• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.3 Perbandingan Struktur dan Konstruksi

Rumah Bolon Simalungun memiliki perbedaan dan persamaan dengan Rumah Bolon Toba. Pembangunan rumah adat tradisional berdasarkan prinsip hidup masing-masing daerah. Kedua bangunan tersebut merupakan Rumah tradisional peningggalan Raja Batak Simalungun dan Raja Batak Toba .

Struktur dan Konstruksi pada bangunan Rumah Bolon Simalungun, memiliki persamaan dan perbedaan dengan Rumah Bolon Toba, antara lain :

Denah

Denah Rumah Bolon Simalungun memiliki bentuk denah lebih luas yang berukuran ± 9,6 x 31,6 m² , dibanding Rumah Bolon Toba yang berukuran ± 10 x 6,5 m². Dilihat dari jumlah penghuni dan pembagian ruangnya, rumah bolon simalungun memiliki 14 pembagian ruang, sedang Rumah Bolon Toba hanya memiliki 11 pembagian ruang.

Pondasi

Menggunakan jenis pondasi yang sama, yaitu pondasi umpak batu. Namun bentuk dan ukuran berbeda. konstruksinya berbeda, pada Rumah Bolon Simalungun pondasi menyanggah galang dan galang menopang tiang, sedangkan Rumah Bolon Toba pondasinya langsung menopang tiang/kolom.

Penggunaan material yang digunakan sama.

Tiang Rumah

Tiang/kolom memiliki bentuk yang sama berbentuk bulat. Namun ukuran berbeda, tiang pada Rumah Bolon Toba berdiameter 35 – 40 cm, sedangkan tiang pada Rumah Bolon Simalungun berdiameter 60 - 70 cm. tiang pada Rumah Bolon Toba ditopang oleh pondasi, tiang pada Rumah Bolon Simalungun tiang ditopang oleh galang atau balok lantai. Konstruksi tiangnya berbeda, tiang pada Rumah Bolon Simalungun diletak dan ditopang oleh galang, sedangkan pada Rumah Bolon Toba tiang langsung ditopang oleh pondasi.

Galang/ Balok Lantai

Memiliki bentuk dan ukuran yang berbeda, Rumah Bolon Simalungun menggunakan galang berbentuk bulat dengan ukuran besar dengan diameter 40 - 45 cm, sedangkan Rumah Bolon Toba menggunakan galang/balok lantai berbentuk persegi berukuran lebih kecil.

Tangga

Keduanya sama-sama menggunakan material kayu dengan sitem kuncian pasak pada setiap anak tangga. Posisi tangga sama berada pada sisi tengah bagian depan bangunan, Peletakan berbeda, tangga Rumah Bolon Simalungun berada pada depan pintu masuk, sedangkan tangga Rumah Bolon Toba berada tepat di bawah pintu masuk yang sejajar dengan lantai bangunan.

Ukuran dan jumlah anak tangga berbeda, Tangga pada Rumah Bolon Simalungun memiliki 9 anak tangga dengan lebar tangga 1,3 m, ketebalan balok penyangga tangga 4 cm dan anak tangga berukuran 4 x 25 cm. Rumah Bolon Toba terdapat 5 anak tangga dengan lebar tangga 1 m, ketebalan balok penyangga tangga 8 cm dan anak tangga berukuran 4 x 20 cm

Lantai

Memiliki kesamaan dalam penggunaan material yaitu dari papan kayu persegi yang keras dan tebal. Pola peletakan sama dibuat dengan sistem tersusun dan diletakan sejajar di atas galang tanpa menggunakan paku.

Dinding

Struktur dinding berbeda, Rumah Bolon Simalungun disusun secara vertikal sejajar dengan tiang kolom dengan sistem ikat menggunakan tali ijuk, sedangkan dinding Rumah Bolon Toba disusun dengan posisi miring menggunakan sistem persambungan pasak dan pen.

Atap

Bentuk konstruksinya berbeda, terdapat model atap pelana pada bagian depan rumah bolon simalunggun, sedang pada Rumah Bolon Toba tidak ada.

Struktur rangka atap sama, berbeda pada struktur kuda-kuda. Penutup atap sama - sama menggunakan ijuk, peletakan dan pola pengerjaannya juga sama.

Struktur Rumah Bolon Simalungun menggunakan material kayu bulat dan berukuran relative besar disusun saling tindih menindih secara horizontal.

Pada bagian dindingnya terbuat dari papan dan bambu, lantai terbuat dari papan dan atapnya terbuat dari ijuk. Struktur rumah Rumah Bolon Toba terdiri dari beberapa bagian, seperti tiang, rangka atap, dan balok-balok kayu. Sistem strukturnya mempunyai konfigurasi elemen batang dalam ruang/ Pasak dan pen yang saling mengunci.

BAB V

KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Struktur dan konstruksi pada bangunan tradisional rumah adat batak simalungun dan batak toba seperti pada umumnya bangunan tradisional lain di sumatera,yaitu rumah panggung dengan konstruksi yang menggunakan material alam seperti kayu, batu, ijuk, dan rotan. Dan dibangun dengan sistem sambungan tradisional yang tidak menggunakan paku, namun menggunakan sistem sambungan pasak kayu dan juga sistem ikatan dengantali rotan dan Ijuk.

Rumah adat batak simalungun dan batak toba terdiri dari 3 bagian struktur bangunan yaitu struktur landasan bangunan ( bawah ), struktur badan bangunan ( tengah ), serta struktur atap bangunan ( atas ).

Kedua desain bangunan rumah adat ini terdiri atas struktur pondasi, kolom, sistem sambungan,dan struktur atap tersebut sudah memperhitungkan fungsi dan kontrol untuk ketahanan struktur bangunan.

Struktur dan konstruksi pada bangunan rumah adat batak simalungun dan batak toba memiliki perbedaan pada bentuk,jumlah, dan ukuran tiang,bentuk dan ukuran galang/balok lantai,ukuran tangga, struktur lantai,dan bentuk atap. Memiliki persamaan pada jenis pondasi, sistem kuncian dan sambungan pada dinding,pola lantai, strukturtangga, serta konstruksi dan material atap.

5.2 Saran

Penelitian ini bisa dikembangkan dengan menganalisis setiap sambungan pada struktur dan konstruksi bangunan tradisional Rumah Bolon Simalungun dan Rumah Bolon Toba sebagai bentuk dalam upaya menjaga dan melestarikannya.

Kedua bangunan ini merupakan situs peninggalan sejarah yang sampai sekarang masih ada dan dilestarikan oleh pemerintah. Namun semua elemen masyarakat juga harus dapat menjaga dan melestarikannya.

Begitupula dengan Rumah Bolon Toba, walau keberadaan bangunan Rumah Bolon Toba masih lebih mudah untuk ditemukan dibanding Rumah Bolon Simalungun. Kita semua juga harus menjaga kelestariannya demi menjaga nilai-nilsi kebudayaan dan keanekaragaman arsitektur tradisional yang ada di Indonesia.

Daftar Pustaka

Amos, R. (1969, Mei 24). House form and Culture. Prentice-Hall of India Private Ltd.: New Delhi, India.

Andriani, D., & Pane, I. F. (2016). Pudarnya Jati Diri Arsitektur Khas Indonesia Studi Kasus: Bangunan-bangunan dengan Penerapan Arsitektur Rumoh Aceh. Koridor.

Antono, Y. S. (2019). Rumah Tradisional Batak Toba Menuju Kepunahan: suatu Analisis Antropologis. Logos, 107--133.

Budihardjo, E. (1997). Jati diri arsitektur Indonesia. Alumni.

Dongoran, H., MS, R., & M, S. (2016). MAKNA SIMBOL PADA BANGUNAN

“RUMAH BOLON” DI DESA PEMATANG PURBA KECAMATAN PURBA KABUPATEN SIMALUNGUN SUMATERA UTARA.

Harpioza, O. D. (2016). IDENTIFIKASI PERUBAHAN ARSITEKTUR RUMAH TRADISIONAL. Tesis Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

Hasbi, R. M. (2017). Kajian Kearifan Lokal pada Arsitektur Tradisional Rumoh Aceh. Vitruvian.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL KEBUDAYAAN. (2015). Laporan Kajian Metode Konservasi Bangunan Kayu Masyarakat Simalungun Sumatera Utara.

Magelang, Jawa Tengah: BALAI KONSERVASI BOROBUDUR.

Maas Faisal, R. (2014). Pembangunan aplikasi magic book rumah ada tradisional berbasis augmented reality. Diploma thesis, Universitas Komputer Indonesia.

Manurung, P. (2014). Arsitektur Berkelanjutan, Belajar Dari Kearifan Arsitektur Nusantara.

Napitupulu, S. (1997). Arsitektur Tradisional Daerah Sumatera Utara. Direktorat Jenderal Kebudayaan.

Purba, I. (2016). Perancangan Media Informasi Rumah Adat Bolon Simalungun.

Putu, S., & Primadewi. (2014). Struktur dan Konstruksi Tradisional. Kurva Teknik.

Rahmansah, R., & Rauf, B. (2015). ARSITEKTUR TRADISIONAL BUGIS MAKASSAR (Survei pada Atap Bangunan Kantor di Kota Makassar).

Forum Bangunan, 56-63.

Rifai, A. J. (2010). Perkembangan Struktur Dan Konstruksi Rumah Tradisional Suku Bajo Di Pesisir Pantai Parigi Moutong. ruang.

Saragih, P. E. (2018). Upaya Pelestarian Wisata Rumah Bolon Pematang Purba Kabupaten Simalungun.

Sari, F. M., & Mutiari, D. (2015). Perbandingan rumah tinggal tradisional Jawa dan rumah tinggal modern di Surakarta. Sinektika: Jurnal Arsitektur, 217-224.

Sudarwanto, B., & Murtomo, B. A. (2013). Studi Struktur dan Konstruksi Bangunan Tradisional Rumah „Pencu‟di Kudus. Jurnal Lingkungan Binaan Indonesia.

Sulistijowati, M. (2017). Struktur di Arsitektur Nusantara. Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2016, (hal. 19--24).

Surasetja, R. I. (2007). Fungsi, Ruang, Bentuk Dan Ekspresi Dalam Arsitektur.

FTKP-UPI. Hand-out Mata Kuliah Pengantar Arsitektur.

Surasetja, R. I. (2007). Fungsi, Ruang, Bentuk Dan Ekspresi Dalam Arsitektur.

FTKP-UPI. Hand-out Mata Kuliah Pengantar Arsitektur.

Surasetja, R. I. (t.thn.). Fungsi, Ruang, Bentuk Dan Ekspresi Dalam Arsitektur.

Hand-out Mata Kuliah Pengantar Arsitektur, 2007.

Usop, T. B. (2011). Kearifan Lokal Dalam Arsitektur Kalimantan Tengah Yang Berkesinambungan. Jurnal Perspektif Arsitektur, 25-32.

Wahid, J. a. (2013). Arsitektur \& Sosial Budaya Sumatera Utara. Graha Ilmu.

Wibowo, A. B. (2010). ARSITEKTUR TRADISIONAL SIMALUNGUN.

Arsitektur Tradisional Simalungun.Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Banda Aceh. Banda Aceh. Banda Aceh.

Zain, Z. d. (2017). IDENTIFIKASI POLA STRUKTUR RUMAH TINGGAL, STUDI KASUS: ARSITEKTUR TRADISIONAL MELAYU DI KOTA PONTIANAK. LANGKAU BETANG: JURNAL ARSITEKTUR, 44-66.

Dokumen terkait