• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berdasarkan hasil penilaian AHP diperoleh rumusan strategi pengembangan LKMA yang dapat dijadikan strategi utama dalam pengembangan LKMA di Kabupaten Pandeglang. Sebuah strategi perlu diimplementasikan dalam bentuk program operasional. Beberapa bentuk program yang dapat dirumuskan berdasarkan hasil evaluasi kinerja Gapoktan, analisis penumbuhan LKMA, dan kajian terhadap kinerja LKMA di Kabupaten Pandeglang adalah sebagai berikut: a. Faktor utama yang harus diperhatikan dalam penumbuhan dan pengembangan

LKMA adalah profitabilitas;

b. Aktor utama yang harus diberdayakan dan ditingkatkan kualitas SDM-nya dalam penumbuhan dan pengembangan LKMA adalah Gapoktan;

c. Tujuan utama yang harus diprioritaskan dalam penumbuhan dan pengembangan LKMA adalah penguatan pendanaan dan terjalinnya kemitraan dengan lembaga lain; dan

d. Strategi alternatif yang harus diutamakan dalam penumbuhan dan pengembangan LKMA adalah peningkatan produksi dan pemasaran hasil.

Sebelum menyentuh keempat program utama di atas, Pemerintah Kabupaten Pandeglang terlebih dahulu harus menutupi kelemahan-kelemahan terkait dengan pengelolaan LKMA. Berdasarkan beberapa temuan di lapangan, beberapa program yang harus dilakukan untuk pengembangan LKMA di masa yang akan datang adalah sebagai berikut:

1. Penataan Peraturan Daerah (Perda) untuk mendukung pemberdayaan dan pengembangan LKMA.

2. Peningkatan akses LKMA terhadap sumber-sumber pendanaan, antaralain melalui program pengembangan berbagai skim perkreditan untuk LKMAdan program pembiayaan produktif bagi usaha mikro.

3. Pengembangan jaringan pemasaran melalui promosi produk yang dihasilkan petani anggota LKMA dan pengembangan sarana pemasarannya.

4. Fasilitasi perizinan ke arah LKMA berbadan hukum.

5. Peningkatan pemahaman tentang LKMA untuk pengurus Gapoktan, pengelola LKMA, dan seluruh anggota. Pemahaman tentang LKMA sangat penting mengingat salah satu faktor penyebab kegagalan pengelolaan LKMA adalah pemahaman yang lemah tentang LKMA. Sebagian besar anggota memahami bahwa bantuan permodalan melalui program PUAP yang seharusnya dikelola dan dikembangkan melalui LKMA dianggap sebagai bantuan yang bersifat karitatif. Persepsi salah seperti itu mengakibatkan anggota tidak termotivasi untuk mengembalikan pinjamannya. Di samping itu, kelemahan manajerial dan kepemimpinan pengelola LKMA turut memberi andil dalam kegagalan LKMA.

6. Penumbuhan dan peningkatan keterampilan wirausaha (entrepreneurship) bagi pelaku usaha anggota LKMA. Program ini sangat penting dilakukan untuk meminimalisasi kegagalan usaha anggota yang menjadi salah satu penyebab tingginya presentase kredit macet pada LKMA di Kabupaten Pandeglang.

pengelola LKMA. Hasil temuan di lapangan menunjukkan bahwa kepemimpinan dan manajerial yang lemah dalam pengelolaan LKMA berdampak pada lemahnya pengawasan dan lemahnya penegakan disiplin, dan tidak berjalannya mekanisme insentif dan sanksi.

8. Peningkatan kapasitas Penyuluh Pendamping dan Penyelia Mitra Tani (PMT) untuk optimalisasi peran dan fungsi mereka sebagai penyuluh dan pendamping LKMA. Para Penyuluh Pendamping dan PMT mengakui bahwa kapasitas mereka tidak sebanding dengan tugas berat yang diemban, yaitu menyukseskan program PUAP dan LKMA.

9. Penggabungan peran dan fungsi Penyuluh Pendamping dan PMT sebagai pendamping Gapoktan/LKMA. Hasil temuan di lapangan menunjukkan bahwa peran Penyuluh Pendamping dan PMT dalam keberhasilan program PUAP di Kabupaten Pandeglang kurang sinergis. Perbandingan jumlah PMT terhadapGapoktan/LKMA penerima bantuan PUAP yang harus didampingi adalah 1:30.Perbandingan yang tidak seimbang tersebut mengakibatkan peran pendampingan tidak efektif. Untuk itu, Pemerintah Kabupaten Pandeglang dapat mengusulkan kepada Kementerian Pertanian agar menggunakan satu nama saja dalam pendampingan Gapoktan/LKMA. Jumlah Tenaga Harian Lepas Tenaga Bantu Penyuluh Pertanian (THLTBPP), penyuluh PNS, dan PMT tahun 2013 adalah sebanyak 223 orang. Jumlah ini bila dibandingkan dengan jumlah Gapoktan penerima program PUAP di Kabupaten Pandeglang hingga tahun 2013, yaitu 257 Gapoktan, perbandingannya mendekati 1:1. Perbandingan ini tentu akan meningkatkan efektivitas peran dan fungsi pendamping Gapoktan/LKMA.

Penumbuhan Profitabilitas LKMA

Analisis profitabilitas LKM yang mengacu pada nilai Return on Asset (ROA) atauReturn on Equity (ROE) selalu merekomendasikan peningkatan nilai pendapatan bersih (net income)terhadap aset atau modal. Salah satu upaya untuk meningkatkan pendapatan bersih, banyak LKM yang hanya mengejar jumlah nasabah yang dilayani (outreach) tanpa mempertimbangkan kategori nasabah tersebut, apakah perorangan atau kelompok. Secara teknis, akan lebih mudah meningkatkan outreach melalui pembiayaan kelompok daripada memberikan pelayanan kepada nasabah perorangan. Secara empiris, peningkatan outreach tidak selalu berdampak positif pada peningkatan profitabilitas.

Rosenberg (2009) mengatakan bahwa pertumbuhan LKM yang terlalu cepatdalam hal outreachsering mengakibatkan terhambatnya pencapaianprofitabilitas,karenapertumbuhan tersebutmembutuhkan investasi barudalam hal pendanaan, tenaga pengelola, dan penambahan fasilitas pendukung. Dalam penelitiannya tentang Microfinance Profitability,Muriu (2011) menyimpulkan bahwa profitabilitas LKM terutama dipengaruhi oleh faktor-faktor spesifik yang berlaku dalam sebuah perusahaan serta faktor lingkungan LKM yang ada di negara yang bersangkutan. Secara lebih spesifik, Muriu menegaskan bahwa LKM yang lebih efisien dalam pengelolaan dana operasional memiliki profitabilitas yang lebih baik. Berdasarkan temuan tersebut, menurut Muriu, jika LKMtidak efisien,maka tingkat pengembalian pinjaman yang tinggi sebagaimana

dilaporkan oleh beberapa LKM tidak cukup untuk menggambarkan bahwa LKMA tersebut memikiki profitabilitas LKM yang baik.

Muriu juga mengungkapkan bahwa kegagalan dalam pengembalian pinjaman merupakan hambatan yang serius bagi profitabilitas LKM. Secara teoritis, kegagalan dalam pengembalian pinjaman seharusnya dapat diminimalisasi melalui mekanisme agunan sebagai salah satu faktor seleksi calon penerima manfaat. Namun, kurangnya informasi tentang penerima manfaat, mengakibatkan LKM kesulitan mengatasi hambatan yang ditimbulkan dari kelemahan seleksi calon penerima manfaat. Oleh karena itu, kelengkapan informasi yang tentang calon penerima manfaat adalah sebuah kebutuhan yang mendesak.

Berdasarkan temuan di lapangan, ada dua faktor utama yang menyebabkan LKMA di Kabupaten Pandeglang kurang atau tidak memiliki profitabilitas yang baik, yaitu tingginya kredit macet dan sedikitnya sumber pemasukan LKMA.Untuk mencapai profitabilitas LKMA di Kabupaten Pandeglang, langkah pertama yang harus dilakukan oleh LKMA di Kabupaten Pandeglang adalah mengatasi tingginya kredit macet (NPL).

Menurut Muriu (2011), jika sebuah LKM tidak efisien, maka tingkat pengembalian pinjaman yang tinggi tidak cukup untuk menggambarkan profitabilitas LKM tersebut. Apalagi bila kredit macet yang ada di LKM sangat tinggi. Beberapa langkah yang perlu dilakukan untuk menangani kredit macet adalah sebagai berikut:

1. Penagihan intensif oleh pengelola LKMA terhadap anggota/nasabah yang usahanya masih berprospek dan dianggap masih mempunyai itikad baik agar memenuhi seluruh kewajibannya.

2. Melakukanrescheduling (penjadwalan kembali), yaitu suatu upaya untuk melakukan perubahan terhadap beberapa syarat perjanjian kredit yang berkenaan dengan jadwal pembayaran kembali/ jangka waktu kredit termasuk tenggang (grace priod), termasuk perubahan jumlah angsuran. Bila perlu dengan penambahan kredit.

3. Melakukanreconditioning (persyaratan kembali), yaitu melakukan perubahan atas sebagian atau seluruh persyaratan perjanjian yang tidak terbatas hanya kepada perubahan jadwal angsuran, atau jangka waktu kredit saja. Tetapi perubahan kredit tersebut tanpa memberikan tambahan kredit atau tanpa melakukan konversi atas seluruh atau sebagian dari kredit menjadi equity perusahaan.

4. Melakukanrestructuring (penataan kembali), yaitu upaya berupa melakukan perubahan syarat-syarat perjanjian kredit berupa pemberian tambaha kredit, atau melakukan konversi atas seluruh atau sebagian kredit menjadi perusahaan, yang dilakukan dengan atau tanpa rescheduling atau reconditioning.

5. Management Assistancy, yaitu bantuan konsultansi dan manajemen profesional yang diberikan LKMA kepada anggota/nasabah yang masih mempunyai prospek dan mempunyai itikad baik untuk melunasi kewajibannya, namun lemah didalam pengelolaan usahaannya, baik dengan cara menempatkan petugas LKMA maupun meminta bantuan pihak ketiga (konsultan) sebagai anggota manajemen.

tingkat keswadayaan melalui pemupukan modal yang digalang dari anggota dalam bentuk simpanan wajib melakukan diversifikasi usaha sebagaimana yang dilakukan oleh LKMA-LKMA di Sumatera Barat, di antaranya bekerja sama dengan PT Pos Indonesia dalam memberikan layanan jasa pembayaran listrik PLN dan layanan jasa pembelian pulsa atau internet PT Telkom.

Peningkatan Kapasitaas SDM Pengelola LKMA

Salah satu faktor kunci yang menentukan keberlanjutan (sustainability) LKMA adalah kapabilitas sumberdaya manusia (SDM) pengelola LKMA. Sustainabilitas LKMA juga membutuhkan inovasi, khususnya dalam mencari model pembiayaan yang inovatif. Sedangkan syarat untuk melakukan inovasi adalah kompetensi. Oleh karena itu, peningkatan kompetensi pengelola LKMA merupakan hal sangat penting dan harus terus dilakukan. Inovasi dan kompentensi akan semakin relevan bila dikaitkan dengan peran LKMA dalam melakukan aktivitas pembiayaan kepada pelaku usaha di perdesaan.

Selain itu, pendidikan dan pelatihan perlu juga dilakukan untuk Penyuluh Pendamping dan PMT, karena salah satu hasil temuan di lapangan menyebutkan bahwa peran Penyuluh Pendamping dan PMT bagi keberhasilan LKMA sama pentingnya. Penyuluh Pendamping yang berperan sebagai konsultan teknik dan PMT yang berfungsi sebagai supervisor, harus menguasai konsep LKMA sebagai lembaga keuangan mikro yang profesional.

Program pelatihan dan pengembangan SDM pengurus Gapoktan dan pengelola LKMA harusditata dengan baik dan difokuskan pada penguasaan teknik pengelolaan LKMA. Secara umum, tingkat pendidikan pengurus Gapoktan dan pengelola LKMA rata-rata SMA, bahkan ketua dari tiga LKMA di Kabupaten Pandeglang berpendidikan sarjana. Sesungguhnya ini adalah potensi dan modal yang baik bagi pengembangan SDM pengelola LKMA yang andal.

Program pendidikan dan pelatihan juga harus dikaitkan dengan sistem sertifikasi profesi sebagaimana yang dikembangkan oleh sektor keuangan lainnya. Sertifikasi hendaknya tidak dilihat sebagai beban, akan tetapi merupakan bagian dari upaya untuk membangun SDM keuangan mikro agribisnis yang profesional.

Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan SDM pengelola LKMA dapat bekerjasama dengan perguruan tinggi, instansi pemerintah, BUMN/BUMD, badan usaha milik swasta, dan lembaga internasional. Pendidikan dan pelatihan dapat difokuskan pada sistem dan tata kelola LKMA, pengembangan usaha, penguasaan teknologi, pengembangan jaringan kemitraan, aksesibilitas terhadap dukungan pendanaan, dan pelayanan masyarakat.

Untuk efektitivitas dan efisiensi pendanaan dalam program pendidikan dan pelatihan, pemerintah daerah (provinsi dan kabupaten/kota) dapat memanfaatkan dan mengoptimalkan fasilitas pendidikan dan pelatihan yang berada di bawah koordinasi pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten/kota, misalnya dengan memanfaatkan balai-balai pendidikan dan pelatihan yang berada di bawah pengelolaan Kementerian Pertanian, Kementerian Koperasi dan UKM, dan balai- balai pelatihan yang berada di bawah kendali Pemerintah Provinsi Banten dan Kabupaten Pandeglang.

Penguatan Pendanaan dan Terjalinnya Kemitraan dengan Lembaga Lain

Pemerintah Daerah Kabupaten Pandeglang dan Provinsi Banten harus menjadi fasilitator bagi LKMA dalam hal penguatan pendanaan dan terjalinnya kemitraan antara LKMA dengan lembaga lain, di antaranya:

1. Membangun jejaring kemitraan antara LKMA dengan perbankan dalam pemanfaatan skim kredit program KUR, KKPE, dan lainnya.

2. Memfasilitasi terjalinnya kerjasama pembiayaan antara bank umum dengan LKMA melalui Baitul Maal wat Tamwil (BMT) atau Bank Perkreditan Rakyat/Syariah (BPR/S). BMT atau BPR/S diberi kewenangan untuk memutuskan kepada LKMA mana kredit akan disalurkan, dan sebagai konsekuensinya, risiko juga ditanggung oleh pihak BMT atau BPR/S. Selain berfungsi sebagai kanal (chanelling), BMT atau BPR/S juga melakukan pembinaan terhadap LKMA, sehingga pada saatnya, LKMA yang yang dinilai memiliki kemandirian, dapat melakukan kerjasama secara langsung dengan bank umum.

3. Mendorong dan memfasilitasi pelaksanaan program tanggung jawab sosial dan lingkungan dari perusahaanyang ada di Kabupaten Pandeglang dan Provinsi Banten, sebagaimana ditetapkan dalam UU Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Program tanggung jawab sosial dan lingkungan dari Perseroan selama ini dikenal dengan istilah Corporate Social Responsibility (CSR), yaitu sebuah kewajiban dan tanggungjawab perusahaan terhadap masyarakat dan lingkungannya untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan lingkungan hidup. Dalam perkembangannya CSR ini tidak lagi menjadisebuah kewajiban bagi perusahaan, tetapi sudah menjadi sebuah strategi yang dapat digunakan juga untuk kepentingan perusahaan. Dalam rangka pemanfaatan dana CSR, Pemerintah Kabupaten Pandeglang dapat membentuk tim yang secara khusus bertugas memperlancar optimalisasi pemanfaatan dana CSR untuk pengembangan LKMA. Pemerintah Kabupaten Pandeglang juga dapat melibatkan lembaga profesional yang berperan sebagai konsultan sekaligus pengawas.

4. Membantu dan mempercepat proses legalitas LKMA. Dalam UU Nomor 1 tahun 2013 ditegaskan bahwa pendirian LKM paling sedikit harus memenuhi persyaratan; (a) bentuk badan hukum, (b) permodalan, (c) memperoleh izin usaha. Pemerintah Pusat dan Bank Indonesia (BI) mendorong legalitas kegiatan penyaluran pembiayaan usaha oleh LKM melalui penandatanganan Surat Keputusan Bersama (SKB) Menkeu, Mendagri, Mennegkop dan UKM, dan Gubernur BI tentang Strategi Pengembangan LKM.Berdasar SKB ini, ragam LKM diarahkan kepada empat bentuk badan usaha yang memiliki landasan hukum jelas, yaitu Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), Koperasi, Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan Modal Ventura. Menurut hemat Penulis, bentuk badan hukum yang paling cocok untuk LKMA di Kabupaten Pandeglang adalah Koperasi, karena di dalam Koperasi setiap anggota dapat berpartisipasi secara aktif. Oleh karena itu, Pemerintah Kabupaten Pandeglang harus melakukan langkah cepat untuk memenuhi unsur legalitas LKMA dalam bentuk Koperasi. Apabila LKMA telah memiliki legalitas, maka mitra usaha akan semakin menaruh kepercayaan kepada LKMA untuk

melakukan kerjasama, khususnya di sub-sektor agribisnis.

Peningkatan Produksi dan Pemasaran Hasil

Di antara penyebab kegagalan usaha yang dihadapi oleh pelaku usaha anggota LKMA adalah kendala produksi dan kendala pemasaran hasil. Kendala produksi terkait dengan keterbatasan alat-alat produksi dan pengolahan hasil, sedangkan kendala pemasaran terkait dengan belum luasnya jaringan pemasaran yang dimiliki pelaku usaha anggota LKMA. Beberapa program yang dapat dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Pandeglang untuk membantu pengembangan LKMA di masa mendatang adalah sebagai berikut:

1. Optimalisasi fungsi pasar tradisional sebagai tempat pemasaran hasil produksi pelaku usaha LKMA. Para pelaku usaha anggota LKMA berharap adanya kemudahan dalam memasarkan hasil produksi di pasar tradisional terdekat. Mereka mengakui adanya hambatan untuk berhubungan langsung dengan para pedagang pasar tradisional. Untuk itu Pemerintah Kabupaten Pandeglang dapat memfasilitasi tgerbentuknya forum pertemuan antara para pedagang pasar tradisional dengan para pelaku usaha anggota LKMA. Dengan cara ini, para pelaku usaha anggota LKMA dapat memasarkan secara langsung hasil usahanya kepada para pedagang di pasar tradisional.

2. Penerapanteknologi pengolahan hasil pertanian. Pengolahan hasil merupakan upaya untuk meningkatkan nilai tambah serta memperpanjang daya simpan dan atau untuk layak dikonsumsi. Penerapan teknologi pengolahan dilakukan melalui revitalisasi dan atau introduksi teknologi tepat pengolahan hasil pertanian, khususnya pada wilayah sentra produksi pelaku usaha anggota LKMA.

3. Pengembangan sarana pengolahan. Untuk mendukung penerapan teknologi pengolahan hasil sesuai dengan permintaan pasar, perlu didukung dengan sarana yang memadai. Sesuai dengan kondisi lapangan, maka sarana pengolahan hasil hendaknya disesuaikan dengan kemampuan pelaku usaha. 4. Pengembangan manajeman informasi dan jaringan pasar. Pergeseran orientasi

usahatani dari orientasi produksi (production oriented) ke arah orientasi pasar (market oriented) perlu dipandu dengan informasi pasar yang aktual, cepat, dan mudah. Berkaitan dengan hal tersebut, maka informasi akan permintaan dan perilaku pasar baik dari aspek jenis, volume, mutu, waktu, lokasi dan harganya serta peraturan perdagangan lainnya, perlu segera diinventarisir, dianalisis, dan dipublikasikan. Kualitas dan kuantitas informasi tentang kebutuhan dan karakteristik pasar merupakan input yang sangat penting bagi pelaku usaha anggota LKMA.

5. Pengembangan promosi hasil pertanian. Promosi merupakan aspek yang perlu dikembangkan dalam mendukung pengembangan pasar produk yang dihasilkan oleh pelaku usaha anggota LKMA. Promosi dilakukan melalui pemilihan metode dan materi promosi yang efektif, peningkatan frekuensi promosi produk unggulan baik di pasar lokal (Kabupaten Pandeglang), maupun pasar di luar Kabupaten Pandeglang.

6. Pembangunan dan pengembangan sistem distribusi hasil pertanian. Program perbaikan dan pengembangan sistem distribusi dimaksudkan untuk dapat mendukung kelancaran arus komoditas dari sentra-sentra produksi pelaku usaha anggota LKMA sampai ke konsumen.

Berdasarkan perancangan program yang diturunkan dari metode AHP di atas, maka dapat disusun suatu program pengembangan LKMA agar pengelolaan LKMA di Kabupaten Pandeglang dapat berlangsung secara berkelanjutan. Perancangan program pengembangan LKMA disajikan pada Tabel 25.

Tabel 25 Rancangan program pengembangan LKMA di Kabupaten Pandeglang

No Strategi Program Kegiatan Tahun Pelaksanaan Pelaksana

I II III IV 1 Penyusunan regulasi tentang pengembangan LKMA Penyusunan regulasi tentang pengembanga n LKMA Penyusunan regulasi tentang pengembangan LKMA Dinas Pertanian Kabupaten Pandeglang 2 Peningkatan profitabilitas LKMA Penurunan angka kredit macet 1.Rescheduling, reconditioning, dan restructuring piutang 2.Penagihan utang

secara intensif kepada nasabah yang masih memilki itikad baik dan memiliki usaha.

Gapoktan dan LKMA di bawah supervise PMT Peningkatan kemandirian LKMA 1.Pengelolaan usaha jasa, seperti mengkoordinir pembayaran listrik dan telepon warga.

2.Penggalangan tabungan anggota Gapoktan dan LKMA di bawah supervise PMT 3 Peningkatan kapasitas SDM LKMA Pendidikan dan pelatihan untuk pengurus dan anggota LKMA 1.Pendidikan dan pelatihan manajemen pengelolaan untuk pengurus LKMA. 2.Pelatihan kewirausahaan untuk anggota LKMA Dinas Pertanian Kabupaten Pandeglang bekerja sama dengan BP4K Pendidikan dan pelatihan untuk PMT dan penyuluh pendamping

Pendidikan dan pelatihan konsep pengembangan LKMA Dinas Pertanian Kabupaten Pandeglang bekerja sama dengan BP4K 4 Penguatan pendanaan dan terjalinnya kemitraan dengan lembaga Lain Percepatan legalisasi LKMA 1.Pengurusan akte pendirian LKMA ke notaris.

2.Pengurusan Surat Izin

Usaha Perdagangan (SIUP).

3.Pengurusan Surat Izin

Tempat Usaha (SITU).

4.Pengurusan Nomor

Pokok Wajib Pajak (NPWP). Gapktan dan LKMA di bawah supervise PMT Penguatan pendanaan LKMA Fasilitasi pemanfaatan dana CSR atau hibah dari BUMN/BUMD yang berlokasi di Kabupaten Pandeglang untuk penguatan modal LKMA Dinas Pertanian Kabupaten Pandeglang Fasilitasi terjalinnya kerjasama LKMA dengan lembaga lain Fasilitasi kerjasama LKMA dengan lembaga keuangan lainnya.

Dinas Pertanian Kabupaten Pandeglang

5 Peningkatan Produksi dan Pemasaran Hasil Pertanian oleh LKMA Peningkatan produksi 1.Fasilitasi kerjasama LKMA dengan produsen benih. 2.Fasilitasi kerjasama LKMA dengan produsen pupuk. 3.Penerapan tekonolgi budidaya pertanian. Dinas Pertanian Kabupaten Pandeglang Pengolahan hasil produksi Penerapan teknologi pengolahan hasil pertanian. BP4K Pemasaran hasil produksi 1.Optimalisasi pasar tradisional untuk pemasaran hasil produksi. 2.Pengembangan manajemen informasi pasar.

3.Pameran dan promosi

hasil-hasil produksi dan pengolahan produk pertanian. 4.Perbaikan dan peningkatan prasarana dan sarana transportasi produk pertanian. Dinas Pertanian Kabupaten Pandeglang

Dokumen terkait