BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM
KLASIFIKASI, PENGGOLONGAN, DAN KETENTUAN NILAI JUAL BUMI
4. Perancangan Basis Data
Sistem informasi ini meliputi 3 fungsi utama yaitu penyimpanan data, menampilkan informasi serta penghitungan jumlah nominal pajak Dalam melakukan fungsi penyimpanan, sistem menyimpan data dalam kelompok data yang terpisah yang berupa tabeltabel. Dalam sistem informasi ini terdapat suatu basis data, dengan memperhatikan beberapa hal berikut ini :
a. Identifikasi himpunan entitas yang terlibat
Dalam sistem ini terdapat himpunan entitas yang meliputi : 1. Entitas Wajib Pajak
Entitas wajib pajak mempunyai 6 atribut yaitu NPWP, nama, alamatWP, pekerjaan dan no_telp.
2. Entitas Pajak Bumi
Entitas Pajak Bumi menjadi weak entity. Entitas Pajak Bumi mempunyai 4 atribut yaitu alamatOP, luasBumi, NJOPBumi/M2 dan waktuJthTempo.
3. Entitas Pajak Bangunan
Entitas Pajak Bangunan juga menjadi weak entity. Entitas Pajak Bangunan mempunyai 4 atribut yaitu alamatOP, luasBngun, NJOPBngun/M2 dan waktuJthTempo.
4. Entitas Jenis Tanah
Jenis Tanah menjadi suatu entitas tersendiri karena tidak semua objek pajak mempunyai jenis tanah (hanya untuk objek pajak
bumi) dan mempermudah pemasukan data apabila dalam waktu mendatang muncul jenis tanah yang baru. Entitas jenis tanah ini mempunyai 2 atribut yaitu KodeJnsTnh dan Keterangan. 5. Entitas kelasBumi Entitas kelasBumi mempunyai 2 atribut yaitu KodeKlsBumi dan NilaiBumi/M2. 6. Entitas kelasBngun
Entitas kelasBngun mempunyai 2 atribut yaitu KodeKlsBngun dan NilaiBngun/M2.
7. Entitas Pengaduan
Entitas Pengaduan mempunyai 4 atribut yaitu noPengaduan, subjek, pesan, dan filePajak.
Catatan :
· Entitas Pajak Bumi dan entitas Pajak Bangunan menjadi sebuah weak entity (entitas lemah) karena entitas ini tidak mempunyai atribut kunci.
· Kelas untuk bangunan dan kelas untuk bumi menjadi entitas tersendiri karena masingmasing mempunyai nilai yang berbeda (dapat dilihat dalam perbandingan antara tabel 2.3 dan tabel 2.4)
b. Mengidentifikasi atribut yang digunakan sebagai key dari setiap himpunan entitas
Dalam suatu himpunan entitas, data yang disimpan dapat lebih dari satu dan di dalam setiap entitas diperlukan suatu key yang terdiri dari satu atau lebih atribut untuk menandai setiap data. Berdasarkan identifikasi himpunan entitas yang telah diutarakan di atas, maka penulis akan menentukan atribut mana yang akan dijadikan key , antara lain :
1. Himpunan entitas Wajib Pajak dengan key atribut adalah NPWP. Atribut NPWP adalah nomor yang diberikan oleh Dirjen Pajak kepada perseorangan atau badan pada saat mereka mendaftarkan objek pajak yang mereka miliki pertama kali. Nilai dari atribut NPWP menjadi key atribut karena dinilai unik dimana nilainya selalu berbeda untuk setiap wajib pajak.
2. Himpunan entitas Pajak Bumi dengan calon key atribut adalah alamatOP. AlamatOP untuk setiap objek pajak Bumi selalu berbeda walaupun berada di lokasi yang sama. Misalnya, tanah A yang beralamat di Jl.Bantul no.2 seluas 7000 m2 akan diberikan kepada kedua anaknya (dipecah menjadi 2). Kedua tanah yang semula beralamat di Jl.Bantul no.2 ini berubah menjadi Jl.Bantul no.2A dan Jl.Bantul no.2B. Kedua objek pajak ini mempunyai alamat yang berbeda walupun berada di lokasi yang sama.
3. Himpunan entitas Pajak Bangunan dengan calon key atribut adalah alamatOP karena alamatOP untuk setiap objek pajak Bangunan selalu berbeda.
4. Himpunan entitas JenisTanah dengan key atribut adalah KodeJnsTnh.
5. Himpunan entitas KelasBumi dengan key atribut adalah KodeKlsBumi.
6. Himpunan entitas KelasBngun dengan key atribut adalah KodeKlsBngun
7. Himpunan entitas Pengaduan dengan key atribut adalah noPengaduan.
c. Mengidentifikasi dan menetapkan relasi antar himpunan entitas Dalam perancangan basis data, datadata yang ada itu saling terkait satu sama lain. Menentukan relasi yang ada dan terjadi diantara datadata tersebut merupakan bagian terpenting dalam perancangan karena menentukan kualitas dari rancangan basis data tersebut.
Dalam basis data Sistem Informasi Pajak Bumi dan Bangunan Berbasis Web ini, penulis mengidentifikasi relasi yang terjadi seperti di bawah ini :
1. Relasi hitung1 yang terjadi antara entitas Wajib Pajak dan Pajak Bumi
Dengan adanya relasi hitung1 ini diidentifikasi jenisjenis relasinya adalah sebagai berikut :
1. Cardinality ratio / rasio kardinalitas
Nilai rasio kardinalitas adalahOne to Many (1 to M) yang berarti bahwa satu wajib pajak menghitung banyak objek pajak Bumi (lebih dari satu) karena dapat terjadi dimana seorang wajib pajak mempunyai lebih dari satu objek pajak Bumi dan satu objek pajak Bumi dihitung oleh satu wajib pajak.
2. Participation constraint / Kendala Keikutsertaan
Nilai kendala keikutsertaan adalah ParsialParsial yang berarti bahwa tidak semua wajib pajak melakukan penghitungan objek pajaknya dan tidak semua objek pajak dihitung nilai pajaknya oleh wajib pajak.
2. Relasi hitung2 yang terjadi antara entitas Wajib Pajak dan Pajak Bangunan. Dengan adanya relasi hitung2 ini diidentifikasi jenis jenis relasinya adalah sebagai berikut :
1. Cardinality ratio / rasio kardinalitas
Nilai rasio kardinalitas adalahOne to Many (1 to M) yang berarti bahwa satu wajib pajak dapat menghitung banyak objek pajak Bangunan (lebih dari satu) karena ada kemungkinan dimana seorang wajib pajak mempunyai
lebih dari satu objek pajak Bangunan dan satu objek pajak Bangunan dihitung oleh satu wajib pajak.
2. Participant constraint/ Kendala Keikutsertaan
Nilai kendala keikutsertaan adalah ParsialParsial yang berarti bahwa tidak semua wajib pajak melakukan penghitungan objek pajaknya dan tidak semua objek pajak dihitung nilai pajaknya oleh wajib pajak.
3. Relasi punya1 yang terjadi antara entitas Pajak Bumi dan Jenis Tanah. Dengan adanya relasi punya1 ini diidentifikasi jenisjenis relasinya adalah sebagai berikut :
1. Cardinality ratio / rasio kardinalitas
Nilai rasio kardinalitas adalah Many to One (M to 1) yang berarti bahwa setiap objek pajak Bumi mempunyai kode jenis tanah dan setiap kode jenis tanah yang ada dimiliki oleh banyak objek pajak Bumi.
2. Participant constraint/ kendala keikutsertaan
Nilai kendala keikutsertaan adalah TotalTotal yang berarti bahwa semua objek pajak Bumi pasti mempunyai kode jenis tanah dan setiap jenis tanah dipunyai oleh beberapa objek pajak Bumi.
4. Relasi punya2 yang terjadi antara entitas Pajak Bumi dan KelasBumi. Dengan adanya relasi punya2 ini diidentifikasi jenis jenis relasinya adalah sebagai berikut :
1. Cardinality ratio / rasio kardinalitas
Nilai rasio kardinalitas adalah Many to One (M to 1) yang berarti bahwa satu objek pajak Bumi mempunyai satu Kode kelas dan sebuah kode kelas dimiliki oleh beberapa / banyak objek pajak .
2. Participant constraint/ kendala keikutsertaan
Nilai kendala keikutsertaan adalah TotalTotal yang berarti bahwa semua objek pajak mempunyai kode kelas dan setiap kelas mempunyai objek pajak Bumi.
5. Relasi punya3 yang terjadi antara entitas Pajak Bangunan dan KelasBngun. Dengan adanya relasi punya3 ini diidentifikasi jenisjenis relasinya adalah sebagai berikut :
1. Cardinality ratio / rasio kardinalitas
Nilai rasio kardinalitas adalah Many to One (M to 1) yang berarti bahwa satu objek pajak Bangunan mempunyai satu Kode kelas dan sebuah kode kelas dimiliki oleh banyak / beberapa objek pajak Bangunan .
2. Participant constraint/ kendala keikutsertaan
Nilai kendala keikutsertaan adalah TotalTotal yang berarti bahwa semua objek pajak mempunyai kode kelas dan setiap kelas mempunyai objek pajak Bangunan.
6. Relasi kirim yang terjadi antara entitas Wajib Pajak dan Pengaduan. Dengan adanya relasi kirim ini diidentifikasi jenis jenis relasinya adalah sebagai berikut :
1. Cardinality ratio / rasio kardinalitas
Nilai rasio kardinalitas adalahOne to Many (1 to M) yang berarti bahwa seorang wajib pajak dapat mengirim banyak pengaduan dan sebuah pengaduan dikirim oleh seorang wajib pajak.
2. Participant constraint/ kendala keikutsertaan
Nilai kendala keikutsertaan adalah ParsialTotal yang berarti bahwa tidak semua wajib pajak mengirim pengaduan dan setiap pengaduan pasti dikirim oleh wajib pajak
d. Merancang diagram relasi
Setiap wajib pajak memiliki NPWP yang selalu berbedabeda nilainya antara satu dengan yang lain. Selain itu, wajib pajak juga memiliki identitas lainnya seperti nama, alamat, nomor telepon dan pekerjaan.
Setiap objek pajak baik itu berupa bumi / tanah memiliki alamat objek pajak yang berbedabeda. Walaupun berada di alamat yang sama, apabila terdapat objek pajak yang jumlahnya lebih dari satu tetap memiliki perbedaan penulisan alamat objek pajaknya. Biasanya ditambahi dengan penomeran 1,2,3 dan seterusnya.
Dalam perhitungan pajak, objek pajak bumi dan bangunan menjadi tabel tersendiri karena data yag ada didalamnya itu berbeda nilainya walaupun nama kolomnya sama yaitu alamatOP, luas dan nilai NJOP.
Setiap wajib pajak bisa memiliki lebih dari 1 objek pajak baik untuk bumi atau bangunan. Tanah dan bangunan ini masingmasing menjadi objek pajak tersendiri. Tidak semua wajib pajak melakukan perhitungan terhadap objek pajaknya. Begitu juga objek pajaknya, tidak semua objek pajak yang ada (bumi dan bangunan) dihitung oleh wajib pajak.
Kantor Dirjen Pajak juga mengatur tentang klasifikasi / kelas dan ketentuan nilai jual dari objek pajak yang ada (bumi dan bangunan). Setiap objek pajak memiliki kelas dan setiap klasifikasi kelas yang
ada pasti dimiliki oleh objek pajak dan bisa mencakup lebih dari 1 objek pajak.
Salah satu jenis objek pajak adalah bumi / tanah. Objek pajak ini memiliki kodekode tertentu dan keterangan yang mengikutinya. Sebuah kode dari jenis tanah / bumi bisa dimiliki oleh lebih dari satu objek pajak bumi / tanah.
Setiap wajib pajak dapat mengirimkan lebih dari 1 kali pengaduan apabila terjadi kesalahan perhitungan pajak. Data pengaduan yang dicatat adalah noPengaduan, subjek, pesan dan nama filePajak.
Dari himpunan entitas dan relasi yang telah ditentukan di atas, maka dapat dibangun suatu diagram yang menggambarkan basis data dari sistem tersebut seperti dalam Gambar 3.12.
Wajib Pajak hitung1 Pajak Bumi JenisTanah punya1 NPWP AlamatWP No_telp Pekerjaan Nama alamatOP luasBumi KodeJnsTnh Keterangan M 1 M M NJOPBumi/M2 Pajak Bangunan 1
alamatOP luasBngun NJOPBngun/M2
kelasBumi kelasBngun punya2 punya3 KodeJnsTnh KodeKlsBumi NilaiBumi/M2 KodeKlsBngun NilaiBngun/M2 hitung2 1 M 1 1 M Pengaduan kirim 1 M tglkirim wktkirim subjek pesan filePajak noPengaduan waktuJth Tempo waktuJth Tempo Gambar 3.12 Diagram Relasi Entitas Sistem Informasi Pajak Bumi dan Bangunan Berbasis Web
e. Mendefinisikan tabel dalam program untuk sistem (mapping) Sesuai dengan fungsi pertama yaitu penyimpanan data maka penyimpanan data yang ada pada Sistem Informasi ini dibagi dalam suatu kumpulan data yang disimpan dalam suatu file berbentuk tabel. Himpunan entitas tersebut digambarkan pada tabeltabel seperti di bawah ini :
1. Tabel Entitas Wajib Pajak
2. Tabel Entitas Pajak Bumi
NPWP Alamat
OP KodeJnsTnh KodeKlsBumi luasBumi NJOPBumi/M2 waktuJthTempo
Di dalam tabel Entitas Pajak Bumi ini, AlamatOP yang semula sebagai calon kunci (key) berubah menjadi kunci karena adanya kunci dari entitasentitas yang berhubungan dengan Pajak Bumi. Atribut NPWP dan AlamatOP menjadi kunci dalam tabel ini sedangkan KodeKlsBumi dan KodeJnsTnh sebagai kunci tamu. Kunci tamu adalah kunci yang berasal dari entitas lain yang karena adanya relasi 1 to M masuk ke tabel Entitas Pajak Bumi.
3. Tabel Entitas Pajak Bangunan
NPWP AlamatOP KodeKlsBngun luasBngun NJOPBngun/M2 waktuJthTempo
Di dalam tabel Entitas Pajak Bangunan ini, AlamatOP yang semula sebagai calon kunci (key) berubah menjadi kunci karena adanya kunci dari entitasentitas yang berhubungan dengan Bangunan. Atribut NPWP dan AlamatOP menjadi kunci dalam tabel ini sedangkan KodeKlsBngun sebagai kunci tamu. Kunci tamu adalah kunci yang berasal dari entitas lain yang karena adanya relasi 1 to M masuk ke tabel Entitas Pajak Bangunan.
4. Tabel Entitas JenisTanah KodeJnsTnh Keterangan 5. Tabel Entitas KelasBumi KodeKlsBumi Nilai Bumi/M2 6. Tabel Entitas KelasBngun KodeKlsBngun Nilai Bngun/M2 7. Tabel Pengaduan
noPengaduan NPWP subjek pesan filePajak tglkirim wktkirim
f. Relasi ternormalisasi
Basis data dalam suatu sistem harus mengalami proses normalisasi. Syarat normalisasi suatu basis data adalah sebagai berikut :
1. Bentuk normal yang pertama (1 st NP)
Syarat normal yang pertama memiliki ketentuan sebagai berikut : a. Tidak boleh terdapatmultivalue atribut
b. Tidak boleh ada composite atribut (atribut yang dapat terbagi lagi)
c. Fieldfield yang terdapat di dalam tabel harus atomik (tidak dapat dibagibagi)
Wajib Pajak (NPWP, Nama, AlamatWP, No_telp, Pekerjaan)
NPWP Nama AlamatWP No_telp Pekerjaan
Pajak Bumi (NPWP, AlamatOP, KodeJnsTnh, KodeKlsBumi, luasBumi, NJOPBumi/M2, waktuJthTempo)
NPWP Alamat
OP KodeJnsTnh KodeKlsBumi luasBumi NJOPBumi/M2 waktuJthTempo
Pajak Bangunan (NPWP, AlamatOP, KodeKlsBngun, luasBngun, NJOPBngun/M2, waktuJthTempo)
NPWP AlamatOP KodeKlsBngun luasBngun NJOPBngun/M2 waktuJthTempo
KelasBumi (KodeKlsBumi, NilaiBumi/M2) KodeKlsBumi NilaiBumi/M2 KelasBngun ( KodeKlsBngun, NilaiBngun/M2 ) KodeKlsBngun NilaiBngun/M2 JenisTanah (KodeJnsTnh, Keterangan) KodeJnsTnh Keterangan Pengaduan
2. Bentuk normal yang kedua (2 nd NP)
Syarat normal yang kedua memiliki ketentuan sebagai berikut : Harus memenuhi aturan Fully Functional Dependency (Atribut yang bukan key bergantung pada atribut key) Wajib Pajak (NPWP, Nama, AlamatWP, No_telp, Pekerjaan) PjakBumi(NPWP,AlamatOP,KodeklsBumi,KodeJnsTnh,luasBumi,NJOPBmi/M2, waktuJthTempo ) PajakBangunan ( NPWP,AlamatOP,KodeklsBngun,luasBngun,NJOPBngun/M2, waktuJthTempo) KelasBumi ( KodeklsBumi, NilaiBumi/M2 ) KelasBngun ( KodeklsBngun, NilaiBngun/M2 ) JenisTanah (KodeJnsTnh, Keterangan) Pengaduan (noPengaduan, NPWP, subjek, pesan, filePajak, tglkirim, wktkirim) 3. Bentuk normal yang ketiga (3 rd NP) Syarat normal yang ketiga memiliki ketentuan sebagai berikut :
Relasi harus dalam bentuk normal kedua dan semua atribut bukan primer tidak punya hubungan transitif. Dengan kata lain, setiap atribut bukan kunci haruslah bergantung hanya pada primary key dan pada primary key secara menyeluruh.
Tidak boleh ada atribut bukan primer di tabel yang transitively dependentpada atribut bukan primer dari tabel.
Wajib Pajak (NPWP, Nama, AlamatWP, No_telp, Pekerjaan)
PjakBumi(NPWP,AlamatOP,KodeKlsBumi,KodeJnsTnh,luasBmi,NJOPBmi/M2, waktuJthTempo)
Pajak Bangunan( NPWP,AlamatOP,KodeKlsBngun,luasBngun,NJOPBngun/M2, waktuJthTempo ) KelasBumi ( KodeKlsBumi, NilaiBumi/M2 ) KelasBngun ( KodeKlsBngun, NilaiBngun/M2 ) JenisTanah (KodeJnsTnh, Keterangan) Pengaduan (noPengaduan, NPWP, subjek, pesan, filePajak,tglkirim,wktkirim) g. Kamus data
NPWP = {numeric} 2 + pemisah + {numeric} 3 + pemisah + {numeric} 3 + pemisah + {numeric} 1 + pemisah + {numeric} 3 + pemisah + {numeric} 3
numeric = [0|1|2|3|4|5|6|7|8|9] pemisah = [.|]
Nama = {alphabet} 30 alphabet = [AZ|az|’ ‘]
AlamatWP = {alphabet} 25 + {numeric} 5 No_telp = {09} 12
Pekerjaan = {alphabet} 15
AlamatOP = {alphabet} 25 + {numeric} 5 LuasBumi = {numeric} 5
LuasBngun = {numeric} 5 NJOPBumi/M2 = {numeric} 20 NJOPBngun/M2 = {numeric} 20
KodeKlsBumi = {alphabet} 1 + {numeric} 2 KodeKlsBngun = {alphabet} 1 + {numeric} 2 NilaiBumi/M2 = {numeric} 10 NilaiBngun/M2 = {numeric} 10 KodeJnsTnh = {numeric} 1 Keterangan = {alphabet} 15 noPengaduan = {numeric} 1 subjek = {alphabet} 50 pesan = {alphabet} 80
filePajak = {alphabet} 1 / {alphabet} 20 / {alphabet} 20 tglkirim = {numeric} 4 {numeric} 2 {numeric} 2 wktkirim = {numeric} 2 :{numeric} 2 :{numeric} 2 waktuJthTempo = {numeric} 2 {numeric} 2 {numeric} 4
h. Integritas Basis data
Sistem informasi yang baik mempunyai karakteristik yaitu dapat memberikan informasi yang akurat dan tepat waktu. Informasi yang akurat dapat diperoleh apabila didukung oleh perancangan dan implementasi basis data yang handal. Oleh karena itu, suatu basis data harus dapat menjamin integritas (keutuhan) data yang akan disimpannya. Aturan integritas yang digunakan dalam sistem ini yaitu :
1. Entity Integrity Constraint (aturan integritas entitas)
Aturan integritas entitas ini sudah terdapat di dalam sistem informasi pajak bumi dan bangunan berbasis web ini, seperti terlihat di bawah ini:
Wajib Pajak (NPWP, Nama, AlamatWP, No_telp, Pekerjaan)
PjakBumi(NPWP,AlamatOP,KodeKlsBumi,KodeJnsTnh,luasBmi,NJOPBmi/M2, waktuJthTempo)
Pajak Bangunan( NPWP,AlamatOP,KodeKlsBngun,luasBngun,NJOPBngun/M2, waktuJthTempo)
KelasBumi ( KodeKlsBumi, NilaiBumi/M2 ) KelasBngun ( KodeKlsBngun, NilaiBngun/M2 ) JenisTanah (KodeJnsTnh, Keterangan)
Di dalam setiap tabel terdapat kunci primer yang ditandai dengan tanda garis bawah pada atribut yang menjadi kunci primer.
2. Domain Constraint (aturan domain)
Domain dari atribut pada masingmasing entitas dalam diagram ER seperti terdapat pada gambar 3.11 adalah sebagai berikut : 1. Entitas Wajib pajak · Nama atribut :NPWP Arti : Nomor identitas wajib pajak Tipe data : integer Panjang : 15 Format : xx.xxx.xxx.xxxx.xxx (nilai dapat berulang) Jangkauan : 09 Keunikan : harus unik Dukungan null : tidak boleh null · Nama atribut :Nama Arti : Nama wajib pajak Tipe data : Varchar Panjang : 30 Format : abcd efg
Jangkauan : AZ, az Keunikan : tidak harus unik Dukungan null : tidak dapat null · Nama atribut :alamatWP Arti : Alamat wajib pajak Tipe data : Varchar Panjang : 30 Format : abcd efg Jangkauan : AZ, az, 09 Keunikan : tidak harus unik Dukungan null : dapat null · Nama atribut :notelp Arti : Nomor telepon wajib pajak Tipe data : integer Panjang : 15 Format : xxxxxxxxxxxxxxx Jangkauan : 09 Keunikan : tidak harus unik Dukungan null : dapat null · Nama atribut :pekerjaan Arti : Pekerjaan wajib pajak Tipe data : Varchar
Panjang : 20 Format : abcdefg Jangkauan : AZ, az Keunikan : tidak harus unik Dukungan null : dapat null 2. Entitas Pajak Bumi · Nama atribut :alamatOP Arti : Alamat objek pajak Tipe data : varchar Panjang : 30 Format : abcd efg Jangkauan : AZ, az, 09 Keunikan : harus unik Dukungan null : tidak boleh null · Nama atribut :luasBumi Arti : Luas objek pajak bumi Tipe data : integer Panjang : 10 (maksimal) Format : xxxxxxxxxxx Jangkauan : 09 Keunikan : tidak harus unik Dukungan null : tidak boleh null
· Nama atribut :NJOPBumi/M2 Arti : Nilai Jual Objek Pajak/M2 Tipe data : integer Panjang : 15 (maksimal) Format : xxxxxxxxx Jangkauan : 09 Keunikan : tidak harus unik Dukungan null : tidak boleh null 3. Entitas Pajak Bangunan · Nama atribut :alamatOP Arti : Alamat objek pajak Tipe data : varchar Panjang : 30 Format : abcd efg Jangkauan : AZ, az, 09 Keunikan : harus unik Dukungan null : tidak boleh null · Nama atribut :luasBngun Arti : Luas objek pajak bangunan Tipe data : integer Panjang : 10 (maksimal) Format : xxxxxxxxxxx
Jangkauan : 09 Keunikan : tidak harus unik Dukungan null : tidak boleh null · Nama atribut :NJOPBngun/M2 Arti : Nilai Jual Objek Pajak/M2 Tipe data : integer Panjang : 15 (maksimal) Format : xxxxxxxxx Jangkauan : 09 Keunikan : tidak harus unik Dukungan null : tidak boleh null 4. Entitas JenisTanah · Nama atribut :KodeJnsTnh Arti : Kode jenis tanah Tipe data : integer Panjang : 1 Format : x Jangkauan : 19 Keunikan : harus unik Dukungan null : tidak boleh null · Nama atribut :keterangan
Arti : keterangan dari kode jenis tanah
Tipe data : varchar Panjang : 15 (maksimal) Format : xxxxxxxxxxx Jangkauan : AZ,az Keunikan : tidak harus unik Dukungan null : tidak boleh null 5. Entitas kelasBumi · Nama atribut :KodeKlsBumi Arti : Kode kelas objek pajakbumi Tipe data : varchar Panjang : 3 Format : HAA (H=huruf, A= angka) Jangkauan : AZ, 09 Keunikan : harus unik Dukungan null : tidak boleh null · Nama atribut :NilaiBumi/M2
Arti : Nilai objek pajak bumi
berdasarkan kelasnya Tipe data : integer Panjang : 15 (maksimal) Format : xxxxxxxxxxx Jangkauan : AZ,az Keunikan : harus unik
Dukungan null : tidak boleh null 6. Entitas kelasBangunan
· Nama atribut :KodeKlsBngun
Arti : Kode kelas objek pajak
bangunan Tipe data : varchar Panjang : 3 Format : HAA (H=huruf, A= angka) Jangkauan : AZ, 09 Keunikan : harus unik Dukungan null : tidak boleh null · Nama atribut :NilaiBngun/M2
Arti : Nilai objek pajak bangunan berdasarkan kelasnya Tipe data : integer Panjang : 15 (maksimal) Format : xxxxxxxxxxx Jangkauan : AZ,az Keunikan : harus unik Dukungan null : tidak boleh null 7. Entitas Pengaduan · Nama atribut :noPengaduan Arti : nomor pengaduan
Tipe data : integer Panjang : 24 Format : AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA (A= angka) Jangkauan : 09 Keunikan : harus unik Dukungan null : tidak boleh null · Nama atribut :subjek Arti : judul pengaduan Tipe data : varchar Panjang : 50 Format : xxxxxxxxxxx Jangkauan : AZ,az Keunikan : tidak harus unik Dukungan null : tidak boleh null · Nama atribut :pesan Arti : pesan pengaduan Tipe data : longtext Panjang : Format : xxxxxxxxxxxx Jangkauan : AZ,az Keunikan : tidak harus unik Dukungan null : tidak boleh null
· Nama atribut :filePajak
Arti : nama file hasil perhitungan pajak Tipe data : varchar Panjang : 50 Format : xxxxxxxxxxx Jangkauan : AZ,az Keunikan : tidak harus unik Dukungan null : tidak boleh null 3. Referential Integrity Constraint(aturan integritas referensial) Aturan integritas referensial dalam sistem informasi ini ditunjukkan dengan adanya garis panah antara satu tabel dengan tabel yang lain yang mempunyai hubungan. Wajib Pajak (NPWP, Nama, AlamatWP, No_telp, Pekerjaan) PjakBumi(NPWP,AlamatOP,KodeKlsBumi,KodeJnsTnh,luasBmi,NJOPBmi/M2, waktuJthTempo) KelasBumi ( KodeKlsBumi, NilaiBumi/M2 ) JenisTanah (KodeJnsTnh, Keterangan)
Pajak Bangunan (NPWP,AlamatOP,KodeKlsBngun,luasBngun,NJOPBngun/M2, waktuJthtempo) KelasBngun ( KodeKlsBngun, NilaiBngun/M2 ) Pengaduan (noPengaduan, NPWP, subjek, pesan, filePajak,tglkirim,wktkirim) Keterangan : Tabel yang ditunjuk oleh tanda anak panah adalah tabel yang dirujuk. Tabel yang terdapat garis tanpa tanda anak panah adalah tabel yang merujuk.
Contoh :
Tabel Pajak Bangunan = tabel yang merujuk
Tabel KelasBngun dan tabel Wajib Pajak = tabel yang dirujuk
Apabila terjadi perubahan dalam database maka dapat mengakibatkan pelanggaran terhadap aturan integritas referensial. Maka dari itu terdapat aturan untuk melakukan operasi insert, delete dan update yaitu sebagai berikut :
a. Insertion Rule
Aturan ini berlaku untuk tabel yang dirujuk, yaitu tabel Wajib Pajak, KelasBumi, KelasBngun dan JenisTanah.
Pada tabel PajakBumi dan Pajak Bangunan tidak diijinkan karena dalam kedua tabel tersebut mempunyai atribut yang hanya berperan sebagai kunci tamu saja. Atribut tersebut adalah KodeKlsBumi dan KodeKlsBngun.
b. Deletion Rule
Untuk menjamin integritas tabel dalam database maka diberlakukan suatu perlakuan khusus apabila terjadi penghapusan baris pada tabel yang dirujuk (tabel Wajib Pajak, KelasBumi, KelasBngun dan JenisTanah) dimana memiliki nilai yang bersesuaian dengan tabel yang merujuk (tabel PajakBumi dan Pajak Bangunan) Perlakuan yang dapat dilakukan adalah Cascading deletion yaitu baris yang bersesuaian dalam tabel yang merujuk secara otomatis akan ikut terhapus.
Contoh :
Pajak Bumi (NPWP, AlamatOP, KodeJnsTnh, KodeKlsBumi, luasBumi, NJOPBumi/M2, waktuJthTempo)
NPWP AlamatOP KodeJnsTnh KodeKlsBumi luasBumi NJOPBumi/M2 waktuJthTempo
12345
56897 Paingan Dukuh 3 3 A27 A28 1000 560 160000 128000 11122006 01022006 Jenis Tanah (KodeJnsTnh, Keterangan) KodeJnsTnh Keterangan 1 2 3 4 Tanah + bangunan Kavling Siap Bangun Tanah Kosong Fasilitas Umum
Apabila baris ketiga akan dihapus dari tabel Jenis Tanah maka perlakuan terhadap Tabel Pajak Bumi yang terdapat baris dengan kodeJnsTnh = 3 adalah :
· Apabila baris ketiga dalam tabel Jenis Tanah dihapus maka secara otomatis baris dalam tabel Pajak Bumi yamg memiliki Kode jenis tanah = 3 akan terhapus
4. AttributBased Constraint (aturan berbasis atribut) dan Tupple Based Constraint(aturan berbasis tupel)
Aturan berbasis atribut berlaku pada proses insert dan update. Aturan berbasis tupel adalah aturan yang menentukan bahwa pada saat terjadi proses insert atau update, nilai beberapa atribut tertentu harus memenuhi persyaratan kondisi tertentu. Apabila tidak memenuhi syarat, proses insert atau update ditolak.
· Aturan berbasis atribut : Operasi update pada tabel Jenis Tanah mensyaratkan nilai atribut KodeJnsTnh adalah 1,2,3, atau 4. Jika nilai atribut KodeJnsTnh bukan salah satu dari itu maka operasi update pada tabel ini ditolak. · Aturan berbasis tupel : Operasi insert/update pada tabel
Wajib pajak mensyaratkan nilai atribut pekerjaan = ”PNS”
5. Assertions(pernyataan)
Assertions adalah sebuah aturan yang berlaku pada saat operasi insert/update/delete dan dapat melibatkan beberapa tabel. Pada saat terjadi proses perhitungan pajak, sistem melibatkan banyak tabel, yaitu tabel PajakBumi,