• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBUATAN GIGIH

Dalam dokumen Samyutta Nikaya 5 Maha Vagga (Halaman 113-129)

Khotbah Berkelompok tentang Sang Jalan

VIII RANGKAIAN PENGULANGAN SATU HAL (2) (i) VERSI BERDASARKAN PADA KETERASINGAN

XIV. PERBUATAN GIGIH

(Tiap-tiap sutta dibabarkan menurut empat metode yang sama.) 149 (1) Perbuatan Gigih

Di Sāvatthī. “Para bhikkhu, seperti halnya perbuatan gigih apa pun yang dilakukan, semuanya dilakukan dengan berlandaskan pada ta- nah, kokoh di atas tanah, [46] demikian pula, dengan berlandaskan pada moralitas, kokoh di atas moralitas, seorang bhikkhu mengem- bangkan dan melatih Jalan Mulia Berunsur Delapan.

“Dan bagaimanakah, para bhikkhu, seorang bhikkhu, dengan berlandaskan pada moralitas, kokoh di atas moralitas, mengembang- kan dan melatih Jalan Mulia Berunsur Delapan? Di sini, para bhikkhu, seorang bhikkhu mengembangkan pandangan benar … konsentrasi be- nar, yang berdasarkan pada keterasingan, kebosanan, dan lenyapnya, yang matang pada pelepasan. Dengan cara demikianlah, para bhikkhu, bahwa seorang bhikkhu, dengan berlandaskan pada moralitas, kokoh di atas moralitas, mengembangkan dan melatih Jalan Mulia Berunsur Delapan.”

150 (2) Benih

tumbuh, bertambah tinggi, dan bertambah besar, semuanya berlan- daskan pada tanah, kokoh pada tanah, demikian pula, dengan ber- dasarkan pada moralitas, kokoh di atas moralitas, seorang bhikkhu mengembangkan dan melatih Jalan Mulia Berunsur Delapan, dan kar- enanya ia mencapai pertumbuhan, peningkatan, dan pembesaran da- lam kondisi-kondisi [yang bermanfaat].

“Dan bagaimanakah, para bhikkhu, seorang bhikkhu, melakukan demikian? Di sini, seorang bhikkhu mengembangkan pandangan be- nar … konsentrasi benar, yang berdasarkan pada keterasingan, kebo- sanan, [47] dan lenyapnya, yang matang pada pelepasan. Dengan cara demikianlah, para bhikkhu, bahwa seorang bhikkhu, dengan berland- askan pada moralitas, kokoh di atas moralitas, mengembangkan dan melatih Jalan Mulia Berunsur Delapan, dan karenanya ia mencapai pertumbuhan, peningkatan, dan pembesaran dalam kondisi-kondisi [yang bermanfaat].”

151 (3) Nāga

“Para bhikkhu, dengan berlandaskan pada pegunungan Himalaya, raja pegunungan, para nāga memelihara tubuh mereka dan memperoleh kekuatan.39 Ketika mereka telah memelihara tubuh mereka dan mem-

peroleh kekuatan, mereka pergi ke kolam-kolam. Dari kolam-kolam mereka pergi ke danau-danau, kemudian ke sungai-sungai kecil, ke- mudian sungai-sungai besar, dan akhirnya mereka pergi ke samudera. Di sana mereka mencapai kebesaran dan kekuatan tubuh mereka. De- mikian pula, para bhikkhu, dengan berlandaskan pada moralitas, ko- koh di atas moralitas, seorang bhikkhu mengembangkan dan melatih Jalan Mulia Berunsur Delapan, dan karenanya ia mencapai kebesaran dan kekuatan dalam kondisi-kondisi [yang bermanfaat].

“Dan bagaimanakah seorang bhikkhu melakukan demikian? Di sini, para bhikkhu, seorang bhikkhu mengembangkan pandangan benar … konsentrasi benar, yang berdasarkan pada keterasingan, kebosanan, dan lenyapnya, yang matang pada pelepasan. Dengan cara demikian- lah, para bhikkhu, bahwa seorang bhikkhu, dengan berlandaskan pada moralitas, kokoh di atas moralitas, mengembangkan dan melatih Jalan Mulia Berunsur Delapan, dan karenanya ia mencapai kebesaran dan kekuatan dalam kondisi-kondisi [yang bermanfaat].”

152 (4) Pohon

“Para bhikkhu, misalkan sebatang pohon miring dan condong ke arah timur. Jika pohon itu ditebang di akarnya, ke arah manakah jatuh- nya?” [48]

“Ke arah manapun pohon itu miring dan condong, Yang Mulia.” “Demikian pula, para bhikkhu, seorang bhikkhu yang mengem- bangkan dan melatih Jalan Mulia Berunsur Delapan miring dan con- dong ke arah Nibbāna.

“Dan bagaimanakah seorang bhikkhu melakukan demikian? Di sini, para bhikkhu, seorang bhikkhu mengembangkan pandangan benar … konsentrasi benar, yang berdasarkan pada keterasingan, kebosanan, dan lenyapnya, yang matang pada pelepasan. Dengan cara demiki- anlah, para bhikkhu, bahwa seorang bhikkhu mengembangkan dan melatih Jalan Mulia Berunsur Delapan, hingga miring dan condong ke arah Nibbāna.”

153 (5) Kendi

“Para bhikkhu, seperti halnya kendi yang dibalikkan akan menumpah- kan air dan tidak mengambilnya kembali, demikian pula seorang bhik- khu yang mengembangkan dan melatih Jalan Mulia Berunsur Delapan menumpahkan kondisi-kondisi yang jahat yang tidak bermanfaat dan tidak mengambilnya kembali.

“Dan bagaimanakah seorang bhikkhu melakukan demikian? Di sini, para bhikkhu, seorang bhikkhu mengembangkan pandangan benar … konsentrasi benar, yang berdasarkan pada keterasingan, ke- bosanan, dan lenyapnya, yang matang pada pelepasan. Dengan cara demikianlah, para bhikkhu, bahwa seorang bhikkhu mengembangkan dan melatih Jalan Mulia Berunsur Delapan, hingga ia menumpahkan kondisi-kondisi jahat yang tidak bermanfaat dan tidak mengambilnya kembali.”

154 (6) Tangkai

“Para bhikkhu, misalkan tangkai padi atau tangkai gandum yang di- pasang dengan benar dan ditekan dengan tangan atau kaki. Tangkai

itu akan menusuk tangan dan kaki hingga berdarah: ini adalah mung- kin. Karena alasan apakah? Karena tangkai itu terpasang dengan be- nar. [49] Demikian pula, para bhikkhu, bahwa seorang bhikkhu den- gan pandangan yang diarahkan dengan benar, dengan pengembangan sang jalan yang diarahkan dengan benar, dapat menusuk kebodohan, membangkitkan pengetahuan sejati, dan mencapai Nibbāna: ini ada- lah mungkin. Karena alasan apakah? Karena pandangannya diarahkan dengan benar.

“Dan bagaimanakah seorang bhikkhu melakukan demikian? Di sini, para bhikkhu, seorang bhikkhu mengembangkan pandangan benar … konsentrasi benar, yang berdasarkan pada keterasingan, kebosanan, dan lenyapnya, yang matang pada pelepasan.

“Dengan cara demikianlah, para bhikkhu, bahwa seorang bhikkhu dengan pandangan yang diarahkan dengan benar, dengan pengemban- gan sang jalan yang diarahkan dengan benar, dapat menusuk kebodo- han, membangkitkan pengetahuan sejati, dan mencapai Nibbāna.” 155 (7) Angkasa

“Para bhikkhu, seperti halnya berbagai jenis angin yang bertiup di angkasa – angin timur, angin barat, angin utara, angin selatan, angin berdebu dan angin tanpa debu, angin sejuk dan angin panas, angin sepoi-sepoi dan angin kencang40 - demikian pula, jika seorang bhikkhu

mengembangkan dan melatih Jalan Mulia Berunsur Delapan, maka baginya empat landasan perhatian terpenuhi melalui pengembangan; empat usaha benar terpenuhi melalui pengembangan; empat landasan kekuatan batin terpenuhi melalui pengembangan; lima indria spiritual terpenuhi melalui pengembangan; tujuh faktor pencerahan terpenuhi melalui pengembangan.

“Dan bagaimanakah itu? Di sini, para bhikkhu, seorang bhikkhu mengembangkan pandangan benar … konsentrasi benar, yang ber- dasarkan pada keterasingan, kebosanan, dan lenyapnya, yang ma- tang pada pelepasan. Dengan cara demikianlah, para bhikkhu, bahwa jika seorang bhikkhu [50] mengembangkan dan melatih Jalan Mulia Berunsur Delapan, maka baginya empat landasan perhatian … tujuh faktor pencerahan terpenuhi melalui pengembangan.”

156 (8) Awan Hujan (1)

“Para bhikkhu, seperti halnya, pada bulan terakhir musim panas, ketika debu dan tanah berpusar ke atas, awan hujan yang besar yang muncul bukan pada musimnya akan membuyarkannya dan menghentikannya di tempat itu; demikian pula, jika seorang bhikkhu mengembangkan dan melatih Jalan Mulia Berunsur Delapan, ketika kondisi-kondisi bu- ruk yang tidak bermanfaat muncul, ia membuyarkannya dan mengh- entikannya di tempat itu.

“Dan bagaimanakah itu? Di sini, para bhikkhu, seorang bhikkhu mengembangkan pandangan benar … konsentrasi benar, yang ber- dasarkan pada keterasingan, kebosanan, dan lenyapnya, yang matang pada pelepasan. [51] Dengan cara demikianlah, para bhikkhu, bahwa seorang bhikkhu mengembangkan dan melatih Jalan Mulia Berunsur Delapan hingga ketika kondisi-kondisi buruk yang tidak bermanfaat muncul, ia membuyarkannya dan menghentikannya di tempat itu.” 157 (9) Awan Hujan (2)

“Para bhikkhu, seperti halnya, ketika awan hujan besar muncul, angin kencang membuyarkannya dan menghentikannya; demikian pula, jika seorang bhikkhu mengembangkan dan melatih Jalan Mulia Berunsur Delapan, ketika kondisi-kondisi buruk yang tidak bermanfaat muncul, ia membuyarkannya dan menghentikannya.

“Dan bagaimanakah itu? Di sini, para bhikkhu, seorang bhikkhu mengembangkan pandangan benar … konsentrasi benar, yang ber- dasarkan pada keterasingan, kebosanan, dan lenyapnya, yang matang pada pelepasan. Dengan cara demikianlah, para bhikkhu, bahwa se- orang bhikkhu mengembangkan dan melatih Jalan Mulia Berunsur Delapan hingga ketika kondisi-kondisi buruk yang tidak bermanfaat muncul, ia membuyarkannya dan menghentikannya.”

158 (10) Perahu

“Para bhikkhu, misalkan ada sebuah perahu layar yang terikat den- gan tali yang telah usang di air selama enam bulan.41 Perahu itu di-

oleh angin dan matahari. Dibasahi oleh air hujan dari awan hujan, tali itu dengan mudah akan putus dan lapuk. Demikian pula, jika seorang bhikkhu mengembangkan dan melatih Jalan Mulia Berunsur Delapan, belenggu-belenggunya dengan mudah menjadi putus dan lapuk.

“Dan bagaimanakah itu? Di sini, para bhikkhu, seorang bhikkhu mengembangkan pandangan benar … konsentrasi benar, yang ber- dasarkan pada keterasingan, kebosanan, dan lenyapnya, yang matang pada pelepasan. Dengan cara demikianlah, para bhikkhu, bahwa se- orang bhikkhu mengembangkan dan melatih Jalan Mulia Berunsur Delapan hingga belenggu-belenggunya dengan mudah menjadi putus dan lapuk.”

159 (11) Rumah Penginapan

“Para bhikkhu, misalkan ada sebuah rumah penginapan.42 Orang-orang

datang dari timur, barat, utara, dan selatan dan menginap di sana; para khattiya, brahmana, [52] vessa, dan sudda datang dan menginap di sana. Demikian pula, jika seorang bhikkhu mengembangkan dan melatih Jalan Mulia Berunsur Delapan, ia memahami sepenuhnya den- gan pengetahuan langsung hal-hal yang harus dipahami sepenuhnya dengan pengetahuan langsung; ia meninggalkan dengan pengetahuan langsung hal-hal yang harus ditinggalkan dengan pengetahuan lang- sung; ia menembus dengan pengetahuan langsung hal-hal yang harus ditembus dengan pengetahuan langsung; ia mengembangkan den- gan pengetahuan langsung hal-hal yang harus dikembangkan dengan pengetahuan langsung.

“Dan apakah, para bhikkhu, hal-hal yang harus dipahami dengan pengetahuan langsung? Harus dikatakan: lima kelompok unsur ke- hidupan yang tunduk pada kemelekatan. Apakah lima itu? Kelompok unsur bentuk yang tunduk pada kemelekatan … kelompok unsur kesa- daran yang tunduk pada kemelekatan. Ini adalah hal-hal yang harus dipahami dengan pengetahuan langsung.

“Dan apakah, para bhikkhu, hal-hal yang harus ditinggalkan den- gan pengetahuan langsung? Kebodohan dan keinginan akan penjel- maan. Ini adalah hal-hal yang harus ditinggalkan dengan pengetahuan langsung.

gan pengetahuan langsung? Pengetahuan sejati dan kebebasan. Ini adalah hal-hal yang harus ditembus dengan pengetahuan langsung.

“Dan apakah, para bhikkhu, hal-hal yang harus dikembangkan den- gan pengetahuan langsung? Ketenangan dan pandangan terang. Ini adalah hal-hal yang harus dikembangkan dengan pengetahuan lang- sung.

“Dan bagaimanakah, para bhikkhu, bahwa jika seorang bhikkhu mengembangkan dan melatih Jalan Mulia Berunsur Delapan, maka ia memahami sepenuhnya dengan pengetahuan langsung hal-hal yang harus dipahami sepenuhnya dengan pengetahuan langsung … [53] … ia mengembangkan dengan pengetahuan langsung hal-hal yang har- us dikembangkan dengan pengetahuan langsung? Di sini, para bhik- khu, seorang bhikkhu mengembangkan pandangan benar … konsen- trasi benar, yang berdasarkan pada keterasingan, kebosanan, dan lenyapnya, yang matang pada pelepasan. Dengan cara demikianlah, para bhikkhu, bahwa seorang bhikkhu mengembangkan dan melatih Jalan Mulia Berunsur Delapan hingga ia memahami sepenuhnya den- gan pengetahuan langsung hal-hal yang harus dipahami sepenuhnya dengan pengetahuan langsung … ia mengembangkan dengan penge- tahuan langsung hal-hal yang harus dikembangkan dengan pengeta- huan langsung.”

160 (12) Sungai

“Misalkan, para bhikkhu, bahwa jika Sungai Gangga menurun, miring dan condong ke arah timur, sekumpulan besar orang datang dengan membawa sekop dan keranjang, sambil berpikir: ‘Kami akan membuat Sungai Gangga ini menurun, miring dan condong ke arah barat.’43 Ba-

gaimana menurut kalian, para bhikkhu, apakah kumpulan orang itu mampu membuat Sungai Gangga ini menurun, miring dan condong ke arah barat?”

“Tidak, Yang Mulia. Karena alasan apakah? Karena Sungai Gang- ga menurun, miring dan condong ke arah timur, dan tidaklah mudah membuat Sungai Gangga menurun, miring dan condong ke arah barat. Kumpulan besar orang itu hanya akan lelah dan kecewa.”

“Demikian pula, para bhikkhu, jika seorang bhikkhu mengembang- kan dan melatih Jalan Mulia Berunsur Delapan, maka raja-raja dan para

menteri kerajaan, teman-teman dan sahabat-sahabat, sanak saudara dan kerabat, akan mengundangnya untuk menerima kekayaan, den- gan mengatakan: ‘Marilah, Sahabat, mengapa membiarkan jubah kun- ing ini membebanimu? Mengapa mengembara dengan kepala gundul dan mangkuk pengemis? Marilah, setelah kembali ke kehidupan yang lebih rendah, nikmatilah kekayaan dan lakukan perbuatan-perbuatan baik.’ Sesungguhnya, para bhikkhu, jika bhikkhu itu mengembangkan dan melatih Jalan Mulia Berunsur Delapan, adalah tidak mungkin bah- wa ia akan meninggalkan latihan dan kembali ke kehidupan yang lebih rendah. Karena alasan apakah? Karena sudah sejak lama pikirannya menurun, miring, dan condong ke arah keterasingan. Dengan demiki- an adalah tidak mungkin bahwa ia akan kembali ke kehidupan yang lebih rendah.

“Dan bagaimana, para bhikkhu, seorang bhikkhu mengembangkan dan melatih Jalan Mulia Berunsur Delapan? [54] Di sini, para bhikkhu, seorang bhikkhu mengembangkan pandangan benar … konsentrasi benar, yang berdasarkan pada keterasingan, kebosanan, dan leny- apnya, yang matang pada pelepasan. Dengan cara demikianlah, para bhikkhu, bahwa seorang bhikkhu mengembangkan dan melatih Jalan Mulia Berunsur Delapan.”

XV. PENCARIAN

161 (1) Pencarian

Di Sāvatthī.

(i. Pengetahuan Langsung)

“Para bhikkhu, ada tiga pencarian ini. Apakah tiga ini? Pencarian akan kenikmatan indria, pencarian akan penjelmaan, pencarian akan ke- hidupan suci.44 Ini adalah tiga pencarian ini. Jalan Mulia Berunsur De-

lapan harus dikembangkan untuk memperoleh pengetahuan langsung atas tiga pencarian ini.

“Apakah Jalan Mulia Berunsur Delapan? Di sini, para bhikkhu, se- orang bhikkhu mengembangkan pandangan benar … konsentrasi be- nar, yang berdasarkan pada keterasingan, kebosanan, dan lenyapnya, yang matang pada pelepasan. Jalan Mulia Berunsur Delapan ini harus

dikembangkan untuk memperoleh pengetahuan langsung atas tiga pencarian ini.”

… “Apakah Jalan Mulia Berunsur Delapan? Di sini, para bhikkhu, seorang bhikkhu mengembangkan pandangan benar … konsentrasi benar, dengan lenyapnya nafsu, lenyapnya kebencian, lenyapnya ke- bodohan sebagai tujuan akhir.” …

… “Apakah Jalan Mulia Berunsur Delapan? Di sini, para bhikkhu, seorang bhikkhu mengembangkan pandangan benar … konsentrasi benar, dengan Keabadian sebagai dasarnya, Keabadian sebagai tujuan- nya, Keabadian sebagai tujuan akhir.” … [55]

… “Apakah Jalan Mulia Berunsur Delapan? Di sini, para bhikkhu, se- orang bhikkhu mengembangkan pandangan benar … konsentrasi be- nar, yang menurun, miring, dan condong ke arah Nibbāna. Jalan Mulia Berunsur Delapan ini harus dikembangkan untuk memperoleh penge- tahuan langsung atas tiga pencarian ini.”

Tiap-tiap sub-bagian berikut ini (ii-iv) dijelaskan menurut metode yang digu- nakan pada sub-bagian tentang pengetahuan langsung.

(ii. Memahami sepenuhnya)

“Para bhikkhu, ada tiga pencarian ini. Apakah tiga ini? Pencarian akan kenikmatan indria, pencarian akan penjelmaan, pencarian akan ke- hidupan suci. Ini adalah tiga pencarian ini. Jalan Mulia Berunsur Dela- pan harus dikembangkan untuk memahami sepenuhnya tiga pencar- ian ini.” …

(iii. Kehancuran total)

“Para bhikkhu, ada tiga pencarian ini. Apakah tiga ini? Pencarian akan kenikmatan indria, pencarian akan penjelmaan, pencarian akan ke- hidupan suci. Ini adalah tiga pencarian ini. Jalan Mulia Berunsur Dela- pan harus dikembangkan demi kehancuran total tiga pencarian ini.” …

(iv. Meninggalkan)

“Para bhikkhu, ada tiga pencarian ini. Apakah tiga ini? Pencarian akan kenikmatan indria, pencarian akan penjelmaan, pencarian akan ke- hidupan suci. Ini adalah tiga pencarian ini. Jalan Mulia Berunsur De-

lapan harus dikembangkan demi meninggalkan tiga pencarian ini.” … [56]

Tiap-tiap Sutta berikut ini dijelaskan menurut empat metode yang digunakan pada §161.

162 (2) Pembedaan

“Para bhikkhu, ada tiga pembedaan ini. Apakah tiga ini? Pembedaan ‘aku lebih tinggi,’ pembedaan ‘aku sama,’ pembedaan ‘aku lebih ren- dah.’ Ini adalah tiga pembedaan. Jalan Mulia Berunsur Delapan harus dikembangkan demi pengetahuan langsung atas tiga pembedaan ini, untuk memahaminya sepenuhnya, demi kehancurannya secara total, untuk meninggalkannya.

“Apakah Jalan Mulia Berunsur Delapan itu? Di sini, para bhikkhu, seorang bhikkhu mengembangkan pandangan benar … konsentrasi be- nar, yang berdasarkan pada keterasingan, kebosanan, dan lenyapnya, yang matang pada pelepasan. Jalan Mulia Berunsur Delapan ini harus dikembangkan demi pengetahuan langsung atas tiga pembedaan ini … untuk meninggalkannya.”

163 (3) Noda

“Para bhikkhu, ada tiga noda ini. Apakah tiga ini? Noda indriawi, noda penjelmaan, noda kebodohan. Ini adalah tiga noda. Jalan Mulia Berunsur Delapan harus dikembangkan demi pengetahuan langsung atas tiga noda ini, untuk memahaminya sepenuhnya, demi kehan- curannya secara total, untuk meninggalkannya.”

164 (4) Penjelmaan

“Para bhikkhu, ada tiga jenis penjelmaan ini. Apakah tiga ini? Pen- jelmaan alam-indria, penjelmaan alam berbentuk, penjelmaan alam tanpa bentuk. Ini adalah tiga jenis penjelmaan. Jalan Mulia Berunsur Delapan harus dikembangkan demi pengetahuan langsung atas tiga jenis penjelmaan ini, untuk memahaminya sepenuhnya, demi kehan- curannya secara total, untuk meninggalkannya.”

165 (5) Penderitaan

“Para bhikkhu, ada tiga jenis penderitaan ini. Apakah tiga ini? Pender- itaan karena kesakitan, penderitaan karena bentukan-bentukan, pen- deritaan karena perubahan.45 Ini adalah tiga jenis penderitaan. Jalan

Mulia Berunsur Delapan harus dikembangkan demi pengetahuan lang- sung atas tiga jenis penderitaan ini, untuk memahaminya sepenuhnya, demi kehancurannya secara total, untuk meninggalkannya.” [57] 166 (6) Kemandulan

“Para bhikkhu, ada tiga jenis kemandulan ini. Apakah tiga ini? Keman- dulan nafsu, kemandulan kebencian, kemandulan kebodohan Ini ada- lah tiga jenis kemandulan. Jalan Mulia Berunsur Delapan harus dikem- bangkan demi pengetahuan langsung atas tiga jenis kemandulan ini, untuk memahaminya sepenuhnya, demi kehancurannya secara total, untuk meninggalkannya.”

167 (7) Kekotoran

“Para bhikkhu, ada tiga jenis kekotoran ini. Apakah tiga ini? Keko- toran nafsu, kekotoran kebencian, kekotoran kebodohan. Ini adalah tiga jenis kekotoran. Jalan Mulia Berunsur Delapan harus dikembang- kan demi pengetahuan langsung atas tiga jenis kekotoran ini, untuk memahaminya sepenuhnya, demi kehancurannya secara total, untuk meninggalkannya.”

168 (8) Kesulitan

“Para bhikkhu, ada tiga jenis kesulitan ini. Apakah tiga ini? Kesulitan nafsu, kesulitan kebencian, kesulitan kebodohan. Ini adalah tiga jenis kesulitan. Jalan Mulia Berunsur Delapan harus dikembangkan demi pengetahuan langsung atas tiga jenis kesulitan ini, untuk memaha- minya sepenuhnya, demi kehancurannya secara total, untuk mening- galkannya.”

169 (9) Perasaan

“Para bhikkhu, ada tiga perasaan ini. Apakah tiga ini? Perasaan meny- enangkan, perasaan menyakitkan, perasaan bukan-menyakitkan dan bukan-menyenangkan. Ini adalah tiga perasaan. Jalan Mulia Berunsur Delapan harus dikembangkan demi pengetahuan langsung atas tiga perasaan ini, untuk memahaminya sepenuhnya, demi kehancurannya secara total, untuk meninggalkannya.”

170 (10) Keinginan

[58] “Para bhikkhu, ada tiga jenis keinginan ini. Apakah tiga ini? Ke- inginan akan kenikmatan indria, keinginan akan penjelmaan, keingi- nan akan pemusnahan. Ini adalah tiga jenis keinginan. Jalan Mulia Berunsur Delapan harus dikembangkan demi pengetahuan langsung atas tiga jenis keinginan ini, untuk memahaminya sepenuhnya, demi kehancurannya secara total, untuk meninggalkannya.

“Apakah Jalan Mulia Berunsur Delapan itu? Di sini, para bhikkhu, seorang bhikkhu mengembangkan pandangan benar … konsentrasi benar, yang berdasarkan pada keterasingan, kebosanan, dan lenyap- nya, yang matang pada pelepasan. Jalan Mulia Berunsur Delapan ini harus dikembangkan demi pengetahuan langsung atas tiga jenis ke- inginan ini, untuk memahaminya sepenuhnya, demi kehancurannya secara total, untuk meninggalkannya.”

170 (11) Dahaga46

“Para bhikkhu, ada tiga jenis dahaga ini. Apakah tiga ini? Dahaga akan kenikmatan indria, dahaga akan penjelmaan, dahaga akan pemusna- han. Ini adalah tiga jenis dahaga. Jalan Mulia Berunsur Delapan harus dikembangkan demi pengetahuan langsung atas tiga jenis dahaga ini, untuk memahaminya sepenuhnya, demi kehancurannya secara total, untuk meninggalkannya.

“Apakah Jalan Mulia Berunsur Delapan itu? Di sini, para bhikkhu, seorang bhikkhu mengembangkan pandangan benar … konsentrasi be- nar, yang berdasarkan pada keterasingan, kebosanan, dan lenyapnya, yang matang pada pelepasan. Jalan Mulia Berunsur Delapan ini harus

dikembangkan demi pengetahuan langsung atas tiga jenis dahaga ini, untuk memahaminya sepenuhnya, demi kehancurannya secara total, untuk meninggalkannya.”

[59]

XVI. BANJIR

Di Sāvatthī. 171 (1) Banjir

“Para bhikkhu, ada empat banjir ini. Apakah empat ini? Banjir indri- awi, banjir penjelmaan, banjir pandangan, banjir kebodohan. Ini ada- lah empat banjir. Jalan Mulia Berunsur Delapan harus dikembangkan demi pengetahuan langsung atas empat banjir ini, untuk memahamin- ya sepenuhnya, demi kehancurannya secara total, untuk meninggal- kannya.”

172 (2) Belenggu

“Para bhikkhu, ada empat belenggu ini. Apakah empat ini? Belenggu indriawi, belenggu penjelmaan, belenggu pandangan, belenggu ke- bodohan. Ini adalah empat belenggu. Jalan Mulia Berunsur Delapan harus dikembangkan demi pengetahuan langsung atas empat beleng- gu ini, untuk memahaminya sepenuhnya, demi kehancurannya secara total, untuk meninggalkannya.”

173 (3) Kemelekatan

“Para bhikkhu, ada empat kemelekatan ini. Apakah empat ini? Ke- melekatan pada kenikmatan indria, kemelekatan pada pandangan, kemelekatan pada peraturan dan sumpah, kemelekatan pada doktrin diri. Ini adalah empat kemelekatan. Jalan Mulia Berunsur Delapan har- us dikembangkan demi pengetahuan langsung atas empat kemeleka- tan ini, untuk memahaminya sepenuhnya, demi kehancurannya secara total, untuk meninggalkannya.”

174 (4) Simpul

“Para bhikkhu, ada empat simpul ini. Apakah empat ini? Simpul jas- mani ketamakan, simpul jasmani permusuhan, simpul jasmani cengk-

Dalam dokumen Samyutta Nikaya 5 Maha Vagga (Halaman 113-129)