• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANAN MASYARAKAT

Dalam dokumen Dasar Pengembangan Kurikulum Sekolah (Halaman 111-114)

PERAN PENGEMBANG KURIKULUM

G. PERANAN MASYARAKAT

Berkaitan dengan peranan masyarakat dalam pendidikan dalam UU No.20/2005 Sisdiknas pasal 54 tentang Peran Serta Masyarakat Dalam Pendidikan menyebutkan :

1. Peran serta masyarakat dalam pendidikan meliputi peran serta perseorangan, kelompok, keluarga, organisasi profesi, pengusaha, dan organisasi kemasyarakatan dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu pelayanan pendidikan.

2. Masyarakat dapat berperan serta sebagai sumber, pelaksana, dan pengguna hasil pendidikan.

3. Ketentuan mengenai peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Keterlibatan masyarakat dalam pengembangan kurikulum di sekolah merupakan sesuatu yang sepatutnya, karena pendidikan merupakan bagian dari esensi kehidupan masyarakat. Masyarakat mempunyai kepentingan bukan sekedar dalam pegembangan sekolah, namun terutama untuk memperbaiki mutu dalam rangka pembentukan peran-peran sosial melalui berbagai bentuk partisipasinya dalam kelembagaan pendidikan. Gorton (1976) menandaskan bahwa untuk membangun sekolah yang efektif perlu melibatkan peranserta masyarakat.

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem pendidikan nasional adalah sebagai berikut; “Masyarakat

Dasar Pengambangan Kurikulum Sekolah 108 adalah kelompok Warga Negara Indonesia nonpemerintah yang mempunyai perhatian dan peranan dalam bidang pendidikan”.

Mayarakat adalah suatu kelompok individu yang diorganisasikan mereka sendiri ke dalam kelompok-kelompok yang berbeda. Kebudayaan hendaknya dibedakan dengan istilah masyarakat yang mempunyai arti suatu kelompok individu yang terorganisir yang berpikir tentang dirinya sebagai suatu yang berbeda dengan kelompok atau masyarakat lainnya. Perkembangan masyarakat menuntut tersedianya proses pendidikan yang relevan. Untuk terciptanya proses pendidikan yang sesuai dengan perkembangan masyarakat maka diperlukan rancangan berupa kurikulum yang landasan pengembangannya memperhatikan faktor perkembangan masyarakat. Dalam kaitannya dengan sebuah pengembangan kurikulum adalah dimana kurikulum itu harus relevan dengan kebutuhan dan karakteristik masyarakat. Artinya sebuah kurikulum harus membekali para siswa dengan sejumlah pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang sesuai dengan kondisi masyarakatnya, sehingga mereka dapat menjadi anggota masyarakat yang baik; siswa pada saatnya dapat berkiprah dan berkompetisi dalam suatu masyarakat yang semakin kompetitif. Dalam konteks ini, paling tidak ada dua dimensi kondisi masyarakat yang harus benar-benar mendapat perhatian, pertama adalah kondisi masyarakat saat ini, dan kedua kondisi masyarakat di masa akan datang, dimana siswa akan menjadi bagian dari masyarakat tersebut.

Terkait dengan kondisi masyarakat saat ini, tuntutan relevansi ini untuk menjamin bahwa kurikulum yang dipelajari siswa akan memberi bekal kepada mereka untuk dapat hidup secara wajar dalam masyarakatnya. Siswa dapat beradaptasi dan berpartisipasi dalam lingkungan masyarakatnya. Sementara terkait dengan kondisi masyarakat yang akan datang, kurikulum diharapkan akan memberi kemampuan dasar untuk memungkinkan siswa

Dasar Pengambangan Kurikulum Sekolah 109 dapat memasuki dunia nyatanya sebagai manusia, dimana dia harus berkiprah dalam masyarakat sebagai anggota masyarakatnya secara mandiri, dan terutama mereka harus memasuki dunia kerja yang harus dilakukannya dengan baik. Untuk itu para pengembang kurikulum harus mampu memprediksi dan mendapat gambaran yang jelas tentang kondisi masyarakat di masa yang akan datang pada saat anak-anak dapat dikatakan dewasa untuk memasuki dunianya. Berdasarkan gambaran tersebut dirancang kurikulum yang memberikan kemampuan-kemampuan dasar yang diperlukan dalam memasuki masyarakat tersebut.

Mengembangkan sebuah kurikulum tidak hanya komite sekolah, kepala sekolah dan guru yang ikut berperan, tetapi masyarakat pun memiliki peranan dalam mengembangkan kurikulum di sekolah. Karena masyarakat merupakan bagian dari keberhasilan suatu pendidikan yang ikut berperan dalam pengembangan kurikulum dan sebagai sumber kurikulum. Dalam sistem pendidikan masyarakat juga ikut menyumbangkan pendapat atau aspirasinya terhadap kurikulum yang berkembang di sekolah. Masyarakat menilai sejauh mana kurikulum itu diterapkan di sekolah dan ikut merasakan hasil dari kurikulum yang berkembang di sekolah tersebut, seperti dengan kurikulum tersebut dapat menghasilkan peserta didik yang aktif dan kreatif, serta prestasi-prestai peserta didik yang dicapainya. Sehingga dapat dikatakan bahwa kurikulum yang diterapkan di sekolah tersebut berhasil. Dalam hal ini, keberhasilan suatu kurikulum itu tidak lepas dari bagaimana peranan seorang komite sekolah, kepala sekolah, serta guru dalam satuan pendidikan, tapi peranan masyarakat di luar lingkungan satuan pendidikan pun mempunyai peran yang penting dalam pengembangan kurikulum disekolah dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.

Dasar Pengambangan Kurikulum Sekolah 110 A. PENGERTIAN EVALUASI KURIKULUM

Pemahaman mengenai pengertian evaluasi kurikulum dapat berbeda-beda sesuai dengan pengertian kurikulum yang dikemukakan oleh para pakar kurikulum.Oleh karena itu penulis mencoba menjabarkan definisi dari evaluasi dan definisi dari kurikulum secara per kata sehingga lebih mudah untuk memahami evaluasi kurikulum.

Secara harfiah kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation, dalam bahasa Arab al-Taqdir dalam bahasa Indonesia berarti penilaian Adapun dari segi Istilah , sebagaimana dikemukakan oleh Edwind Wandt dan Gerald W. Brown (dalam Anas Sudijono, 1996): Evaluation refer to the act or process to determining the value of something. Menurut definisi ini, maka istilah evaluasi itu menunjuk kepada atau mengandung pengertian yaitu suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu.

Definisi evaluasi yang pertama dikembangkan oleh Ralph Tyler yang mengatakan bahwa evaluasi merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana , dalam hal apa, dan bagian mana tujuan pendidikan sudah tercapai. Menurut Suharsimi Arikunto (2002), evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan.Dari definisi-definisi evaluasi yang dikemukakan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa evaluasi adalah suatu tindakan atau kegiatan pengumpulan data untuk menilai rancangan,

BAB VII

Dalam dokumen Dasar Pengembangan Kurikulum Sekolah (Halaman 111-114)