• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan Kadar MDA Serum Pasien Katarak Senilis Matur dan Imatur

HASIL PENELITIAN

6.4 Perbedaan Kadar MDA Serum Pasien Katarak Senilis Matur dan Imatur

Stres oksidatif sangat berperan dalam patogenesis katarak senilis dan telah dibuktikan oleh beberapa penelitian sebelumnya (El-Ghaffar dkk., 2007; Cekic dkk., 2010). Beberapa peneliti meyakini, dengan menunda kasus katarak senilis hingga 10 tahun lebih lambat, diharapkan dapat mengurangi kasus buta katarak yang perlu menjalani operasi menjadi setengahnya. Hal yang dapat dilakukan adalah dengan mengidentifikasi faktor risiko katarak senilis dan mempelajari perubahan akibat stres oksidatif yang dapat mempengaruhi perkembangan katarak sehingga maturitas katarak senilis dapat diperlambat (Kisic dkk., 2009; Wu dkk., 2010; Kaur dkk.; 2012).

Penelitian Deepa dkk. (2011) di India menemukan kadar MDA serum pasien katarak senilis stadium matur 1,48 µmol/L lebih tinggi daripada katarak senilis stadium imatur. Kisic dkk. (2009) di Serbia menemukan kadar MDA lensa pada pasien katarak senilis stadium matur (3,17±0,78 nmol/g lensa) lebih tinggi dibandingkan pada katarak senilis stadium insipien (1,81±0,67 nmol/g lensa) dengan beda rerata sebesar 1,36 nmol/g lensa.

Penelitian ini didapatkan rerata kadar MDA serum pada kelompok katarak senilis matur 0,8 µmol/L lebih tinggi daripada katarak senilis imatur dan perbedaan ini bermakna secara statistik. Beda rerata kadar MDA serum pada kelompok katarak senilis matur dan imatur pada penelitian ini didapatkan lebih

rendah daripada penelitian sebelumnya di negara lain, hal ini kemungkinan disebabkan berbagai faktor yang dapat berpengaruh pada kadar MDA serum telah dikontrol pada design penelitian ini melalui kriteria eksklusi, sehingga faktor-faktor tersebut diharapkan tidak mempengaruhi hasil perbedaan kadar MDA serum pasien katarak senilis matur dan imatur.

Peran peroksidasi lipid dalam progresivitas maturitas katarak senilis masih menjadi perdebatan (Kisic dkk., 2009; Miric dkk., 2012). Komposisi lipid lensa berubah secara dramatis sesuai dengan peningkatan umur akibat terjadinya stres oksidatif (American Academy of Ophthalmology Staff, 2011-2012b). Proses peroksidasi lipid terjadi apabila senyawa radikal bebas bereaksi dengan senyawa asam lemak tak jenuh ganda. Bentuk produk dari proses peroksidasi lipid ini antara lain diena terkonjugasi, hidroperoksida dan senyawa-senyawa aldehida yang salah satunya adalah MDA. MDA merupakan produk akhir dari peroksidasi lipid dalam tubuh. Konsentrasi MDA yang tinggi menunjukkan adanya proses oksidasi pada membran sel serta status antioksidan yang rendah, sehingga MDA dapat digunakan sebagai indikator stres oksidatif (Winarsi, 2007; Kisic dkk., 2009).

Beberapa peneliti menyatakan peroksidasi lipid terjadi pada tahap awal dari patogenesis katarak senilis (Babizhayev, 1985). Proses peroksidasi lipid dalam patogenesis katarak senilis akan terjadi reaksi radikal bebas dengan asam lemak tidak jenuh ganda yang terdapat pada membran sel lensa yang selanjutnya menyebabkan cross-linking lipid dan protein, agregasi protein lensa, peningkatan protein tidak larut air (water insoluble protein) sehingga menyebabkan kejernihan

lensa menurun dan terjadi katarak (El-Ghaffar dkk. 2007; Cekic dkk., 2010; American Academy of Ophthalmology Staff, 2011-2012a). Hasil produksi sekunder mayor dari peroksidasi lipid berupa aldehid yang reaktif yaitu MDA, dapat digunakan sebagai biomarker stres oksidatif pada katarak senilis (Winarsi, 2007; American Academy of Ophthalmology Staff, 2011-2012a).

Dalam hubungan dengan progresivitas maturitas katarak senilis, penelitian Kisic dkk. (2009) menyatakan pada katarak senilis stadium insipien didapatkan kadar diena terkonjugasi pada lensa yang tinggi dan kadar MDA pada lensa yang rendah. Diena terkonjugasi merupakan molekul produk primer dari peroksidasi lipid yang biasanya ditemukan pada tahap awal proses peroksidasi lipid. Hal ini menjelaskan bahwa kadar diena terkonjugasi akan ditemukan lebih tinggi pada stadium katarak senilis awal (insipien). Hal yang sebaliknya ditemukan pada katarak senilis stadium matur, dimana pada penelitian tersebut didapatkan kadar MDA lensa yang tinggi dan kadar diena terkonjugasi yang rendah. MDA merupakan hasil degradasi akhir peroksidasi lipid sehingga kadarnya akan ditemukan lebih tinggi pada stadium katarak senilis yang lebih matur (Gupta dkk. 2003; Kisic dkk., 2009; Miric dkk., 2012). Penelitian Kisic dkk. (2009) tersebut mendukung bahwa peroksidasi lipid berperan dalam progresivitas maturitas katarak senilis.

Peneliti lain juga mempercayai bahwa semakin meningkatnya proses peroksidasi lipid yang ditandai dengan tingginya kadar MDA berhubungan dengan peningkatan gradasi katarak senilis (Gupta dkk., 2003; Artunay dkk.,

2009). Paparan stres oksidatif yang kronis dikatakan pula dapat mempercepat maturitas katarak senilis (Miric dkk., 2012).

Pemeriksaan MDA pada penelitian ini diambil dari serum. MDA ditemukan hampir di seluruh cairan biologis namun serum dan urine merupakan sampel yang paling umum digunakan, karena paling mudah didapat dan tidak invasif (Palmiere dan Sblendorio, 2006; Winarsi, 2007). Pemeriksaan MDA serum dikatakan kurang spesifik untuk katarak senilis karena dipengaruhi oleh keadaan homeostasis sistemik. Pemeriksaan MDA langsung pada lensa tentunya akan memberikan gambaran yang lebih akurat mengenai keadaan stres oksidatif pada katarak senilis (Zoric, 2003; Kisic dkk. 2009). Namun penelitian Zoric (2003) menemukan bahwa hasil pemeriksaan MDA pada lensa, aqueous, dan serum pada pasien katarak senilis memberikan nilai yang hampir sama sehingga dapat disimpulkan pemeriksaan MDA serum sudah memberikan gambaran keadaan stes oksidatif pada pasien katarak senilis.

Nilai aplikatif yang bisa diambil dari penelitian ini adalah MDA serum dapat digunakan sebagai indikator dalam menilai progresivitas maturitas katarak senilis. Pemeriksaan MDA tentunya perlu mempertimbangkan biaya, karena pemeriksaan ini tergolong mahal dan terdapat masa kadaluarsa dari Kit MDA. Pemeriksaan kadar MDA serum rutin tidak perlu dilakukan pada setiap pasien katarak senilis. Pemeriksaan MDA dapat dipertimbangkan pada kasus katarak senilis stadium awal yang sudah muncul pada umur muda, sehingga selanjutnya dapat dipertimbangkan penggunaan antioksidan sebagai salah satu strategi dalam memperlambat progresivitas maturitas katarak senilis. Antioksidan juga

dipertimbangkan pemberiannya pada pasien berumur diatas 50 tahun tanpa katarak senilis untuk memperlambat timbulnya katarak senilis.

Peroksidasi lipid terjadi dalam 3 tahap yaitu inisiasi, propagasi dan terminasi (Winarsi, 2007). Beberapa peneliti mempercayai apabila salah satu tahapan proses peroksidasi lipid tersebut dapat dihambat, misalnya dengan pemberian antioksidan diduga dapat memperlambat terjadinya progresivitas maturitas katarak senilis atau bahkan memperlambat terjadinya katarak senilis (Gupta dkk., 2003; Artunay dkk., 2009; Kisic dkk., 2009).

Pemberian antioksidan pada pasien katarak senilis sudah banyak dipaparkan oleh peneliti (Moeller dkk., 2008; Tan dkk., 2008). Penelitian Tan dkk. (2008) menemukan pemberian vitamin C dikombinasi dengan β karoten dan zinc dapat memberikan proteksi jangka panjang terhadap terjadinya katarak dan juga dapat memperlambat progresivitas katarak senilis terutama tipe nuklear. Penelitian Moeller dkk. (2008) menemukan pemberian lutein dan zeaxanthin pada katarak stadium awal, dapat memperlambat perkembangan maturitas katarak senilis. Penelitian tersebut juga menemukan pemberian lutein dan zeaxanthin pada pasien umur diatas 50 tahun tanpa katarak senilis, dapat memperlambat terjadinya katarak senilis. Antioksidan sendiri tidak harus selalu diperoleh dari obat-obatan. Bahan makanan yang mengandung vitamin A, C, E dan β karoten juga dapat bertindak sebagai antioksidan non enzimatis. Dalam hal ini, penting untuk memberikan edukasi kepada pasien mengenai pola makan, status nutrisi dan gaya hidup untuk meningkatkan asupan antioksidan yang selanjutnya dapat

memberikan proteksi terhadap stres oksidatif, sehingga nantinya dapat melindungi tubuh dari penyakit-penyakit degeneratif termasuk katarak senilis.

Kadar MDA serum dipengaruhi oleh banyak faktor. Kelemahan dari penelitian ini adalah riwayat penyakit sistemik, merokok, penggunaan obat-obatan pada pasien didapatkan melalui wawancara serta tidak dilakukan analisis mengenai paparan sinar ultraviolet yang memang sangat sulit untuk dikendalikan sehingga hal ini dapat sebagai sumber bias dalam penelitian ini.

BAB VII