal ini bukan berarti organisasi non profit tidak menghasilkan profit. Namun jika mendistribusikan profit kepada yang mengatur atau mengembangkan bisnis merupakan tindakan yang dilarang, karenanya harus memenuhi syarat tidak mencari keuntungan.

4. Self governing, organisasi non profit memerintah dirinya sendiri dan mengontrol aktivitasnya sendiri, artinya mereka membuat prosedur sendiri dan tidak tergantung dari pihak luar. Mereka memilih jajaran direksi sendiri dan menyediakan lowongan bagi masyarakat untuk terlibat tanpa arahan dan control dari pemerintah.

5. Voluntary, seminim-minimnya pasti ada partisipasi sukarelawan baik dalam manajemen organisasi atau pelaksanaan programnya, artinya ada beberapa aspek kontribusi amal yang terlibat.

Peran Public Relations pada Organisasi Non Profit

(21)

9

menciptakan cara kreatif agar publik mau memberikan bantuan berupa dana untuk keberlangsungan program dan operasional organisasi non profit, penyebaran informasi yang dikemas dalam bentuk yang berbeda sesuai dengan issue yang diangkat oleh suatu organisasi non profit menawarkan tindakan yang tepat dan sederhana untuk diterapkan oleh publik, serta memberikan kesempatan publik untuk menjadi volunteer atau sukarelawan pada setiap event yang dibuat oleh organisasi non profit. Dari penjabaran diatas, organisasi non profit akan mendapat kepercayaan dari publiknya dan public relations menjaga relationship yang sudah terbina dengan terus melakukan interaksi dengan publik, agar selanjutnya organisasi non profit akan terus memperbaharui setiap program sesuai dengan kebutuhan, keinginan dan masukan dari publik.

Gambar 1 Model Komunikasi dalam public relations. (Soemirat 2004)

Adapun perbedaan peran public relations antara organisasi non profit dan profit dijabarkan melalui

Tabel 2. Perbedaan peran public relations organisasi profit dan non profit

Organisasi Profit Organisasi non profit

1. Menciptakan “branding” organisasi dalam bentuk promosi untuk menarik publik. 2. Mengembangkan saluran komunikasi

kepada publik eksternal untuk membeli produk

3. Menciptakan strategi marketing yang baik agar tercapai target organisasi.

4. Mendukung pengembangan kebijakan organisasi untuk memperoleh keuntungan. 5. Menciptakan hubungan yang baik dan

harmonis pada publik eksternal dengan kegiatan yang dilakukan bersama-sama.

1. Mendefinisikan “brand” organisasi dengan baik sehingga menerima reputasi baik

2. Mengembangkan saluran komunikasi terhadap pihak yang dilayani.

3. Menciptakan dan memelihara iklim yang baik untuk mengumpulkan dana. 4. Mendukung pengembangan dan

pemeliharaan kebijakan publik yang cocok untuk misi organisasi.

5. Memberi informasi dan motivasi kepada publik internal agar secara bersama mengabdikan diri untuk misi, tujuan dan sasaran organisasi.

Kerangka Pemikiran

World Wildlife Fund (WWF) merupakan salah satu organisasi non profit yang bergerak berdasar issue lingkungan. WWF Indonesia berkomitmen untuk menjaga kelestarian lingkungan dengan beragam cara, salah satunya adalah konservasi pada kelautan. Pada program konservasi kelautan, WWF memiliki berbagai kategori wilayah cakupan konservasi yang tersebar di wilayah Indonesia.

Sumber Komunikator Pesan Komunikan Efek

(22)

Hal tersebut membuat seluruh staf WWF Indonesia bekerja dengan semaksimal mungkin untuk menjalankan program konservasi di wilayah terpisah dengan frekuensi tatap muka yang rendah. Lingkungan komunikasi dalam publik interal tersebut akan memberikan pengaruh terhadap peran public relations WWF Indonesia dan melihat peran mana yang cenderung dilakukan public relations.

Faktor yang berasal dari budaya organisasi WWF ditunjukkan melalui nilai organisasi, iklim organisasi dan komitmen terhadap tugas akan memiliki pengaruh bagaimana public relations harus memainkan perannya. Kedua adalah faktor berasal dari lingkungan organisasi yang berupa perubahan dan ancaman yang berasal dari eksternal maupun internal. Perubahan tersebut dapat berupa perubahan yang tidak diduga oleh WWF seperti bencana alam yang mempengaruhi kegiatan konservasi lingkungan, atau perubahan yang dapat diduga seperti regenerasi staf atau banyaknya mahasiswa yang melakukan magang sehingga situasi komunikasi organisasi mengalami perubahan yang tinggi atau perubahan budaya organisasi yang ditunjukkan terjadinya perubahan nilai serta iklim organisasi. Ancaman berupa persaingan dengan organisasi serupa dengan WWF yang dapat mengganggu stabilitas posisi WWF di mata publiknya. Kedua faktor tersebut akan mempengaruhi peran dari public relations dan akan ada satu peran yang dimainkan oleh public relations WWF Indonesia. Penelitian ini memusatkan pengaruh yang berasal dari organisasi terhadap peran public relations.

Gambar 2. Kerangka Pemikiran

Hipotesis Penelitian

Jenis peran public relations dipengaruhi oleh kondisi budaya dan lingkungan organisasi, organisasi dengan budaya dan lingkungan yang stabil menyebabkan

peran fasilitator dan teknisi komunikasi menjadi dominan. Budaya Organisasi

(X1)

Nilai Organisasi Iklim Organisasi Komitmen Kerja

Peran Public relations (Y)

Y1 Penasehat Ahli

Y2 Fasilitator Pemecah

Masalah Y3 Fasilitator

Komunikasi

Y4 TeknisiKomunikasi

Lingkungan Organisasi (X2)

(23)

11

Definisi Operasional

Budaya Organisasi adalah sistem kepercayaan dan nilai yang berkembang pada organisasi untuk mengarahkan pola perilaku anggota-anggotanya. Penilaian budaya organisasi melalui indikator yaitu nilai organisasi, iklim organisasi dan komitmen terhadap tugas:

1. Nilai organisasi adalah pemahaman anggota atau staf terhadap tanggung jawab serta visi misi yang dibawa oleh organisasi WWF Indonesia Program Konservasi Kelautan. Pengukuran dilakukan dari tanggapan responden, dengan menggunakan skala ordinal dengan pemberian skor berikut:

Sangat tidak setuju : skor 1 Tidak setuju : skor 2

Setuju : skor 3

Sangat setuju : skor 4

2. Iklim organisasi adalah iklim atau suasana yang merefleksikan isi dan kekuatan dari nilai-nilai umum, norma, sikap, tingkah laku dan perasaan staff WWF Indonesia Program Konservasi Kelautan terhadap sistem sosial yang ada. Pengukuran dilakukan dari tanggapan responden, dengan menggunakan skala ordinal dengan pemberian skor sebagai berikut:

Sangat tidak setuju : skor 1 Tidak setuju : skor 2

Setuju : skor 3

Sangat setuju : skor 4

3. Komitmen terhadap tugas adalah komitmen yang berdasarkan keinginan kuat dari staff WWF untuk menjalankan tugas dengan baik agar mencapai tujuan Program Konservasi Kelautan yang mendukung tujuan utama WWF Indonesia. Pengukuran dilakukan dari tanggapan responden, dengan menggunakan skala ordinal dengan pemberian skor sebagai berikut:

Sangat tidak setuju : skor 1 Tidak setuju : skor 2

Setuju : skor 3

Sangat setuju : skor 4

Lingkungan organisasi adalah segala sesuatu yang dapat mempengaruhi eksistensi, keberadaan dan lainnya yang menyangkut organisasi baik dari dalam maupun dari luar. Secara keseluruhan ancaman dan perubahan organisasi adalah indikator lingkungan organisasi:

(24)

dilakukan dari tanggapan responden, dengan menggunakan skala ordinal dengan pemberian skor sebagai berikut:

Sangat tidak setuju : skor 1 Tidak Setuju : skor 2

Setuju : skor 3

Sangat Setuju : skor 4

2. Perubahan organisasi adalah suatu upaya mengambil langkah-langkah baru yang diharapkan lebih baik dalam rangka mempertahankan keberadaan organisasi dalam menghadapi tuntutan perubahan jaman. Pengukuran dilakukan dari tanggapan responden, dengan menggunakan skala ordinal dengan pemberian skor sebagai berikut:

Sangat tidak setuju : skor 1 Tidak Setuju : skor 2

Setuju : skor 3

Sangat setuju : skor 4

Peran public relations adalah keterlibatan public relations dalam sebuah organisasi yang berkaitan dengan tujuan utama organisasi khususnya pada Program Konservasi Kelautan. Penasehat Ahli, Fasilitator Pemecah Masalah, Fasilitator Komunikasi dan Teknisi Komunikasi sebagai indikator sejauh mana public relations pada Program Konservasi Kelautan WWF-Indonesia melakukan perannya.

1. Penasehat Ahli adalah peran public relations sebagai pendefinisi problem, pengembang program dan memiliki tanggung jawab penuh untuk mengimplementasikannya. Merupakan orang terpercaya oleh pihak top management. Variabel ini mengukur sejauh mana public relations berperan sebagai penasehat ahli dalam Program Konservasi Kelautan WWF dengan penilaian sangat setuju, setuju, tidak setuju, atau sangat tidak setuju. Pengukuran didapat dari tanggapan responden terhadap kinerja public relations, dengan skala ordinal dengan penilaian berikut ini:

Sangat tidak setuju : skor 1

Tidak setuju : skor 2

Setuju : skor 3

Sangat setuju : skor 4

(25)

13

tanggapan responden terhadap kinerja public relations, dengan skala ordinal dengan penilaian berikut ini:

Sangat tidak setuju : skor 1

Tidak setuju : skor 2

Setuju : skor 3

Sangat setuju : skor 4

3. Fasilitator Komunikasi adalah peran public relations sebagai sebagai penghubung, interpreter dan mediator antara organisasi dan publiknya. Mereka mengelola komunikasi dua arah dengan cara membuka rintangan komunikasi yang ada. Variabel ini mengukur sejauh mana public relations berperan sebagai fasilitator komunikator dalam Program Konservasi Kelatutan WWF dengan penilaian sangat setuju, setuju, tidak setuju atau sangat tidak setuju. Pengukuran didapat dari tanggapan responden terhadap kinerja public relations, dengan skala ordinal dengan penilaian berikut ini:

Sangat tidak setuju : skor 1

Tidak setuju : skor 2

Setuju : skor 3

Sangat setuju : skor 4

4. Teknisi Komunikasi adalah peran public relations yang berperan menulis, menulis news letter, menulis in house journal, menulis news release, menulis feature. Variabel ini mengukur sejauh mana public relations berperan sebagai teknisi komunikasi dalam Program Konservasi Kelatutan WWF dengan penilaian sangat setuju, setuju, tidak setuju atau sangat tidak setuju. Pengukuran didapat dari tanggapan responden terhadap kinerja public relations, dengan skala ordinal dengan penilaian berikut ini:

Sangat tidak setuju : skor 1

Tidak setuju : skor 2

Setuju : skor 3

Sangat setuju : skor 4

Rentang skala Likert yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1 hingga 4, maka rentang skala penilaian yang didapat adalah :

Skoring dikategorikan menjadi tiga, yaitu Rendah, Sedang, dan Tinggi. Penentuan skor tiap indikator berdasarkan hasil data yang diperoleh peneliti, sehingga menghasilkan rentang skor sebagai berikut.

(26)

- Nilai organisasi: Skor maksimum adalah 20 dan skor minimum adalah 14. Jadi rentang skornya, yaitu Rendah: <16, Sedang: 16-18, Tinggi: ≥18. - Iklim organisasi: Skor maksimum adalah 24 dan skor minimum adalah 7.

Jadi rentang skornya, yaitu Rendah: <19, Sedang: 19-21, Tinggi: ≥22. - Komitmen kerja: Skor maksimum adalah 24 dan skor minimum adalah 16.

Jadi rentang skornya, yaitu Rendah: ≤18, Sedang: 19-21, Tinggi: ≥22. - Lingkungan organisasi: Skor maksimum adalah 39 dan skor minimum adalah

31. Jadi rentang skornya, yaitu Rendah: ≤33, Sedang: 34-36, Tinggi: ≥37. - Ancaman organisasi: Skor maksimum adalah 16 dan skor minimum adalah

8. Jadi rentang skornya, yaitu Rendah: ≤10, Sedang: 11-13, Tinggi: ≥14. - Perubahan organisasi: Skor maksimum adalah 26 dan skor minimum

adalah 20. Jadi rentang skornya, yaitu Rendah: <22, Sedang: 22-24, Tinggi: ≥25.

- Peran public relations: Skor maksimum adalah 74 dan skor minimum adalah 54. Jadi rentang skornya, yaitu Rendah: ≤60, Sedang: 61-67, Tinggi: ≥68.

- Penasehat Ahli: Skor maksimum adalah 16 dan skor minimum adalah 9. Jadi rentang skornya, yaitu Rendah: <11, Sedang: 11-13, Tinggi: ≥14. - Fasilitator Pemecahan Masalah: Skor maksimum adalah 16 dan skor

minimum adalah 9. Jadi rentang skornya, yaitu Rendah: <11, Sedang: 11-13, Tinggi: ≥14.

- Fasilitator Komunikasi: Skor maksimum adalah 32 dan skor minimum adalah 21. Jadi rentang skornya, yaitu Rendah: <24, Sedang: 24-27, Tinggi: ≥28.

(27)

METODE

Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif yang didukung dengan data kualitatif untuk memperkaya analisis. Pendekatan kuantitatif ini dilakukan melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner elekronik yang disebarkan melalui surat elektronik (surel) kepada seluruh staff program kelautan WWF-Indonesia. Hasil wawancara tersebut kemudian dikode, diolah melalui Microsoft Excel 2007 dan SPSS 16.0 serta dianalisis. Pendekatan kualitatif dilakukan melalui wawancara semi terstruktur kepada responden dan informan untuk mengetahui informasi lebih dalam mengenai peran public relations program konservasi kelautan WWF-Indonesia.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Organisasi non profit yang dipilih untuk penelitian ini adalah WWF-Indonesia yang merupakan organisasi non profit bergerak dibidang konservasi fauna serta lingkungan hidup. Penelitian dilakukan di Kantor WWF Indonesia yang beralamat di Graha Simatupang Building Tower 2, Unit C lantai 7-11, Jl Letjen TB Simatupang Kav 38 Jakarta Selatan. Program Konservasi Kelautan merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh WWF Indonesia untuk melestarikan dan menjaga ekosistem laut. Staff dari program konservasi kelautan berkisar 60 orang yang tersebar di berbagai wilayah konservasi kelautan di Indonesia.

Pemilihan Program konservasi Kelautan dilakukan secara sengaja (purposive). Beberapa hal yang menjadi pertimbangan dipilihnya WWF Indonesia Konservasi Kelautan sebagai tempat penelitian adalah: 1) WWF Indonesia merupakan salah satu organisasi non profit yang bergerak berdasarkan issue lingkungan 2) luas dan banyaknya wilayah yang dijadikan tempat untuk konservasi kelautan dan penyebaran staff untuk masing-masing wilayah konservasi berbeda-beda. Jadwal pelaksanaan penelitian yang akan dilakukan selama kurang lebih lima bulan yaitu mulai dari Februari-Juni 2013.

Teknik Pengumpulan Data

(28)

untuk melengkapi informasi penelitian sebanyak 15 pertanyaan (Lampiran 1 dan Lampiran 2).

Data sekunder diperoleh melalui dokumen perusahaan meliputi profil Program Konservasi Kelautan dan profil WWF mulai dari sejarah terbentuk hingga struktur kepengurusan dan program WWF, serta berbagai literatur yang relevan dengan penelitian ini, yaitu buku dan internet.

Metode pengambilan sampel yang digunakan yaitu purposive sampling. Purposive sampling ialah sebuah sampel yang dipilih berdasarkan perimbangan-pertimbangan tertentu, sedangkan perimbangan-pertimbangan yang diambil itu berdasarkan tujuan penelitian. (Singarimbun dan Effendi 1995). Populasi penelitian berjumlah 60 orang, yaitu seluruh staf program konservasi kelautan. Peneliti mendata seluruh staf dan email mereka yang berjumlah 60 orang, kemudian mengirimkan kuesioner melalui surel kepada 60 staf populasi penelitian, staf yang memberi feedback berupa isi kuesioner menjadi responden penelitian. Unit analisis penelitian ini adalah individu. Jumlah staf yang menjadi responden berjumlah 30 orang (Lampiran 3), mereka adalah yang merespon email peneliti dan memberikan jawaban kuesioner. Jumlah 30 staf merupakan sampel dari penelitian ini. Data yang telah dikumpulkan diolah menggunakan Microsoft excel dan statistic deskriptif, lalu disimpulkan.

Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan pendekatan kuantitatif. Pengolahan data dilakukan dengan tiga langkah, yaitu pertama, melakukan pengkodean kemudian memasukkan data ke dalam kartu atau berkas data. Kedua, membuat tabel frekuensi atau tabel silang. Ketiga, mengedit yakni mengoreksi kesalahan-kesalahan yang ditemui setelah membaca tabel frekuensi atau tabel silang (Singarimbun dan Effendi 2008). Data yang diperoleh akan dianalisis dengan beberapa teknik, antara lain:

1. Tabel frekuensi, untuk menganalisis data primer, yaitu budaya organisasi, lingkungan organisasi dan keempat peran public relations

2. Uji Chi Square untuk menganalisis hubungan antarvariabel dengan data nominal, yaitu hubungan antara budaya organisasi dengan penasehat ahli, fasilitator pemecahan masalah, fasilitator komunikasi dan teknisi komunikasi, lingkungan organisasi dengan penasehat ahli, fasilitator pemecahan masalah, fasilitator komunikasi dan teknisi komunikasi. Menurut Singarimbun dan Effendi (2008), rumus Kai Kuadrat atau Chi Square ( ²) adalah

² =

Keterangan: ² = nilai Chi Square

fo = frekuensi yang diperoleh atau diamati ft = frekuensi yang diharapkan

Untuk mengetahui signifikansi hasil yang diperoleh, harus diketahui derajat kebebasan (degrees of freedom) dengan rumus sebagai berikut:

dk = (k-1)(b-1)

Keterangan: dk = derajat kebebasan

(29)

17

b = baris

Keeratan hubungan antara dua variabel dapat diketahui dengan menggunakan keofisien kontingensi (Singarimbun dan Effendi 2008).

Menurut Hasan (2009), koefisien korelasi adalah bilangan yang digunakan untuk mengukur derajat hubungan, meliputi kekuatan hubungan dan bentuk/arah hubungan. Untuk kekuatan hubungan, nilai korelasi berada di antara -1 dan +1. Untuk bentuk/arah hubungan, nilai koefisien korelasi dinyatakan dalam positif (+) dan negatif (-). Jika koefisien korelasi bernilai positif maka variabel-variabel berkorelasi positif, artinya jika variabel X naik/turun maka variabel Y juga naik/turun. Jika koefisien korelasi bernilai negatif maka variabel-variabel berkorelasi negatif, artinya jika variabel X naik/turun maka variabel Y akan turun/naik. Menurut Hasan (2009), koefisien korelasi diartikan sebagai berikut:

KK = 0.00 : tidak ada hubungan

0.00 < KK ≤ 0.20 : hubungan rendah sekali atau lemas sekali 0.20 < KK ≤ 0.40 : hubungan rendah atau lemas tetapi pasti 0.40 < KK ≤ 0.70 : hubungan cukup berarti atau sedang 0.70 < KK ≤ 0.90 : hubungan tinggi atau kuat

0.90 < KK ≤ 1.00 : hubungan sangat tinggi atau kuat sekali, dapat diandalkan KK = 1.00 : hubungan sempurna

Pengolahan data statistik dilakukan dengan program Statistic Program for Social Sciences (SPSS version 16.0) untuk mengolah data hasil kuesioner.

(30)

PROFIL WORLD WILDLIFE FUND FOR NATURE

(WWF)-INDONESIA

Sejarah World Wildlife Fund for Nature (WWF)-Indonesia

World Wide Fund for Nature (WWF) mulai bekerja di Indonesia sebagai kantor program dari WWF Internasional di awal tahun 1961, dibawah pengawasan Kementrian Kehutanan. Pada tahap awal ini aktivitas utama WWF adalah berupa penelitian dan survei terhadap spesies mamalia, terutama badak dan harimau di pulau Jawa dan Sumatra, dimana kedua hewan tersebut termasuk binatang yang terancam punah.

WWF kemudian memulai berbagai inisiatif konservasi di Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. Selama setengah periode pertama di era 80-an, tim program WWF berkolaborasi dengan pemerintah didalam mengembangkan strategi untuk konservasi kelautan yang dilaksanakan awal 90-an. Di tahun 1996 WWF mendaftarkan diri menjadi sebuah yayasan di Indonesia. Dewan komisaris terbentuk setelah itu dan mendapatkan lebih banyak fleksibilitas didalam pengumpulan dana dan pengembangan program di seluruh Indonesia.

Pada bulan April 1998, Kantor program WWF-Internasional di Indonesia bertransformasi menjadi WWF-Indonesia dan telah sah secara hukum sebagai organisasi nasional dengan status yayasan atau organisasi non profit. Hingga 2004, WWF-Indonesia telah membantu pemerintah didalam pembentukan berbagai area konservasi hutan, termasuk Taman Nasional Wasur, Taman Nasional Lorentz, dan Cagar Alam Arfak Strict di Papua, Taman Nasional Kayan Mentarang dan Betung Kerihun di Kalimantan, Taman Nasional Bukti Tigapuluh di Sumatra. Dalam pengembangannya, WWF mengutamakan perlunya peranan dari komunitas lokal didalam pengelolaan cagar alam dan mendorong pengakuan yang sah secara hukum untuk akses bagi hak adat dan pemanfaatan cagar alam untuk mata pencaharian bagi komunitas lokal atau masyarakat sekitar kawasan lindung, tanpa merusak kawasan tersebut.

WWF-Indonesia berusaha untuk memfasilitasi dan mendukung pembangunan ekonomi alternatif berkelanjutan bagi komunitas lokal di Aru Tenggara, Maluku, Takabone Rate dan Taman Laut Bunaken di Sulawesi, serta Taman Nasional Cendrawasih di Papua. Pada saat ini, WWF-Indonesia terus berupaya didalam peningkatan kapasitas didalam penerapan pengelolaan area konservasi yang lebih baik. Saat ini, WWF-Indonesia berada di 27 wilayah kerja , yang tersebar di 17 provinsi di Indonesia.

Visi dan Misi WWF-Indonesia

WWF-Indonesia sebagai salah satu organisasi non profit lingkungan di Indonesia, memiliki visi misi serta tujuan organisasinya. Tujuan utama WWF-Indonesia adalah untuk menghentikan dan memperbaiki kerusakan lingkungan yang terjadi serta membangun masa depan, dimana manusia hidup selaras dengan alam.

(31)

20

dibawa WWF yaitu melestarikan keanekaragaman hayati dan mengurangi dampak yang disebabkan manusia melalui upaya:

1. Mempromosikan etika pelestarian yang kuat, kesadaran serta di kalangan masyarakat Indonesia

2. Memfasilitasi upaya multi pihak untuk melindungi keanekaragaman hayati dan proses ekologis dalam skala ekoregional

3. Melakukan advokasi kebijakan, hukum dan penegakan hukum yang mendukung upaya pelestarian

4. Mempromosikan pelestarian bagi kesejahteraan masyarakat, melalui pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan. WWF dengan visi misinya, Saat ini memprioritaskan kerja di pusat keanekaragaman hayati penting yang dikenal sebagai Global 200 Ecoregions. Global 200 Ecoregions merupakan peringkat yang diberikan WWF bagi habitat di wilayah darat, perairan tawar serta laut yang memiliki keanekaragaman hayati yang penting, 19 diantaranya terdapat dalam wilayah politik Indonesia. Program pelestarian di Indonesia terdapat pada 25 situs yang tersebar di 17 provinsi, di bidang kelautan, ekosistem air tawar dan hutan. Upaya yang dilakukan adalah menyelamatkan keanekaragaman spesies dengan mempromosikan pelestarian yang memberikan keuntungan sosial dan ekonomi secara berkelanjutan bagi komunitas lokal. Untuk memulihkan kerusakan ekosistem dan mengurangi beragam ancaman seperti yang ditimbulkan oleh perubahan iklim dan bahan kimia beracun. Pendekatan yang WWF lakukan adalah menjalin kerjasama dengan berbagai pihak.

Selain dari upaya pelesetarian yang terus dilakukan, WWF juga memperkuat masyarakat, mendorong pemerintah dan perusahaan bertanggung jawab, serta mewujudkan kebijakan dan praktik yang mendukung pelestarian dengan promosi:

1. Kebijakan pelestarian yang kuat pada setiap tingkatan pemerintah, tingkat perusahaan multi nasional, WWF mendorong mereka untuk memperkuat kebijakan dan menerapkan praktek pelestarian dengan baik.

2. Memperkuat komunitas, mendorong agar komunitas lokal dapat melindungi sendiri sumber daya alamnya, serta berperan aktif dalam menentukan pengelolaan sumber daya.

Program Konservasi Kelautan WWF-Indonesia

(32)

Jaringan global WWF telah menetapkan visinya untuk mengembalikan keseimbangan alam. Pemerintah, komunitas, para ahli lingkungan, industri dan berbagai kelompok kepentingan di seluruh dunia bekerjasama untuk menjaga dan memulihkan harta kekayaan laut. Masyarakat memanfaatkan laut dan pesisir secara bijak untuk keuntungan sekarang dan bagi generasi selanjutnya, dan memiliki pemahaman yang sama bahwa seluruh kehidupan di lautan memiliki hak dan tempat untuk meneruskan kehidupan mereka.

Program kelautan yang dilakukan kantor program Indonesia dimulai pada 1993. Setelah 1998, pendekatan eco-regional untuk pelestarian lebih diintensifkan. Pendekatan ini secara khusus memperkuat dengan membuat contoh konservasi kelautan dan pengelolaan perikanan yang hidup, di sejumlah kawasan prioritas di Taman Nasional Bunaken dan Taman Nasional Bali Barat. Di tingkat Nasional, untuk konservasi kawasan dan ekoregional mendapat dukungan dari program konservasi kelautan dan reformasi kebijakan pengelolaan perikanan. Selanjutnya, WWF juga sudah mengembangkan program pengembangan kapasitas pengelolaan dari mitra-mitra penting di kawasan dan pada tingkat nasional melalui pelatihan-pelatihan dan pelaksanaan bersama dalam kegiatan monitoring dan pengelolaan perikanan.

Struktur Organisasi Program Konservasi Kelautan WWF-Indonesia

Marine Program Director

Marine Program Finance Manager Conservation Program Director

Marine Program Strategic Development

MPA Program Leader

Marine Science Expert CTNI Leader

Marine Species program leader Marine Program Administrator

Officer

Turtle, Sharks and Cetacean Conservation Management

Coordinator

Program Monitoring and

Evaluation Manager

Conservation Science and Training Manager

Fisheries Program Leader

Cendrawasih, Abun, Kei, Wakatobi, Bunaken, Bera,

Paloh, Solor Alor MPA Project Leader

By-Catch, Capture Fisheries, Aquaculture Coordinator

Communication and Outreach

Manager

(33)

22

Public relations pada program konservasi kelautan diawasi khusus oleh Marine program strategic development yang bernama communication and outreach manager atau disingat sebagai comms marine. Memiliki satu manager pusat yang membawahi dua orang yang juga bertindak sebagai public relations, yaitu Juru Kampanye dan juga Assistant Juru Kampanye. Meskipun memiliki struktur yang berstrata, namun pada program konservasi kelautan memiliki budaya dan merasakan lingkungan organisasi yang sama, karena atasan hingga bawahan berada dalam satu ruangan tanpa sekat sehingga akan cenderung memiliki kesamaan dalam berbudaya organisasi dengan jabatan yang berbeda- beda.

Job Descriptions dan Peran Public Relations Program Konservasi Kelautan WWF-Indonesia

Sebagai public relations, comms marine memiliki tugas-tugas khusus yang mencerminkan perannya sebagai seorang public relations organisasi non-profit. Tugas tersebut telah dimapping pada Tabel 3

Tabel 3 Mapping job description comms marine

No Job description comms marine Kategori peran public relations

1. Memproduksi tulisan(artikel, news letter, press release, informasi-informasi kelautan)

Teknisi komunikasi

2. Membentuk dan mengorganisasikan komunitas pecinta laut dan spesiesnya (marinebuddies) lewat jejaring sosial (twitter,facebook,blog)

Teknisi komunikasi, fasilitator komunikasi

3. Menyusun rencana kampanye terkait urgensi dibidang kelautan dan perikanan

Fasilitator pemecahan masalah, fasilitator komunikasi

4. Sebagai pihak yang mewakili program konservasi kelautan untuk pertemuan-pertemuan, undangan serta rapat dengan stakeholder WWF-Indonesia

Fasilitator komunikasi

5. Menjalin hubungan baik dengan mitra, media dan sponsor program konservasi kelautan

Fasilitator komunikasi

6. Menyebarkan informasi kepada seluruh staf terkait organisasi atau hal di luar itu yang masih berhubungan dengan program konservasi kelautan

Fasilitator komunikasi

7. Melakukan identifikasi dan mencari data untuk para peneliti program untuk dijadikan acuan kampanye berikutnya

(34)

Capaian Program Konservasi Kelautan WWF-Indonesia

Hasil-hasil utama yang telah diraih oleh konservasi Kelautan di Indonesia termasuk:

1. Tahun 1993 Teluk Cendrawasih menjadi taman laut nasional berdasarkan penelitian ilmiah, advokasi kebijakan dan pengembangan komunitas yang dilakukan oleh WWF.

2. Tahun 1999 peraturan resmi untuk larangan eksploitasi penyu diterima dan selanjutnya diperkuat oleh legalisasi gubernur di seluruh Bali yang melarang pengumpulan dan pembunuhan penyu berdasarkan lobi kebijakan, kampanye publik, dan penelitian ilmiah yang dilakukan oleh WWF.

3. Tahun 2001 WWF menjadi koordinator untuk Program ReefCheck Indonesia dan menyelenggarakan pelatihan bagi lebih dari 900 relawan di 21 lokasi dari seluruh Indonesia untuk memimpin aktifitas monitoring terumbu karang regular.

4. Tahun ini juga, jaringan sektor swasta bernama Friends of the Reef didirikan di Bali yang memfasilitasi penerapan praktek pelaksanaan pariwisata laut terbaik, dan menyediakan forum untuk diskusi mengenai konservasi berdasarkan kerja WWF di Taman Nasional Bali Barat. 5. Tahun 2002 Departemen Kelautan dan Perikanan mengadopsi

pendekatan pengelolaan kolaboratif berdasarkan usaha WWF yang bekerjasama dengan organisasi non pemerintah dan proyek pengelolaan sumber daya alam lainnya.

6. Tahun 2003 Departemen Perikanan dan Kelautan setuju menjadi tuan rumah dan mendanai sekretariat Indonesia untuk manajemen dan konservasi SSME berdasarkan kerjasama dengan WWF Malaysia dan WWF Philipina.

(35)

BUDAYA DAN LINGKUNGAN ORGANISASI PROGRAM

KONSERVASI KELAUTAN WWF-INDONESIA

Budaya Organisasi

Budaya organisasi merupakan suatu ciri khas dari sebuah organisasi. Setiap organisasi akan memiliki budaya yang berbeda-beda. Budaya dapat dilihat dari nilai-nilai yang tertanam oleh anggota dan sejauh mana melekat serta mempengaruhi perilaku dari organisasi maupun anggota. Budaya organisasi memiliki beberapa indikator yang dapat menentukan tinggi rendahnya budaya pada suatu organisasi, diantaranya adalah nilai organisasi yang menunjukkan bagaimana anggota organisasi memahami seluruh nilai-nilai, tujuan hingga visi misi organisasi untuk dapat diaplikasikan pada saat berorganisasi. Iklim organisasi, memperlihatkan bagaimana kondisi, situasi serta atmosfer yang terbentuk dalam suatu organisasi. Terakhir adalah komitmen terhadap kerja, menunjukkan bagaimana komitmen anggota pada saat berorganisasi. Tingkatan budaya organisasi pada program kelautan WWF-Indonesia ditunjukkan dalam Tabel 4 Tabel 4 Distribusi staf berdasarkan tingkat budaya organisasi WWF-Indonesia

Tingkat Jumlah Presentase(%)

Tinggi 8 26,7

Sedang 14 46,7

Rendah 8 26,7

Total 30 100

Budaya organisasi pada WWF-Indonesia tergolong berkembang cukup baik karena hampir seluruh staf WWF-Indonesia memiliki pemahaman yang cukup baik terhadap nilai-nilai organisasi yang ditunjukkan melalui visi misi organisasi. Selain itu, suasana yang terbentuk dalam WWF-Indonesia cenderung kekeluargaan, tidak ada paksaan untuk membantu konservasi di wilayah Indonesia, atasan dengan staf memiliki hubungan dekat, tidak ada strata yang mana yang tinggi karena semua melebur menjadi satu. WWF-Indonesia juga tidak menuntut staf harus menggunakan pakaian formal ketika bekerja di kantor, hal terpenting adalah sopan dalam berbusana. Tidak pula harus datang ke kantor setiap hari jam kerja, kapan saja selama pekerjaan yang diberikan selesai pada waktunya. Disimpulkan suasana kerja yang tercipta nyaman dan atmosfer bersahabat, komitmen yang dimiliki masing-masing staf pada saat bekerja juga baik, hal tersebut mempengaruhi perkembangan budaya organisasi program konservasi kelautan. Delapan responden berpendapat budaya organisasi program konservasi kelautan berkembang dengan baik karena mereka memiliki masa kerja yang sudah lama di WWF-Indonesia, sehingga sudah mengenal baik budaya yang tercipta dan memahami nilai yang terbentuk pada organisasi.

(36)

demikian adalah staf yang berstatus temporer bukan tetap, sehingga belum cukup mampu memahami nilai dan budaya dengan baik. Maka mereka akan berpendapat budaya organisasi WWF-Indonesia berkembang kurang baik.

Menurut Robins (2006), Budaya organisasi membentuk sejumlah fungsi dalam suatu organisasi, yaitu budaya mempunyai suatu peranan dalam menetapkan tapal batas, artinya budaya menciptakan perbedaan yang jelas antara satu organisasi dengan organisasi yang lain, budaya membawa suatu rasa indentitas bagi anggota organisasi, budaya mempermudah timbulnya komitmen pada area yang lebih luas daripada kepentingan individu seseorang, budaya dapat meningkatkan kemantapan sistem,dan budaya berfungsi sebagai mekanisme pembuatan makna dan kendali yang memandu dan membentuk sikap serta perilaku karyawan. Kelima peran tersebut sudah berkembang dan nampak pada program konservasi kelautan WWF-Indonesia.

Budaya organisasi WWF-Indonesia termasuk kategori tinggi jika dilihat dari tiga unsurnya. Distribusi staf mengenai budaya organisasi berdasarkan unsur-unsurnya dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Distribusi staf berdasarkan tingkat budaya organisasi sesuai unsurnya Unsur Budaya Organisasi Tingkat Budaya Organisasi

Rendah(%) Sedang(%) Tinggi(%) Nilai Organisasi 3 (10) 13 (43,3) 14 (46,7) Iklim Organisasi 5 (16,7) 15 (50) 10 (33,3)

Komitmen Kerja 6 (20) 18 (60) 6 (20)

Tingkat budaya organisasi staf program kelautan WWF-Indonesia paling tinggi terdapat pada nilai organisasi, hal tersebut disebabkan karena nilai-nilai organisasi seperti visi-misi, tujuan organisasi dan hal-hal yang membentuk nilai suatu organisasi sudah dipahami oleh hampir seluruh staf. Iklim organisasi dan komitmen kerja berhubungan dengan periode kerja staf, staf yang berpendapat bahwa iklim organisasi berkembang cukup baik dan memiliki komitmen kerja cukup baik adalah staf yang memiliki periode kerja kurang dari satu tahun setengah. Karena WWF-Indonesia program konservasi keluatan memiliki staf yang masih berstatus honorer dan temporer.

Nilai Organisasi

Nilai organisasi dikatakan sebagai sebagai suatu kemampuan anggota atau staf memahami tanggung jawab serta visi misi yang dibawa oleh organisasi WWF Indonesia Program Konservasi Kelautan. Nilai organisasi terdiri atas lima indikator yang dijabarkan pada Tabel 6

Tabel 6 Distribusi staf berdasarkan indikator nilai organisasi

Indikator Jumlah staff (orang) dan presentase (%)

SS S TS STS Memahami visi dan misi organisasi

(37)

27

Keterangan: SS = Sangat Setuju ; S = Setuju ; TS = Tidak Setuju ; STS = Sangat Tidak Setuju

Hampir seluruh staf program konservasi kelautan WWF-Indonesia memiliki pemahaman yang baik terhadap nilai yang dibawa oleh WWF-Indonesia sebagai organisasi non-profit lingkungan. Pemahaman tersebut ditunjukkan dengan perilaku staf ketika sedang atau tidak bekerja, staf melalui account social media seperti twitter dan facebook mem-posting informasi mengenai kelautan. Mulai dari spesies yang ada di laut, keindahan laut, masalah-masalah kelautan yang timbul serta diprediksi akan timbul dan alternatif penyelesaian masalah yang timbul.

Gaya hidup staf pun mengikuti apa yang telah ditanam oleh organisasi WWF-Indonesia, seperti memiliki botol minum sendiri untuk minum, membawa paper bag atau tas tersendiri untuk berbelanja demi mengurangi penggunaan plastik, melakukan printing bolak-balik dan menggunakan kertas bekas. Selain itu juga karena program kelautan, maka hampir semua staf memiliki kemampuan untuk menyelam (diving). Meskipun ada staf yang sudah resign tetapi perhatian terhadap WWF-Indonesia program konservasi kelautan masih terus diberikan.

Nilai organisasi merupakan elemen dari terbentuknya budaya suatu organisasi, karena budaya organisasi merupakan suatu persepsi bersama yang dianut oleh anggota-anggota organisasi, dan merupakan suatu sistem makna bersama (Robbins 2006). Sehingga kesamaan makna antara seluruh staf dengan manajerial lain harus dicapai dengan pemahaman yang baik terhadap visi misi dan tujuan organisasi. Staf atau manajerial lain dikatakan memahami nilai organisasi dengan baik apabila dalam keseharian menunjukkan prilaku yang mencerminkan visi misi atau nilai organisasi tersebut.

Iklim Organisasi

Iklim organisasi merupakan suasana yang merefleksikan isi dan kekuatan dari nilai-nilai umum, norma, sikap, tingkah laku dan perasaan staf WWF Indonesia ketika menjalankan dan berada dalam organisasi. Staf akan memberikan penilaian terhadap suasana organisasi yang tercipta. Iklim organisasi terdiri atas enam indikator yang dijabarkan pada Tabel 7

Tabel 7 Distribusi staf berdasarkan indikator iklim organisasi

Indikator Jumlah staf (orang) dan presentase (%)

SS S TS STS

Bebas menyampaikan pendapat 15

(50.0)

Bebas memberikan saran 11

(36.7) Memiliki panggilan bebas kepada staff

lain

Kelautan adalah bagian dari hidup

14

(38)

Iklim yang tercipta dalam organisasi non profit WWF-Indonesia baik, sebagian lebih staf berpendapat iklim yang tercipta baik. Staf merasa bekerja untuk WWF-Indonesia bukan suatu keterpaksaan hingga berujung kepada stress, karena sesama staf sudah dianggap sebagai keluarga sehingga staf akan mampu menyelesaikan pekerjaan dalam kondisi nyaman. Kenyamanan didapat ketika berkumpul bersama seluruh staf program kelautan, acara formal maupun non formal. Diantara staf, memiliki panggilan tersendiri untuk staf lain, tidak terbatas oleh umur atau jabatan di program konservasi kelautan WWF-Indonesia. Salah satu contoh adalah HZ, staf WWF-Indonesia yang berumur 27 tahun dan menjabat sebagai bycatch coordinator memiliki julukan

sekepet. Julukan tersebut diberikan oleh TL yang berumur di bawah HZ serta memiliki posisi jabatan lebih rendah dibanding HZ.

Alur saran yang diberikan oleh staf kepada atasan atau pihak terkait juga sangat baik, mereka langsung mengutarakan masukan untuk suatu kegiatan, agenda dan hal apapun terkait program keluatan tanpa ada rasa malu atau ketakutan bahwa saran akan ditolak mentah-mentah. Pada rapat bulanan, peneliti diajak untuk ikut mengamati suasana rapat dan terlihat sangat jelas tidak ada batasan untuk memberikan saran selama hal tersebut tidak berbau SARA dan tetap pada koridor pembahasan rapat.

Staf yang berpendapat iklim organisasi WWF-Indonesia yang tercipta cukup baik merupakan staff yang bekerja pada wilayah konservasi WWF-Indonesia, sehingga interaksi antar staf jarang dirasakan oleh staf lapang. Staf lapang memiliki interaksi khusus yang lebih tinggi terhadap warga sekitar wilayah konservasi, bukan kepada staf lain yang bekerja di kantor. Selain itu ada staf yang memiliki masa kerja di bawah satu setengah tahun berpendapat iklim organisasi cukup baik, karena periode kerja yang belum lama sehingga staf belum cukup merasakan kenyamanan dan atmosfer yang bersahabat dibandingkan staf yang sudah bekerja lebih lama.

Program konservasi kelautan, menurut dimensi budaya organisasi yang dipaparkan oleh Harrison dan Stokes (1992) termasuk kategori orientasi pada dukungan. Pada orientasi ini, iklim organisasi sangat menentukan karena yang dibutuhkan adalah iklim saling percaya antara anggota, ada kehangatan dan kenyamanan yang mendorong staf untuk semangat dalam menyelesaikan tugas dan masuk ke kantor. Selain itu, arus komunikasi ke atas yang tercipta pada program konservasi kelautan dinilai berfungsi dengan baik, atasan mengetahui kesiapan bawahan untuk menerima informasi dari atasan dan pemahaman mereka terhadap penyampaian informasi tersebut, masukan yang berharga untuk organisasi juga mudah untuk disampaikan kepada atasan, adanya feedback terhadap apresiasi yang diberikan atasan kepada staf yang loyal serta penguatan arah pengendalian atas keterlibatan staf dalam setiap permasalahan organisasi.

Selain itu, arus komunikasi ke bawah dan ke samping menjadi faktor penentu program konservasi kelautan WWF-Indonesia memiliki iklim organisasi yang baik. Keterbukaan dari atasan terhdap staf membuat arus komunikasi ke bawah berjalan dengan lancar, komunikasi antara sesama tingkat hierarkinya berjalan dengan baik melalui pertemuan formal seperti rapat bulanan dan informal seperti saling berbagi cerita, ngobrol melalui grup di aplikasi chatting whatssapp dan lainnya.

Komitmen Kerja

(39)

29 Masing-masing staff akan memiliki tingkat komitmen yang berbeda dalam bekerja untuk program kelautan WWF-Indonesia. Indikator komitmen kerja terdiri atas enam indikator yang dijabarkan pada Tabel 8

Tabel 8 Distribusi staf berdasarkan indikator komitmen kerja

Indikator Jumlah staf (orang) dan presentase (%)

SS S TS STS

Mengetahui tugas di program konservasi kelautan

Perasaan senang mengerjakan tugas 15

(50.0)

Antusias dengan tugas baru 8

(27.7) Berusaha menyelesaikan tugas tepat

waktu

Bersedia dipindah tempat tugas untuk WWF-Indonesia

Keterangan: SS = Sangat Setuju ; S = Setuju ; TS = Tidak Setuju ; STS = Sangat Tidak Setuju

Komitmen kerja yang dimiliki staf program kelautan WWF-Indonesia adalah tinggi. Staf yang memiliki komitmen kerja sedang, merupakan staf yang bekerja di kantor bukan di lapang serta yang bekerja sebagai staf temporer. Sehingga, ketika ditawarkan untuk pindah ke lapang maka staf tersebut akan menolak. Lain dengan staf lapang yang lokasi kerja dapat berubah-ubah, namun tidak ada penolakan dari staf lapang. Hal tersebut dikarenakan kebiasaan tugas yang mereka kerjakan dan sudah terasa nyaman, maka untuk dipindah tempat hanya staf lapang yang bersedia untuk direlokasi.

Hampir semua staf akan berusaha mengerjakan tugas sebaik-baiknya dan secara maksimal. Peneliti pernah berada di kantor hingga pukul tujuh malam, situasi kantor masih ramai karena hampir seluruh staf ingin menyelesaikan tugas tepat waktu tanpa menunda. Staf rela pulang lebih larut untuk terselesaikannya tugas yang telah menjadi mandat untuknya. Namun, ada satu staf yang tidak mengetahui tugasnya di program kelautan karena staf tersebut baru pindah posisi dan memiliki background pendidikan sebagai magister hukum.

Komitmen kerja yang dimiliki staf program konservasi kelautan WWF-Indonesia dipengaruhi oleh iklim yang dirasakan oleh masing-masing staf. Jika dikatakan bahwa program konservasi kelautan memiliki dimensi orientasi pada dukungan, maka komitmen terhadap kerja tinggi. Loyalitas dimiliki oleh hampir seluruh staf yang bekerja untuk program konservasi kelautan WWF-Indonesia. Karena bagi mereka, pekerjaannya saat ini tidak hanya yang mereka sukai, tetapi karena lingkungan tempat bekerja sangat mendukung untuk memiliki komitmen tinggi terhadap kerja.

Lingkungan Organisasi

(40)

masyarakat sekitar, pemerintah, organisasi yang memiliki visi misi senada atau rekan fundrising. Sementara lingkungan organisasi dalam adalah seluruh staf program kelautan WWF-Indonesia juga seluruh program yang ada diWWF-Indonesia dikatakan sebagai lingkungan dalam. Baik atau buruknya pengaruh yang berasal dari luar dan dalam organisasi, akan mempengaruhi stabilitas organisasi dalam mencapai tujuan. Lingkungan organisasi memiliki dua variabel berupa ancaman organisasi dan perubahan organisasi. Ancaman cenderung pengaruh negatif berasal dari luar dan dalam, perubahan cenderung ke arah positif tetapi ada pula yang negatif berasal dari dalam dan luar. Tingkatan lingkungan organisasi program kelautan WWF-Indonesia yang dijabarkan pada Tabel 9

Tabel 9 Distribusi staf berdasarkan tingkat lingkungan organisasi WWF-Indonesia

Tingkat Jumlah Presentase(%)

Tinggi 3 10

Sedang 14 43,3

Rendah 13 46,7

Total 30 100

Lingkungan organisasi program kelautan WWF-Indonesia memiliki selisih yang tidak jauh antara sedang dengan rendah. Karena, pengaruh yang berasal dari dalam dan luar organisasi tidak memberikan pengaruh yang sangat berarti kepada keberlangsungan program konservasi kelautan WWF-Indonesia. Hal ini disebabkan oleh dua hal, pertama program kelautan memiliki tim kuat yakni public relations yang mampu menjaga stabilitas organisasi dari pengaruh yang diberikan oleh dalam dan luar organisasi. Kedua adalah mental yang dimiliki staf program kelautan WWF-Indonesia untuk menghadapi ancaman yang bernilai negatif menjadi hal positif, seperti banyaknya penolakan yang diberikan oleh masyarakat ketika menerapkan program konservasi, tidak menjadikan staf mundur dari program tetapi semakin tertantang mencari jalan keluar. Selain itu, mental mau menerima perubahan dan tidak menjadikan perubahan sebagai suatu yang aneh dan menghambat kerja.

Lingkungan organisasi WWF-Indonesia termasuk sedang jika dilihat dari dua unsurnya. Distribusi staf mengenai lingkungan organisasi berdasarkan unsur-unsurnya dapat dilihat pada Tabel 10

Tabel 10 Distribusi staf berdasarkan tingkat lingkungan organisasi sesuai unsurnya Unsur Budaya Organisasi Tingkat Lingkungan Organisasi

Rendah(%) Sedang(%) Tinggi(%) Ancaman Organisasi 7 (23,3) 18 (60) 5 (16,7) Perubahan Organisasi 11 (36,7) 15 (50) 4 (13,3)

Berdasarkan Tabel 10, pada program konservasi kelautan tidak terdapat ancaman yang akan menggangu stabilitas organisasi begitupun dengan perubahan, tidak terdapat perubahan yang signifikan dan berpengaruh nyata yang terlihat oleh seluruh staf program konservasi kelautan WWF-Indonesia

Ancaman Organisasi

Gambar

Gambar 2. Kerangka Pemikiran
Tabel 3 Mapping job description comms marine
Tabel 6 Distribusi staf berdasarkan indikator nilai organisasi
Tabel 7 Distribusi staf berdasarkan indikator iklim organisasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Onong Uchyana Effendy dalam bukunya Kamus Komunikasi mendefenisikan Public Relations (PR) sebagai berikut: “Komunikasi dua arah secara timbal balik antara suatu organisasi

Dari penelitian tentang peran public relations (Humas) MORO Grosir dan Ritel melalui program community relations dalam membentuk citra perusahaan di

Hasil penelitian menunjukkan bahwa budaya organisasi memiliki peran dalam membangun employee relations melalui karakteristik dominan, gaya kepemimpinan, penekanan

Untuk memahami penelitian mengenai faktor-faktor supra sistem yang membentuk peran PR dalam organisasi, dalam hal ini studi kasus mengenai faktor supra sistem yang membentuk peran

Public Relations mempunyai peran tersendiri dalam fungsinya (Ruslan. Sebagai komunikator atau penghubung antara organisasi atau lembaga yang diwakili dengan

Peran public relations sebagai penghubung antar perusahaan dan organisasi publik semakin terlihat, sehingga bidang komunikasi dan hubungan masyarakat perlu menjadi

Tesis Peran Praktisi Public Relations Perempuan Dalam Manajemen.. Ani

Jadi public relations dapat membantu organ- isasi mencegah terjadinya krisis dengan memberikan masukan bagi perubahan yang diperlukan organisasi, sekaligus mengarahkan program untuk