• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sifat Kimia Tanah pada Penggunaan Lahan Perkebunan Teh Kemasaman Tanah

3 HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1.2 Karakteristik dan Klasifikasi Tanah pada Penggunaan Lahan Perkebunan Teh

3.1.2.3. Sifat Kimia Tanah pada Penggunaan Lahan Perkebunan Teh Kemasaman Tanah

Nilai pH aktual tanah yang diukur dengan menggunakan pelarut air berkisar antara 4.68 hingga 5.44 (Tabel 9). Horison A memiliki nilai yang lebih rendah dibandingkan dengan horison di bawahnya, sehingga nilai pH cenderung meningkat seiring dengan bertambahnya kedalaman tanah. Dua dari tiga profil tanah memiliki pH potensial yang diukur dengan menggunakan pelarut KCl yang lebih besar dari pH aktual sehingga nilai pHnya cenderung positif untuk kedua profil tersebut. Sebaliknya, profil T-3 memiliki nilai pH potensial yang lebih rendah dibandingkan dengan pH aktual.

Selisih nilai pH (∆pH) antara pHH2O dan pHKCl umumnya bernilai positif dimana nilai pHKCl > pHH20. Hal tersebut merupakan implikasi dari sifat mineral alofan yang memiliki banyak gugus Al OH (H2O) yang reaktif pada permukaannya. Apabila gugus-gugus tersebut bereaksi dengan ion H+ atau OH-, permukaannya bisa menjadi lebih positif atau negatif (Parfitt, 1988). Nilai pH tanah pada lahan perkebunan teh juga dipengaruhi oleh intensitas kering tak balik di mana mempunyai hubungan yang positif (Gambar 10).

Gambar 10. Hubungan ∆pH dengan intensitas kering tak balik pada lahan perkebunan teh

Selain pengukuran pH aktual dan potensial juga dilakukan pengukuran pH dengan menggunakan larutan NaF untuk menentukan sifat andik. Seperti ditunjukkan pada Tabel Lampiran 12, hasil pengukuran menunjukkan nilai pHNaF berada pada kisaran nilai 10.9-114. Tingginya pHNaF ini sangat erat kaitannya dengan keberadaan mineral klei amorf. Selain itu, Kadar Al-dd pada semua profil berada di bawah kisaran sangat rendah sampai tidak terukur.(<0.2 cmolc/kg). Hal ini sama halnya dengan kadar Al-dd pada tanah di bawah tegakan hutan sekunder.

y = 0.005x - 0.1977 R² = 0.7135 -0.3 -0.2 -0.1 0 0.1 0.2 0.3 0.4 0 20 40 60 80 100 D e lt a p H

Tabel 9. Kemasaman tanah pada tanah di lahan perkebunan teh

No. Horison Kedalaman pH (1 : 1)

(cm) H2O KCl ∆ pH 1. Profil T-1 A 0-30 5.23 5.16 -0.07 Bt1 30-63 5.46 5.53 0.07 Bt2 63-110 5.38 5.68 0.30 BC 110-146 5.44 5.70 0.26 C 146-200 - - - 2. Profil T-2 Ap 0-25 4.78 4.59 -0.19 AB 25-50 5.2 5.21 0.01 Bt1 50-96 5.13 5.26 0.13 Bt2 96-126 5.31 5.49 0.18 BC 126-165 5.33 5.49 0.16 Ab 165-200 5.32 5.32 0 3. Profil T-3 Ap 0-25 4.68 4.45 -0.23 Bt 25-58 4.90 4.82 -0.08 BC 58-105 5.30 5.20 -0.10 C 105-145 - - - Ab 145-190 5.44 5.53 0.09

Karbon Organik dan Nitrogen Total

Kadar karbon organik pada tanah dengan penggunaan lahan kebun teh disajikan pada Tabel Lampiran 13 dan Gambar 11. Data menunjukkan bahwa kadar karbon organik pada tanah ini berkisar antara 6.13-0.88%. Horison A memiliki kadar karbon organik paling tinggi dibandingkan dengan horison di bawahnya. Peningkatan kadar karbon organik kembali terjadi pada horison Bw ke Horison Ab pada profil T-2 dan T-3. Hal ini memperkuat hasil pengamatan morfologi yang telah dibahas sebelumnya yaitu profil T-2 dan T-3 memiliki horison terkubur pada kedalaman 145 cm.

24

Gambar 12. Kadar N-total tanah di lahan perkebunan teh menurut kedalaman Data menunjukkan bahwa kadar N-total pada tanah ini berkisar antara 0.1- 0.59% (Tabel lampiran 12 dan Gambar 12). N-total tampaknya memiliki tren yang sama dengan kadar karbon organik. Semakin tinggi nilai N-total maka semakin tinggi pula tanah tersebut dalam menyediakan nitrogen. Sementara itu, nilai rasio C/N berkisar antara 7-14 meskipun pada horison Ab pada profil T-2 memiliki nilai 20. Rendahnya nilai C/N rasio tersebut menunjukkan bahwa bahan organik yang berada dalam tanah sudah menjadi humus yang relatif stabil di dalam tanah.

Kapasitas Tukar Kation dan Basa-Basa Dapat Ditukar

Nilai KTK pada tanah di lahan perkebunan teh memiliki nilai yang relatif beragam (Tabel 10). Pada profil T-1 mempunyai nilai KTK berkisar antara 21.58- 29.70 cmol/kg, pada profil T-2 dan T-3 berkisar antara 21.78-29.31 cmol/kg dan 23.17-29.70 cmol/kg. Nilai KTK rendah pada horison A dan meningkat seiring dengan bertambahnya kedalaman tanah. Rendahnya nilai KTK pada horison A akibat adanya sejumlah mineral amorf yang inakif akibat terjadinya kondisi kering tak balik. Sementara itu, nilai KTK efektif pada tanah di lahan perkebunan teh berkisar antara 6.41-1.68 cmol/kg sedangkan tren nilai KTK efektif relatif tidak beraturan pada tiap profilnya.

Nilai ∆KTK umumnya rendah pada horison A. Hal ini akibat adanya kondisi kering tak balik yang menyebabkan muatan variabel menjadi lebih rendah. Profil T-3 memiliki nilai KTK yang nilainya relatif sama antara horison A dengan horison di bawahnya. Hal ini berkaitan dengan nilai intensitas kering tak balik yang memiliki pola yang sama dengan nilai ∆KTK.

Data mengenai basa-basa dapat ditukar pada tanah di lahan perkebunan teh disajikan pada Tabel 10. Kadar basa dapat ditukar pada ketiga profil menunjukkan sebaran nilai yang relatif seragam pada setiap jenis basanya. Kadar Ca-dd pada ketiga profil berkisar antara 4.91-1.22cmol/kg, kadar Mg-dd berkisar antara 0.57- 0.16 cmolc/kg. Sementara itu, untuk kadar K-dd dan Na-dd pada profil T-1 dan T- 2 relatif seragam, sedangkan pada profil T-3 lebih tinggi dari kedua profil

sebelumnya. kadar K-dd pada profil T-1 dan T-2 berkisar antara 0.16-0.04 cmolc/kg sedangkan pada profil T-3 berkisar antara 0.4-1.06 cmolc/kg. Nilai Na- dd pada profil T-1 dan T-2 berkisar antara 0.18-0.09 cmolc/kg, sedangkan pada profil T-3 berkisar antara 0.55- 0.21cmolc/kg. ∆KTK pada semua profil berkisar 18.32-27.63 dengan tren meningkat seiring dengan bertambahnya kedalaman tanah. Hal ini akibat terjadinya intensitas kering tak balik pada sebagian tanah terutama di horison A (Gambar 27).

Tabel 10. Kadar basa-basa, kapasitas tukar kation, dan kejenuhan basa pada tanah di lahan perkebunan teh

Kedalaman Basa-basa dapat ditukar jumlah KTK KTK Delta Kejenuhan No. Horison (cm) Ca Mg K Na Basa Efektif KTK Basa ……….. (cmolc/kg) ……... ……… ……... (%) 1 Profil T-1 A 0-30 2.40 0.32 0.16 0.18 3.05 21.58 3.26 18.32 14.15 Bt1 30-63 2.56 0.43 0.08 0.13 3.20 29.70 3.41 26.29 10.76 Bt2 63-110 3.43 0.50 0.05 0.12 4.10 27.03 4.14 22.89 15.18 BC 110-146 3.86 0.41 0.07 0.16 4.50 26.33 4.63 21.7 17.10 C 146-200 - - - - 2 Profil T-2 Ap 0-25 2.08 0.21 0.10 0.21 2.59 21.78 3.05 18.73 11.90 AB 25-50 1.54 0.16 0.05 0.13 1.88 25.54 2.30 23.24 7.37 Bt1 50-96 2.32 0.29 0.04 0.12 2.77 26.33 2.81 23.52 10.53 Bt2 96-126 1.22 0.17 0.04 0.09 1.51 29.31 1.68 27.63 5.16 BC 126-165 1.33 0.20 0.04 0.12 1.69 28.31 1.77 26.54 5.98 Ab 165-200 1.80 0.16 0.05 0.14 2.15 23.76 2.23 21.53 9.06 3 Profil T-3 Ap 0-25 1.50 0.16 0.39 0.29 2.33 23.17 2.54 20.63 10.08 Bt 25-58 2.75 0.17 0.36 0.31 3.60 25.54 4.14 21.4 14.09 BC 58-105 4.91 0.57 0.32 0.44 6.24 28.12 6.41 21.71 22.20 C 105-145 - - - - Ab 145-190 2.44 0.33 0.06 0.21 3.04 28.91 3.12 25.79 10.51

Bila dilihat sebaran nilai basa-basanya, sebaran nilai Ca-dd, Mg-dd, dan Na-dd relatif tidak jauh berbeda pada setiap horisonnya. Sedangkan untuk sebaran nilai K-dd menurun seiring dengan bertambahnya kedalaman tanah. Urutan nilai basa-basa dapat ditukar dari mulai yang paling tinggi antara lain Ca>Mg>Na>K. Secara umum kadar basa-basa Mg, K, dan Na nilainya <0.60 cmol/kg sedangkan nilai Ca >1.00 cmolc/kg.

P dan K Total, Retensi fosfat, dan Selective dissolution

Nilai P-total (ekstrak HCl 25%) nilainya hampir sebanding atau tidak memiliki selang variasi nilai yang lebar (Tabel Lampiran 6). Profil T-1 kadar P- totalnya berkisar antara 302-331 mg/kg, profil T-2 berkisar antara 352-463 mg/kg, dan 262-280 mg/kg untuk profil T-3. Nilai P total ketiga profil berkisar antara 262-463 mg/kg. Profil T-3 dijumpai nilai P total <300 mg/kg, sedangkan profil T- 1 dan T-2 dijumpai nilai P total >300 mg/kg. Bila secara rata-rata diurutkan dari nilai paling tinggi adalah profil T2 > T1 > T3.

Berbeda halnya dengan nilai Nilai P-total, Nilai K-total (ekstrak HCl) pada tanah di lahan perkebunan teh nilainya <150 mg/kg. Selain itu, sebaran nilainya cenderung menurun seiring dengan bertambahnya kedalaman tanah (Tabel

26

Lampiran 14). Kadar K total pada profil T-1 dan T2 memiliki nilai <100 mg/kg, sedangkan profil T-3 memiliki nilai >100 mg/kg, meskipun terdapat nilai <100 mg/kg pada horison Ab.

Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel Lampiran 14, nilai retensi fosfat pada tanah di lahan pekebunan teh tergolong sangat tinggi (94-98%). Hal ini menunjukkan bahwa tanah tersebut memiliki kemampuan untuk mengikat P dalam bentuk tidak tersedia bagi tanaman cukup tinggi. Tingginya retensi fosfat tersebut merupakan salah satu indikator yang menunjukkan bahwa tanah memiliki kekurangan unsur P tersedia bagi tanaman.

Data hasil analisis Al, Fe, dan Si dengan menggunakan ekstrak asam oksalat (selective dissolution) tanah pada lahan perkebunan teh disajikan pada Tabel Lampiran 14. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa ketiga profil tersebut memiliki Al (Alo), Fe (Feo), dan Si (Sio) yang tinggi. Secara berturut-turut nilai Alo, Feo, dan Sio ketiga profil berkisar antara 2.28-3.85%, 1.43-1.93%, dan 1.83- 3.44%. Kadar alofan berdasarkan pendekatan kadar Sio x 7.1 (Parfitt dan Henmi, 1982) berada pada kisaran 13-24%. Jumlah alofan tersebut meningkat seiring dengan bertambahnya kedalaman tanah.

Menurut Arifin (1994), akumulasi bahan organik yang tinggi pada tanah Andisol dapat menekan pembentukan short range order minerals (alofan, imogolit, dan ferihidrit) dengan terbentuknya senyawa ikatan kompleks Al- dan Fe-humus. Kadar short ordered minerals horison permukaan umumnya lebih rendah dibandingkan horison di bawahnya (Gambar 13).

Gambar 13. Hubungan Alofan vs C-organik

3.1.2.4. Sifat Mineralogi Tanah pada Penggunaan Lahan Perkebunan Teh