• Tidak ada hasil yang ditemukan

VII ANALISIS PEMASARAN KEMBANG KOL

7.1 Analisis Pemasaran Kembang Kol

7.1.2 Peranan Lembaga Pemasaran

Proses pemasaran kembang kol dari tingkat produsen ke tingkat konsumen memerlukan berbagai kegiatan atau tindakan yang dapat memperlancar proses pemasaran dan kegiatan tersebut dinamakan fungsi-fungsi pemasaran. Fungsi fungsi pemasaran yang dilakukan dapat dikelompokkan dalam fungsi pertukaran, fungsi fisik dan fungsi fasilitas. Setiap lembaga yang terlibat dalam pemasaran kembang kol pada petani kelompok ´Suka Tani´ mempunyai fungsi pemasaran yang berbeda-beda. Perincian pelaksanaan fungsi-fungsi pemasaran pada setiap lembaga pemasaran dapat dilihat pada Tabel 26.

Tabel 26. Pelaksanaan Fungsi Pemasaran Setiap Lembaga Pemasaran Kembang

Kol Petani Kelompok Tani Suka Tani Lembaga

Pemasaran Fungsi Pemasaran Aktivitas

Petani Fungsi Pertukaran Penjualan

Fungsi Fisik Pemanenan dan Pengangkutan

Fungsi Fasilitas Pembiayaan, Informasi Pasar,

Penanggungan Resiko,

Tengkulak Fungsi Pertukaran Pembelian dan Penjualan

Fungsi Fisik Pengumpulan, Pengemasan dan

Pengangkutan

Fungsi Fasilitas Pembiayaan dan Informasi Pasar,

Penanggungan Resiko Pedagang Besar Fungsi Pertukaran Pembelian dan Penjualan

Fungsi Fisik Penyimpanan dan Pengangkutan,

Pengumpulan

Fungsi Fasilitas Penaggungan Resiko, Sortasi,

Pembiayaan dan Informasi Pasar Pedagang Pengecer Fungsi Pertukaran Pembelian dan Penjualan

Fungsi Fisik Penyimpanan dan Pengangkutan

Fungsi Fasilitas Penaggungan Resiko, Standarisasi, Sortasi, Grading, Pembiayaan dan Informasi Pasar

http://www.SmartPDFCreator.com http://www.SmartPDFCreator.com

a. Petani

Pada dasarnya petani responden kembang kol pada kelompok ´Suka Tani´ tidak mengalami kesulitan dalam menjual kembang kol karena tengkulak siap membeli kembang kol petani. Pada umumnya petani menjual kembang kol ketengkulak langganan dan jarang sekali langsung menjualnnya ke pasar. Hal ini terjadi karena lokasi petani jaraknya berjauhan dengan pasar yang ada, dan dengan mempertimbangkan ongkos dan biaya pengemasan petani lebih memilih untuk langsung menjual kepada tengkulak karena dianggap lebih efisien.

Petani menjual kembang kol kepada tengkulak dengan sistem siap angkut. Petani terlebih dahulu memanen kembang kol yang sudah layak untuk dipanen dan diangkat dari lahan pertanian, dan dihadapan tengkulak kembang kol di masukkan kedalam karung untuk di timbang dan kembang kol siap dibawa tengkulak untuk dijual kembali. Harga yang terbentuk tetap menyandarkan kepada harga pasar. Selain itu, harga pasar juga dijadikan patokan dalam tawar-menawar antara petani dengan pedagang pengumpul walaupun pada akhirnya petani menerima harga yang ditawarkan oleh pedagang. Fungsi pemasaran yang dilakukan petani adalah fungsi pertukaran yaitu penjualan dan fungsi fisik yang berupa pengumpulan.

Fungsi pertukaran yaitu petani melakukan transaksi penjualan kepada pedagang pengumpul maupun kepedagang grosir. Pada saluran pemasaran I dan II fungsi penjualan yang dilakukan Petani kepada pedagang pengumpul dilakukan dikebun petani dimana kembang kol telah siap dipanen. Pada saluran ini petani hanya menanggung biaya panen, tetapi untuk biaya pegemasan, dan pengangkutan seluruhnya ditanggung oleh pedagang pengumpul. Sedangkan untuk petani yang melakukan penjualan langsung kepasar atau pedagang besar melakukan penjualan di pasar yang dituju, seperti Pasar Cisarua, Pasar Induk Kramatjati, dan Pasar TU seluruh biaya panen, pengemasan dan pengangkutan ditanggung oleh petani sendiri.

Fungsi fisik hanya dilakukan oleh sebagian petani pada saluran III, IV dan V yaitu petani yang menjual hasil panennya langsung ke pedagang grosir dan pengecer. Petani menanggung seluruh biaya panen, biaya pengemasan dan biaya pengangkutan. Biaya panen diantaranya adalah biaya tenaga kerja untuk

http://www.SmartPDFCreator.com http://www.SmartPDFCreator.com

pemanenan dari kebun yaitu pemotongan kembang kol. Biaya pemanenan ini juga termasuk biaya tenaga kerja untuk pengemasan kembang kol kekarung. Untuk pengemasan kembang kol petani membutuhkan karung besar untuk mengemas kembang kol. Pengangkutan kembang kol dilakukan dengan menggunakan mobil sewaan. Biaya sewa untuk satu mobil mencakup seluruh biaya bahan bakar, jalan tol, biaya supir maupun retribusi pasar.

Fungsi fasilitas di tingakat petani pada saluran pemasaran III, IV dan V antara lain fungsi penanggungan resiko, informasi pasar dan pembiayaan. Fungsi penanggungan resiko dialami petani antara lain resiko fisik seperti hasil panen yang kurang baik maupun resiko penurunan harga komoditi kembang kol di pasar. Informasi pasar yang ada ditingkat petani adalah informasi mengenai perkembangan harga pasar yang dapat diperoleh dari sesama petani atau langsung melakukan survei ke pasar. Sedangkan untuk fungsi pembiayaan yang dilakukan petani antara lain penyediaan modal untuk kegiatan usahatani dan penyediaan modal untuk pemasaran bagi petani yang menjual kembang kolnya langsung ke pasar.

b. Pedagang Pengumpul

Fungsi pemasaran yang dilakukan oleh pedagang pengumpul di Desa Tugu Utara antara lain fungsi pertukaran yaitu pembelian dan penjualan, fungsi fisik yaitu pengumpulan, pengemasan, dan pengangkutan, serta fungsi fasilitas yaitu penanggungan resiko, informasi pasar dan pembiayaan.

Fungsi pembelian ditingkat pedagang pengumpul adalah pembelian kembang kol dari petani yang dilakukan langsung dikebun petani, dimana kembang kol telah selesai dipanen oleh petani, sedangkan untuk fungsi penjualannya hanya dilakukan kepada pedagang grosir yang ada di pasar. Harga pembelian kembang kol ditentukan berdasarkan harga yang sedang berlaku di pasar pada saat transaksi terjadi. Pedagang pengumpul biasanya membeli kembang kol dari petani rata-rata 2 - 2.5 ton per hari, hal ini terkait dengan kapasitas kendaraan yang digunakan. Besarnya biaya angkut dari desa kepasar seluruhnya ditanggung oleh pedagang pengumpul. Pengangkutan dilakukan dengan menggunakan mobil sewaan. Biaya sewa untuk satu mobil mencakup seluruh biaya bahan bakar, jalan tol, biaya supir maupun retribusi pasar.

http://www.SmartPDFCreator.com http://www.SmartPDFCreator.com

Pada fungsi fasilitas sebelum membeli kembang kol dari petani, pedagang pengumpul akan mencari informasi harga dari pasar induk untuk menentukan harga beli kembang kol. Biaya penyusutan kembang kol umumnya tidak ada di tingkat pedagang pengumpul karena tidak ada kegiatan penyimpanan. Tetapi penanggungan resiko dapat dialami pedagang pengumpul bila terjadi kerusakan selama perjalanan ke pasar, hal ini dapat menyebabkan penurunan mutu yang dapat menurunkan nilai jual produk. Sedangkan fungsi pembiayaan di tingkat pedagang pengumpul adalah penyediaan modal untuk kegiatan pemasaran kembang kol.

c. Pedagang Grosir

pedagang grosir ini antara lain pedagang grosir Pasar Induk Kramatjati dan pedagang Pasar TU. Pedagang grosir pada masing-masing saluran pemasaran ini melakukan beberapa fungsi pemasaran diantaranya adalah fungsi pertukaran yaitu fungsi pembelian dan penjualan, fungsi fisik yaitu fungsi pengumpulan, pengemasan, penyimpanan, serta fungsi fasilitas yaitu standarisasi, penanggungan resiko, pembiayaan dan informasi pasar.

Fungsi pembelian yang dilakukan pedagang grosir adalah pembelian dari pedagang pengumpul. Fungsi penjualan dilakukan pedagang grosir kepada pengecer maupun konsumen. Pembelian dan penjualan dilakukan dimasing-masing lapak pasar yang sudah disewa oleh pedagang grosir. Fungsi Fisik dilakukan pedagang grosir dengan mengumpulkan semua penjualan dari pedagang-pedagang pengumpul yang berasal dari berbagai daerah. Setelah sampai di pasar, kembang kol diturunkan dari mobil oleh buruh yang seluruh biaya upah ditanggung oleh pedagang grosir. Kembang kol kemudian ditimbang dan sortasi berdasarkan kualitas, terdapat tiga tingkatan kualitas kembang kol yang akan dijual ke pedagang pengecer dan konsumen. Untuk kembang kol yang tidak layak jual dan biaya penyusutannya ditanggung oleh pedagang grosir. Kemudian kembang kol yang sudah disortasi dikemas dengan menggunakan karung dan disimpan untuk dijual pada hari selanjutnya. Penyimpanan tidak dapat dilakukan dalam waktu yang lama karena mengingat sifat tanaman sayuran yang mudah busuk.

http://www.SmartPDFCreator.com http://www.SmartPDFCreator.com

Fungsi fasilitas di tingkat pedagang grosir diantaranya adalah fungsi standarisasi, yaitu penentuan mutu dari kembang kol yang layak untuk dijual. Untuk kembang kol yang tidak layak jual biaya ditanggung oleh pedagang grosir. Fungsi penanggungan resiko juga terjadi bila harga yang berlaku di pasar berubah. Informasi mengenai pasar dan harga di dapat dari pedagang lainya dan dari kondisi yang terjadi di pasar. Fungsi pembiayaan yang ditanggung oleh pedagang grosir adalah biaya bongkar muat, biaya sewa lapak, biaya pengemasan dengan menggunakan karung, biaya retribusi. Pedagang grosir tidak mengeluarkan biaya pengangkutan karena penjualan kepada pengecer dilakukan di pasar tersebut. d. Pengecer

Fungsi pemasaran yang ada di tingkat pedagang pengecer diantaranya fungsi pertukaran yaitu fungsi pembelian dan penjualan. Fungsi pembelian dilakukan pada pedang grosir yang ada di pasar-pasar besar dan fungsi penjualan dilakukan kepada konsumen akhir. Fungsi fisik di tingkat pengecer pada masing-masing pasar diantaranya adalah grading yaitu membagi kembang kol menjadi tiga tingkat kualitas yang berbeda-beda harga jualnya, fungsi fisik lainnya seperti pengemasan kembang kol, penyimpanan dan pengangkutan. Fungsi penyimpanan dilakukan bila kembang kol tidak habis di pasarkan pada hari yang sama. Fungsi pengangkutan hanya dilakukan saat membeli kembang kol ke pasar grosir.

Gambar 10. Kondisi Penjualan Kembang Kol Tingkat Pengecer di Pasar Cisarua

Tahun 2009

http://www.SmartPDFCreator.com http://www.SmartPDFCreator.com

Fungsi fasilitas di tingkat pengecer diantaranya adalah standarisasi dan grading, penanggungan resiko, pembiayaan dan informasi pasar. Resiko terjadi di pengecer bila terjadi penurunan harga di pasar dan kerusakan yang terjadi pada saat pengangkutan kembang kol. Fungsi pembiayaan yang dilakukan pedagang pengecer adalah penyediaan modal. Pengecer biasanya hanya melakukan kegiatan penjualan yang tidak terlalu besar, karena modal yang dimiliki tidak besar. Informasi mengenai harga dan kondisi pasar kembang kol diketahui pengecer dari pedagang lain dan kondisi di sekitar pasar.

7.1.3 Stuktur Pasar

Analisis stuktur pasar di daerah penelitian dilakukan melalui pengamatan berdasarkan jumlah penjualan dan pembeli, mudah tidaknya memasuki pasar, jenis komoditi yang dipasarkan, penentuan harga, dan informasi pasar. Stuktur pasar yang terjadi pada setiap tingkat lembaga pemasaran kembang kol adalah: 1. Petani

Struktur pasar yang dihadapi petani kembang kol kelompok tani ´Suka Tani´ cendrung mengarah kepasar bersaing sempurna. Hal tersebut dilihat dari jumlah petani yang lebih banyak dibandingkan jumlah pedagang. Petani juga tidak dapat mempengaruhi harga yang berlaku di pasar, dan petani bebas keluar masuk pasar. Sumber informasi tentang harga hanya berasal dari sesama petani dan pedagang. Penentuan harga dilakukan oleh pedagang berdasarkan harga yang berlaku di pasar sehingga kedudukan petani dalam pemasaran lemah dan tidak memiliki bargaining posotion yang kuat dan hanya bertindak sebagai price taker. 2. Pedagang Pengumpul

Stuktur pasar yang ada di tingkat pedagang pengumpul juga cendrung bersifat pasar bersaing sempurna. Produk yang dijual belikan bersifat homogen dan melibatkan banyak pihak yang berperan sebagai pembeli dan penjual. Pembeli dan penjual bebas keluar masuk pasar yang ditunjukkan dengan bebasnya pedagang pengumpul menentukan pasar tujuan. Pembeli dan penjual tidak dapat mempengaruhi harga dan menjual berdasarkan harga pasar yang berlaku.

http://www.SmartPDFCreator.com http://www.SmartPDFCreator.com

3. Pedagang Grosir

Struktur pasar yang terjadi antara pedagang grosir pada masing-masing pasar cendrung memiliki stuktur pasar oligopoli karena jumlah pedagang grosir lebih sedikit dibandingkan pedagang pengecer. Terdapat hambatan untuk keluar masuk pasar karena persaingan yang tinggi diantara pedagang grosir dalam pemasukan komoditi. Pemasukan komoditi dari pedagang pengumpul maupun petani sudah terjalin hubungan erat, sehingga banyak pedagang grosir yang sudah memiliki langganan tetap dalam pemasukan komoditi. Pedagang grosir juga masih dapat mempengaruhi harga. Hal ini mengindikasikan bisa terjadinya tawar-menawar antara pedagang pengumpul dan pedagang grosir. Sistem pembayaran yang terjadi ditingkat grosir adalah secara tunai.

4. Pengecer

Struktur pasar yang terjadi di tingkat pedagang pengecer cendrung mengarah ke struktur pasar bersaing sempurna karena jumlah pengecer yang cukup banyak. Barang yang diperjual belikan bersifat homogen dan pengecer juga tidak dapat mempengaruhi harga. Informasi mengenai harga yang terjadi di pengecer di dapat dari pedagang grosir dan dari pengecer lainnya. Sistem pembayaran yang berlaku di pengecer adalah tunai.

7.1.4 Perilaku Pasar

Perilaku pasar menunjukkan pola tingkah laku dari lembaga-lembaga pemasaran yang meliputi praktek penjualan dan pembelian yang dilakukan pelaku-pelaku pemasaran. Sistem penentuan harga dan pembayaran, serta kerja sama yang terjadi antar lembaga- lembaga pemasaran. Perilaku pemasaran yang ada di Desa Tugu Utara adalah:

1 Prakter Penjualan dan Pembelian

Dalam penelitian ini, praktek penjualan dan pembelian dilakukan oleh setiap pelaku pemasaran. Untuk petani yang menjual kembang kol kepada pedagang pengumpul kegiatan pembelian yang langsung dilakukan di kebun petani sehingga pedagang pengumpul harus mengeluarkan biaya pengangkutan dan retribusi. Sedangkan untuk petani yang langsung menjual kembang kol ke pasar atau pedagang grosir, kegiatan panen, pengangkutan dan biaya retribusi

http://www.SmartPDFCreator.com http://www.SmartPDFCreator.com

dilakukan oleh petani sendiri. Pedagang pegumpul atau petani kemudian menjual kembang kol ke pedagang grosir di Pasar Induk Kramatjati dan Pasar TU.

Praktek pembelian di tingkat pedagang grosir dilakukan dengan pedagang pengumpul yang berasal dari berbagai daerah. Pedagang grosir biasanya sudah memiliki langganan dengan beberapa pedagang pengumpul sehingga tidak mengalami kesulitan dalam persediaan produk. Penjualan di pedagang grosir dilakukan dengan pedagang pengecer yang ingin menjual kembali kembang kol tersebut atau sebagian dijual langsung kepada konsumen. Biasanya kembang kol habis terjual dalam satu hari, namun jika tidak habis maka disimpan untuk dijual kembali pada hari berikutnya. Kegiatan pembelian ditingkat pedagang pengecer biasanya sudah memiliki langganan dengan pedagang grosir sehingga tidak mengalami kesulitan dalam persediaan produk. Penjualan di pedagang pengecer adalah penjualan pada konsumen akhir yang membeli untuk kebutuhan sendiri. 2. Sistem Penentuan Harga dan Pembayaran

Petani tidak memiliki kekuasaan dalam menentukan harga karena bargaining position di tingkat petani yang rendah dan petani hanya bertindak sebagai price taker. Walaupun harga dipasar sedang turun petani tetap melakukan kegiatan penanaman. Sistem pembayaran yang ada ditingkat petani dilakukan secara tunai atau dibayar setelah barang terjual.

Pedagang pengumpul tidak memiliki kebebasan dalam menentukan harga. Harga yang berlaku sesuai dengan mekanisme pasar yang mudah berubah-ubah setiap saat dan pedagang pengumpul mengikuti harga yang berlaku di pasar. Sistem pembayaran atas penjualan kepada pedagang grosir dilakukan secara tunai maupun pada saat penjualan barang berikutnya karena antara pedagang pengumpul dan pedagang grosir sudah terjalin hubungan yang baik. Informasi harga dapat diperoleh secara mudah baik dengan melakukan survei langsung ke pasar atau dari sesama pedagang. Sistem penentuan harga di tingkat pedagang grosir terjadi berdasarkan mekanisme pasar. Sistem pembayaran yang dilakukan atas pembelian pedang pengecer adalah secara tunai. Penjualan kepada konsumen akhir juga dilakukan secara tunai. Sistem penentuan harga antara konsumen dan pedagang pengecer juga berdasarkan mekanisme pasar, tetapi masih dapat melakukan tawar-menawar.

http://www.SmartPDFCreator.com http://www.SmartPDFCreator.com

3. Kerjasama Antar Lembaga Pemasaran

Kerjasama antara lembaga pemasaran mutlak dilakukan untuk menyalurkan kembang kol dari petani kepada konsumen. Kerjasama antar petani dengan pedagang pengumpul umumnya sudah berlangsung cukup lama, karena pedagang pengumpul masih berasal dari desa yang sama. Demikian juga antara pedagang pengumpul dengan pedagang grosir di pasar. Kerja sama tersebut didasarkan atas lamanya mereka melakukan hubungan dagang dan adanya rasa saling percaya di antar lembaga-lembaga pemasaran tersebut.

7.1.5 Keragaan Pasar

Struktur pasar dan perilaku pasar akan menentukan keragaan pasar yang dapat diukur melalui perubahan harga, biaya, marjin pemasaran dan jumlah komoditas yang diperdagangkan. Keragaan pasar juga dapat diidentifikasi melalui penggunaan teknologi dalam pemasaran, efisiensi penggunaan sumberdaya dan penghematan pembiayaan sehingga mencapai keuntungan maksimum.

Proses pemasaran kembang kol petani pada kelompok tani ´Suka Tani´ sudah menggunakan teknologi, seperti teknologi telekomunikasi. Alat transportasi yang digunakan dalam pemasaran kembang kol adalah pick up, sedangkan teknologi telekomunikasi yang digunakan adalah telepon seluler. Teknologi telekomunikasi ini dapat menunjang kelancaran pemasaran kembang kol antara lembaga pemasaran.

Efisiensi penggunaan sumberdaya sudah dilakukan oleh petani, antara lain dengan memilih cara melakukan penjualan secara langsung ke pasar pedagang grosir dari pada menjual kembang kol melalui tengkulak (pedagang pengumpul). Dengan cara ini petani akan memperoleh untung yang maksimal karena harga kembang kol yang diperoleh sesuai dengan harga pasar saat penjualan terjadi. Petani juga melakukan penjualan langsung ke pedagang pengecer, hal ini selain memberikan keuntungan bagi petani juga memberikan keuntungan bagi pedagang pengecer karena tidak perlu mengeluarkan biaya pengangkutan.

http://www.SmartPDFCreator.com http://www.SmartPDFCreator.com

7.1.6 Marjin Pemasaran

Marjin pemasaran dihitung berdasarkan perbedaan harga yang dibayar konsumen dengan harga yang diterima produsen atau nilai jasa dari jasa-jasa pelaksana kegiatan tataniaga sejak dari tingkat produsen hingga tingkat konsumen akhir, yang terdiri dari biaya tataniaga dan keuntungan tataniaga. Pola yang akan dibahas dalam analisis ini adalah lima pola saluran pemasaran yang terdiri dari pola I (Petani - Tengkulak ( pedagang pengumpul) - Pedagang Besar ( pedagang grosir Kramatjati - Pedagang Pengecer ( Pasar Induk Kramatjati) ± Konsumen), Pola II (Petani- pedagang pengumpul- Pedagang besar ( pedagang Grosir TU) - Pedagang pengecer ( Pasar TU) ± Konsumen), Pola III (Petani- Pedagang Kramatjati - Pengecer pasar Kramtjati) - Konsumen), Pola IV Petani - Pedagang Besar ( TU) - Pedagang Pengecer (Pasar TU) ± Konsumen) dan V (Petani - Pedagang Pengecer (Pasar Cisarua) ± Konsumen).

Komponen terpenting dalam analisis marjin pemasaran kembang kol yaitu biaya. Biaya yang dikeluarkan dalam penyaluran kembang kol dari petani sampai konsumen meliputi biaya-biaya antara lain biaya panen, pengemasan, pengangkutan, retribusi, bongkar muat, standarisasi dan grading, sewa tempat, dan penyusutan. Komponen biaya pemasaran dapat dilihat pada Lampiran 3.

Biaya panen adalah biaya yang dikeluarkan petani pada saat kegiatan panen kembang kol. Biaya tersebut mencakup biaya tenaga kerja yang melakukan kegiatan panen kembang kol. Biaya pengemasan adalah biaya setelah dilakukan kegiatan pemanenan, yaitu biaya pembelian karung. Biaya tersebut sudah termasuk biaya pengepakan kembang kol ke dalam mobil.

Biaya panen pada saluran I hingga V seluruhnya di tanggung oleh petani. Besarnya biaya panen yang sudah termasuk pada biaya usahatani pada saluran pemasaran ini adalah Rp1,200,- per kilogram. Sedangkan besarnya biaya pengemasan pada saluran pemasaran I dan II semuanya ditanggung oleh pedagang pengumpul yaitu sebesar Rp 48,- per kilogram dan pada saluran III, IV dan V sebesar Rp 32,- per kilogram.

Biaya pengangkutan adalah biaya yang dikeluarkan untuk mengangkut kembang kol sampai daerah tujuan pemasaran. Besarnya biaya pengangkutan tergantung dari jarak lokasi tujuan pemasaran, semakin jauh maka semakin mahal

http://www.SmartPDFCreator.com http://www.SmartPDFCreator.com

biaya transportasinya. Biaya tersebut sudah termasuk biaya ongkos sopir dan bensin mobil. Alat transportasi yang digunakan adalah Pick up dengan kapasitas 2000-2500 kilogram. Biaya transportasi di tingkat pedagang pengumpul pada saluran pemasaran I dengan tujuan Pasar Induk Keramatjati diperoleh sebesar Rp 200,- per kilogram kembang kol. Pada saluran II dengan tujuan Pasar TU sebesar Rp 100 per kilogram. Biaya pengangkutan pada saluran III, IV hingga V di tingkat petani yang memasarkan langsung kembang kolnya ke pasar adalah sebesar Rp 225,- per kilogram untuk tujuan Pasar Kramatjati, Rp 80,- per kilogram untuk tujuan Pasar Cisarua dan Rp 100,- per kilogram untuk tujuan pasar TU. Biaya pengangkutan untuk tingkat pengecer disetiap pasar memiliki rata-rata sebesar Rp 40,- per kilogram untuk pengecer keramat Jati, Rp 25,- per kilogram untuk pengecer Pasar TU dan untuk Pengecer Pasar Cisarua tidak dikenai biaya pengangkutan, karena pada saluran ini petani langsung menjualnya ke lokasi pengecer berjualan.

Biaya retribusi adalah pungutan yang dibayar lembaga pemasaran untuk biaya pemeliharaan pasar seperti biaya kebersihan dan biaya pungutan lain yang terjadi selama proses pendistribusian kembang kol. Rata-rata biaya retribusi di tingkat pedagang pengumpul dan petani saluran I dan II adalah Rp 2,- per kilogram, III dan V adalah Rp 2,- per kilogram dan V petani tidak dikenai biaya retibusi. Pada tingkat pedagang grosir biaya retribusi sebesar Rp 5,- per kilogram untuk pedagang grosir pasar induk Kramatjati. Pedagang grosir Pasar TU sebesar Rp 3,- per kilogram. Rata-rata biaya retribusi di tingkat pedagang pengecer adalah sebesar Rp 23,- per kilogram di Pasar Induk Kramatjati, sebesar Rp 7,- per kilogram di pengecer pasar Cisarua, dan sebesar Rp 12,- per kilogram di Pasar TU.

Biaya bongkar muat adalah biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja. Biaya bongkar muat di keluarkan oleh pedagang grosir. Pada tingkat pedagang Grosir biaya bongkar muat sebesar Rp 20,- per kilogram untuk pedagang grosir Pasar Induk Kramatjati dan di tingkat pedagang grosir Pasar TU sebesar Rp 14,- per kilogram. Pedagang pengecer tidak mengeluarkan biaya bongkar muat karena

Dokumen terkait