• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perempuan di Sektor Publik

PROFIL DAN ANALISIS: GENDER, ANAK DAN PEREMPUAN

3.4 Perempuan di Sektor Publik

3.4.1 Perempuan di Lembaga Legislatif

UU Pemilu no. 12 tahun 2000 memberikan peluang adanya keterwakilan politik perempuan dalam parlemen, akan tetapi pada pasal 65 ayat 1 belum memberikan ketegasan yang berdampak pada kebijakan tersebut, karena pengalaman dalam Pemilu Tahun 1999 belum mencapai batas minimum 30% keterwakilan perempuan dalam politik.

Komposisi anggota legislatif menurut jenis kelamin di suatu daerah, dapat mencerminkan seberapa besar azas demokrasi telah diterapkan di daerah tersebut. Pada komposisi penduduk yang hampir berimbang antara jumlah laki-laki dan perempuan, maka komposisi anggota legislatif semestinya berimbang. Sebagai perbandingan, berikut ini disajikan data jumlah anggota legislatif perempuan di parlemen pada Pemilu tahun 1999 dan 2004.

Tabel 37

Jumlah Anggota Legislatif

No Kabupaten/ Kota 1999-2004 L P 2004-2009 L P 2009-2014 L P 1 Gunung Kidul 42 3 44 1 39 6 2 Bantul 40 5 41 4 39 6 3 Kulon Progo 34 2 31 4 35 5 4 Sleman 40 5 41 4 41 9 5 Kota Yogyakarta 35 1 28 7 34 6 6 Provinsi 50 5 48 7 43 12

Sumber: KPU Provinsi DIY 2004 2009-2014 (* = hasil Pemilu 2009 dan Caleg belum dilantik.

Berdasarkan tabel di atas, anggota legislatif periode 1999-2004 di Provinsi DIY, anggota legislatif laki-laki ada 92% dan sisanya 8% adalah perempuan dan periode 2004-2009 sebanyak 89,62% adalah laki-laki dan sisanya 10.38% adalah perempuan, dan periode 2009-2014 sejumlah 84% adalah laki-laki dan sisanya 16% adalah perempuan. Meskipun perempuan mengalami kenaikan, tetapi dari periode ke periode, perempuan di parlemen belum signifikan terwakili. Hasil tersebut belum memenuhi kuota 30 %. sehingga merupakan pengalaman dan pelajaran yang perlu diperbaiki untuk keterwakilan perempuan di parlemen. Hal ini disebabkan di antaranya kurangnya political will dari partai politik untuk mendorong perempuan dalam politik, budaya patriarki yang masih mengakar di masyarakat, masih minimnya keinginan perempuan yang terjun di parpol. Dunia politik identik dengan dunia “kotor” dan “keras” sehingga tidak ramah perempuan. Dunia politik bertentangan dengan fitrah dan kultur sehingga tidak cocok untuk perempuan. Menjadi aktivitas politik berarti siap mengorbankan kepentingan keluarga karena harus meninggalkan tugas-tugas kerumahtanggaan dalam waktu relatif lama. Adanya anggapan bahwa perempuan tidak memiliki kapasitas dan kompetensi sebgai aktivitas politik. Selain itu kendala lainnya adalah sistem kaderisasi yang tidak kondusif. Dominasi laki-laki dalam politik semakin meminggirkan perempuan.

Tabel 38

Jumlah Anggota Calon Legislatif (Caleg)

No Kabupaten/ Kota L 2009 P 1 Gunung Kidul 119 81 2 Bantul 132 86 3 Kulon Progo 86 58 4 Sleman 168 118 5 Yogyakarta 193 128 Jumlah 698 471

Sumber: KPUD Provinsi DI.

Tabel di atas menunjukkan bahwa partisipasi perempuan di Provinsi DIY untuk duduk dalam kursi legislatif cukup tinggi. Karena, selisih antara laki-laki dengan perempuan tidak banyak. Jumlah caleg perempuan terbanyak terdapat di Kota Yogyakarta dan paling sedikit di Kabupaten Kulon Progo.

3.4.2 Perempuan di Lembaga Eksekutif

Berikut ini disajikan data pilah sumber daya manusia di bidang pemerintahan.

Tabel 39

Jumlah Pejabat Eselon di Lingkungan Pemerintah Kabupaten/Kota Se Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2009

No Kabupaten/ Kota Esselon 2 L P Esselon 3 L P Esselon 4 L P 1 Gunung Kidul 20 - 100 9 309 84 2 Bantul 22 2 122 32 325 157 3 Kulon Progo 18 2 78 18 257 101 4 Sleman 16 4 72 29 259 126 5 Yogyakarta 22 2 74 29 374 245 6 Provinsi DIY 29 7 153 40 322 204 Jumlah 127 17 599 157 1846 917

Berdasarkan data di atas terlihat pejabat eselon 2, eselon 3 dan esselon 4 di lingkungan Pemerintah Kab/Kota se Provinsi DIY yang berjenis kelamin perempuan, jumlahnya lebih sedikit dibandingkan dengan jenis kelamin laki-laki. Bahkan pada tahun 2006 di Kabupaten Gunungkidul, tidak terdapat pejabat eselon 2 yang berjenis kelamin perempuan. Selanjutnya, di bawah ini disajikan data jumlah camat di Kab./Kota se Provinsi DIY:

Tabel 40 Jumlah Camat No Kabupaten/ Kota Jenis Kelamin 2006 2007 2008 L P L P L P 1 Gunung Kidul 18 0 18 0 18 0 2 Bantul 14 3 14 3 14 3 3 Kulon Progo 11 1 11 1 9 3 4 Sleman 17 0 16 1 16 1 5 Yogyakarta 13 1 13 1 13 1 Jumlah 73 5 72 6 70 8

Sumber: BKD Kab./Kota se Provinsi DIY

Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa terjadi kesenjangan gender untuk jumlah camat. Bahkan di Kabupaten Gunungkidul, selama tahun 2006-2008 semua Camatnya berjenis kelamin Laki-laki. Begitu pula dengan jumlah Kepala Desa di masing-masing Kabupaten/ Kota di Provinsi DIY. Di bawah ini adalah data Jumlah Kepala desa di masing-masing Kabupaten:

Tabel 41 Jumlah Kepala Desa

No Kabupaten/ Kota Jenis Kelamin 2006 2007 2008 L P L P L P 1 Gunung Kidul 137 7 137 7 137 7 2 Bantul 73 2 72 3 72 3 3 Kulon Progo 83 5 85 3 85 3 4 Sleman 85 1 84 2 83 3 5 Yogyakarta 41 4 40 5 40 5 Jumlah 419 19 418 20 417 21

Sumber: BKD Kab/Kota se Provinsi DIY

Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah Kepala desa perempuan sedikit. Bahkan di Kabupaten Sleman, jumlah kepala desa perempuan cenderung menurun.

3.4.3 Perempuan di Lembaga Yudikatif

Tingkat partisipasi perempuan dalam bidang hukum yang direpresentasikan dalam lembaga yudikatif masih tergolong rendah. Suatu persoalan yang sangat terkait dengan kultur patriarkhi yang menandaskan bahwa aktifitas hukum identik dengan laki-laki sangat berpengaruh terhadap minimnya keterwakilan perempuan. Oleh sebab itu, diperlukan adanya daya dorong perempuan untuk terlibat aktif dalam lembaga yudikatif, seperti Pengadilan, Kejaksaan, TNI/ POLRI maupun Kepolisian.

Adapun data mengenai keterwakilan perempuan di institusi kejaksaan tinggi maupun negeri adalah sebagai berikut:

Tabel 42

Pejabat Struktural Kejaksaan Negeri se Provinsi DIY dan Kejaksaan Tinggi Yogyakarta

N

o Eselon Jumlah 2007 % Jumlah 2008 % Jumlah 2009 %

L P L P L P L P L P L P 1 II 2 0 100 0 2 0 100 0 2 0 100 0 2 III 9 3 75 25 8 4 66,6 33,4 13 4 76,4 23,6 3 IV 37 11 77,5 22,5 38 11 77,5 22,5 39 10 79,5 20,5 4 V 9 2 81,8 18,2 8 3 72,7 27,3 8 3 72,7 27,3 Jumlah 58 16 78,3 21,7 56 18 75,6 24,4 62 17 78,4 21,6

Sumber: Kejaksaan Negeri se Provinsi DIY. dan Kejaksaan Tinggi Yogyakarta tahun 2009

Tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang menduduki Jabatan Struktural Eselon di institusi Kejaksaan Negeri se Provinsi DIY. dan Kejaksaan Tinggi Yogyakarta cenderung fluktuatif dari tahun ke tahun. Pada tahun 2007, proporsi Pejabat Struktural perempuan yang berada di institusi tersebut adalah 22 %, kemudian tahun 2008 meningkat menjadi 24 %, dan pada tahun 2009 proporsinya berkurang menjadi 22 %.

Adapun data mengenai keterwakilan perempuan Pejabat Struktural Eselon II, III, IV dan V di institusi Pengadilan Negeri se Provinsi DIY, Pengadilan Agama se Provinsi DIY, Pengadilan Tinggi/Tinggi Agama Yogyakarta dan PTUN adalah sebagai berikut:

Tabel 43

Pejabat Struktural Pengadilan Negeri se Provinsi DIY, Pengadilan Agama se Provinsi DIY, Pengadilan Tinggi/Tinggi Agama Yogyakarta dan PTUN

N

o Eselon Jumlah 2007 % Jumlah 2008 % Jumlah 2009 %

L P L P L P L P L P L P 1 II 3 2 60 40 3 2 60 40 3 2 60 40 2 III 12 3 80 20 11 4 73,3 26,7 10 6 62,5 37,5 3 IV 25 9 73,5 26,5 21 13 61,7 38,3 23 13 63,8 36,2 4 V 10 1 90,9 9,1 10 1 90,9 9,1 10 1 90,9 9,1 Jumlah 50 13 79,3 20,7 45 20 69,2 30,8 46 22 67,6 32,4

Sumber: Pengadilan Negeri se Provinsi DIY, Pengadilan Agama se Provinsi DIY, Pengadilan Tinggi/Tinggi Agama Yogyakarta dan PTUN tahun 2009

Tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang menduduki Jabatan Struktural Eselon di institusi Pengadilan Negeri se Provinsi DIY, Pengadilan Agama se Provinsi DIY, Pengadilan Tinggi/Tinggi Agama Yogyakarta dan PTUN cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2007, proporsi pejabat struktural perempuan yang berada di institusi tersebut adalah 21 %, kemudian tahun 2008 mengalami peningkatan 31 %, dan pada tahun 2009 meningkat lagi menjadi 32 %.

Dokumen terkait