• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V. PENUTUP

B. Saran

Dalam rangkah mewujudkan peran sakramen perkawinan untuk membentuk kehidupan keluarga katolik yang ideal di Lingkunag Paulus Gatak, Paroki Santo Petrus dan paulus Kelor, Wonosari, Gunungkidul, penulis mengajukan beberapa saran, yaitu:

1. Bagi Para Pasangan yang akan Menerima Sakramen Perkawinan

a. Persiapan kursus perkawinan bukan semata-mata formalitas, keseriusan dan keingintahuan membuat pasangan yang akan menerima sakramen perkawinan menjadi sungguh tahu apa yang akan diterima, peran dan konsekuensi setelah menerimanya.

b. Sakramen perkawinan merupakan hal yang sakral karena diberikan dan diberkati langsung oleh Allah, setulus hati melakukan dan mengucapkan janji perkawinan perlu dilakukan agar benar-benar bisa memaknai tentang apa maksud dari janji perkawinan tersebut.

c. Cinta bukan sekedar kata yang terucap, tapi cinta tentang perbuatan, ketulusan dan keiklasan hati. Keputusan menikah adalah keputusan yang sangat besar dan semua yang dialami haruslah sesuai dengan kehendak hati dan Tuhan akan membantu menjalani keputusan tersebut.

d. Pasangan berusaha menciptakan sebuah komitmen sebagai pegangan yang ingin dicapai, kepastian dalam melangkah dan berusaha menjadi pribadi yang lebih baik.

2. Bagi Keluarga yang Sudah Lama Menikah

a. Keluarga yang sudah menikah lebih berusaha saling mengenal satu dengan yang lain.

b. Komunikasi yang baik merupakan kunci dari harmonisnya keluarga yang dibangun.

c. Anggota keluarga aling mengingatkan, saling mengajak untuk melakukan hal yang positif merupakan usaha untuk membentuk keluarga katolik yang ideal. d. Semua permasalahan yang muncul memiliki solusi, karena Tuhan tidak

memberi cobaan diluar kemampuan hambanya.

3. Bagi Para Katekis

a. Umat membutuhkan pemantauan dari katekis dalam kaitannya tentang perkawinan dan keluarga yang mereka bangun.

b. Katekis perlu menambah reverensi dan mau untuk belajar bersama umat untuk semakin berkembang dan melengkapi.

c. Kemauan umat besar, dan katekis berusaha untuk semakin berkembang lewat pelayanan yang mereka lakukan.

4. Bagi Pastor Paroki

a. Pastor paroki mengadakan kunjungan umat yang diisi dengan sharing antara pastor paroki dan pasangan keluarga agar pastor paroki mengetahui keadaan keluarga yang sesungguhnya sehingga tahu langkah apa yang akan dilakukan ke depan demi terwujudnya keluarga katolik yang ideal.

b. Pastor paroki mengadakan kegiatan rohani tentang keluarga misalnya rekoleksi pasutri atau kursus lanjutan mengenai sakramen perkawinan.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto Suharsimi. (2013). Prosedur Penelitian. Jakarta: Bina Aksara.

Catur Raharso, Alfonso. (2006). Paham Perkawinan dalam Hukum Gereja Katolik. Malang: Dioma.

Christie, Anthony. (2013). Menikah di Gereja. Yogyakarta: Charissa Publiser. Dapiyanta, F. X. (2008). Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Agama Katolik di

Sekolah. Buku Ajar Mahasiswa IPPAK, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Gilarso,T. SJ. (1996). Membangun Keluarga Kristiani. Yogyakarta: Kanisius. Groenen, C. OFM. (1990). Sakramentologi. Yogyakarta: Kanisius.

Juanda.

http://Katolisitas.org/257/indah-dan-dalamnya-makna-sakramen-perkawinan-katolik. akses 17 Desember 2013. accessed on+des+17, 2013. Konferensi Waligereja Indonesia. (1996). Iman Katolik: Buku Informasi dan

Referensi. Jakarta: OBOR.

_______________. (2006) Kitab Hukum Kanonik (Codex Iuris Canonici). Bogor: Grafika Mardi Yuwana.

_______________. (2011). Pedoman Pasoral Keluarga. Jakarta: Obor.

Konigsmann, Yosef. (1989). Pedoman Hukum Perkawinan Gereja Katolik. Ende: Nusa indah.

Konsili Vatikan II. (1993). Dokumen Konsili Vatikan II (R. Hardawiryana, Penerjemah). Jakarta: Obor. (dokumen asli diterbitkan tahun 1965).

Martasudjita, E. Pr. (2003). Sakramen-sakramen Gereja. Yogyakarta: Kanisius. Pito Duan, Yeremias, MSF. (2003). Keluarga Kristiani. Yogyakarta:Kanisius. Purwa Hadiwardoyo, MSF. (1988). Perkawinan dalam Tradisi Katolik,

Yogyakarta: Kanisius.

_______________. (1990). Perkawinan Menurut Islam dan Katolik. Yogyakarta: Kanisius.

_______________. (1994). Perkawinan Katolik. Yogyakarta: Kanisius.

Rubiyatmoko, Robertus. (2011). Perkawian Katolik Menurut Kitab Hukum Kanonik. Yogyakarta: Kanisius.

Sujoko, Y. (2002). Perkawinan Katolik. Jakarta: Obor.

Sumarno Ds., M. (1999). Pendalaman Iman Orang Dewasa. Yogyakarta: Puskat. Tan, Melly G. (1995).Keluarga dan Masyarakat. Yogyakarta: Charissa Publiser. Tim Brayat Minulyo. (2007). Kursus Persiapan Hidup Berkeluarga. Yogyakarta:

Kanisius.

Tim Penyusun Buku Lustrum. (2011). Buku Lustrum 1 Paroki Kelor. Yogyakarta: Araya.

Yohanes Paulus II. (1992). Catechesi Tradendae. (R. Hardawiryana, Penerjemah). Jakarta Dokpen KWI. (Dokumen asli diternitkan tahun 1979)

_______________. (1994). Amanat Apostolik Familiaris ConsortioKeluarga Kristiani dalam Dunia Moderen. Yogyakarta: Kanisius.

(1)

(2)

Lampiran 2: Surat Pernyataan dari Ketua Lingkungan Paulus Gatak

Kepada : Kaprodi IPPAK di Tempat Hal : Pelaksanaan Izin Penelitian

Menyatakan bahwa :

1. Nama : Gregorius Pramudhito Aji Prasetyo 2. Universitas : Sanata Dharma Yogyakarta

Telah melaksanakan penelitian di Lingkungan Paulus Gatak pada tanggal 13 Juli 2014, guna menyelesaikan penulisan Skripsi berjudul :

“Peranan Sakramen Perkawinan untuk Membentuk Keluarga Katolik yang Ideal di Lingkungan Paulus Gatak, Paroki Santo Petru dan Paulus Kelor, Wonosari, Gunungkidul, Yogyakarta”

Demikian surat Pelaksanaan penelitian ini dibuat dengan sebenarnya agar dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Yogyakarta, 17 Juli 2014

(3) Lampiran 3: Bukti Penelitian

INSTRUMEN PENELITIAN

“PENGARUH SAKRAMEN PERKAWINAN TERHADAP KEHIDUPAN KELUARGA KATOLIK YANG BERIMAN DI LINGKUNGAN PAULUS GATAK, PAROKI SANTO PETRUS DAN

PAULUS KELOR, WONOSARI, GUNUNGKIDUL” IDENTITAS

Nama :

Nama Suami/istri : Agama :

PETUNJUK PENGISIAN KUISIONER

Berilah Cheklis (√) sesuai pemahaman anda pada pernyataan dibawah ini ! Keterangan :

S : bila anda setuju dengan pernyataan yang tersedia

KS : bila anda kurang setuju dengan pernyataan yang tersedia RR : bila anda ragu-ragu dengan pernyataan yang tersedia TS : bila anda tidak setuju dengan pernyataan yang tersedia

No Pernyataan S KS RR TS

1 Saya mengetahui tentang perkawinan kristiani lewat buku rohani yang membahas tentang perkawinan. 2 Saya dan pasangan saya semakin memahami dan

mensyukuri menjadi keluarga katolik setelah dikukuhkan dalam sebuah sakramen perkawinan. 3 Perkawinan merupakan sebuah kenyataan hidup

yang luhur, karena perkawian itu diberkati dan dikehendaki oleh Allah sendiri, lewat perkawinan ini segala ciptaan Allah menjadi sempurna.

4 Saya mengetahui tentang sifat-sifat perkawinan yaitu Unitas(kesatuan), Monogam (antara laki-laki dan perempuan), dan Indissolubilitas(tak terceraikan).

5 Perkawinan suami-istri Kristiani merupakan ikatan sakramental yang artinya ikatan menjadi simbol yang menghadirkan Allah sendiri kepada umat-Nya 6 Menurut saya sakramen perkawinan memiliki

peran terhadap kehidupan keluarga katolik yang ideal.

(4)

7 Suami adalah tanda rahmat kehadiran Tuhan bagi istrinya, dan istri adalah tanda rahmat kehadiran Tuhan bagi suaminya.

8 Peranan sakramen perkawinan yang saya rasakan tersebut berupa dorongan dan tanggung jawab dalam keluarga yang saya bangun.

9 Beriman adalah menanggapi wahyu Allah kepada manusia. Dalam hal berkeluarga adalah hidup seturut kehendak Allah.

10 Dengan kehadiran Allah yang memberikan rahmat perkawinan ini, saya dan pasangan saya bukan hanya mencari ke-absah-an perkawinan namun juga untuk keterlibatan kami dalam hidup menggereja.

11 Lewat janji perkawinan yang saya ucapkan, saya yakin bahwa Allah akan menyertai dan mengingatkan keluarga kami.

12 keluarga adalah “ruang, tempat hidup disayangi dan kita belajar menyayangi satu dengan yang lain”.

13 Keluarga kristiani adalah keluarga yang membangun persekutuan hidup berdasarkan persaudaraan dan iman akan Yesus.

14 Dengan dibantu rahmat sakramen perkawinan berupa ruang lingkup bekerjasama dengan Tuhan, saya dan keluarga saya semakin berkembang dalam hal iman.

15 Keyakinan saya terhadap Tuhan membuat perkawinan yang saya bangun sampai saat ini baik-baik saja dan membantu saya mewujudkan keluarga katolik yang ideal.

16 Sakramen perkawinan yang saya terima dengan pasangan saya menjadi hal yang istimewa sebagai wujud kepercayaan Tuhan terhadap kami membeangun kehidupan rumah tangga.

17 Keluarga katolik yang ideal merupakan keluarga yang memaknai dan hidup sesuai kehendak Tuhan sendiri.

18 Kehidupan berkeluarga tidak mudah, banyak tantangan, namun Tuhan selalu memberikan jalan keluar bagi kami.

19. Saya mendapat kesempatan lebih dalam hal kegiatan menggereja (kewajiban sebagai seorang katolik) setelah saya mendapat sakramen perkawinan.

(5)

20. Janji perkawinan yang saya ucapkan tulus dari dalam lubuk hati saya.

21. Saya memahami sakramen perkawinan sebagai tanda dan sarana dari Tuhan untuk menjadi pribadi yang lebih baik.

22. Sakramen perkawinan yang saya terima menjadikan saya semakin berkembang dalam kehidupan iman.

23. Saya mendidik anak-anak saya dengan cara katolik, sesuai dengan janji pernikahan yang saya ucapkan. 24. Saya bekerja sama dengan pasangan saya untuk

mendidik anak-anak kami.

25. Saya merasa kehidupan keluarga yang saya bangun telah pada tahap “keluarga katolik yang ideal” (kepentingan keluarga dan Gereja seimbang)

26. Saya sadar setelah saya meneima sakramen perkawinan, membuat saya bertanggung jawab terhadap Tuhan dalam segala hal.

27. Saya dan pasangan saya berusaha semaksimal mungkin untuk selalu ikut kegiatan gereja, misal misa, doa Lingkungan dan doa keluarga.

28. Saya mengajak anggota keluarga saya untuk saling melengkapi dan saing mengingatkan ketika salah satu dari kami malas dan jauh dari Tuhan.

29. Saya selalu belajar sendiri (rohani) unyuk semakin memperkuat iman saya.

30. Saya mendorong keluarga saya untuk selalu mengucap syukur bersama-sama dalam keadaan apapun (doa pribadi keluarga).

31. Salah satu wujud terima kasih saya terhadap rahmat yang diberikan Tuhan adalah dengan cara berpartisipasi akif dalam kegiatan menggereja.

32. Saya aktif dalam kegiatan yang diadakan Lingkungan (doa Lingkungan, koor, dan lain-lain). 33. Tanggung jawab setiap keluarga adalah untuk

mewujudkan kerajaan Allah di dunia.

34. Saya mendorong anak-anak saya untuk aktif mengikuti kegiatan menggereja (doa, koor, OMK). 35. Keterlibatan saya dalam hidup menggereja membuat

orang lain menjadi tergerak untuk mengikuti hal yang sama.

36. Muncul dalam diri saya untuk melayani Tuhan, namun belum saya lakukan.

(6)

37. Romo paroki dan katekis yang terkait dalam perkawinan dan keluarga selalu memantau keadaan umatnya.

38. Dengan adanya pemantauan dan lewat kesadaran pribadi saya dan keluarga saya mau berkembang bersama dalam hal iman katolik.

39. Waktu saya tersita pada pekerjaan saya sehingga waktu untuk Tuhan juga terbatas.

40. Gereja mewajibkan saya untuk selalu ikut ambil bagian di dalamnya.

41. Alat transportasi yang menghambat saya dan keluarga untuk mengikuti setiap doa Lingkungan ataupun misa di paroki.

42. Rasa malas dalam diri saya terkendali, dan saya tetap mengikuti kegiatan yang berhubungan dengan hidup rohani saya.

43. Turun ke umat, mendatangi dan menanyakan, adalah hal baik yang bisa dilakukan romo paroki untuk membentuk iman kami.

44. Saya setuju dengan diadakannya rekoleksi pasutri. 45. Iman kami berkembang lewat doa-doa Lingkungan

dan misa pada hari minggu.

46. Katekis di Lingkungan ini kurang, sehingga kami kesulitan untuk mengembangkan iman kami. 47. Gereja merupakan dukungan material untuk

membentuk keluarga katolik yang ideal. 48. Saya ingin mengikuti proses belajar tentang

perkawinan katolik, walaupun saya sudah cukup lama menikah.

49. Saya dan pasangan saya berharap Gereja memberikan jadwal rutin untuk mengadakan pertemuan yang membahas tentang perkawinan yang bisa membantu kami semakin mengerti tentang perkawinan katolik.

50. Sharing antar keluarga yang didampingi romo tentunya hal yang positif bagi kami para pasutri.

(7) Lampiran 4 : Pedoman Wawancara Untuk ketua Lingkungan Paulus Gatak

1. Menurut data yang ada, jumlah umat yang ada di Lingkungan Paulus Gatak ini ada berapa?

2. Menurut anda bagaimana kehidupan sehari hari dilihat dari segi ekonomi maupun sosial di Lingkungan Paulus Gatak?

3. Apakah anda melihat adanya jurang pemisah status sosial ketika umat katolik LingkunganPaulus Gatak ini melakukan gotong royong?

4. Menurut pandangan anda, bagaimana tentang keterlibatan umat di Lingkungan Paulus Gatak?

5. Apakah seluruh umat yang ada, aktif mengikuti kegiatan menggereja baik di paroki ataupun di Lingkungan?

(8) Lampiran 5: Pedoman wawancara Untuk keluarga

1. Apa yang bapak atau ibu ketahui tentang sakramen perkawinan?

2. Menurut bapak atau ibu apakah sakramen perkawinan tersebut berpengaruh terhadap kehidupan keluarga yang telah anda bina selama ini? Dalam hal apa? 3. Menurut bapak atau ibu apakah keluarga yang anda bangun sudah memasuki

taraf ideal sebuah keluarga katolik?

4. Apakah katekis dan romo paroki berperan dalam pembentukan keluarga katolik yang ideal?

(9) Lampiran 6: Rangkuman Hasil Wawancara

Wawancara : Kamis, 20 dan 30 Maret 2014

Tempat wawancara : Rumah ketua Lingkungan Paulus Gatak

Responden : Ketua Lingkungan paulus Gatak Ibu M.V. Endang Hariningsih

1. Menurut data yang ada, jumlah umat yang ada di Lingkungan Paulus Gatak ini ada berapa?

Menurut data yang saya pegang, umat LingkunganPaulus Gatak ini berjumlah 70 orang dengan 25 kepala keluarga. Jumlah tersebut adalah jumlah umat yang tinggal menetap di Lingkungan Paulus Gatak. Dari jumlah tersebut terdapat 25 laki-laki, perempuan 25 , dan 16 masih bersekolah SD, TK, dan balita

2. Menurut anda bagaimana kehidupan sehari hari dilihat dari segi ekonomi maupun sosial di Lingkungan Paulus Gatak?

Umat katolik di desa Gatak menurukan masayarakat mayoritas, dari jumlah warga yang ada di desa ini, lebih dari 50% adalah warga yang beragama katolik. Kehidupan mereka bermacam-macam jika dilihat dari berbagai sudut pandang misal dari segi ekonomi memang masyarakat disini mayoritas berekonomi menengah kebawah karena sebagian besar dari mereka adalah petani. Hanya beberapa orang saja yang memiliki pendapatan pasti seperti PNS, dan wirausaha. Dilihat dari status sosial mereka saya rasa warga di desa Gatak merupakan warga yang tidak mempermasalahkan agama, saya bisa mengatakan seperti itu karena kepala desa dari desa Gatak beragama katolik, jadi saya pikir masyarakat disini tidak fanatik terhadap agama. Selama saya tinggal disini, saya belum pernah mendengar ada perselisihan antar warga yang parah sampai dibawa ke kantor polisi dan sebagainya, ya pasti ada perselisihan mungkin karena iri, namun hal itu tidak menjadikan warga yang bersangkutan menjadi sombong atau “rame”, marah sampai adu pukul saya belum menjumpai hal seperti itu.

3. Apakah anda melihat adanya jurang pemisah status sosial ketika umat katolik Lingkungan Paulus Gatak ini melakukan gotong royong?

Seperti yang saya ungkapkan tadi bahwa diantara satu warga dengan warga yang lain saling hormat menghormati, tidak ada kata musuh atau yang lainnya, saat ada kerja bakti kami warga katolik dan warga umat bergama yang lain juga bahu membahu, karena pada dasarnya kami melakukan hal ini (kerja bakti) dengan tujuan yang sama, tidak ada yang namanya kepala sekolah, anggota DPR, petani dan lain-lain, tapi kami bekerja atas dasar tujuan kami yang sama, jadi semua dianggap sama. Tidak ada “rikuh pekewuh” (rasa tidak enak hati) antara satu dengan yang lain.

4. Menurut pandangan anda, bagaimana tentang keterlibatan umat di Lingkungan Paulus Gatak?

(10)

Setiap orang mempunyai porsi masing-masing dalam setiap kegiatan, ada yang terlibat tapi juga ada yang kurang terlibat, hal ini menjadi maklum karena mereka sibuk dan banyak kerjaan lain selain kegiatan yang berhubungan dengan Gereja. Kegiatan di Lingkungan ini ada yang rutin dan ada yang kami laksanakan setiap taun sekali misalnya saja Doa Lingkungan, Tugas koor, Tata rias altar, Ziarah, Kerja bakti rutin, Tabungan cinta kasih

Doa Lingkungan ini dilaksanakan setiap malam sabtu pukul 19.00, dilaksanakan secara bergantian dari rumah ke rumah.. Rata-rata dalam setiap doa Lingkungan yang hadir ±30-35 orang. Sayangnya dari jumlah yang hadir hanya 2-3 OMK yang hadir ikut doa Lingkungan tersebut.

Lingkungan Paulus Gatak memiliki potensi dalam hal tarik suara, baik untuk tugas koor di wilayah pada sabtu ke 2 atau ke 4 maupun tugas koor diparoki pada hari minggu. Sebelum tugas pasti ada jadwal latian, dan Umat yang ikut ambil bagian dalam tugas koor tidak begitu banyak, terkadang umat mengatakan minder suaranya tidak begitu bagus. Dalam setiap tugas koor terdapat ±25 anggota umat yang ikut ambil bagian dalamtugas koor ini, kebanyakan yang tugas adalah bapak dan ibu, muda-mudi katolik di Lingkungan ini hanya 4 orang yang ikut ambil bagian dalam tugas koor ini.

Dalam waktu tertentu Lingkungan Paulus Gatak juga mendapat tugas untuk menghias gereja. Bila mendapat tugas untuk menghias atau mendekor gereja, biasanya ketua Lingkungan menghubungi OMK di Lingkungan untuk mengerjakannya. Namun, para bapak dan ibu tetap turut ikut membantu.

Ziarah kami laksanakan setiap setahun sekali, saat bulan rosario. Hal ini disepakati dan diikuti oleh semua anggota umat Lingkungan Paulus Gatak, dengan mengadakan ziarah ini mereka juga semakin mengenal satu dengan yang lain.

Selain itu ada juga yang baru sekitar 3 bulan kami lakukan ini yaitu Kerja bakti. Kerja bakti ini dilakukan dengan sukarela, saya merasa kurang enak ketika memiliki tapi tidak merawat, seakan dipakai kalau ada fungsi dan diletakkan dibiarkan begitu saja setelah pemakaian. Piket rutin yang dilakukan umat ini mendapat apresiasi dari pihak pengurus wilayah dan paroki, dari wilayah kemudian mereka ikut menerapkan hal yang sama di setiap Lingkungan

Ada lagi Tabungan cinta kasih, kegiatan ini dilakukan oleh ibu-ibu Lingkungan, selain menabung maksud dari adanya kegiatan ini adalah untuk membantu orang-orang yang kurang mampu dari segi ekonomi. Bunga yang di dapat dari tabungan ini dikumpulkan dan diberikan kepada keluarga-keluarga yang kurang mampu, umat juga semakin merindukan kehadiran sosok Allah sendiri, karena merasa ingin semakin diperhatikan dalam kehidupan dan perkembangan iman mereka mengenai Gereja dan Allah. Selain itu diharapkan adanya sapaan kepada kaum jompo/lansia oleh pastur paroki.

Dengan resmi berdirinya paroki kelor, umat juga semakin merindukan kehadiran sosok Allah sendiri, karena merasa ingin semakin diperhatikan dalam kehidupan dan perkembangan iman mereka mengenai Gereja dan Allah. Umat Lingkungan Paulus Gatak memilki harapan agar iman umat semakin berkembang, lewat kegiatan-kegiatan yang menyangkut iman mereka sebagi orang katolik. Misalnya dengan kegiatan rekoleksi yang membahas tentang

(11)

iman, ataupun lewat doa-doa yang selama ini belum banyak dikenal umat Lingkungan seperti kharismatik dll. Selain itu diharapkan adanya sapaan kepada kaum jompo/lansia oleh pastur paroki agar umat merasa di anggap sebagai anggota paroki Kelor yang membutuhkan perhatian lebih untuk membina iman lebih lanjut.

5. Apakah seluruh umat yang ada, aktif mengikuti kegiatan menggereja baik di paroki ataupun diLingkungan?

Ini yang menjadi keprihatinan saya selama menjadi ketua Lingkungan disini, memang tidak semua aktif dalam kegiatan seperti halnya dalam kegiatan doa lingkngan ataupun latian koor. Dalam doa Lingkungan kadang ada beberapa umat yang beralasan capek, banyak kegiatan sehingga mereka tidak hadir dalam doa Lingkungan. Ya saya sendiri memaklumi hal tersebut namun sejauh yang saya alami selama ini setiap orang punya kegiatan dan setiap orang memiliki cara tersendiri untuk mengatur waktu mereka. Koor pun juga seperti itu, ada beberapa kaum muda namun yang terlibat juga sedikit. Sebenarnya saya dpernah berbincang-bincang dengan beberapa anggota umat yang memiliki pengaruh cukup besar diLingkungan ini bahwa sebenarnya umat juga merindukan kehadiran sosok Allah sendiri, karena merasa ingin semakin diperhatikan dalam kehidupan dan perkembangan iman mereka mengenai Gereja dan Allah umat khususnya Lingkungan Paulus Gatak memilki harapan agar iman umat semakin berkembang dengan diadakannya kegiatan-kegiatan yang menyangkut iman mereka sebagi orang katolik. Selain itu diharapkan adanya sapaan kepada kaum jompo/lansia oleh pastur paroki

(12) Lampiran 7: Rangkuman Hasil Wawancara 2 Waktu wawancara : Minggu, 30 Maret 2014 Tempat wawancara : Rumah uamt Paulus Gatak Responden : 3 keluarga

1. Apa yang bapak atau ibu ketahui tentang sakramen perkawinan?

Keluarga 1 : Menurut hemat saya sakramen perkawinan adalah berkat yang diberikan Allah kepada setiap pasangan saat mengesahkan perkawinan yang dilaksanakan di gereja.

Keluarga 2 : Yang saya ketahui tentang sakramen perkawinan adalah tanda dan sarana yang diberikan Allah kepada pasangan suami istri, sebagai tanda dan sarana kehadiran nyata kasih Allah kepada manusia. Tuhan menciptakan pria untuk menemani wanita dan begitu sebaliknya, itu yang saya maksud sebagai tanda sarana kasih Allah lewat perkawinan yang disahkan di dalam gereja.

Keluarga 3: menurut saya sakramen perkawinan merupakan sebuah misteri, misteri kasih Allah kepada umatnya, misteri tentang kesatuan Kristus dan Gerejanya, kemudian Tuhan memanggil seiap orang untuk dikuduskan dalam sebuah perkawinan.

2. Menurut bapak atau ibu apakah sakramen perkawinan tersebut berpengaruh terhadap kehidupan keluarga yang telah anda bina selama ini? Dalam hal apa?

Keluarga 1 : secara pribadi saya merasakan bahwa sakramen perkawinan berpengaruh dalam kehidupan keluarga saya, misalnya saja ketika kami diminta untuk menghadiri sebuah syukuran atau doa-doa Lingkungan, saya merasa saya lebih dihargai sebagai orang katolik yang berkeluarga maksudnya saya, saya mendapat tugas lebih setelah saya menerima sakramen perkawinan itu.

Keluaga 2 : berpengaruh banyak menurut saya karena saya dan istri saya mendapat kesempatan diberi rahmat khusus oleh Tuhan, untuk merasakan hidup berkeluarga, tanggung jawab yang saya emban pun juga semakin besar karena saya telah berjanji di hadapan Allah saat mengucapkan janji perkawinan yang saya lakukan. Saya pribadi semakin berkembang dan merasa memiliki tanggung jawab untuk mengembangkan keluarga saya menjadi keluarga yang harmonis dan beriman.

Keluarga 3 : sangat berpengaruh, dai sakamen yang saya terima di gereja dengan istri saya, saya menjadi kepala rumah tangga, yang memiliki tanggung jawab besar, bukan hanya memikirkan diri saya sendiri tapi kini saya memikirkan istri dan anak saya, sesuai janji perkawinan yang saya ucapkan saya mharus menjadi setia terhadap istri saya saat untung dan malang, senang dan susah, kepada anak-anak saya, yang saya didik secara katolik, mengajarkan kebaikan dan berusaha berkembang bersama mewujudkan keluarga yang beriman.

(13)

3. Menurut bapak atau ibu apakah keluarga yang anda bangun sudah memasuki