Dalam hal memerankan perannya sebagai pendidik, Abah di film Keluarga Cemara ini, diperlihatkan pada scene “Happy Birthday Euis-Anak Abah yang Paling Geulis” dengan memberi nasihat kepada Euis (anaknya) setelah mengucapkan selamat ulang tahun kepada Euis. Konteks scene ini adalah Emak baru saja melahirkan anak ketiganya, Ragil. Masih di rumah sakit, Euis dan Abah berniat untuk pulang terlebih dahulu untuk mengambilkan beberapa pakaian ganti untuk Emak. Namun saat sampai di lobby rumah sakit, Abah melihat minimarket (terletak masih di dalam rumah sakit). Kemudian Abah meminta Euis menunggu di lobby (depan minimarket) karena Abah ingin membeli sesuatu. Tidak lama kemudian, Abah menghampiri Euis sambil membawa kue ulang tahun dan lilinnya.
Scene “Happy Birthday Euis-Anak Abah yang Paling Geulis” berawal Abah mengucapkan Euis ulang tahun dengan bernyanyi Happy Birthday yang akhirannya dimodifikasi menjadi “happy birthday Euis, anak Abah yang paling geulis”.
Shot ini diambil dengan KS Euis dari belakangnya dan dengan straight angle (petanda tidak ada penghakiman yang bermakna
objek tidak merasa dihakimi sehingga ia tenang atau terkontrol). Kemudian masih dengan angle yang sama, kamera kemudian
zoom-in ke ukuran frame OTS MCU Euis dengan Abah yang
membawa kue ulang tahun beserta lilinnya. Yang ingin ditangkap dari shot ini adalah bahwa Euis sudah dalam keadaan tenang (setelah momen persalinan Emak yang menegangkan dan keberhasilan Abah membatalkan penjualan rumahnya di Bogor) serta senang dan terharu diberi kejutan oleh Abah.
Ucapan pertama Euis setelah Abah memberinya ucapan ulang tahun adalah “Bah, ga penting ulang tahun Euis
sekarang” dengan nada masih terharu. Kemudian Abah
menepis itu dengan sangat baik. Abah membalas Euis dengan kelembutan bahwa ulang tahun Euis itu penting bagi Abah dan Abah tidak melupakannya. Shot Abah saat membalas Euis ini dengan OTS MCU menandakan bahwa Abah sedang berinteraksi dengan Euis dan ekspresi ketulusannya kepada Euis. Kemudian pandangan Abah yang ke arah bawah (Euis) dengan pembungkus low angle menandakan bahwa Abah yang memiliki kekuatan yang lebih sedang berusaha merangkul anaknya, Euis, sebagai wujud kasih sayangnya. Setelah itu, Abah menyuruh Euis tiup lilin dan Euis meniupnya.
Setelah tiup lilin, Abah mulai memberi suatu wejangan. Saat wejangan diberikan, shot hanya berputar di OTS MCU Euis dengan straight angle (petanda tidak ada penghakiman yang bermakna objek tidak merasa dihakimi sehingga ia tenang atau terkontrol) dan OTS MCU Abah dengan low angle (petandanya kekuatan). Wejangan dari Abah adalah:
Dulu, waktu kamu baru lahir, Abah itu paling takut kalo Abah gak bisa ada buat Euis. Sekarang malah sering kejadian. Maaf ya. Nanti kalo Abah bikin kesalahan lagi, Abah gak bisa ada lagi buat Euis, Euis jangan langsung benci sama Abah, yah? Dimaafin Abahnya, mau kan?
Selama Abah berbicara, Euis berekspresi sedikit menangis yang memberi petanda Euis merasa sedih dan menyesal. Karena sebelumnya Euis pernah benci dan marah-marah sama Abah. Namun, wejangan Abah yang disampaikan dengan sangat lembut, di akhir, disambut Euis dengan senyuman yang bergelimang air mata karena haru serta pelukan kepada Abah. Saat berpelukan, shot menjadi MS-Two Shot antara Abah dan Euis yang terlihat senang dan haru dengan sudut pandang low
angle yang menandai rasa yang mendalam bagi ayah dan anak
ini yang saling menyayangi dan menguatkan.
Setelah itu, Abah mengajak Euis untuk memotong kuenya. Saat mereka lepas pelukan, tidak sengaja kue yang ada di pegangan Abah terjatuh dengan shot LS. Ini menandakan bahwa jatuhnya kue bukan perkara besar. Ditambah dengan Abah yang segera masuk ke minimarket lagi (membeli kue) dan
shot CU Euis yang menunjukkan ekspresi Euis tetap bersikap
mulai berpelukan hingga akhir scene muncul soundtrack utama dari film Keluarga Cemara yakni“Harta Berharga” oleh Bunga Citra Lestari dengan lirik sebagai berikut:
Harta yang paling berharga adalah keluarga Istana yang paling indah adalah keluarga Puisi yang paling bermakna adalah keluarga Mutiara tiada tara adalah keluarga
Soundtrack di atas yang bertempo perlahan mendukung
momen kebaikan penuh haru yang sedang terjadi antara Abah dan Euis. Bahkan lirik dari soundtrack tersebut juga memberi makna kepada scene ini mengenai kedalaman arti keluarga bagi tiap-tiap anggota sehingga kembali ke keluarga adalah sesuatu yang pantas diperjuangkan.
Peran ayah sebagai pendidik adalah saat memberi wejangan kepada Euis. Cara Abah memberi nasihat kepada Euis adalah cara yang tepat. Pilihan waktunya, yakni saat ulang tahun Euis, saat Euis sudah stabil emosinya, diberi kejutan sebagai penghibur di awal, dan cara bicaranya yakni dengan qaulan
layyinan. Ketika Abah melunakkan suaranya saat menasihati
Euis ini merupakan anjuran dari Al-Qur’an surat Luqman ayat 19:
...
َو
ِيِمَْلْا ُتْوَصَل ِتاَوْصَْلْا َرَكْنَأ َّنِإ ۚ َكِتْوَص ْنِم ْضُضْغا
Artinya: “…dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnyaseburuk-buruk suara ialah suara keledai.” (Q.S. Luqman [31]: 19)
Maksud dari potongan ayat di atas adalah untuk mengurangi tingkat kekerasan suara dan jangan meninggikan atau mengeraskan suara jika tidak diperlukan sekali (tanpa
penyebab). Karena sesungguhnya sikap yang demikian itu lebih berwibawa bagi yang melakukannya dan mudah diterima oleh jiwa pendengarnya serta lebih gampang untuk dimengerti. Selain itu, larangan mengeraskan suara tanpa sebab ini juga dikategorikan oleh Allah sebagai suara paling buruk sampai-sampai dianalogikan dengan suara keledai (meninggikan suara tanpa sebab).7
Keputusan Abah menasihati dengan cara yang tepat membuat Euis bisa sangat menerima nasihat Abah bahkan sampai dengan respon tangisan haru dan pelukan. Ini seperti yang sudah dikatakan sebelumnya, bahwa cara Abah berkomunikasi kepada anaknya untuk menasihati seperti yang dicontohkan Nabi Ibrahim kepada Nabi Ismail dalam surat Ash-Shaffat ayat 102, yakni menunggu sampai umur sanggup yang dalam konteks scene ini intinya mencari waktu yang tepat sebagaimana Abah memilih waktu yang tepat seperti yang telah disebutkan.
Kemudian kembali lagi dengan qaulan layyinan yang merupakan perkataan lemah lembut, suara yang enak didengar, sikap yang bersahabat, dan perilaku yang menyenangkan yang mana disini bisa dikatakan sebagai strategi dalam menasihati. Sebagaimana perintah Allah SWT kepada Nabi Musa dan Harun agar berbicara lemah lembut, tidak kasar, kepada Fir’aun dalam surat Taha ayat 44:
ٰىَشَْيَ ْوَأ ُرَّكَذَتَ ي ُهَّلَعَل اًنِ يَل ًلَْوَ ق ُهَل َلَوُقَ ف
7 Nurhayati, “Konsep Pendidikan Islam dalam Q.S. Luqman 12-19”, Jurnal Aqidah-Ta Vol. 3 No. 1, 2017, hal. 57.
Artinya: “maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan
kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut”. (Q.S. Taha [20]: 44)
Ayat di atas mengimplikasikan bahwa Allah menganjurkan
qaulan layyinan (kata-kata yang lembut) sebagai komunikator
karena memiliki potensi pesannya lebih dapat diterima oleh komunikan lebih besar dibanding komunikator yang tidak lembut (kasar). Kata “mudah-mudahan” mengartikan bahwa
qaulan layyinan merupakan salah satu faktor keberhasilan
pesan diterima oleh komunikan. Berarti masih ada faktor lain termasuk kepribadian maupun keadaan komunikan. Namun anjuran mengeluarkan perkataan yang lembut tetaplah pilihan yang lebih baik atas perintah Allah SWT. Apalagi jika pelaku komunikasinya adalah keluarga. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang sudah disebutkan sebelumnya yakni Rasulullah SAW pernah bersabda, “Sesungguhnya jika Allah menghendaki
kebaikan bagi sebuah keluarga maka Allah akan memasukan kelembutan kepada mereka”.
Mengenai isi dari nasihat Abah kepada Euis adalah tentang Abah meminta Euis untuk tidak membenci dan mau memaafkan Abah jika Abah salah sama Euis selaras dengan firman Allah:
...
َينِنِسْحُمْلا ُّبُِيَ َُّللَّاَو ۗ ِساَّنلا ِنَع َينِفاَعْلاَو َظْيَغْلا َينِمِظاَكْلاَو
Artinya: “…Dan orang-orang yang menahan amarahnya danmemaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (Q.S. Ali Imran [3]: 134)
Apalagi jika terhadap orang tua yang mana Allah SWT juga memerintahkan untuk senantiasa berbuat kebaikan kepada orang tua:
ِهْيَدِلاَوِب َناَسْنِْلإا اَنْ يَّصَوَو
...
Artinya: “Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat
baik) kepada dua orang ibu-bapaknya…” (Q.S. Luqman [31]:
14)