• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Kajian Pustaka

3. Perangkat Pembelajaran

4. Model Pembelajaran adalah seluruh rangkaian materi ajar yang guru sajikan untuk mencapai tujuan pembelajaran.

5. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division adalah salah satu strategi pembelajaran kooperatif yang di dalamnya terdapat beberapa kelompok kecil siswa yang level kemampuan akademik yang berbeda-beda saling bekerja sama untuk menyelesaikan tujuan pembelajaran.

6. Pendekatan Reflektif Tipe Problem Based Learning merupakan model pembelajaran yang melakukan pemusatan pada pengajaran dan keterampilan pemecahan masalah yang diikuti dengan penguatan keterampilan.

F. Spesifikasi Produk

Spesifikasi produk yang dikembangkan dalam penelitian dan pengembangan ini adalah

1. Cover

Cover depan produk terdiri dari judul pengembangan perangkat pembelajaran inovatif yaitu pengembangan perangkat pembelajaran inovatif dalam sub tema bermain di tempat wisata mengacu kurikulum 2013 untuk siswa kelas 2 sekolah dasar; nama penulis; logo universitas, keterangan yang berisi program studi yaitu pendidikan guru sekolah dasar, jurusan yaitu ilmu pendidikan, fakultas yaitu keguruan dan ilmu pendidikan, universitas yaitu Sanata Dharma Yogyakarta. Cover belakang berisi sinopsis dan biodata singkat penulis.

2. Ukuran kertas

Produk dicetak dalam ukuran kertas A4 dengan berat 70 gram sedangkan sampul dicetak dengan kertas ivory 230 supaya terlihat kokoh.

3. Format tulisan

Produk ditulis menggunakan theme fontTimes New Rowman” dengan spasi 1,5 supaya setiap bagian dalam RPP terlihat jelas.

4. Kata pengantar

Kata pengantar terdiri dari ucapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa; penjelasan kerangka berpikir seputar pembelajaran inovatif; ucapan terimakasih kepada pihak yang membantu dan terlibat dalam penyusun produk; dan kesediaan penulis dalam menerima kritik dan saran terkait dengan produk yang dikembangkan.

5. Daftar isi

Daftar isi terdiri dari garis besar isi buku beserta nomor halaman.

6. Produk yang dikembangkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari progam tahunan, progam semeseter, silabus, dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.

7. Program tahunan untuk kelas 2 SD semester gasal. Program Tahunan adalah rencana umum pelaksanaan pembelajaran muatan pelajaran berisi antara lain rencana penetapan alokasi waktu satu tahun pembelajaran. Prota dibuat sesuai dengan kalender tahun pelajaran baru. Komponen-komponen dalam menyusun Program Tahunan: Identitas (antara lain muatan pelajaran, kelas, tahun pelajaran) dan Format isian (antara lain tema, subtema, dan alokasi waktu).

8. Perangkat pembelajaran program semester untuk kelas 2 SD semester gasal. Program Semester merupakan penjabaran dari program tahunan sehingga program tersebut tidak bisa disusun sebelum tersusun program tahunan. Program semester dilihat kalender dari semester gasal. Program Semester berisikan garis-garis besar mengenai hal-hal yang hendak dilaksanakan dan dicapai dalam semester tersebut.

9. Perangkat pembelajaran silabus untuk kelas 2 SD semester gasal.

Silabus merupakan salah satu produk pengembangan kurikulum berisikan garis-garis besar materi pelajaran, kegiatan pembelajaran dan rancangan penilaian. Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu atau kelompok mata pelajaran/ tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok, kegiatan pembelajaran, indikator

pencapaian kompetensi untuk penilaian, penilaian, alokasi waktu dan sumber belajar.

10.Perangkat pembelajaran RPP disusun lengkap terdiri dari 1) identitas RPP; 2) kompetensi inti; 3) kompetensi dasar, indikator, dan tujuan pebelajaran; 4) pendekatan, tipe dan metode; 5) sumber belajar; 6) langkah pembelajaran; 7) penilaian; 8) rangkuman materi 9) lampiran yang berisi LKS, media dan rubrik penskoran yang berjumlah enam set, mulai dari pembelajaran 1 (satu) sampai dengan 6 (enam).

11.Mengandung karakteristik Kurikulum SD 2013

Karakteristik pembelajaran terpadu memuat unsur keterpaduan antara mata palajaran yang akan diajarkan, saintifik yang dikembangkan adalah 5M yaitu : mengamati, menanya, mencoba, menalar dan mengkomunikasikan yang akan diaplikasikan di dalam kegiatan inti. Kemudian adanya penilaian otentik yaitu penilaian proses dari pengetahuan, sikap dan ketrampilan. Kurikulum 2013 terdapat pendidikan karakter pada siswa dan kemampuan berpikir tinggi yaitu menerapkan taksonomi bloom mulai dari C4 sampai C6.

12.Mengembangkan keterampilan belajar abad 21

Penelitian mengembangkan empat keterampilan 4C yaitu berpikir kritis (critical thinking), berpikir kreatif (creative thinking), kerjasama (collaborative), dan komunikasi (communicative)

13.Sesuai dengan karakteristik model pembelajaran inovatif yang digunakan, yaitu 1) pembelajaran,bukan pengajaran; 2) guru sebagai fasilitator bukan instrastuktur; 3) siswa sebagai subjek, bukan objek; 4) multimedia bukan monomedia; 5) sentuhan manusiawi bukan hewani; 6) pembelajaran induktif, bukan deduktif; 7) materi bermakna bagi siswa bukan sekedar dihafalkan; 8) keterlibatan siswa partisipatif, bukan pasif.

Model pembelajaran inovatif yang dikembangkan yaitu model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division dan pendekatan berbasis masalah tipe Problem Based Learning. Tiga RPP

menggunakan model pembelajaran kooperatif dan tiga RPP menggunakan pendekatan berbasis masalah.

14. Soal Post Test mengacu pada panduan penilaian untuk sekolah dasar. Perangkat pembelajaran dilengkapi dengan 6 set soal penilaian harian untuk setiap 1 subtema yang diberikan pada akhir pembelajaran.

15.Menggunakan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia

Peneliti menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar menurut Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan yang meliputi bahasa, peristilahan, nama orang, nama tempat tanda baca, dan kata penghubung.

9 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

1. Kurikulum SD 2013

Pada jenjang Sekolah Dasar, kurikulum yang berlaku saat ini adalah Kurikulum 2013. Undang Undang Nomor 20 Tahun 2013 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Begitu juga kurikulum adalah sebuah dokumen perencanaan yang berisi tentang tujuan yang harus dicapai, isi materi dan pengalaman pembelajaran harus dilakukan siswa, serta implementasi dari dokumen yang dirancang dalam bentuk nyata(Sarinah, 2015: 1). Inlow (1966), juga memberikan pengertian bahwa kurikulum merupakan usaha menyeluruh yang dirancang khusus oleh sekolah dalam membimbing siswa memperoleh dari hasil pelajaran yang telah ditentukan.

Berdasarkan ketiga definisi kurikulum di atas, kurikulum merupakan seperangkat pembelajaran yang menjadi proses tujuan suatu pembelajaran yang harus ditempuh oleh siswa untuk memperoleh hasil belajar.

Kurikulum yang saat ini diterapkan di Indonesia adalah kurikulum 2013. Kurikulum 2013 dirancang oleh pemerintah guna menyiapkan peserta didik untuk memenuhi perkembangan jaman di masa mendatang. Kurikulum 2013 merupakan pengembangan dari kurikulum - kurikulum sebelumnya, yang dikembangkan untuk meningkatkan dan menyeimbangkan soft skills dan hard skills yang berupa sikap, keterampilan dan pengetahuan dengan pembentukan sikap sebagai nilai utama.

Majid (2013: 86) menyatakan bahwa Kurikulum 2013 adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menghubungkan berbagai bidang studi yang mencerminkan dunia nyata di sekeliling siswa dan dalam rentang kemampuan, serta perkembangan anak. Subroto (2009: 9), juga berpendapat bahwa kurikulum 2013 adalah pembelajaran yang diawali dengan suatu pokok bahasan atau tema tertentu yang dikaitkan dengan pokok bahasan lain, konsep tertentu dikaitkan dengan konsep lain, yang dilakukan secara spontan atau direncanakan, baik dalam satu bidang studi atau lebih, dan dengan beragam pengalaman belajar siswa, maka pembelajaran menjadi lebih bermakna. Kurikulum 2013 adalah menekankan pada kompetensi dengan pemikiran kompetensi berbasis sikap, keterampilan, dan pengetahuan, Nur (dalam Kurinasih, 2014: 21-22).

Ketiga pernyataan di atas, disimpulkan oleh peneliti yaitu kurikulum 2013 sebagai pembelajaran yang mengaitkan kehidupan nyata sehari-hari siswa dengan pokok bahasan tertentu yang dikaitkan dengan bahasan lain sehingga pengalaman belajar siswa lebih bermakna.

a. Karakteristik Kurikulum SD 2013

Kurikulum 2013 merupakan serentetan rangkaian penyempurnaan terhadap kurikulum yang telah dirintis tahun 2004 yang berbasis kompetensi lalu di teruskan dengan kurikulum 2006 atau KTSP (Kurinasih, 2014: 32). Nuh (dalam Kurinasih dan Sani, 2014: 21-22) berpendapat bahwa kurikulum 2013 ini lebih ditekankan pada kompetensi dengan pemikiran kompetensi berbasis sikap (attitude), keterampilan (skill), dan pengetahuan (knowledge). Hal ini sejalan sesuai dengan amanat UUD No. 20 Tahun 2003 dalam penjelasan Pasal 35: “Kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan standar nasional yang telah disepakati.

Kurikulum 2013 memiliki karakteristik yang berbeda dengan kurikulum lainnya, yaitu :

1) Menggunakan pembelajaran terpadu

Pembelajaran terpadu memiliki dua istilah yang secara teoritis memiliki hubungan yang saling terkait dan ketergantungan satu dengan lainnya, yaitu integrated curriculum (kurikulum terpadu) dan integrated learning (pembelajaran terpadu).

Prastowo (2015: 45) memaparkan bahwa pembelajaran tematik adalah salah satu model dalam pembelajaran terpadu (integrated instruction) yang merupakan sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa , baik secara individual maupun kelompok, aktif menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara holistis, bermakna, dan autentik. Sama halnya, Daryanto (2014: 42) menjelaskan bahwa pembelajaran terpadu merupakan suatu model pembelajaran yang mencoba memadukan beberapa pokok bahasan atau bidang studi atau berbagai materi dalam satu sajian pembelajaran keterangan seperti ini disebut juga dengan kurikulum atau pengajaran lintas studi. Trianto (2014: 62) menyatakan bahwa karakteristik pembelajaran terpadu meliputi, (1) holistik, (2) bermakna, (3) autentik, dan (4) aktif. 2) Menggunakan pendekatan scientific

Pembelajaran scientific tidak hanya memandang hasil belajar sebagai muara akhir, namun proses pembelajaran dipandang sangat penting. Oleh karena itu, pembelajaran scientific menekankan pada keterampilan proses. Dalam model ini, siswa diarahkan untuk melakukan pengembangan keterampilan dalam memproses pengetahuan, menemukan, dan mengembangkan sendiri fakta, konsep, dan nilai-nilai yang diperlukan (Semiawan, 1992). Majid (2014: 211)

menjelaskan bahwa Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah (scientific approach). Komponen yang dikembangkan dalam proses pembelajaran menggunakan pendekatan scientific yaitu (1) mengamati, (2) menanya, (3) mencoba/mengumpulkan data, (4) menalar, dan (5) mengkomunikasikan. Dalam pendekatan scientific bertujuan agar siswa memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi (critical thinking skill) yang terdapat pada kegiatan menanya.

3) Pendidikan Karakter

Implementasi kurikulum 2013 lebih menekankan pada pembentukan karakter siswa, menghasilkan generasi yang produktif, kreatif, inovatif. Mulyasa (2013: 7) menyatakan pada kurikulum 2013 lebih menekankan pada pendidikan karakter terutama pada tingkat dasar sebagai fondasi bagi tingkat berikutnya. Melalui pengembangan pendidikan karakter di kurikulum 2013 diharapkan siswa dapat menjadi generasi yang bermartabat dan mempunyai nilai tambah. Pendidikan karakter dalam kurikulum 2013 memiliki tujuan untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan. Hal ini dapat membentuk budi pekerti dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang sehingga dapat terwujud dalam perilaku sehari hari. Pendidikan karakter pada kurikulum 2013 ini tertuang pada Kompetensi Inti (KI) 1 mengenai sikap Ketuhanan dan KI 2 mengenai sikap sosial, KI 3 mengenai pengetahuan, dan KI 4 mengenai keterampilan. Pada implementasi kurikulum 2013 pendidikan karakter diharapkan mampu diintegrasikan pada pembelajaran di setiap bidang studi.

4) Kemampuan berpikir tingkat tinggi (High Order Thinking Skill) High Order Thinking Skill (HOTS) merupakan suatu proses berpikir peserta didik dalam level kognitif yang lebih tinggi yang dikembangkan dari berbagai konsep dan metode kognitif dan taksonomi pembelajaran. Tujuan utama dari HOTS adalah meningkatkan kemampuan berpikir peserta didik pada level yang lebih tinggi, terutama berkaitan kemampuan untuk berpikir kritis dalam menerima berbagai jenis informasi yang datang padanya. HOTS sering dikenal dengan sebutan 4C ini merupakan peningkatan kemampuan pemahaman dan penguasaan peserta didik atas materi pembelajaran agar ia dapat berpikir secara kritis (critical thinking), kreatif (creative thinking), mampu memecahkan masalah (problem solving), dan mampu membuat keputusan (making dicision) (Saputra, 2016: 91-92).

5) Penilaian autentik

Majid (2011: 186) menyatakan bahwa penilaian autentik adalah proses pengumpulan informasi oleh guru tentang perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan peserta didik melalui berbagai teknik yang mampu mengungkapkan, membuktikan, atau menunjukkan secara tepat bahwa tujuan pembelajaran dan kemampuan telah benar-benar dikuasai dan dicapai. Penilaian autentik berupa penilaian unjuk kerja (performance) berdasarkan penguasaan pengetahuan yang telah dipelajari sebelumnya oleh peserta didik. Penilaian autentik mengarahkan peserta didik untuk menghasilkan ide, mengintegrasikan pengetahuan, dan menyempurnakan tugas yang terkait dengan kompetensi yang dibutuhkan dalam dunia nyata (Sani, 2016: 23). Penilaian autentik merupakan penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai mulai dari masukan (input)

proses, dan keluaran (output) pembelajaran, yang meliputi ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan (Kurinasih, 2014: 48). Pada penilaian autentik ada kecenderungan yang fokus pada tugas-tugas kompleks atau kontekstual, memungkinkan siswa untuk menunjukkan kompetensi mereka melalui sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Karena penilaian semacam ini mampu menggambarkan peningkatan hasil belajar siswa, baik dalam rangka mengobservasi, menanya, manalar, mencoba, dan membangun jejaring (Kurinasih, 2014: 48).

2. Keterampilan Belajar Dasar Abad 21

Pergeseran paradigma pembelajaran yang kontemporer telah berganti pada pembelajaran yang berpusat pada siswa, yaitu siswa diberi kebebasan dan keleluasaan belajar sesuai dengan minat dan bakatnya. Hal tersebut ditempuh melalui strategi pembelajaran yang diimplementasikan guru di dalam kelas yang mempunyai beberapa karakteristik, yaitu 1) pembelajaran berpusat pada peserta didik atau disebut student centered learning, 2) mengembangkan kreatifitas peserta didik, 3) menciptakan suasana yang menarik saat pembelajaran, 4) peserta didik aktif dalam pembelajaran (Hosnan, 2014: 85).

Delors Report (1996) dari International Commission on Education for the Twenty-first Century, mengajukan empat visi pembelajaran yaitu pengetahuan, pemahaman, kompetensi untuk hidup, dan kompetensi untuk bertindak. Selain visi tersebut juga dirumuskan empat prinsip yang dikenal sebagai empat pilar pendidikan yaitu learning to know, learning to do, learning to be dan learning to live together. Pada bagian berikut peneliti akan menjelaskan sekilas tentang kompetensi dan keterampilan sesuai empat pilar pendidikan yang terdapat pada Delors Report.

a. Learning to Know

Belajar mengetahui merupakan kegiatan untuk memperoleh, memperdalam dan memanfaatkan materi pengetahuan. Penguasaan materi merupakan salah satu hal penting bagi siswa di abad ke-21. Siswa juga harus memiliki kemauan untuk belajar sepanjang hayat. Hal ini berarti siswa harus secara berkesinambungan menilai kemampuan diri tentang apa yang telah diketahui dan terus merasa perlu memperkuat pemahaman untuk kesuksesan kehidupannya kelak. Siswa harus siap untuk selalu belajar ketika menghadapi situasi baru yang memerlukan keterampilan baru. Pembelajaran di abad ke-21 hendaknya lebih menekankan pada tema pembelajaran interdisipliner. Empat tema khusus yang relevan dengan kehidupan modern adalah: (1) kesadaran global; (2) literasi finansial, ekonomi, bisnis, dan kewirausahaan; (3) literasi kewarganegaraan; dan (4) literasi kesehatan. Tema-tema ini perlu dibelajarkan di sekolah untuk mempersiapkan siswa menghadapi kehidupan dan dunia kerja di masa mendatang dengan lebih baik

b. Learning to Do

Siswa mampu menyesuaikan diri dan beradaptasi dalam masyarakat yang berkembang sangat cepat, maka individu perlu belajar berkarya. Siswa maupun orang dewasa sama-sama memerlukan pengetahuan akademik, dapat menghubungkan pengetahuan dan keterampilan, kreatif dan adaptif, serta mampu mentrasformasikan semua aspek tersebut ke dalam keterampilan yang berharga. Yani dan Mamat (2018: 47-52) mengatakan bahwa Learning to Do terdiri dari beberapa aspek, yaitu :

1) Berpikir kritis (Critical Thinking)

Berpikir kritis merupakan proses kognitif untuk menganalisis atau mengevaluasi informasi secara cerdas. Seorang yang berpikir kritis, mampu menjawab berbagai alasan dari suatu keadaan, situasi, atau peristiwa. Kemampuan dalam berpikir

kritis dapat membantu dalam memecahkan masalah, mempermudah pekerjaan, dapat mencari solusi, mampu menentukan keterkaitan sesuatu dengan yang lainnya yang lebih akurat. Pengembangan berpikir kritis dapat melalui (1) pengamatan, (2) analisis, (3) penalaran, (4) penilaian, (5) pengambilan keputusan, dan (6) persuasi. Dalam pembelajaran, berpikir kritis merupakan salah satu proses berpikir tingkat tinggi (High Order Thinking Skills/HOTS) yang dapat digunakan dalam pembentukan konseptual peserta didik. 2) Komunikasi (Commnication)

Kemampuan seseorang dalam berkomunikasi disebut dengan kompetensi komunikasi. Kompetensi komunikasi tersebut meliputi aspek (1) pengetahuan, (2) sikap, dan (3) keterampilan yang sesuai dalam mengelola pertukaran pesan verbal dan nonverbal (Yani dan Mamat, 2015: 48). Kurikulum 2013 menuntut siswa dapat berkomunikasi supaya dapat menyampaikan pemikiran dengan jelas, menyampaikan perintah dengan jelas dan dapat memotivasi orang lain dengan kemampuan berbicara.

3) Kolaborasi (Collaboration)

Kolaborasi merupakan bentuk interaksi sosial yang meliputi aktivitas kerjasama yang ditujukan untuk mencapai tujuan bersama dengan saling membantu dan saling memahami tugasnya masing-masing (Yani dan Mamat, 2015: 50). Kolabrasi tersebut melibatkan pembagian tugas yang mana masing-masing individu mengerjakan pekerjaannya sesuai dengan tanggung jawabnya demi mencapai tujuan bersama. Kurikulum 2013 dan pembelajaran abad 21 menuntut adanya kompetensi kolaboratif tersebut, karena pembelajaran kolaboratif akan menghasilkan sinergi antara intelektualitas siswa dengan kompetensi sosialnya.

4) Kreativitas (Creativity)

Seseorang dapat menemukan gagasan atau konsep baru yang bermanfaat bagi dirinya sendiri dan sekitar disebut orang kreatif. Kreativitas sendiri merupakan proses mental yang memunculkan gagasan atau konsep baru, atau hubungan baru antara gagasan dan konsep yang sudah ada (Yani dan Mamat, 2015: 51).

Kurikulum 2013 menuntut siswa tidak hanya terampil dalam hal kognitif, namun juga dalam hal psikomotor yaitu keterampilan.

c. Learning to Be

Keterampilan akademik dan kognitif memang keterampilan yang penting bagi seorang siswa, namun bukan merupakan satu-satunya keterampilan yang diperlukan siswa untuk menjadi sukses. Siswa yang memiliki kompetensi kognitif yang fundamental merupakan pribadi yang berkualitas dan beridentitas. Siswa seperti ini mampu menanggapi kegagalan serta konflik dan krisis, serta siap menghadapi dan mengatasi masalah sulit di abad ke-21. Secara khusus, generasi muda harus mampu bekerja dan belajar bersama dengan beragam kelompok dalam berbagai jenis pekerjaan dan lingkungan sosial, dan mampu beradaptasi dengan perubahan zaman. Dalam Learning to Be terdiri dari beberapa aspek:

1) Keterampilan sosial dan lintas budaya

Keterampilan sosial dan lintas budaya yang baik sangat penting dalam mewujudkan kesuksesan di sekolah maupun kehidupan. Keterampilan ini memungkinkan individu untuk berinteraksi secara efektif dengan orang lain (misalnya mengetahui saat yang tepat untuk mendengarkan dan berbicara, dan bagaimana memperlakukan diri secara hormat, secara profesional), bekerja secara efektif dalam sebuah tim yang memiliki anggota beragam (misalnya menghormati

perbedaan budaya dan berkolaborasi dengan orang-orang yang berasal dari berbagai kondisi sosial dan latar belakang budaya), berpikiran terbuka terhadap ide-ide dan nilai-nilai yang berbeda, dan menggunakan perbedaan sosial dan budaya untuk menghasilkan ide-ide, inovasi dan kualitas kerja yang lebih baik. Memiliki keterampilan sosial yang baik dapat membantu siswa untuk membuat sebuah keputusan dengan baik. Keterampilan sosial yang baik pada anak-anak dan remaja dapat mempengaruhi kinerja akademis mereka, sikap, hubungan sosial dan keluarga, dan keterlibatan dalam kegiatan ekstrakurikuler. Kemampuan berempati juga termasuk keterampilan sosial yang diharapkan tumbuh di kehidupan abad ke-21 (National Research Council, 2012; P21, 2007a). Kesempatan untuk mengembangkan ketahanan emosional dan empati harus dirancang secara eksplisit (Leadbeater, 2008). Steedly, dkk (2008) menyatakan adanya keyakinan bahwa anak-anak pada umumnya memperoleh keterampilan sosial yang positif melalui interaksi sehari-hari dengan orang dewasa dan teman sebaya mereka. Namun, guru dan orang tua harus memperkuat pembelajaran ini dengan teladan secara langsung. 2) Tanggung jawab pribadi, pengaturan diri, dan inisiatif

Tingginya tingkat interaksi dan kerja sama tim dalam lingkungan kerja di abad ke-21 diharapkan dapat diantisipasi dengan meningkatkan kualitas pribadi siswa. Kemampuan pengaturan diri adalah jantung dari pembelajaran abad ke-21. Siswa yang mandiri bertanggung jawab terhadap proses belajarnya sendiri dan bersedia meningkatkan kemampuan sepanjang kariernya. Herring (2012) berpendapat bahwa siswa yang mandiri mendapatkan motivasi dari dalam dirinya sendiri. Siswa mandiri paham bahwa semangat belajar adalah kemampuan dasar yang akan membuat mereka berhasil di

tempat kerja. Kemampuan beradaptasi adalah kemampuan untuk menanggapi perubahan kondisi ekonomi dan pasar serta menguasai keterampilan baru dengan cepat. Kemampuan ini merupakan salah satu dari tiga kompetensi yang paling dibutuhkan di dunia kerja abad ke-21. Hal penting lainnya adalah fleksibilitas dalam berbagai pengaturan kerja, sosial dan menunjukkan inisiatif, ketangkasan mental dan rasa ingin tahu, yang dapat diwujudkan dengan beragam teknologi berbasis web yang tersedia. Dengan menggunakan sumber daya teknologi sebagai sumber belajar informal, memungkinkan siswa dapat memiliki kemampuan berkolaborasi tinggi, mudah berbagi dan bertukar pengetahuan, dan mengarahkan diri sendiri untuk terus belajar (Herring, 2012). Kemampuan lain yang bermanfaat adalah kemampuan untuk merefleksikan kelebihan dan kekuatan yang ada dalam diri siswa dan meningkatkan manajemen waktu. Pelatihan untuk meningkatkan keterampilan tersebut dapat diadakan oleh pihak sekolah untuk membantu siswa mempersiapkan diri terjun di dunia kerja dan kehidupan di abad ke-21 (P21, 2011).

3) Keterampilan berpikir logis

Generasi muda saat ini hidup di dunia yang lebih menantang, sehingga mereka perlu mengembangkan kemampuan berpikir logis terhadap isu-isu global yang kompleks dan penting. Mereka harus siap untuk mengatasi berbagai masalah, termasuk konflik manusia, perubahan iklim, kemiskinan, penyebaran penyakit dan krisis energi. Sekolah harus menyediakan berbagai peluang, bimbingan dan dukungan agar siswa memahami peran dan tanggung jawabnya di dunia nyata, serta mengembangkan kompetensi

yang memungkinkan mereka untuk memahami situasi dan lingkungan baru.

4) Keterampilan metakognitif

P21 telah mengidentifikasi pembelajaran mandiri sebagai salah satu keterampilan dasar dalam kehidupan dan karir yang diperlukan untuk mempersiapkan pendidikan dan pekerjaan di abad ke-21. Metakognisi didefinisikan sebagai

'thinking about thinking'. Seseorang yang memiliki

pengetahuan metakognitif berarti menyadari berapa banyak mereka memahami topik pembelajaran dan faktor-faktor yang mempengaruhi pemahaman mereka. Keterampilan metakognitif dapat meningkatkan pembelajaran dan pemahaman siswa. Beberapa langkah penting untuk mengajarkan keterampilan metakognitif sebagai berikut: (a) ajarkan kepada siswa bahwa belajar itu tidak terbatas jumlahnya dan kemampuan seseorang untuk belajar dapat diubah, (b) ajarkan bagaimana menetapkan tujuan belajar dan merencanakan pencapaiannya, dan (c) berikan siswa banyak kesempatan untuk berlatih memantau kegiatan belajarnya secara akurat. Tanamkan pada siswa bahwa hal-hal tersebut penting dan merupakan kebutuhan bagi siswa itu sendiri.

d. Learning to Live Together

Berbagai bukti menunjukkan bahwa siswa yang bekerja secara kooperatif dapat mencapai level kemampuan yang lebih tinggi jika ditinjau dari hasil pemikiran dan kemampuan untuk menyimpan informasi dalam jangka waktu yang panjang dari pada siswa yang bekerja secara individu. Belajar bersama akan memberikan kesempatan bagi siswa untuk terlibat aktif dalam

Dokumen terkait