• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMERINTAH DALAM PELAKSANAAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN YANG LAYAK HUNI

D. Program-Program Pemerintah Terkait Pelaksanan Perumahan dan Permukiman Yang Layak Huni

3. Perbaikan Kampung 36

a. Mengurangi genangan air di waktu hujan, dengan cara memperbaiki sistem saluran drainase dan pengerasan jalan-jalan dalam kampung.

Program perbaikan kampung yang lebih dikenal dengan nama Kampung

Improvement Project yang disingkat KIP pada kenyataannya bukan suatu program

baru di Indonesia. Kegiatan tersebut telah ada pada waktu penjajahan Belanda dengan nama Kampoeng Verbetering.

Tujuan program ini pada awalnya adalah untuk memperbaiki kondisi lingkungan perumahan kampung di dalam kota yang kumuh dan tidak sehat, agar masyarakat dapat tinggal dalam lingkungan perumahan yang lebih sehat dan lebih nyaman. Dengan adanya perbaikan kondisi lingkungannya, diharapkan masyarakat secara, sertahap akan berkembang memperbaiki kondisi rumah mereka masing-masing.

Program perbaikan kampung dimulai kembali di Indonesia pada akhir tahun enam puluhan di dua kota. Program ini dilaksanakan oleh Pemerintah DKI - Jakarta diberi nama Proyek Muhammad Husni Thamrin dan oleh Pemerintah Daerah Tingkat II Kotamadya Surabaya yang diberi nama Proyek W.R. Supratman.

Konsep pelaksanaan program perbaikan kampung pada awalnya cukup sederhana. Untuk meningkatkan kondisi fisik lingkungan perumahan kampung, sasarannya adalah:

b. Meningkatkan pengadaan air bersih, dengan cara pemasangan kran-kran umum 36

di beberapa tempat.

c. Mengurangi gangguan sampah, dengan cara memperbaiki sistem pembuangan sampah melalui pengadaan gerobak-gerobak sampah, tong dan bak sampah. d. Meningkatkan kondisi sanitasi lingkungan, dengan cara pembangunan fasilitas

mandi, cuci, kakus atau MCK.

Untuk beberapa kampung yang membutuhkan, program ini juga membangun Puskesmas, Pos Pelayanan Kesehatan maupun penambahan atau perbaikan Sekolah Dasar

Meskipun pada prinsipnya tujuan program ini sama, pada kenyataannya konsepnya berkembang dari waktu ke waktu. Berdasarkan penelitian Johan Silas, konsep tersebut selalu berkembang dan disempurnakan. Konsep tersebut dapat dikategorikan sebagai berikut:

a. Konsep Politis

Konsep ini dilaksanakan pada waktu penjajahan Belanda. Program ini dipakai sebagai alas politik

Pemerintah untuk memenuhi tuntutan pihak oposisi di parlemen maupun untuk memenuhi tanggung jawab Pemerintah Daerah.

b. Konsep Proyek Pekerjaan Umum

Konsep pekerjaan ini pertama sekali mulai di Jakarta dan Surabaya pada akhir enam puluhan dan awal tujuh puluhan, konsep yang dipakai adalah konsep pekerjaan umum. Kegiatan-kegiatan pembangunan di kampung sangat ditentukan oleh apa yang menurut Pemerintah penting untuk dilakukan.

c. Konsep Perumahan

bantuan pinjaman dari Bank Dunia. Program perbaikan kampung diharapkan untuk dapat menghasilkan rumah-rumah dengan standar minimum yang masih dapat diterima, tanpa harus membangun rumah-rumah baru. Hal ini dapat dilakukan dengan cara meningkatkan rumah-rumah yang dibawah standar menjadi rumah-rumah yang standarnya dapat diterima oleh Pemerintah.

d. Konsep dengan Peran Serta Masyarakat

Dengan bantuan Institut Teknologi Sepuluh November atau ITS di Surabaya, masyarakat setempat yang akan terkena program tersebut diajak berkonsultasi dan dimintai pendapatnya tentang program perbaikan kampung yang akan dilaksanakan di kampungnya. Dalam diskusi tersebut dijelaskan pula apa yang dapat dan tidak dapat dilakukan oleh proyek tersebut. Disamping itu, dijelaskan pula apa yang diharapkan untuk dapat dilengkapi oleh masyarakat setempat. Dapat pula ditambahkan disini bahwa konsep yang mirip telah dikembangkan oleh Prof. Hasan Poerbo dan Jurusan Arsitektur ITB untuk program yang sama di Kota Bandung.

e. Konsep Pengembangan Kota

Setelah banyak kampung di dalam kota menjadi baik, dana Pemerintah masih tetap terbatas sedangkan untuk memenuhi kebutuhan kualitas selalu meningkat. Oleh karena itu, program perbaikan kampung dijadikan salah satu bagian dari program pengembangan kota secara terpadu. Dengan menggunakan kekuasaan Pemerintah Daerah, program perbaikan kampung dimanfaatkan sebagai alas untuk mengintegrasikan, merangsang dan memaksakan adanya subsidi silang dari berbagai kegiatan pembangunan di daerah perkotaan.

Dengan adanya penyempurnaan konsep-konsep tersebut, komponen perbaikan awal dari program ini juga mengalami perubahan dan penambahan, disesuaikan dengan kondisi kampung dan masyarakat setempat. Sejak dilaksanakan di Jakarta dan Surabaya pada tahun 1969 program perbaikan kampung terns dilaksanakan d berbagai kota. Sejak Pelita II program perbaikan kampung, dengan bantuan Bank Dunia, dikembangkan di beberapa kota besar antara lain, Jakarta, Surabaya dan Ujung Pandang. Mulai Pelita III dan dilanjutkan pada pelita-pelita berikutnya program perbaikan kampung dilaksanakan di kota-kota sedang dan kecil. Sampai saat ini telah banyak kampung di beberapa kota di Indonesia yang telah terkena program ini. Dari hasil penelitian dan pengamatan dari para peneliti antara lain John Taylor dan Johan Silas yang dikemukakan dalam sebuah pertemuan yang diprakarsai oleh Bank Dunia di Surabaya pada tahun 1994, ada beberapa hal yang dapat dikemukakan tentang dampak program perbaikan kampung pada masyarakat, yaitu antara lain sebagai berikut:

Terlihat adanya sedikit kontribusi dari program ini pada peningkatan pendapatan masyarakat maupun pola pengeluaran masyarakat, demikian pula adanya peningkatan yang tidak mencolok pada kesehatan masyarakat.

Secara Kualitatif dapat dilihat adanya peningkatan yang cukup besar pada kondisi lingkungan sosial, mengakibatkan adanya peningkatan komitmen masyarakat untuk meningkatkan perbaikan dan pemeliharaan komponen- komponen program perbaikan kampung maupun rumah mereka masing-masing.

Komitmen masyarakat tersebut meningkat sejalan besarnya keterlibatan masyarakat dalam perencanaan maupun pelaksanaan perbaikan, kampung tersebut.

yang belum terpecahkan dengan baik pada program ini yaitu masalah status kepemilikan lahan milik masyarakat, yang menyulitkan pengaturan dan penertiban kampung tersebut. Disamping itu, menurut Johan Silas di beberapa lokasi proyek perbaikan kampung, karena meningkatnya nilai tanah dan rumah, ada kecenderungan masyarakat yang ekonominya lemah tergusur dari kampungnya karena rumah dan tanahnya dijual kepada masyarakat yang lebih mampu, atau tidak mampu membayar sewa rumah yang meningkat.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa meskipun secara keseluruhan program perbaikan kampung telah dapat meningkatkan kondisi perumahan masyarakat berpenghasilan rendah dan beberapa bagian dari kota, secara kuantitas tidak dapat menambah jumlah rumah yang sangat diperlukan oleh masyarakat berpenghasilan rendah.37

Dalam sebuah lingkungan perumahan harus disediakan prasarana untuk memberikan kemudahan bagi penghuni. prasarana-prasarana yang harus disediakan adalah sebagai berikut