• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Rumah Bolon Simalungun

4.1.3. Struktur dan Konstruksi Rumah Bolon Simalungun

1. Pondasi

Pondasi Rumah Bolon Simalungun disebut palas terbuat dari batu gunung, kayu keras, pakis besar (batang tanggiang). Terdapat tiga bentuk pondasi pada bangunan ini, dua pondasi untuk bahan batu dipahat berbentuk trapesium berukuran 45 x 45 cm dengan tinggi 55 – 60 cm dan berbentuk tabung berdiameter 45 cm dengan tinggi 50 cm, sedangkan bahan batang kayu berbentuk silinder yang dikunci dengan batu semen disekelilingnya.

Antara Pondasi dengan galang bangunan dibuat pemisah yang terbuat dari ijuk agar tidak mudah busuk dan rusak.

Gambar 4.5.Bentuk pondasi Rumah Bolon Simalungun 2. Tiang Rumah

Tiang Rumah Bolon Simalungun yang disebut Hulissir terbuat dari batang kayu yang kuat dan keras. Tiang ini dibentuk bersisi supaya lebih rapi dan pada pangkal atau ujung dibuat pasi atau biasa disebut pen untuk mengikat galang dan pondasi pada tiang.

Gambar 4.6. Tiang Rumah Bolon Simalungun

Pada bagian depan bangunan Rumah Bolon Simalungun, tiang-tiang penopang rumah disusun memanjang dan melebar. Tiang-tiang penyangga rumah Bolon ini berukuran besar, diameter antara 60cm sampai 70 cm, dengan tinggi sekitar 1,75 meter. Tiang-tiang penyanggah ini diukir dan diberi warna dasar merah, putih dan hitam.

Konstruksi bangunan Rumah Bolon Simalungun mengandalkan konstruksi tiang, yaitu terdiri dari tiang-tiang utama dan tiang-tiang pembantu.

Keseluruhan tiang pada bagian rumah Bolon ini berjumlah 20 buah. Tiang kolom ini merupakan elemen struktur yang menjadi media penyalur beban sampai pada lapisan tanah dasar.

3. Galang / Balok Lantai

Galang atau balok lantai menggunakan kayu bulat kuat dan keras yang bediameter 40 – 50 cm. Jumlah sisi galang kayu tidak sama disesuaikan dengan besar kayu pada umumnya. Galang pertama atau galang paling bawah bangunan dipasang di atas pondasi batu dan tiang penyangga, dengan dibuat coakan pada bagian atas tiang penyannga sebagai tempat dudukan galang.

Kemudian galang kedua ditempatkan di atas galang pertama. Pada saat menempatkan galang ini diperhatikan pangkal dari kayu harus menghadap ketimur dan ujungnya menghadap kebarat. Di atas galang kedua juga terdapat galang kecil dan balok sebagai penyangga susunan latai bangunan. Galang kecil ini disusun dengan sistem ikat dan dikunci dengan purus dan lubang.

Gambar 4.7. Galang atau Balok Lantai Rumah Bolon Simalungun

4. Dinding

Dinding pada Rumah Bolon Simalungun dibuat dengan pemasangan posisi miring dan tidak langsung terikat pada bagian struktur tiang pada bagian bangunan depan. Pada sisi depan bangunan dinding berbahan kayu papan dengan ketebalan 4 - 5 cm yang disusun sejajar, dan pada bagian bangunan utama dinding berbahan bambu tebal 0,5 cm yang disusun sejajar secara vertikal dengan sistem terikat pada bagian struktur tiang lapisan dinding.

Gambar 4.8. Dinding Rumah Bolon Simalungun

Material dinding rumah Bolon berupa papan kayu lembaran, dan anyaman bambu seperti pada bangunan trdisional jawa yang dikenal dengan sebutan

“gedeg” yang diikat pada setiap tiang atau kolom menggunakan tali ijuk, dan dihiasi dengan motif, sedang sisi depan dinding menggunakan material papan. Struktur bagian tengah pada bangunan ini secara keseluruhan merupakan struktur bangunan tertutup, semua sisi dilindungi dan tertutup oleh dinding dari anyaan bambu tersebut hal ini sangat dipengaruhi oleh fungsi bangunan yangdigunakan sebagai ruang.

Gambar 4.9. Struktur dan Konstruksi Dinding Rumah Bolon Simalungun

Struktur dinding pada Rumah Bolon Simalungun dibuat dengan sistem ikatan yang menggukan sistem pasak. Dinding tersambung dengan balok memanjang yang dikunci menggunakan sistem sambungan pasak.

5. Lantai Rumah

Lantai Rumah Adat Batak Simalungun terbuat dari bilahan-bilahan papan yang cukup tebal dan kuat. Dipasang di atas galang sejajar dengan lebar bangunan. Disusun dengan rapih tanpa menggunakan paku atau perekat lainnya. Lantai pada bangunan Rumah Bolon Simalungun ini terbuat dari bahan kayu dengan tebal sekitar 3 - 4 cm.

Gambar 4.10. Lantai Rumah Bolon Simalungun

Gambar 4.11. Struktur Lantai kayu Rumah Bolon Simalungun

Terbuat dari bilahan-bilahan papan yang cukup tebal dan kuat dengan ketebalan 4 x 25 cm. Disusun dengan rapi tanpa menggunakan paku atau perekat lainnya. dipisah dengan lorong pada ruang utama dengan elevasi lorong lebih rendah 50 – 60 cm, lantai lorong mengunakan material sejenis kayu palem ( pinang/ kelapa ). Pada bagian rangka lantai yang berfungsi sebagai penahan beban papan lantai yang berupa balok galang kecil yang mempunyai profil bulat seperti Balok galang utama namun dengan dimensi yang kecil. Balok galang kecil ini ditata sejajar dengan sistem ikatan dan sambungan purus dan lubang.

Gambar 4.12. Sistem Sambungan pengikat balok galang kecil penyangga Lantai 6. Tangga

Tangga pada Rumah Bolon Simalungun terbuat dari kayu yang jaman dahulu dikatakan andar rassang untuk raja. Tangga berada pada pintu depan bangunan dan sebagai tangga satu-satunya untuk masuk kedalam rumah Bolon. Memiliki lebar Tangga 1,3 m dengan ketebalan balok penyangga tangga 4 cm dan anak tangga berukuran 4 x 25 cm.

Gambar 4.13. Tangga Rumah Bolon Simalungun

Tangga rumah Bolon Siamalungun memiliki pegangan tangan yang terbuat dari rotan, yang digantungkan di tengah-tengah tangga. Pembuatan pegangan tangga ini memiliki arti tersendiri bagi masyarakat Simalungun, dimana pada saat memasuki rumah ataupun keluar dari rumah. Tangan kananlah yang memegang rotan, baik itu saat menaiki anak tangga maupun menuruni anak tangga.

7. Atap Rumah

Atap Rumah Bolon Simalungun biasa disebut Tayub berbentuk dasar pelana pada bagian depan bentuk atap ini mirip seperti atap rumah adat karo, dan berbentuk perisai pada bagian belakang. pada ujung atap bagian belakang seperti tutup keong, sedangkan bagian depannya terdapat hiasan kepala kerbau.

Gambar 4.14. Bentuk dan Struktur Atap Rumah Bolon Simalungun Struktur atap terdiri dari rangka atap, dengan sistem konstruksi kuda-kuda dan lapisan ijuk. Sistem sambungan dan konek antara komponen tersebut menggunakan beberapa sistem ikatan, sistem sambungan lubang dan purus digunakan sebagai sistem koneksi pada bagian konstruksi kuda-kuda. Ikatan tersebut diperkuat dengan sistem ikatan tali, hal tersebut juga di gunakan dalam sistem ikatan pada bagian rangka atap antara kuda-kuda dengan balok melintang yang berfungsi sebagai gording. pada bagian usuk yang menopang lapisan ijuk juga menggunakan ikatan dengan tali. Penutup atap terbuat dari ijuk dan rumbia yang disusun dengan teknik tradisional agar terlihat rapi.

Dokumen terkait