• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan PT (Persero) dengan jenis BUMN Lainnya

BAB II : TINJAUAN UMUM MENGENAI PERSEROAN TERBATAS

F. Perbedaan PT (Persero) dengan jenis BUMN Lainnya

Keterlibatan negara dalam pembangunan, khususnya pembangunan ekonomi melalui BUMN, dilandasi oleh Pasal 33 UUD 1945. Pasal 33 UUD 1945 tidak mengandung maksud bahwa semua cabang-cabang produksi yang ada atau yang berpotensi akan atau harus dikuasai oleh negara, melainkan hanya cabang produksi yang

M. Ansyori Syabana R. : Penerapan Prinsip Good Corporate Governance (GCG) Pada BUMN Di PTP Nusantara IV (Persero) Medan, 2008.

USU Repository © 2009

menyangkut kepentingan umum dan hajat hidup orang banyak saja yang akan dikuasai oleh negara. Walaupun demikian tolak ukur cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak masih menjadi perdebatan.

Perusahaan Negara yang lebih dikenal dengan BUMN sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No. 19 Tahun 2003, dibagi atas Persero dan Perum. Badan Usaha Milik Negara atau yang kita kenal dengan BUMN adalah suatu badan hukum yang berbeda dengan badan hukum lainnya, hal ini dapat kita lihat dari defenisi menurut Undang- undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara. Badan Usaha Milik Negara adalah : “Badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yag berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan”.

Yang membedakan BUMN dengan badan hukum lainnya sebagaimana dikemukakan diatas, adalah:

1. seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara; 2. melalui penyertaan secara langsung; dan

3. berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan.

Kekayaan negara yang dipisahkan adalah kekayaan negara yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara untuk dijadikan penyertaan modal negara pada Persero dan/atau Perum serta Perseroan Terbatas lainnya.

Untuk mengetahui perbedaan antara PT Persero dengan jenis BUMN lainnya dapat kita lihat perbedaannya sebagai berikut:

M. Ansyori Syabana R. : Penerapan Prinsip Good Corporate Governance (GCG) Pada BUMN Di PTP Nusantara IV (Persero) Medan, 2008.

USU Repository © 2009

1) Pengaturannya

Bentuk hukum Perusahaan Umum (Perum) diatur dalam Pasal 1 angka 2 UU No. 9 Tahun 1969 tentang bentuk-bentuk usaha Negara (LN No. 40 Tahun 1969). Menurut ketentuan Pasal 2 ayat (2) UU No. 9 Tahun 1969, Perum adalah Perusahaan Negara yang didirikan dan diatur berdasarkan ketentuan yang termaktub dalam UU No. 19 Tahun 1960 tentang Perusahaan Negara (LN No. 50 Tahun 1960). Tata cara pembinaan dan pengawasan Perum diatur dalam PP No. 3 Tahun 1983 (LN No. 3 Tahun 1983). Dengan berlakunya PP No. 13 Tahun 1998 tentang Perusahaan Umum (LN. No. 16 Tahun 1998) tanggal 17 Januari 1998, maka PP No. 3 Tahun 1983 dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi.

Perum bukan perusahaan perseorangan atau persekutuan, melainkan perusahaan milik negara yang didirikan dengan Peraturan Pemerintah atas kuasa Undang-undang No. 19 Tahun 1960. perum adalah badan hukum, kedudukannya sebagai badan hukum diperoleh dengan berlakunya PP tentang pendirinya. Menurut ketentuan Pasal 1 angka 1 PP No. 13 Tahun 1998, Perusahaan Umum yang selanjutnya disebut Perum adalah badan usaha milik negara sebagaimana diatur dalam UU No. 9 Tahun 1969 dimana seluruh modalnya dimiliki negara berupa kekayaan negara yang dipisahkan dan tidak terbagi atas saham.24

Perum adalah badan usaha milik negara yang didirikan dengan Peraturan Pemerintah. Maksud dan tujuan Perum adalah menyelenggarakan usaha yang bertujuan untuk kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan jasa yang bermutu tinggi dan sekaligus memupuk keuntungan berdasarkan prinsippengelolaan perusahaan. Perum dibedakan dengan Persero karena sifat usahanya. Sifat usaha Perum lebih berat pada

Tujuan Perum

24

Abdulkadir Muhammad, Hukum Perusahaan Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2002, hal 101.

M. Ansyori Syabana R. : Penerapan Prinsip Good Corporate Governance (GCG) Pada BUMN Di PTP Nusantara IV (Persero) Medan, 2008.

USU Repository © 2009

pelayanan demi kemanfaatan umum, baik pelayanan maupun penyediaan barang dan jasa. Namun sebagai badan usaha diupayakan untuk tetap mandiri dan untuk itu Perum mendapat laba agar bisa hidup berkelanjutan.

Untuk mendukung pembiayaan kegiatan dalam rangka mencapai maksud dan tujuan Perum, dengan persetujuan Menteri Keuangan Perum dapat melakukan kegiatan tertentu yang berkaitan dengan bidang usahanya dan/atau melakukan penyertaan modal dalam badan usaha lain. Dengan ketentuan ini Perum dapat melakukan kerja sama usaha

(Joint Venture) dengan badan usaha lain maupun membentuk anak perusahaan.

Ciri-ciri Perum:

a) Makna usahanya adalah melayani kepentingan umum (kepentingan produksi, distribusi dan konsumsi, secara keseluruhan) dan sekaligus untuk memupuk keuntungan.

b) Usaha dijalankan dengan memegang teguh syarat-syarat efisiensi, efektivitas, dan

economic cost accounting principles and management effectiveness serta bentuk

pelayanan (service) yang baik terhadap masyarakat atau nasabahnya.

c) Berstatus badan hukum diatur berdasarkan Undang-undang (dengan wetsduiding). d) Pada umumnya bergerak dibidang jasa-jasa vital (public utilities). Pemerintah

boleh menetapkan bahwa beberapa usaha yang bersifat public utility tidak perlu diatur, disusun atau ditiadakan sebagai suatu perusahaan negara (misalnya perusahaan listrik untuk kota kecil yang dapat dibangun dengan modal swasta). e) Mempunyai nama dan kekayaan sendiri serta kebebasan bergerak seperti

perusahaan swasta untuk mengadakan atau masuk kedalam suatu perjanjian, kontrak-kontrak dan hubungan-hubungan perusahaan lainnya.

M. Ansyori Syabana R. : Penerapan Prinsip Good Corporate Governance (GCG) Pada BUMN Di PTP Nusantara IV (Persero) Medan, 2008.

USU Repository © 2009

f) Dapat dituntut dan menuntut, dan hubungan hukumnya diatur secara hubungan hukum perdata (privaat rechtelijk).

g) Modal seluruhnya dimiliki oleh negara dari kekayaan negara yang dipisahkan, serta dapat mempunyai dan memperoleh dana dari kredit-kredit dalam dan luar negeri atau dari obligasi (dari masyarakat).

h) Pada prinsipnya secara finansial harus berdiri sendiri, kecuali apabila karena politik pemerintah mengenai tarif dan harga tidak mengizinkan tercapainya tujuan ini. Namun bagaimanapun politik tarif dan harga dari pemerintah, cara/sistem yang harus ditempuh adalah sebagaimana yang ditentukan dalam ciri Perjan point ke 4.

i) Dipimpin oleh Direksi.

j) Pegawainya adalah pegawai perusahaan negara yang diatur tersendiri diluar ketentuan-ketentuan yang berlaku bagi Pegawai Negeri atau Perusahaan Swasta/Usaha (Negara) Perseroan.

k) Organisasi, tugas, wewenang, tanggung jawab, pertanggungjawaban dan cara mempertanggungjawabkannya, serta pengawasan dan lain sebagainya, diatur secara khusus yang pokoknya akan tercermin dalam UU yang mengatur pembentukan perusahaan negara itu.

l) Yang karena sifatnya apabila diantaranya ada yang berupa public utility, maka bila dipandang perlu untuk kepentingan umum politik tarif dapat ditentukan oleh Pemerintah, dengan cara/sistem sebagaimana tersebut dalam point 4 ciri-ciri Perjan.

M. Ansyori Syabana R. : Penerapan Prinsip Good Corporate Governance (GCG) Pada BUMN Di PTP Nusantara IV (Persero) Medan, 2008.

USU Repository © 2009

m) Laporan tahunan perusahaan yang memuat neraca untung rugi dan neraca kekayaan disampaikan kepada Pemerintah.

b. PERSERO (Public/State Company)

1) Pengaturannya

Perusahaan Perseroan (Persero) adalah perusahaan milik negara yang diatur dalam UU No. 19 Tahun 1969 tentang bentuk-bentuk Usaha Negara. Sebagai pelaksanaan UU tersebut diundangkan PP No. 12 Tahun 1969 tentang Perusahaan Perseroan sebagaimana telah diubah dengan PP No. 24 Tahun 1972. Kemudian pada tanggal 17 Januari 1998 diundangkan PP No. 12 Tahun 1998 tentang Perusahaan Perseroan melalui LN No. 15 Tahun 1998. dengan berlakunya PP ini, maka PP No. 12 Tahun 1969 telah dinyatakan dicabut dan tidak berlaku lagi.

Pada tanggal 5 Juni 201 diundangkan PP No. 45 Tahun 2001 tentang perubahan atas PP No. 12 Tahun 1998 tentang Perusahaan Perseroan (Persero). Perubahan tersebut berkenaan dengan ketentuan Pasal 8 ayat (4), Pasal 10, dan Pasal 24.

Pendirian Persero

Setiap penyertaan modal negara kedalam modal saham Perseroan Terbatas ditetapkan dengan PP yang memuat maksud penyertaan dan besarnya kekayaan negara yang dipisahkan untuk penyertaan modal tersebut. Penetapan dengan PP dilakukan karena modal dalam PT itu adalah kekayaan negara. Pemisahan kekayaan negara untuk dijadikan penyertaan negara dalam modal PT hanya dapat dilakukan dengan cara

M. Ansyori Syabana R. : Penerapan Prinsip Good Corporate Governance (GCG) Pada BUMN Di PTP Nusantara IV (Persero) Medan, 2008.

USU Repository © 2009

penyertaan langsung negara kedalam modal PT tersebut. Penetapan dengan PP bukan hanya mengenai penyertaan modal negara, melainkan juga setiap perubahan, baik penambahan maupun pengurangan penyertaan modal negara. Pelaksanaan penyertaan modal negara dan perubahannya dilakukan menurut ketentuan yang diatur dalam UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

Pemisahan kekayaan negara untuk dijadikan modal suatu PT dapat dilakukan antara lain untuk maksud sebagai berikut:

a) Pendirian suatu PT baru atau kesertaan dalam PT yang bukan Persero yang telah berdiri;

b) Penambahan kapasitas suatu PT; c) Restrukturisasi permodalan PT.

Tujuan Pendirian Persero

Menurut ketentuan Pasal 4 ayat 1 PP No. 12 Tahun 1998, maksud dan tujuan pendirian Persero adalah:

a) Menyediakan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat, baik dipasar dalam negeri ataupun internasional; dan

b) Memupuk keuntungan guna meningkatkan nilai perusahaan.

Ciri-ciri Persero:

(1) Makna usahanya adalah untuk memupuk keuntungan (keuntungan dalam arti, karena pelayanan dan pembinaan organisasi yang baik, efektif, efisien dan ekonomis secara business-zakelijk, cost accounting principles, management

M. Ansyori Syabana R. : Penerapan Prinsip Good Corporate Governance (GCG) Pada BUMN Di PTP Nusantara IV (Persero) Medan, 2008.

USU Repository © 2009

effectiveness dan pelayanan umum yang baik dan memuaskan memperoleh

surplus atau laba).

(2) Status hukumnya sebagai badan hukum perdata, yang berbentuk perseroan terbatas.

(3) Hubungan-hubungan usahanya diatur menurut hukum perdata.

(4) Modal seluruhnya atau sebagian merupakan milik negara dari kekayaan negara yang dipisahkan, dengan demikian dimungkinkan adanya join atau mixed enterprise dengan swasta (nasional dan/atau asing) dan adanya penjualan saham- saham perusahaan milik negara.

(5) Tidak memiliki fasilitas-fasilitas negara. (6) Dipimpin oleh suatu Direksi.

(7) Pegawainya berstatus sebagai pegawai perusahaan swasta biasa.

(8) Peranan pemerintah adalah sebagai pemegang saham dalam perusahaan. Intensitas “medezeggenschap” terhadap perusahaan tergantung dari besarnya jumlah saham (modal) yang dimiliki atau berdasarkan perjanjian tersendiri antara pihak pemerintah dan pihak pemilik/pendiri lainnya.

M. Ansyori Syabana R. : Penerapan Prinsip Good Corporate Governance (GCG) Pada BUMN Di PTP Nusantara IV (Persero) Medan, 2008.

USU Repository © 2009

BAB III

TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK (GOOD CORPORATE GOVERNANCE)

Dokumen terkait