• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbaikan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Pelestarian Fungsi Lingkungan Hidup

Dalam dokumen Lampiran Pidato Kenegaraan Presiden RI (Halaman 114-122)

1. Permasalahan yang Dihadapi

Sumber daya alam dimanfaatkan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat dengan tetap memerhatikan kelestarian fungsi lingkungan hidupnya. Dengan demikian, sumber daya alam memiliki peran ganda, yaitu sebagai modal pembangunan (economic resource) dan sekaligus sebagai penopang sistem kehidupan (life support system). Atas dasar fungsi ganda itu, sumber daya alam senantiasa harus dikelola secara seimbang untuk menjamin keberlanjutan pembangunan nasional. Berbagai permasalahan masih banyak dihadapi dan harus diselesaikan. Permasalahan itu antara lain tingginya potensi konflik kepentingan antarpihak, penipisan cadangan sumber daya alam, masih lemahnya kelembagaan, penegakan hukum yang tidak selalu mudah dipecahkan, rentang waktu yang cukup panjang antara kegiatan pembangunan dengan munculnya dampak lingkungan, serta rendahnya pemahaman dan kesadaran masyarakat akan pentingnya penghematan sumber daya alam dan pelestarian fungsi lingkungan hidup.

Hutan merupakan salah satu sumber daya alam yang masih potensial tetapi pengelolaannya belum optimal, antara lain karena penataan kawasan hutan yang belum mantap, unit pengelolaan hutan yang belum terbentuk di seluruh kawasan hutan, pola pemanfaatan hutan yang belum sepenuhnya berpihak kepada masyarakat, pemanfaatan hutan yang masih mengutamakan hasil kayu semata, pengawasan dan penegakan hukum yang masih lemah, serta upaya konservasi dan rehabilitasi hutan dan lahan kritis yang belum mendapat perhatian memadai.

Sumber daya kelautan dan perikanan juga masih sangat potensial, walaupun masih banyak dijumpai tantangan dan kendala. Perairan Indonesia sangat luas dan memerlukan pengelolaan yang tepat, baik dalam aspek pertahanan, keamanan, maupun pendayagunaannya. Terbatasnya kemampuan negara dalam melakukan pengawasan dan pengendalian telah memicu berbagi persoalan yang cukup serius. Merebaknya praktik penyelundupan dan pencurian kekayaan laut (illegal fishing/mining), pencemaran dan

kerusakan ekosistem pesisir dan laut sering dijumpai di kawasan laut yang rawan dan di daerah perbatasan. Sementara koordinasi dan sinergitas antarinstitusi yang mempunyai kewenangan di laut juga masih rancu dan tumpang tindih sehingga persoalan yang terjadi di laut sulit ditangani secara tegas dan tuntas. Di samping itu, batas wilayah laut Indonesia dengan 10 negara tetangga juga belum selesai, dan hal ini berpengaruh besar terhadap keberadaan maupun pengelolaan potensi lautnya, bahkan pulau-pulau kecil terluar/ terdepan sebagai titik pangkal perbatasan belum pula ditangani secara optimal, baik dari segi ekonomi, sosial budaya, maupun politik. Permasalahan juga muncul karena belum diterapkannya rencana pengelolaan sumber daya kelautan secara konsisten, bahkan banyak daerah yang belum memiliki rencana tersebut, sehingga konflik kepentingan sering terjadi (antarsektor, antardaerah, antarpusat, dan daerah). Selain itu, sistem mitigasi bencana alam belum dikembangkan dengan baik. Hal ini perlu mendapat perhatian karena Indonesia merupakan daerah rawan bencana (gempa, tsunami) yang sewaktu-waktu dapat terjadi akibat pergerakan lempeng tektonik Indo- Australia, Eurasia, dan Pasifik.

Dalam hal sumber daya mineral dan pertambangan, permasalahan utama yang dihadapi adalah menurunnya produksi minyak bumi karena berkurangnya cadangan (sumur produksi) dan belum tercapainya pengembangan lapangan minyak yang baru. Keadaan ini disebabkan kurangnya investasi baru di bidang migas yang umumnya dilakukan oleh investor asing.Disamping itu, kenaikan harga minyak bumi dunia yang terus berlanjut sepanjang tahun 2005 telah mengakibatkan ketimpangan harga BBM domestik yang besar terhadap harga BBM di luar negeri.Dampak buruk dari disparitas tersebut telah dirasakan secara langsung oleh rakyat dengan berkurangnya stok dan kelangkaan BBM di dalam negeri yang diakibatkan oleh perilaku spekulan. Kelangkaan BBM juga menunjukan bahwa system distribusi BBM yang dilakukan oleh Pertamina cukup rawan jika harga BBM tidak berada di tingkat keekonomiannya. Bahkan pasokan beberapa jenis BBM yang dijual dengan harga rendah, seperti minyak solar dan minyak tanah sudah sangat tergantung pada impor karena kapasitas untuk produksi BBM dalam negeri tidak mencukupi. Kendala utamanya adalah keterbatasan teknis dan penyediaan bahan baku minyak mentah yang dibutuhkan

untuk kilang bersangkutan harus dari impor. Kurangnya eksplorasi telah menyebabkan produksi dan neraca sumber daya mineral tidak mengalami perubahan yang berarti. Hal ini antara lain sangat berkaitan dengan masalah ijin pertambangan termasuk eksplorasi di kawasan hutan lindung yang menyebabkan ketidakpastian usaha pertambangan.

Ketergantungan dan kelangkaan BBM yang terjadi akan membaik jika kegiatan penganekaragaman/diversifikasi energi dan penghematan/konservasi energi berjalan baik. Harga BBM domestik yang ditekan rendah dan hambatan kegiatan diversifikasi dan konservasi telah saling memperkuat, dan membuat derajat persoalannya semakin rumit. Kondisi umum negara berkembang yang dicirikan dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang sejalan dengan tingkat konsumsi energi yang tinggi telah terjadi di Indonesia. Hal ini dapat diperbaiki dengan upaya intensifikasi pemanfaatan sumber- sumber energi yang telah dikembangkan pada saat ini.

Permasalahan mendasar pengembangan energi nasional meliputi data mengenai potensi energi di seluruh Indonesia, belum terencananya prospek bisnis energi, belum efektifnya manajemen risiko, belum tuntasnya kerangka regulasi, kurang menariknya iklim investasi, ketergantungan pembangunan energi (atau investasi energi) pada pemerintah yang sangat besar, belum efektifnya kelembagaan dan belum tersusunnya perumusan konsep keamanan pasokan energi atau ketahanan energi (security of energy supply).

Isu degradasi lingkungan hidup, seperti pencemaran udara dan kerusakan atmosfer, kebutuhan air dan pencemaran air, kerusakan dan pencemaran pesisir dan laut, kemerosotan keanekaragaman hayati, kebutuhan dan diversifikasi energi, limbah domestik, limbah bahan berbahaya dan beracun, kerusakan hutan dan lahan, kerusakan daerah aliran sungai, bencana lingkungan dan alam serta masih banyak lagi yang lain terus bermunculan. Sebagian memang disebabkan oleh fenomena alam tetapi sebagian lagi merupakan kontribusi dari perbuatan manusia yang cenderung merusak. Meskipun telah dilakukan upaya-upaya perbaikan, hal itu masih belum mampu menahan laju degaradasi lingkungan secara siginifikan.

2. Langkah-Langkah Kebijakan dan Hasil-Hasil yang Dicapai

Berbagai permasalahan yang digambarkan di atas memperlihatkan bahwa upaya pengarusutamaan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan ke dalam praktik pembangunan nasional masih belum menggembirakan. Konsep yang berupaya menyejahterakan masyarakat tanpa merusak lingkungan itu, kenyataannya masih banyak menghadapi tantangan.

Di bidang sumber daya kehutanan, telah dilaksanakan kebijakan yang menekankan upaya rehabilitasi dan konservasi karena selain tetap mementingkan pelindungan dan pemanfaatan sumber daya hayati juga diupayakan tidak mengurangi kontribusi kehutanan terhadap perekonomian nasional. Upaya-upaya lainnya yang telah dilakukan antara lain, penetapan kawasan hutan; pengembangan aneka usaha kehutanan nonkayu; evaluasi kinerja industri kehutanan untuk restrukturisasi industri; penetapan lima taman nasional baru, yaitu Bantimurung-Bulusarung (Sulawesi Selatan), Aketajawe-Lolobata (Maluku Utara), Kepulauan Togean (Sulawesi Tenggara), Sebangau (Kalimantan Tengah), dan Gunung Ciremai (Jawa Barat); pelaksanaan Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GERHAN) yang merupakan salah satu prioritas dalam memulihkan kerusakan sumber daya hutan dan lahan; dan pengembangan informasi sumber daya hutan.

Kebijakan yang diambil untuk mencegah terjadinya degradasi ekosistem pesisir dan laut, antara lain dengan meningkatkan upaya konservasi laut, pesisir, dan pulau-pulau kecil serta merehabilitasi ekosistem yang rusak. Di samping itu, pengelolaan dan pendayagunaan potensi sumber daya laut, pesisir, dan pulau-pulau kecil dilakukan dengan prinsip kelestarian dan berbasis masyarakat. Untuk mengantisipasi pencurian dan perusakan sumber daya kelautan, dikembangkan pula sistem pengendalian dan pengawasan sumber daya laut dan pesisir, melalui pengembangan sistem Monitoring Controlling and Surveillance(MCS) dan pembenahan perizinan, yang disertai dengan penegakan hukum yang ketat. Selanjutnya, untuk menyelesaikan batas wilayah laut dengan negara tetangga terus dijalin kerja sama regional dan internasional. Dalam rangka mengoptimalkan sumber daya kelautan, kegiatan identifikasi potensi serta prioritas pengembangannya telah dilakukan dengan melibatkan 15 provinsi

yang mencakup 42 kabupaten/kota, yang sekaligus juga memperkuat kapasitas dan kemampuan daerah dalam perencanaan dan pengelolaan sumber daya pesisir dan laut serta keanekaragaman hayati secara berkelanjutan.

Dalam rangka pelestarian sumber daya kelautan, kegiatan yang telah dilaksanakan adalah pemberdayaan dan pelayanan terpadu masyarakat pesisir, dan percontohan Gerakan Bersih Pantai di beberapa wilayah pesisir. Di samping itu, telah dilakukan pula upaya pengelolaan dan rehabilitasi terumbu karang di 8 provinsi yang mencakup 15 kabupaten/kota, serta penetapan Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD) bersama pemerintah daerah dan stakeholders

terkait lainnya.

Dalam rangka melakukan perbaikan ketimpangan harga BBM antara harga domestik dan harga internasional, harga BBM dalam negeri telah dinaikkan pada tanggal 1 Maret 2005. Selain itu, pemerintah telah mencanangkan gerakan penghematan pemakaian energi secara nasional, meliputi antara lain penghematan energi di instansi pemerintah, pengurangan pengurangan jam siaran televisi, dan pemakaian listrik serta BBM secara hemat bagi fasilitas pemerintah dan publik. Sementara itu, untuk mengurangi beban ekonomi rakyat miskin akibat kenaikan harga, pemerintah telah memberikan subsidi untuk perluasan jangkauan pendidikan, pelayanan kesehatan dan pembangunan prasarana desa terutama di desa-desa miskin, dan dengan program ini diharapkan lebih dari 36 juta rakyat yang masih berada dibawah garis kemiskinan dapat dijangkau.

Dalam rangka penganekaragaman energi telah didorong produksi dan penggunaan gas bumi dan batubara dalam jumlah besar, disamping untuk meningkatkan hasil-hasil ekspornya. Dari sisi teknologi telah diuji coba sistem baru pemanasan industri yang menggunakan batubara, yaitu gasifikasi batubara untuk pengeringan teh, karet dan komoditi pertanian di Jawa Barat. Dengan meningkatnya harga BBM telah terjadi peningkatan minat penggunaan bahan bakar gas untuk kendaraan di kota-kota Jakarta, Surabaya, meskipun masih dalam jumlah sedikit. Kendala utama yang dihadapi adalah minat konsumen masih terbatas karena kendala teknis misalnya harus menyediakan alat tambahan pada mesin kendaraan,

jumlah stasiun pengisian gas masih terbatas, selain masih perlu sosialisasi mengenai keselamatan penggunaannya.

Hasil-hasil yang diperoleh dalam pengembangan energi, antara lain (1) telah diterbitkan keputusan Menteri ESDM Nomor:1321.K/MEM/2005 tanggal 30 Mei 2005 tentang rencana Induk Jaringan Transmisi dan Distribusi gas Nasional; (2) telah dioperasikannya fasilitas produksi, pengolahan dan penampungan migas terapung Belanak-Natuna, yang didisain untuk melakukan pengolahan minimal 500 juta kubik feet gas, 100.000 barel minyak dan kondensat serta 24.140 barel LPG setiap harinya; (3) telah dilakukannya penandatanganan kontrak investasai bidang migas pada 12 Desember 2004 sebanyak 46 Kontrak Kerja Sama (KKS); (4) telah ditetapkan/ diputuskan pemberian pasokan gas Aceh untuk pabrik Pupuk Iskandar Muda (PIM) I dan II yang akan dijalankan dengan kapasitas penuh berdasarkan prinsip-prinsip komersial tanpa subsidi pemerintah; (5) telah dikeluarkan 2 izin usaha sementara dan 1 izin usaha untuk pengolahan migas, 2 izin usaha pengangkutan migas, 6 izin usaha sementara penyimpanan migas, dan 40 izin usaha sementara dan 5 izin usaha niaga.

Secara umum, semua langkah-langkah kebijakan energi diatas meliputi kelompok kebijakan (1) intensifikasi pencarian sumber energi; (2) penentuan harga energi yang dilakukan dengan memperhitungkan nilai keekonomiannya dengan mempertimbangkan biaya produksi dan kemampuan masyarakat;(3) diversifikasi energi; (4)penerapan konservasi energi dan pemerataan beban energi bagi konsumen; (5) mengoptimalkan neraca energi dalam bauran energi.

Di bidang lingkungan hidup, selain menyelesaikan kasus-kasus lingkungan yang akut (misalnya, kasus pencemaran Teluk Buyat, Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bojong, pembukaan jalan Ladia Galaska), agenda kerja kabinet bidang lingkungan hidup yang terpenting adalah pengarusutamaan pembangunan berkelanjutan. Hal utama yang dilakukan adalah terus mendorong pengembangan kemitraan para pihak untuk mewujudkan konsep pembangunan berwawasan lingkungan melalui pengarusutamaan aspek lingkungan dalam tiap bentuk pembangunan di Indonesia. Di bidang pembangunan lingkungan hidup, kerja sama dan kemitraan yang ditelah dilakukan berkaitan dengan hal tersebut, antara lain

pengembangan Bank Pohon, Bangun Praja, dan Kalpataru. Selain itu, telah pula dikembangkan program-program, seperti pengendalian dampak perubahan iklim, program penataan lingkungan, penanggulangan dampak emisi kendaraan, serta pengelolaan sampah dan pelaksanaan program subsidi kompos.

3. Tindak Lanjut yang Diperlukan

Berbagai program akan terus dilanjutkan dengan harapan terwujudnya daya dukung lingkungan yang memadai serta penerapan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan di seluruh sektor dan daerah.

Dalam pembangunan kehutanan, langkah yang akan diambil adalah penatagunaan kawasan hutan, merumuskan rencana makropembangunan kehutanan, pemantapan pengelolaan kawasan konservasi, melaksanakan kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan, peningkatan kapasitas kelembagaan pengelolaan sumber daya hutan, serta pengembangan dan penyebarluasan pengetahuan tentang pengelolaan potensi sumber daya hutan yang berkelanjutan.

Dalam bidang sumber daya kelautan, langkah-langkah yang akan dilaksanakan adalah percepatan pembuatan Indonesian Ocean Policy agar dapat dijadikan panduan dalam pengelolaan pesisir dan laut. Selain itu, di tingkat legislasi perlu pula difasilitasi percepatan penyelesaian Undang-Undang Pengelolaan Wilayah Pesisir (UU- PWP) yang diharapkan dapat mempercepat penyelesaian konflik yang terjadi di wilayah pesisir. Selanjutnya, dalam rangka pelestarian sumber daya kelautan, akan dipacu upaya perluasan kawasan konservasi laut daerah (KKLD), yang direncanakan dapat mencapai sasaran kawasan konservasi seluas 10 juta ha pada tahun 2010 dari kondisi saat ini seluas lebih kurang 5,6 juta ha.

Untuk memperkuat pembangunan kelautan, langkah selanjutnya, yang perlu diambil adalah penyelesaian batas wilayah laut dengan negara tetangga; penanganan dan pengembangan pulau- pulau kecil, terutama yang berada di wilayah perbatasan; dan penyelesaian penamaan pulau-pulau yang ada untuk didepositkan ke PBB sebagai bentuk pengakuan dunia.

Selain itu, prinsip pengelolaan wilayah pesisir terpadu perlu diterapkan secara konsisten, mulai dari hulu, tengah, dan hilir, melingkupi daerah aliran sungai (DAS) sampai dengan wilayah pesisir. Salah satu dukungan kegiatan yang diperlukan adalah melaksanakan rehabilitasi ekosistem dan habitat pesisir yang rusak, mempromosikan upaya-upaya mitigasi lingkungan pesisir laut dan pulau-pulau kecil, dan pengendalian pencemaran pesisir dan laut.

Dibidang sumber daya mineral dan pertambangan, upaya menciptakan iklim investasi yang kondusif pada kegiatan hulu migas terus dilanjutkan. Selain itu untuk meningkatkan produksi minyak nasional perlu dilakukan pengembangan lapangan migas marginal, pengembangan lanjut brownfield, serta mempercepat pengembangan lapangan minyak baru yang sudah ditemukan yaitu lapangan Jeruk, West Seno, dan Cepu. Upaya pembangunan bidang pertambangan batu bara akan dilanjutkan dengan pengembangan teknologiupgraded brown coal (UBC)di pilot plant UBC di Palimanan-Cirebon

Untuk program diversifikasi energi, tindak lanjut yang diperlukan adalah pembangunan pipa transmisi gas untuk memperluas jaringan di Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi. Dengan pembangunan transmisi ini maka penggunaan gas di dalam negeri akan meningkat dan menghemat pemakaian BBM. Upaya meningkatkan penggunaan batu bara akan dilanjutkan dengan penyediaan batu bara dalam jumlah yang cukup dan berlanjut untuk pembangkit listrik, pabrik semen, pabrik baja dan industri lainnya. Kendala yang dihadapi adalah masih terbatasnya luas area cakupan pemasaran gas karena terbatasnya jaringan transmisi dan distribusi untuk gas kota, serta kurang tersedianya jalur transportasi kereta api untuk pengangkutan batu bara secara murah dan cepat. Perlu ditingkatkannya pemanfaatan dan penelitian serta pengembangan energi alternatif dan terbarukan terutama diarahkan untuk konsumen yang berada di daerah perdesaan.

Untuk memenuhi kebutuhan energi di masa datang dalam jumlah yang cukup dengan harga yang terjangkau perlu diupayakan penyediaan akses berbagai macam jenis energi untuk masyarakat misalnya perluasan jaringan outlet pemasaran energi non-BBM meliputi BBG (CNG) untuk kendaraan bermotor, depot LPG untuk peralatan mesin tidak bergerak, perluasan jaringan gas kota untuk

rumah tangga dan penggunaan briket batu bara untuk rumah tangga, industri kecil dan peternakan di daerah perdesaan.

Dalam memenuhi kebutuhan energi mendatang yang tersedia dalam jumlah yang memadai, terjangkau, ramah lingkungan dan berkelanjutan untuk berbagai macam jenis energi bagi segala lapisan masyarakat perlu diciptakan suatu system penyediaan dan transportasi energi yang lebih kompetitif dan mencerminkan harga pasar (keekonomian), menciptakan iklim investasi yang kondusif, meningkatkan cadangan migas nasional, menjamin pasokan gas untuk pabrik pupuk, menjamin supply dan distribusi BBM dalam negeri, dan mendorong penggunaan energi alternatif.

Di bidang lingkungan hidup, pembangunan kapasitas kelembagaan lingkungan hidup adalah tindak lanjut yang penting untuk dilakukan. Tujuannya, mendorong prinsip pembangunan berkelanjutan yang tetap melestarikan lingkungan hidup dalam pembangunan sosial ekonomi. Di samping itu, dalam program pembangunan lingkungan hidup yang dikembangkan ke depan harus telah mencakup pesan Presiden RI dalam pidato peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia di Istana Cipanas, 6 Juni 2005, yaitu antara lain menanamkan budaya bersih sejak dini, ekspose kota-kota yang bersih atau kotor, dan mengembangkan budaya hidup hemat (air, listrik, kertas, dan BBM).

H. Percepatan Pembangunan Infrastruktur

Dalam dokumen Lampiran Pidato Kenegaraan Presiden RI (Halaman 114-122)