• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

2. Perangkat Pembelajaran

peneliti membatasi pada perangkat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

7

3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) merupakan detail rencana aktivitas tatap muka sebagai pedoman guru untuk satu pertemuan atau lebih guna mencapai suatu Kompetensi Dasar (KD).

4. Pembelajaran terpadu merupakan pembelajaran yang membuat siswa aktif dalam menemukan konsep pengetahuan secara holistik, bermakna, dan otentik melalui suatu suatu pokok bahasan atau tema tertentu yang dikaitkan dengan pokok bahasan lain atau konsep tertentu dikaitkan dengan konsep lain.

5. Pembelajaran terpadu tipe sequenced adalah pembelajaran terpadu yang menekankan pada urutan karena adanya persamaan-persamaan ide/konsep/topik, walaupun dalam mata pelajaran yang berbeda diajarkan dalam waktu yang berurutan.

F. Spesifikasi Produk 1. Cover produk

Cover depan produk terdiri dari judul pengembangan perangkat pembelajaran terpadu yaitu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Terpadu Tipe Sequenced untuk Siswa Kelas IV Sekolah Dasar; gambar yang mencerminkan RPP pembelajaran terpadu tipe sequenced; nama penulis; logo Universitas, keterangan yang berisi Program Studi yaitu Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Jurusan yaitu Ilmu Pendidikan,

8

Falkutas yaitu Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas yaitu Sanata Dharma Yogyakarta.. Cover belakang berisi sinopsis dan bio data singkat penulis.

2. Ukuran kertas A4

Produk dicetak dalam ukuran kertas A4 supaya setiap bagian dalam RPP terlihat jelas.

3. Kata Pengantar

Kata pengantar terdiri dari ucapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa; penjelasan kerangka berpikir seputar pembelajaran terpadu tipe sequenced; ucapan terimakasih kepada pihak yang membantu dan terlibat dalam penyusunan produk; dan kesediaan penulis menerima kritik dan saran terkait dengan produk yang dikembangkan.

4. Daftar Isi

Daftar isi terdiri dari garis besar isi buku beserta nomor halaman. 5. Penjelasan pembelajaran terpadu tipe sequenced

Penjelasan pembelajaran terpadu tipe sequenced terdiri dari pengertian pembelajaran terpadu tipe sequenced; karakteristik pembelajaran terpadu tipe sequenced; langkah-langkah pengembangan pembelajaran terpadu tipe sequenced; dan kelebihan dan kelemahan pembelajaran terpadu tipe sequenced.

9

6. Pemetaan Kompetensi Dasar (KD) dan indikator pembelajaran terpadu tipe sequenced

Peneliti memberi 3 (tiga) contoh pemetaan KD dan indikator pembelajaran terpadu tipe sequenced.

7. Komponen perangkat pembelajaran (RPP) disusun lengkap

Komponen yang terdapat pada RPP yaitu a) identitas RPP; b) kompetensi inti; c) kompetensi dasar, indikator dan perumusan tujuan pembelajaran; d) rangkuman materi ajar; e) pendekatan, tipe dan metode pembelajaran; f) media pembelajaran/bahan dan sumber belajar; g) skenario pembelajaran; h) penilaian; i) lampiran. Lampiran berisikan materi pembelajaran, LKS, media pembelajaran, tindak lanjut, dan rubrik penilaian.

8. RPP yang dikembangkan mengandung karakteristik Kurikulum SD 2013 RPP yang dikembangkan mengacu pada karakteristik Kurikulum SD 2013 yaitu terpadu antar konsep/muatan pelajaran, menggunakan pendekatan scientific, penilaian otentik, berpusat pada siswa, berbasis kompetensi, mengembangkan pendidikan karakter dan mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi.

9. Indikator pembelajaran mengembangkan kemampuan berpikir siswa tingkat tinggi

10

Indikator dibuat mengacu pada kata kerja operasional yang dikembangkan berdasarkan Taksonomi Bloom hasil revisi. Terdapat 6 (enam) klasifikasi tingkatan berpikir dari kompetensi paling rendah sampai kompetensi tingkat tinggi yaitu mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan membuat. Kata kerja operasional yang digunakan dalam penyusunan RPP diambil dari kompetensi tingkat tinggi.

10. RPP dikembangkan sesuai dengan karakteristik pembelajaran terpadu tipe sequenced

Pembelajaran terpadu tipe sequenced adalah pembelajaran terpadu yang menekankan pada urutan karena adanya persamaan-persamaan ide/konsep/topik, walaupun dalam mata pelajaran yang berbeda diajarkan dalam waktu yang berurutan. Karakteristik pembelajaran terpadu tipe sequenced adalah tipe pembelajaran antar bidang studi, topik atau unit pada satu bidang studi disusun dan diurutkan bertepatan dengan unit bidang studi lain, ide atau konsep yang sama pada satu bidang studi diajarkan juga pada bidang studi lain, menggunakan skala prioritas dalam mengurutkan materi yang memiliki kesamaan ide atau konsep, keterpaduan: ide/konsep/topik yang hampir sama pada bidang studi diajarkan pada waktu yang hampir bersamaan/berurutan.

11

RPP yang dikembangkan praktis artinya mudah dilaksanakan oleh guru. RPP yang dibuat juga fungsional artinya banyak manfaat sebagai pedoman pembelajaran.

12. Menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar

Penyusunan RPP memperhatikan ketentuan Ejaan Bahasa Indonesia (EBI) yang meliputi tanda baca, huruf kapital, nama orang, nama tempat, dan kata penghubung.

12 BAB II

LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka

1. Karakteristik Esensial Kurikulum SD 2013

Sebelum membahas mengenai karakteristik Kurikulum 2013 perlu dipahami pengertian kurikulum itu sendiri. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Sanjaya (dalam Yani, 2014:6) juga memberikan pengertian kurikulum yang mirip dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, yaitu kurikulum merupakan suatu dokumen perencanaan yang memiliki sebuah tujuan yang harus dicapai, isi materi dan pengalaman belajar yang harus dilakukan oleh siswa, strategi dan cara yang harus dikembangkan, evaluasi yang dirancang untuk mengumpulkan informasi tentang pencapaian tujuan, serta implementasi dari dokumen yang dirancang dalam bentuk nyata.

Kurikulum merupakan semua kegiatan yang diberikan kepada siswa di bawah tanggung jawab sekolah. Kegiatan tersebut dilakukan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan sekolah (Alberty dalam

13

Fadlillah, 2014:14). Berdasarkan ketiga pengertian tersebut, kurikulum merupakan sebuah rencana sekaligus cara yang telah ditetapkan sekolah untuk mencapai tujuan tertentu sesuai dengan kesepakatan yang telah dibuat oleh pihak sekolah.

Pada saat ini kurikulum Sekolah Dasar (SD) yang berlaku di Indonesia adalah Kurikulum 2013. Kurikulum 2013 merupakan pengembangan dari kurikulum sebelumnya, baik Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang telah dirintis pada tahun 2004 maupun Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada tahun 2006. Sejatinya, Kurikulum 2013 dapat diartikan sebagai sebuah kurikulum yang dikembangkan untuk meningkatkan dan menyeimbangkan kemampuan soft skills dan hard skills yang berupa sikap, keterampilan dan pengetahuan (Fadlillah, 2014:16).

Sesuai dengan pendapat Fadlillah tersebut, Mulyasa (2013:66) juga mengungkapkan bahwa Kurikulum 2013 merupakan tindak lanjut dari Kurikulum KBK yang pernah diujicobakan di tahun 2004. Kurikulum KBK sendiri dijadikan acuan dalam mengembangkan kurikulum yang menyangkut berbagai ranah pendidikan yaitu pengetahuan, keterampilan dan sikap. Sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan (SKL), sasaran pembelajaran mencakup pengembangan ranah sikap, pengetahuan, dan

14

keterampilan yang dielaborasi untuk setiap satuan pendidikan (Permendikbud, 2016).

Berdasarkan pembahasan pengertian kurikulum dan Kurikulum 2013 tersebut, dapat disimpulkan bahwa Kurikulum 2013 merupakan seperangkat rencana dan cara yang telah ditetapkan pemerintah untuk menyempurnakan kurikulum KBK maupun KTSP, dimana sasaran pendidikan diarahkan pada pengembangan ranah sikap, keterampilan dan pengetahuan. Kurikulum SD 2013 mempunyai karakteristik sendiri dibandingkan dengan kurikulum yang pernah berlaku sebelumnya. Berikut adalah karakteristik esensial dari Kurikulum SD 2013:

a. Menggunakan pembelajaran terpadu.

Kurikulum 2013 menggunakan pembelajaran tematik terpadu (Yani, 2014:93). Pembelajaran tematik terpadu pada Kurikulum 2013 diadopsi dari model pembelajaran spider webbed atau model jaring-jaring laba-laba (Yani, 2014:118). Model pembelajaran spider webbed merupakan salah satu contoh dari 10 (sepuluh) model pembelajaran terpadu yang dikembangkan oleh Robin Fogarty. Pengembangan model pembelajaran spider webbed dimulai dari menentukan tema pembelajaran kemudian mengembangkan menjadi subtema dengan tetap memperhatikan keterkaitan antar mata pelajaran.

15

Kadir dan Asrohah (2014:9) menuturkan bahwa pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang memadukan antara berbagai mata pelajaran atau bidang studi dengan menggunakan tema tertentu. Selain itu, Prastowo (2014:45) mengatakan bahwa pembelajaran tematik adalah model pembelajaran terpadu (integrated intruction) yang merupakan sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa, baik secara individu maupun kelompok, aktif menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara holistik, bermakna, dan otentik.

Istilah pembelajaran tematik pada dasarnya adalah model pembelajaran yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran. Proses pembelajaran melalui suatu tema dimaksudkan supaya memberikan pengalaman bermakna bagi siswa karena siswa akan belajar secara utuh. Oleh karena itu, Kurikulum 2013 dapat dikatakan sebagai kurikulum yang menggunakan pembelajaran terpadu karena memadukan beberapa mata pelajaran ke dalam suatu tema. b. Menggunakan pendekatan scientific

Majid (2014:211) menjelaskan bahwa Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah (scientific approach). Pendekatan ilmiah/scientific meliputi proses mengamati, menanya, mencoba,

16

mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta untuk semua mata pelajaran. Sejalan dengan pernyataan tersebut, Kemendikbud (2013) menyatakan bahwa pendekatan scientific atau ilmiah merupakan suatu cara atau mekanisme pembelajaran untuk memfasilitasi siswa agar mendapatkan pengetahuan atau keterampilan dengan prosedur yang didasarkan pada suatu metode ilmiah. Pembelajaran scientific terdapat metode ilmiah yang menjadi dasar pembelajaran. Sujarwanta (2012:75) memaparkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan pendekatan scientific adalah pembelajaran yang menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung baik menggunakan observasi, eksperimen maupun cara yang lainnya, sehingga realitas yang akan berbicara sebagai informasi atau data yang diperoleh selain valid juga dapat dipertanggungjawabkan.

Sesuai dengan paparan tersebut, pendekatan scientific dalam Kurikulum 2013 merupakan pembelajaran dimana siswa diberi pengalaman langsung secara ilmiah melalui kegiatan mengamati, menanya, mencoba/mencipta, menalar, menyajikan/ mengomunikasikan.

c. Mengembangkan pendidikan karakter

Terdapat perubahan mindset dalam Kurikulum 2013 yaitu penekanan pada pendidikan karakter. Terdapat perubahan penggunaan

17

istilah baru dalam Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yaitu istilah Kompetensi Inti atau KI. Lahirnya konsep KI diawali dari pengelompokan kompetensi pokok atas sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Awalnya, kompetensi sikap hanya berdiri satu rumusan saja namun dalam perkembangannya kompetensi sikap dibagi menjadi 2 (dua) yaitu sikap spiritual dan sikap sosial (Yani, 2014:54). Melalui sikap spritual akan mendorong peserta didik memiliki moral dan etika yang baik dalam kehidupannya. Aspek sosial merupakan gambaran bentuk hubungan dengan sesama manusia dan lingkungannya (Fadlillah, 2014:49).

Pendidikan karakter dalam Kurikulum 2013 dapat diintegrasikan dalam seluruh mata pelajaran pada setiap disiplin ilmu yang terdapat dalam suatu pembelajaran. Guru dituntut untuk memasukkan muatan pendidikan karakter pada setiap pembelajaran yang dilakukan. Mulyasa (2013:7) mengungkapkan bahwa pendidikan karakter mengarah pada pembentukan budaya sekolah, yaitu nilai-nilai yang mendasari perilaku, tradisi, kebiasaan sehari-hari, serta simbol-simbol yang dipraktikkan oleh semua warga sekolah.

d. Mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi.

Yani (2014:73) menegaskan bahwa mindset Kurikulum 2013 adalah mengembangkan keterampilan menalar, mengomunikasikan,

18

dan mencipta. Siswa dianggap berhasil jika memiliki kemampuan menalar/menganalisis, mengomunikasikan, dan mencipta. Kemampuan tersebut jika dilihat merupakan kompetensi tingkat tinggi sesuai dengan Taksonomi Bloom hasil revisi.

e. Penilaian otentik

Pada Kurikulum 2013 proses penilaian pembelajaran menggunakan pendekatan penilaian otentik (authentic assesment) (Fadlillah, 2014:178). Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan menjelaskan bahwa penilaian otentik adalah penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai mulai dari masukan (input), proses, dan keluaran (output) pembelajaran. Abidin (dalam Yani, 2014:146) menjelaskan bahwa penilaian otentik merupakan proses mengukur, memonitoring, dan menilai semua aspek hasil belajar (kognitif, afektif, dan psokomotorik). Penilaian otentik adalah suatu proses pengumpulan, pelaporan, dan penggunaan informasi tentang proses dan hasil belajar siswa dengan menerapkan prinsip-prinsip penilaian, pelaksanaan, keberlanjutan, bukti-bukti otentik, akurat, dan konsisten sebagai akuntabilitas publik (Pusat Kurikulum dalam Majid, 2014:238).

Berdasarkan pemaparan tersebut, penilaian otentik dalam Kurikulum 2013 merupakan penilaian secara komprehensif untuk

19

menilai semua aspek hasil belajar (kognitif, afektif, dan psikomotorik) sesuai dengan bukti otentik pekerjaan atau tingkah laku siswa.

f. Berpusat pada siswa

Akbar, dkk (2013:19) menjelaskan pada proses pembelajaran Kurikulum 2013 memerankan siswa sebagai subjek belajar yang utama. Guru lebih sebagai fasilitator dan motivator. Guru sebagai fasilitator yaitu guru memfasilitasi proses pembelajaran untuk menciptakan suasana pembelajaran yang membuat siswa terlibat secara aktif. Siswa didorong untuk aktif untuk mendapatkan informasi-informasi atau pengetahuan baru pada saat pembelajaran berlangsung (Fadlillah, 2014:180). Guru sebagai motivator yaitu guru memberikan motivasi supaya siswa lebih semangat dalam mengikuti proses pembelajaran. g. Berbasis kompetensi

Kurikulum 2013 menekankan pada kompetensi atau kemampuan yang harus dicapai oleh peserta didik. Mulyasa (2013:68) menjelaskan bahwa melalui kompetensi yang dicapai peserta didik akan memberikan seperangkat kompetensi tertentu. Terdapat 6 (enam) kompetensi yang harus dicapai siswa yaitu pengetahuan (knowledge), pemahaman (understanding), kemampuan (skill), nilai (value), sikap (attitude), dan minat (interest). Dalam konteks Kurikulum 2013,

20

kompetensisi lulusan berhubungan dengan kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan (Fadlillah, 2014:177).

2. Perangkat Pembelajaran

KBBI (2008) mengartikan bahwa perangkat merupakan alat perlengkapan, sedangkan pembelajaran merupakan proses, cara menjadikan orang belajar. Perangkat pembelajaran merupakan perangkat yang dipergunakan dalam proses pembelajaran. Perangkat yang dimaksud bisa berupa buku siswa, silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), instrumen evaluasi atau Tes Hasil Belajar (THB) (Ibrahim dalam Trianto, 2012:96). Lebih lanjut, Prasetyo, dkk (2011:16) perangkat pembelajaran adalah alat atau perlengkapan untuk melaksanakan proses yang memungkinkan pendidik dan peserta didik melakukan kegiatan pembelajaran.

Sesuai dengan pemaparan tersebut, perangkat pembelajaran merupakan perlengkapan yang digunakan sebagai cara menjadikan orang belajar dalam proses pembelajaran. Perangkat pembelajaran yang sering digunakan adalah silabus dan RPP. Penyusunan dan pengembangan silabus di Indonesia pada umumnya dilakukan oleh pemerintah pusat dalam hal ini departemen yang mengurusi pendidikan. Kurikulum 2013 penyusunan silabus sangat mungkin dilakukan oleh pemerintah pusat, namun pengembangannya perlu disesuaikan dengan kondisi di lapangan (Akbar, 2013:7-8).

21

Perangkat Pembelajaran RPP disusun oleh guru sesuai dengan panduan pemerintah. Permendikbud (2014) Pengembangan RPP dapat dilakukan oleh guru secara mandiri dan/atau berkelompok di sekolah/madrasah dikoordinasi, difasilitasi, dan disupervisi oleh kepala sekolah/madrasah. Pengembangan RPP dapat juga dilakukan oleh guru secara berkelompok antar sekolah atau antar wilayah dikoordinasi, difasilitasi, dan disupervisi oleh dinas pendidikan atau kantor kementerian agama setempat. Selain itu, RPP disusun sesuai dengan kreasi dan kebijakan guru terkait proses pembelajaran yang akan dilakukan.

Perangkat pembelajaran yang dikembangkan peneliti adalah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) terpadu tipe sequenced. Perangkat pembelajaran disusun tanpa silabus dengan alasan RPP terpadu tipe sequenced ini sebagai kreasi dalam model pembelajaran yang dilakukan guru. Silabus dalam Kurikulum 2013 sudah disusun pemerintah sehingga dalam menyusun RPP terpadu tipe sequenced peneliti menggunakan silabus tersebut sebagai acuan. Oleh karena itu, silabus tidak dibuat supaya tidak merubah program semester yang telah disusun.

Salah satu komponen dalam silabus Kurikulum 2013 adalah identitas mata pelajaran atau tema pelajaran (Amri, 2015:50). Silabus disusun sesuai tema dalam pembelajaran. Jaringan KD dan indikator yang dibuat peneliti

22

beberapa lintas tema dalam Kurikulum 2013. Oleh karena itu, peneliti tidak membuat silabus karena jaringan KD dan indikator beberapa lintas tema.

Berikut akan dibahas 2 (dua) perangkat pembelajaran yaitu silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP):

a. Silabus

Majid (2009:38) menjelaskan bahwa silabus adalah ancangan pembelajaran yang berisi rencana bahan ajar mata pelajaran tertentu pada jenjang dan kelas tertentu, sebagai hasil dari seleksi, pengelompokan, pengurutan, dan penyajian materi kurikulum, yang dipertimbangkan berdasarkan ciri dan kebutuhan daerah setempat. Sedangkan Permendikbud (2016) menuturkan bahwa silabus merupakan acuan penyusunan kerangka pembelajaran untuk setiap bahan kajian mata pelajaran. Selain itu, Kurniawan, (2014:113) mengemukakan bahwa silabus merupakan susunan topik bahasan dari satu pelajaran.

Sesuai dengan pengertian tersebut, silabus merupakan acuan dalam menyusun rencana pembelajaran yang berisikan garis besar dari bahan ajar mata pelajaran tertentu.

b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Permendikbud Nomor 22 tahun 2016 menjelaskan bahwa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) merupakan rencana kegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih. Sejalan

23

dengan pernyataan tersebut, Akbar (2016:39) menerangkan bahwa rencana pelaksanaan pembelajaran adalah seperangkat perencanaan yang dibuat dan disusun oleh guru sebelum mengajar sebagai pegangan seorang guru dalam mengajar di dalam kelas. Kurniawan (2014:122) memaparkan bahwa rencana kegiatan pembelajaran adalah detail rencana aktivitas pembelajaran untuk mencapai satu KD tertentu, atau gabungan KD apabila dalam pembelajaran terpadu. Melalui KD yang ada dibedah menjadi beberapa indikator kemudian dijabarkan melalui rencana pembelajaran yang akan dilakukan.

Sesuai dengan pemaparan tersebut, rencana pelaksanaan pembelajaran adalah detail rencana aktivitas tatap muka sebagai pedoman guru untuk satu pertemuan atau lebih guna mencapai suatu Kompetensi Dasar (KD).

Berdasarkan Permendikbud Nomor 22 tahun 2016 tentang Standar Proses, komponen RPP terdiri atas:

1) Identitas sekolah yaitu nama satuan pendidikan; 2) identitas mata pelajaran atau tema/subtema; 3) kelas/semester;

24

5) alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan beban belajar dengan mempertimbangkan jumlah jam pelajaran yang tersedia dalam silabus dan KD yang harus dicapai; 6) tujuan pembelajaran yang dirumuskan berdasarkan KD dengan

menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan;

7) kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi;

8) materi pembelajaran, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator ketercapaian kompetensi;

9) metode pembelajaran, digunakan oleh pendidik untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai KD yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan KD yang akan dicapai;

10) media pembelajaran, berupa alat bantu proses pembelajaran untuk menyampaikan materi pelajaran;

11) sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam sekitar, atau sumber belajar lain yang relevan;

12) langkah-langkah pembelajaran dilakukan melalui tahapan pendahuluan, inti, dan penutup; dan

25

RPP disusun untuk setiap kompetensi dasar yang akan dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih (Akbar, 2013:142). Kompetensi Dasar (KD) merupakan kompetensi yang dipelajari peserta didik untuk suatu mata pelajaran di kelas tertentu (Permendikbud, 2012). Setiap KD dalam RPP harus dijabarkan menjadi satu indikator atau lebih sesuai dengan kebutuhan pembelajaran.

Trianto (2010:144) memaparkan bahwa dalam mengembangkan indikator perlu memperhatikan beberapa hal yaitu, indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik mata pelajaran, dan indikator dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur dan/atau dapat diamati. Senada dengan pendapat tersebut, Prastowo (2014:164) mengatakan bahwa indikator dirumuskan dengan kata kerja operasional yang bisa diukur dan bisa dibuat instrumen penilaiannya. Indikator itu sendiri berfungsi sebagai alat untuk mendesain kegiatan pembelajaran, kerangka kerja dalam merencanakan cara mengevaluasi hasil belajar siswa dan panduan siswa dalam belajar (Trianto, 2012:85). Oleh karena itu, dalam membuat indikator pembelajaran harus menggunakan kata kerja operasional karena indikator merupakan penanda keberhasilan dalam pembelajaran.

Kata kerja operasional dapat dilihat dari tingkatan berpikir yang dikembangkan oleh Benyamin Bloom yang disebut dengan Taksonomi

26

Bloom, kemudian direvisi oleh Anderson dan Krathwohl. Taksonomi Bloom (revisi) memiliki beberapa tingkatan dari yang paling rendah sampai yang paling tinggi: mengingat, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi dan mencipta (Kuswana, 2012:112). Guru sebagai pelaksana kurikulum, kata kerja operasional diharapkan dapat menentukan indikator pembelajaran sesuai dengan standar perkembangan zaman.

Indikator pembelajaran diturunkan menjadi tujuan pembelajaran. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar tahun 2013 menerangkan bahwa tujuan pembelajaran yang dirumuskan berdasarkan KD, dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. KD yang sudah ada dianalisis menjadi sebuah indikator pembelajaran untuk menjadi acuan dalam penyusunan tujuan pembelajaran. Prastowo (2014:186) menjelaskan bahwa tujuan pembelajaran dirumuskan dengan mengacu pada rumusan indikator dalam pernyataan yang operasional.

Tujuan pembelajaran yang baik memuat unsur A (Audience), B (Behaviour), C (Condition), dan D (Degree). Dalam penulisan audience dianjurkan penampilan yang diharapkan adalah penampilan mandiri yaitu peserta didik sendiri. Behaviour mengandung kemampuan spesifik operasional yang ditulis dalam bentuk kata kerja operasional yang tepat

27

diamati dan diukur. Condition merupakan persyaratan atau kondisi yang diperlukan untuk terjadinya penampilan atau tingkah laku yang diharapkan. Kemudian, degree/kriteria menjelaskan kriteria keberhasilannya (Harjanta, 2008:89)

Dokumen terkait