• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sejarah World Wildlife Fund for Nature (WWF)-Indonesia

World Wide Fund for Nature (WWF) mulai bekerja di Indonesia sebagai kantor program dari WWF Internasional di awal tahun 1961, dibawah pengawasan Kementrian Kehutanan. Pada tahap awal ini aktivitas utama WWF adalah berupa penelitian dan survei terhadap spesies mamalia, terutama badak dan harimau di pulau Jawa dan Sumatra, dimana kedua hewan tersebut termasuk binatang yang terancam punah.

WWF kemudian memulai berbagai inisiatif konservasi di Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. Selama setengah periode pertama di era 80-an, tim program WWF berkolaborasi dengan pemerintah didalam mengembangkan strategi untuk konservasi kelautan yang dilaksanakan awal 90-an. Di tahun 1996 WWF mendaftarkan diri menjadi sebuah yayasan di Indonesia. Dewan komisaris terbentuk setelah itu dan mendapatkan lebih banyak fleksibilitas didalam pengumpulan dana dan pengembangan program di seluruh Indonesia.

Pada bulan April 1998, Kantor program WWF-Internasional di Indonesia bertransformasi menjadi WWF-Indonesia dan telah sah secara hukum sebagai organisasi nasional dengan status yayasan atau organisasi non profit. Hingga 2004, WWF-Indonesia telah membantu pemerintah didalam pembentukan berbagai area konservasi hutan, termasuk Taman Nasional Wasur, Taman Nasional Lorentz, dan Cagar Alam Arfak Strict di Papua, Taman Nasional Kayan Mentarang dan Betung Kerihun di Kalimantan, Taman Nasional Bukti Tigapuluh di Sumatra. Dalam pengembangannya, WWF mengutamakan perlunya peranan dari komunitas lokal didalam pengelolaan cagar alam dan mendorong pengakuan yang sah secara hukum untuk akses bagi hak adat dan pemanfaatan cagar alam untuk mata pencaharian bagi komunitas lokal atau masyarakat sekitar kawasan lindung, tanpa merusak kawasan tersebut.

WWF-Indonesia berusaha untuk memfasilitasi dan mendukung pembangunan ekonomi alternatif berkelanjutan bagi komunitas lokal di Aru Tenggara, Maluku, Takabone Rate dan Taman Laut Bunaken di Sulawesi, serta Taman Nasional Cendrawasih di Papua. Pada saat ini, WWF-Indonesia terus berupaya didalam peningkatan kapasitas didalam penerapan pengelolaan area konservasi yang lebih baik. Saat ini, WWF-Indonesia berada di 27 wilayah kerja , yang tersebar di 17 provinsi di Indonesia.

Visi dan Misi WWF-Indonesia

WWF-Indonesia sebagai salah satu organisasi non profit lingkungan di Indonesia, memiliki visi misi serta tujuan organisasinya. Tujuan utama WWF- Indonesia adalah untuk menghentikan dan memperbaiki kerusakan lingkungan yang terjadi serta membangun masa depan, dimana manusia hidup selaras dengan alam.

Visi WWF-Indonesia adalah "Pelestarian keanekaragaman hayati Indonesia untuk kesejahteraan generasi sekarang dan di masa mendatang" dengan misi yang

20

dibawa WWF yaitu melestarikan keanekaragaman hayati dan mengurangi dampak yang disebabkan manusia melalui upaya:

1. Mempromosikan etika pelestarian yang kuat, kesadaran serta di kalangan masyarakat Indonesia

2. Memfasilitasi upaya multi pihak untuk melindungi keanekaragaman hayati dan proses ekologis dalam skala ekoregional

3. Melakukan advokasi kebijakan, hukum dan penegakan hukum yang mendukung upaya pelestarian

4. Mempromosikan pelestarian bagi kesejahteraan masyarakat, melalui pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan. WWF dengan visi misinya, Saat ini memprioritaskan kerja di pusat keanekaragaman hayati penting yang dikenal sebagai Global 200 Ecoregions. Global 200 Ecoregions merupakan peringkat yang diberikan WWF bagi habitat di wilayah darat, perairan tawar serta laut yang memiliki keanekaragaman hayati yang penting, 19 diantaranya terdapat dalam wilayah politik Indonesia. Program pelestarian di Indonesia terdapat pada 25 situs yang tersebar di 17 provinsi, di bidang kelautan, ekosistem air tawar dan hutan. Upaya yang dilakukan adalah menyelamatkan keanekaragaman spesies dengan mempromosikan pelestarian yang memberikan keuntungan sosial dan ekonomi secara berkelanjutan bagi komunitas lokal. Untuk memulihkan kerusakan ekosistem dan mengurangi beragam ancaman seperti yang ditimbulkan oleh perubahan iklim dan bahan kimia beracun. Pendekatan yang WWF lakukan adalah menjalin kerjasama dengan berbagai pihak.

Selain dari upaya pelesetarian yang terus dilakukan, WWF juga memperkuat masyarakat, mendorong pemerintah dan perusahaan bertanggung jawab, serta mewujudkan kebijakan dan praktik yang mendukung pelestarian dengan promosi:

1. Kebijakan pelestarian yang kuat pada setiap tingkatan pemerintah, tingkat perusahaan multi nasional, WWF mendorong mereka untuk memperkuat kebijakan dan menerapkan praktek pelestarian dengan baik.

2. Memperkuat komunitas, mendorong agar komunitas lokal dapat melindungi sendiri sumber daya alamnya, serta berperan aktif dalam menentukan pengelolaan sumber daya.

Program Konservasi Kelautan WWF-Indonesia

Program Kelautan WWF-Indonesia merupakan salah satu dari tiga program konservasi yang dilakukan oleh WWF di Indonesia, program ini merupakan indikator untuk mencapai tujuan yang ditetapkan oleh jaringan global WWF. Ekosistem laut dan pesisir dan sumber daya perikanannya di seluruh dunia berada dalam kondisi yang mengkhawatirkan. Eksploitasi ikan yang berlebihan dan kemundurun kualitas habitat laut dan pesisir yang kerap diakibatkan oleh kegiatan manusia, mengancam keanekaragaman hayati dan penghidupan masyarakat yang tergantung pada sumber daya laut.

Jaringan global WWF telah menetapkan visinya untuk mengembalikan keseimbangan alam. Pemerintah, komunitas, para ahli lingkungan, industri dan berbagai kelompok kepentingan di seluruh dunia bekerjasama untuk menjaga dan memulihkan harta kekayaan laut. Masyarakat memanfaatkan laut dan pesisir secara bijak untuk keuntungan sekarang dan bagi generasi selanjutnya, dan memiliki pemahaman yang sama bahwa seluruh kehidupan di lautan memiliki hak dan tempat untuk meneruskan kehidupan mereka.

Program kelautan yang dilakukan kantor program Indonesia dimulai pada 1993. Setelah 1998, pendekatan eco-regional untuk pelestarian lebih diintensifkan. Pendekatan ini secara khusus memperkuat dengan membuat contoh konservasi kelautan dan pengelolaan perikanan yang hidup, di sejumlah kawasan prioritas di Taman Nasional Bunaken dan Taman Nasional Bali Barat. Di tingkat Nasional, untuk konservasi kawasan dan ekoregional mendapat dukungan dari program konservasi kelautan dan reformasi kebijakan pengelolaan perikanan. Selanjutnya, WWF juga sudah mengembangkan program pengembangan kapasitas pengelolaan dari mitra-mitra penting di kawasan dan pada tingkat nasional melalui pelatihan-pelatihan dan pelaksanaan bersama dalam kegiatan monitoring dan pengelolaan perikanan.

Struktur Organisasi Program Konservasi Kelautan WWF-Indonesia

Marine Program Director

Marine Program Finance Manager Conservation Program Director

Marine Program Strategic Development

MPA Program Leader

Marine Science Expert CTNI Leader

Marine Species program leader Marine Program Administrator

Officer

Turtle, Sharks and Cetacean Conservation Management Coordinator Program Monitoring and Evaluation Manager Conservation Science and Training Manager

Fisheries Program Leader

Cendrawasih, Abun, Kei, Wakatobi, Bunaken, Bera,

Paloh, Solor Alor MPA Project Leader

By-Catch, Capture Fisheries, Aquaculture Coordinator

Communication and Outreach

Manager

22

Public relations pada program konservasi kelautan diawasi khusus oleh Marine program strategic development yang bernama communication and outreach manager atau disingat sebagai comms marine. Memiliki satu manager pusat yang membawahi dua orang yang juga bertindak sebagai public relations, yaitu Juru Kampanye dan juga Assistant Juru Kampanye. Meskipun memiliki struktur yang berstrata, namun pada program konservasi kelautan memiliki budaya dan merasakan lingkungan organisasi yang sama, karena atasan hingga bawahan berada dalam satu ruangan tanpa sekat sehingga akan cenderung memiliki kesamaan dalam berbudaya organisasi dengan jabatan yang berbeda- beda.

Job Descriptions dan Peran Public Relations Program Konservasi Kelautan WWF-Indonesia

Sebagai public relations, comms marine memiliki tugas-tugas khusus yang mencerminkan perannya sebagai seorang public relations organisasi non-profit. Tugas tersebut telah dimapping pada Tabel 3

Tabel 3 Mapping job description comms marine

No Job description comms marine Kategori peran public relations

1. Memproduksi tulisan(artikel, news letter, press release, informasi-informasi kelautan)

Teknisi komunikasi

2. Membentuk dan mengorganisasikan komunitas pecinta laut dan spesiesnya (marinebuddies) lewat jejaring sosial (twitter,facebook,blog)

Teknisi komunikasi, fasilitator komunikasi

3. Menyusun rencana kampanye terkait urgensi dibidang kelautan dan perikanan

Fasilitator pemecahan masalah, fasilitator komunikasi

4. Sebagai pihak yang mewakili program konservasi kelautan untuk pertemuan- pertemuan, undangan serta rapat dengan stakeholder WWF-Indonesia

Fasilitator komunikasi

5. Menjalin hubungan baik dengan mitra, media dan sponsor program konservasi kelautan

Fasilitator komunikasi

6. Menyebarkan informasi kepada seluruh staf terkait organisasi atau hal di luar itu yang masih berhubungan dengan program konservasi kelautan

Fasilitator komunikasi

7. Melakukan identifikasi dan mencari data untuk para peneliti program untuk dijadikan acuan kampanye berikutnya

Capaian Program Konservasi Kelautan WWF-Indonesia

Hasil-hasil utama yang telah diraih oleh konservasi Kelautan di Indonesia termasuk:

1. Tahun 1993 Teluk Cendrawasih menjadi taman laut nasional berdasarkan penelitian ilmiah, advokasi kebijakan dan pengembangan komunitas yang dilakukan oleh WWF.

2. Tahun 1999 peraturan resmi untuk larangan eksploitasi penyu diterima dan selanjutnya diperkuat oleh legalisasi gubernur di seluruh Bali yang melarang pengumpulan dan pembunuhan penyu berdasarkan lobi kebijakan, kampanye publik, dan penelitian ilmiah yang dilakukan oleh WWF.

3. Tahun 2001 WWF menjadi koordinator untuk Program ReefCheck Indonesia dan menyelenggarakan pelatihan bagi lebih dari 900 relawan di 21 lokasi dari seluruh Indonesia untuk memimpin aktifitas monitoring terumbu karang regular.

4. Tahun ini juga, jaringan sektor swasta bernama Friends of the Reef didirikan di Bali yang memfasilitasi penerapan praktek pelaksanaan pariwisata laut terbaik, dan menyediakan forum untuk diskusi mengenai konservasi berdasarkan kerja WWF di Taman Nasional Bali Barat. 5. Tahun 2002 Departemen Kelautan dan Perikanan mengadopsi

pendekatan pengelolaan kolaboratif berdasarkan usaha WWF yang bekerjasama dengan organisasi non pemerintah dan proyek pengelolaan sumber daya alam lainnya.

6. Tahun 2003 Departemen Perikanan dan Kelautan setuju menjadi tuan rumah dan mendanai sekretariat Indonesia untuk manajemen dan konservasi SSME berdasarkan kerjasama dengan WWF Malaysia dan WWF Philipina.

Capaian program konservasi kelautan akan terus bertambah seiring dengan waktu dan ditemukannya solusi serta berhasil dalam penerapan permasalahan kelautan dan perikanan.

BUDAYA DAN LINGKUNGAN ORGANISASI PROGRAM

Dokumen terkait