Scene pertama yang menunjukkan peran seorang ayah
sebagai pelindung bagi anak-anaknya adalah scene “Pengumuman Liburan Sekolah ke Rumah Aki dan Nini”.
Shot pertama dari scene ini adalah single shot Abah dengan low angle. Low angle disini menghasilkan petanda kekuatan
pada subjek, yakni, Abah sedang mengumpulkan kekuatan untuk memberitahu kepindahan Abah sekeluarga kepada anak-anaknya. Ditambah ada suara Bang Tobing, Pengacara Abah, dari scene sebelumnya. Suara Bang Tobing ini menyugestikan
Abah dan Emak untuk sementara tidak tinggal di sekitaran rumahnya yang disita demi menghindari resiko penjahat-penjahat dari kasus Abah yang ingin memeras Abah lagi.
Kemudian di shot ketiga, setelah shot sebelumnya menunjukkan keberadaan Emak, Euis dan Ara sedang sibuk sendiri-sendiri, (di shot ketiga) Abah di shot dengan ukuran MCU dan sudut pandang straight angle yang memberi petanda ekspresi Abah yang tenang tanpa adanya penghakiman (tekanan), yakni, Abah sudah lebih siap dan sudah mulai tenang agar anak-anaknya nanti bisa bereaksi lebih tenang.
Namun saat itu Abah memberitahu bahwa ke rumah Aki dan Nini dalam rangka liburan saja. Karena memang saat itu potensi rumah Abah kembali masih ada. Saat Abah mengumumkan ini, dipakai ukuran frame MS-group shot untuk memperlihatkan bahwa mereka berempat sedang terhubung dalam suatu percakapan. Abah membelakangi kamera, Emak di sebelah kanan Abah menghadap kiri, Ara di sebelah kanan Abah menghadap kanan dan Euis di depan Abah menghadap ke Abah. Masih dalam shot di atas, diawal, fokus ada pada Euis dan sedikit ke Emak. Ditambah dengan posisi Euis yang langsung menghadap Abah. Ini menandakan bahwa respon Euis yang sudah berusia 13 tahun lebih dikhawatirkan oleh Abah. Perubahan fokus ke Ara karena Ara yang kemudian lebih dahulu merespon Abah dengan gembira. Untuk lebih menekankan bahwa ini lebih ke tentang Euis, shot selanjutnya adalah MCU ekspresi Emak yang berubah dari menertawakan tingkah Ara ke menatap Euis dengan tatapan empati. Emak
seperti tahu bahwa Euis kurang senang namun dengan tatapan dan elusan Emak yang seperti itu, Euis seperti mengerti bahwa Emak memahaminya dan meminta untuk bersabar. Dan menurut Euis itu cukup karena shot selanjutnya menampakkan Euis dengan ukuran frame MCU yang menampakkan muka Euis yang bisa menerima dengan baik, serta dukungan sudut pandang straight angle yang memberi petanda tidak adanya penghakiman atas objek sehingga bermakna objek (Euis) tenang atau in control. Hal ini diperkuat dengan pilihan penampilan Euis yang tidak protes karena ketidaksenangannya terhadap pengumuman yang baru saja Abah berikan. Emak yang bersikap seperti itu dan dapat diterima dengan baik oleh Euis pun bisa terjadi dikarenakan Abah yang sedari awal telah membentuk momen ini dengan suasana yang tenang atau teduh. Dari scene ini, bisa didapati dua hal. Pertama, Abah yang mempersiapkan diri sebaik mungkin untuk mengumumkan suatu hal, yang dipersentasikan dengan paradigma-paradigma yang ada, menciptakan sintagma kesadaran Abah untuk memikirkan hal-hal yang dapat melindungi anak-anaknya dari hal-hal yang tidak diinginkan yakni membawa (melindungi) Abah dan sekeluarga ke rumah Aki dan Nini agar terhindar dari orang-orang yang ingin mencelakakan Abah serta melindungi Ara dan (terutama) Euis dari emosi yang berlebihan atas kabar yang (diperkirakan Euis mengerti) kurang menyenangkan dengan pembawaan Abah yang tenang.
Abah yang melindungi anak-anak dari orang-orang yang dapat membahayakan mereka merupakan bagian dari peran
ayah yang bertanggung jawab atas istri dan anak-anaknya sebagai pemimpin. Karena kebaikan di dunia merupakan hal yang perlu diperjuangkan juga (selain akhirat). Sebagaimana doa memohon kebaikan kepada Allah pada surat Al-Baqarah:
...
ِقَو ًةَنَسَح ِةَرِخ ْلْا ِفَِو ًةَنَسَح اَيْ نُّدلا ِفِ اَنِتآ اَنَّ بَر
ا َباَذَع اَن
ِراَّنل
Artinya: “…Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan
kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka”
(Q.S. Al-Baqarah [2]: 201)
Melihat adanya doa diatas dan betapa Allah menyukai hambanya yang senantiasa berdoa dan ikhtiar, maka keberadaan doa ini mengimplikasikan bahwa Allah memerintahkan hamba-hambanya untuk senantiasa (selain berdoa) tetap ikhtiar untuk memperjuangkan kebaikan dan keselamatan di dunia. Begitu pun dengan kebaikan di akhirat dan terhindar dari siksa neraka. Oleh karena seorang ayah adalah pemimpin keluarga dan bertanggung jawab terhadap keluarganya agar selalu dikelilingi kebaikan dan dijauhi keburukan, maka peran ayah sebagai pelindung adalah bagian dari tugas seorang ayah sebagai pemimpin juga.
Kedua, Abah sebagai pengawal atas momen di scene ini
dengan tenang, dan dengan qaulan layyinan (perkataannya yang lemah lembut, suara yang enak didengar, sikap yang bersahabat, dan perilaku yang menyenangkan) melindungi anak-anaknya memproses ajakan Abah dengan baik (terhindar dari emosi yang berlebihan bagi Euis yang kurang menyukainya). Karena Rasulullah SAW pernah bersabda:
َقْفِ رلا مَِْيَلَع َلَخْدَأ اًرْ يَخ ٍتْيَ ب ِلْهِبِ َداَرا اَذِإ َالله َّنِإ
Artinya: “Sesungguhnya jika Allah menghendaki kebaikan bagisebuah keluarga maka Allah akan memasukan kelembutan kepada mereka” (H.R. Ahmad dan dishahikan oleh Al-Albani
dalam As-Shahihah no. 523)
Hadits di atas setidaknya memiliki implikasi bahwa jika kita menginginkan kebaikan pada keluarga kita, maka perjuangkan dengan senantiasa bersikap lembut kepada keluarga. Hal ini selaras dengan apa yang dilakukan Abah di scene ini.
Jadi dapat dikatakan bahwa kedua hal di atas yang ditunjukkan sebagai peran ayah dalam konteks melindungi dari
scene ini merupakan ikhtiar dalam menjaga keselamatan
istri di dunia, suatu kebaikan bagi keluarga terutama anak-anaknya.
Selain itu ada scene “Abah Baru Sampai di Rumah Sakit” yang menunjukkan peran ayah sebagai pelindung (penjaga) perasaannya. Scene ini, shot pertamanya adalah LS dimana tujuannya ingin menunjukkan setting-nya. Kemudian low angle sebagai sudut pandang yang digunakan memberi petanda bahwa ada suasana yang sedikit mencekam, dan lemah kekuatan karena yang bisa dilakukan hanya menunggu proses persalinan Emak. Kepanikan dan kekhawatiran yang paling dirasakan ada pada Euis. Hal ini ditunjukkan dengan Euis yang berdiri pertama saat Abah dan Ceu Salma datang.
Shot selanjutnya adalah OTS CU Euis yang menghadap ke
Abah sambil mendongak dengan low angle. OTS CU ini berarti petanda Euis sedang berbicara dengan Abah serta
memfokuskan ekspresi Euis yang menangis, dan berbicara
“Emak tadi…” dengan terbata-bata. Ekspresi Euis yang seperti
ini menandakan bahwa Euis masih syok dengan apa yang baru saja terjadi pada Emak. Low angle disini, ditambah dengan Euis yang melihat ke atas (Abah) dengan ekspresi tersebut membungkus kesan shot ini bahwa Euis sedang dalam keadaan lemah atau rapuh, yakni, tidak tenang dan sedang mengadu ke Abah.
Kemudian di shot selanjutnya adalah OTS CU Abah yang melihat ke bawah (Euis) dengan low angle serta berekspresi kasihan pada Euis dan berkata “ehh, Euis Euis Euis Euis Euis” dengan tenang. Shot ini menandai bahwa Abah yang lebih kuat dan tenang dalam kondisi ini, tidak tega terhadap yang Euis tampakkan dan memberinya ketenangan. Yang kemudian di
shot selanjutnya kembali ke shot OTS CU Euis yang dipeluk
dan dielus Abah serta masih dengan low angle. Disini Euis juga diperlihatkan bahwa ia mulai mengusap air matanya. Sehingga dapat dikatakan shot ini menandai Euis yang merasa lebih tenang dan terlindungi atau merasa aman (safe) dari kepanikannya.
Di scene (sintagma) ini menunjukkan Abah yang memenuhi perannya sebagai pelindung (penjaga) perasaannya. Karena perasaan atau emosi anak harus diperlakukan seimbang. Jika tidak, baik dengan bertambah (increase) atau berkurang (decrease), maka akan berakibat tidak baik. Bertambahnya emosi/perasaan menjadikan anak tumbuh sebagai sosok yang berjiwa rapuh (melankoli). Tidak akan sanggup memikul beban
hidup dengan serius dan sungguh-sungguh. Sebaliknya, berkurangnya emosi/perasaan menjadikan anak tumbuh menjadi sosok yang berjiwa dinginn dan bengis kepada siapa pun disekitarnya.6 Oleh sebab urgensi tersebut, maka apa yang Abah lakukan kepada Euis (menenangkan Euis dengan pelukan) merupakan peran Abah sebagai pelindung dari ketidakseimbangan perasaan/emosi Euis.
Sentuhan yang dilandaskan kasih sayang orang tua kepada anaknya, baik itu berupa usapan, pelukan maupun ciuman, merupakan suatu hal yang Nabi SAW lakukan sebagaimana hadits berikut:
ِٰ للَّا ِلْوُسَر ىَلَع ِباَرْعَْلْا َنِم ٌسَنَ َمِدَق : ْتَلاَق اََْ نَع ُٰ للَّا َيِضَر َةَشِئاَع ْنَع
: اْوُلاَق .ْمَعَ ن : َلاَقَ ف ؟ ْمُكَناَيْ بِص َنْوُلِ بَقُ تَأ : اْوُلاَقَ ف ،َمَّلَسَو ِهْيَلَع ُالله ىَّلَص
اَّنِكَل
ِٰ للَّاَو
ُلِ بَقُ ن اَم
.
ْنِإ ُكِلْمَأ َوَأ : َمَّلَسَو ِهْيَلَع ُالله ىَّلَص ِٰ للَّا ُلْوُسَر َلاَقَ ف
ُٰ للَّا َناَك
َةَْحَّْرلا ُمُكِبْوُلُ ق ْنِم َعََن
Artinya: “Dari Aisyah RA pernah berkata: beberapa orangdari dusun datang menghadap Rasulullah SAW, mereka bertanya: ‘Apakah kalian mencium anak-anak kalian?’ Beliau menjawab: ‘Ya’. Mereka berkata: ‘Demi Allah, kami tidak mencium’. Rasulullah SAW bersabda: ‘Tidak ada yang bisa aku lakukan apabila Allah mencabut kasih sayang dari hati kalian’.” (Muslim no. 4281)
Hadits di atas menjelaskan bahwa cermin kasih sayang orang tua kepada anaknya adalah (salah satunya) dengan menciumnya atau sentuhan kasih sayang lainnya seperti pelukan, belaian, dll.
6 Muhammad Nur Abdul Hafizh Suwaid, Prophetic Parenting: Cara Nabi
Mendidik Anak, (Yogyakarta: Pro-U Media, 2010), diterjemahkan oleh: Farid
Rasulullah SAW pun melakukan itu atas rahmat yang Allah berikan. Beda dengan orang-orang dusun tersebut yang masa bodoh (tidak menebarkan kasih sayang bahkan kepada anak sendiri) terhadap rahmat yang Allah berikan. Sehingga Allah mencabut kasih sayang dari hati mereka.
Jadi dapat dikatakan, dalam memenuhi peran keayahannya sebagai pelindung di scene “Abah Baru Sampai di Rumah Sakit”, Abah melindungi Euis dari kepanikannya dengan pelukan yang penuh kasih sayang sehingga Euis yang merasa lebih tenang dan terlindungi atau merasa aman (safe) dari ketidakseimbangan emosi/perasaannya.