• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan Karakteristik Tanah yang Merupakan Perbedaan Warisan

3 HASIL DAN PEMBAHASAN

3.2 Perbandingan Karakteristik Andisol pada Tiga Penggunaan Lahan, Proses yang terlibat, Konsekuensi serta upaya penanggulangannya

3.2.1 Perbedaan Karakteristik Tanah yang Merupakan Perbedaan Warisan

Perbedaan karakteristik tanah yang merupakan perbedaan warisan adalah perbedaan karakteristik tanah yang terjadi secara alamiah dan tidak mungkin disebabkan oleh aktivitas pengelolaan lahan. Perbedaan ini bersifat setempat- setempat (in situ) tergantung dari faktor pembentuk tanahnya masing-masing. Sehingga perbedaan karakteristik dapat terjadi dalam satu penggunaan lahan yang sama maupun antar penggunaan lahan yang berbeda.

3.2.1.1 Kedalaman Profil dan Horison Terkubur

Berdasarkan hasil pengamatan profil tanah pada tiga jenis penggunaan lahan terdapat sebagian profil tanah yang memiliki kedalaman profil lebih dari 200 cm, antara 100-200 cm, dan 50-100 cm. Hampir setiap penggunaan lahan memiliki perbedaan tersebut. Keberagaman kedalaman profil tersebut lebih diakibatkan oleh bervariasinya kondisi topografi di lapangan. Kemiringan lereng profil tanah di bawah tegakan hutan berkisar 20-30%, pada lahan budidaya sayur berkisar 10-13%, sedangkan pada lahan perkebunan teh berkisar 12-15%.

Menurut Foth (1990), topografi menentukan distribusi lokal air berdasarkan curah hujan dan menentukan sejauh mana air mempengaruhi genesis tanah. Selain itu, di daerah volkan yang memiliki tingkat kemiringan, deposisi bahan induk cenderung tidak merata dan tergantung kondisi topografi awal daerah tersebut. Sehingga dalam kelas bentuk lahan yang sama masih terdapat perbedaan kedalaman profil tanah. Adanya kondisi demikian utamanya disebabkan oleh proses geomorfik yang terjadi di permukaan. Proses geomorfik utama yang terjadi adalah proses erosi, deposisi, dan pencucian. Erosi dapat menyebabkan massa tanah lapisan atas terkikis dan dipindahkan ke tempat lain yang lebih landai dan cekung. Proses ini terjadi sangat kuat di daerah berlereng dan curah hujan yang tinggi dan tidak merata. Akibatnya profil tanah atau solum tanah menjadi tidak sama ada yang dangkal atau dalam. Oleh karenanya proses erosi dan deposisi

dapat terlihat dan dikenali dari ketebalan tanah sedangkan proses pencucian biasanya terjadi bersamaan dengan proses erosi.

Selain perbedaan kedalaman solum juga ditemukan adanya horison terkubur pada beberapa profil di semua jenis penggunaan lahan. Hal ini tercermin dalam kehadiran horison A yang terkubur oleh bahan yang lebih muda (Ab). Adanya horison terkubur pada Andisol berkaitan dengan aktivitas volkanik di daerah yang bersangkutan atau sekitarnya. Hal ini merupakan hal yang lazim pada tanah-tanah yang berasal dari bahan induk volkan di mana letusan gunung berapi terjadi lebih dari satu kali (Shoji et al, 1982). Akibatnya terjadi semacam stratifikasi horison dengan umur yang berbeda.

3.2.1.2 Tekstur Tanah

Tekstur tanah pada setiap profil berbeda baik itu dalam setiap penggunaan lahan maupun antar penggunaan lahan. Perbedaan terlihat dari distribusi ukuran partikel pada tiap-tiap profil. Meskipun demikian tekstur tanah pada umumnya tergolong ke dalam kelas agak kasar (lom berdebu) hingga agak halus (lom klei berdebu). Pengelolaan tanah atau perubahan penggunaan lahan tidak serta merta dapat mengubah kelas tekstur dalam kurun waktu cepat. Andisol memiliki variasi yang lebar dalam hal tekstur tanah tergantung dari jenis dan ukuran partikel

tephra, tipe dan derajat pelapukan, dan lain sebagainya.

Perbedaan tekstur juga sangat dipengaruhi kendala dalam menganalisis tekstur di laboratorium. Kendala yang dihadapi adalah sulit terdispersinya fraksi klei pada Andisol. Dalam penelitian ini sebagian contoh tanah terdispersi dengan baik pada pH 3.5 dengan penambahan 0.1 N HCl dan ada juga yang tidak terdispersi. Warkentin et al (1988) mengemukakan bahwa tanah-tanah Andisol sulit untuk didispersikan sehingga hasil analisis distribusi ukuran partikel tidak mencerminkan keadaan sebenarnya. Selain itu, menjadi hal umum terjadi perbedaan hasil penentuan tekstur tanah di lapangan dengan di laboratorium karena mineral non kristalin sering menghambat dalam dispersi partikel mineral (Shoji et al, 1993b).

3.2.1.3 Kadar Mineral Fraksi Pasir dan Klei

Hipersten, labradorit, dan augit merupakan tiga mineral primer yang dominan di ketiga jenis penggunaan lahan yang diteliti. Ada beberapa mineral yang ditemukan pada jenis penggunaan tertentu akan tetapi tidak ditemukan pada jenis penggunaan lahan yang lainnya. Kongkresi besi hanya ditemukan pada tanah dengan jenis penggunaan lahan budidaya sayuran meskipun dari segi jumlah kuantitasnya kurang dari 1% atau sporadis. Hidrargilit dan gelas volkan hanya ditemukan pada tanah di bawah tegakan hutan dan kebun teh. Turmalin hanya ditemukan pada pada tanah budidaya sayuran dan perkebunan teh, sebaliknya olivin dan enstantit hanya ditemukan pada tanah hutan saja.

Berdasarkan hasil analisa XRD sebagian besar klei tanah menampilkan puncak yang tidak tajam yang menunjukkan dominasi mineral amorf. Selain alofan, beberapa mineral lain yang terdeteksi oleh sinar X seperti mineral

42

kristobalit yang muncul dengan intensitas 100% pada setiap profil di semua penggunaan lahannya. Namun pada beberapa profil juga terdapat beberapa profil tanah yang sudah menunjukkan arah perkembangan pada tahap senil (tua). Hal tersebut ditandai dengan terdeteksinya mineral metahaloisit dan haloisit hidrat. Dengan demikian adanya perbedaan pada mineral pasir dan mineral klei tidak selaras dengan penggunaan lahan.

3.2.1.4 Klasifikasi Tanah

Klasifikasi tanah merupakan cerminan dari sifat morfologi, fisik, kimia, mineral serta lingkungan pembentuknya. Perubahan penggunaan lahan di daerah lokasi penelitian tidak sampai mengubah klasifikasi tanah pada kategori ordo. Proses pengelolaan tanah di lokasi penelitian hanya sebatas lapisan olah tanah saja. Adapun proses pengelolaannya meliputi penggemburan tanah melaui pencangkulan, pemupukan, dan penyiangan. Bila ada tindakan pembuatan teras tanpa memperhatikan aspek konservasi dengan cara mengikis habis lapisan permukaan terutama horison A kemungkinan akan mengubah klasifikasi tanahnya. Oleh karena itu, semua tanah yang diteliti memenuhi syarat untuk diklasifikasikan ke dalam taksa Andisol. ketiga jenis penggunaan lahan memiliki kesamaan hingga tingkat great group yaitu termasuk ke dalam great group Hapludands. Implikasi dari adanya perbedaan kondisi morfologi tanah profil yang diteliti mengarah kepada perbedaan klasifikasi tanah pada kategori subgroup yaitu kategori subgrup Typic, Ultic, dan Thaptic. Selain itu, adanya penimbunan klei yang secara kuantitas menenuhi syarat sebagai horison argilik juga menimbulkan perbedaan pada kategori subgroup yaitu termasuk ke dalam subgrup Ultic. Perbedaan klasifikasi ini terjadi akibat faktor pembentuk tanah setempat (in situ).