• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pergerakan Nasional

Dalam dokumen smp8ips JelajahCakrawala Nurhadi (Halaman 112-119)

D.

Kebangkitan Nasional mengandung arti timbulnya semangat kebangsaan (nasionalisme), yaitu rasa cinta pada bangsa dan tanah air. Munculnya pergerakan nasional disebabkan oleh beberapa faktor, baik faktor dalam negeri (internal) ataupun faktor luar negeri (eksternal).

Dr. Wahidin (1857-1917) ialah seorang yang mampu men-jadi inspirasi bagi pembentukan organisasi modern di Indonesia. Wahidin ialah seorang pemain musik Jawa klasik (gamelan) dan wayang yang berbakat.

Sumber: Sejarah Indonesia Modern,

2005

Maestro

Dr

Dr. WaWaWaW hihihihididididinnn((1(1(1( 8585858 77-19177)) ialah

se

seororanang g yayangg m mamamppu men-jadi inspirasi bagi pembentukan organisasi modern di Indonesia.

W hidi i l h i

M

M

M

Ma

Maaeesttro

Faktor dalam negeri yang memengaruhi pertumbuhan per gerakan nasional, di antaranya sebagai berikut. 1. Penderitaan akibat penjajahan.

2. Terinspirasi akan kejayaan Sriwijaya dan Majapahit yang dapat mempersatukan wilayah nusantara. 3. Kesatuan Indonesia di bawah pimpinan Pax Neerlandica

telah memberi jalan ke arah kesatuan bangsa.

4. Pembatasan penggunaan dan penyebaran bahasa Belanda dan penggunaan bahasa Indonesia yang dipopulerkan menye babkan bahasa Indonesia menjadi tali pengikat kesatuan bangsa yang ampuh.

5. Pembangunan komunikasi antarpulau mendorong semakin mudah dan seringnya pertemuan antara rakyat di berbagai pulau.

Adapun faktor luar negeri (eksternal) yang menjadi penyebab pertumbuhan pergerakan nasional, yaitu sebagai berikut.

1. Ide-ide barat yang masuk lewat pendidikan yang meng gantikan pendidikan tradisional, seperti pondok pesantren atau wihara-wihara.

2. Kemenangan Jepang atas Rusia pada 1905 me-ngem balikan kepercayaan bangsa Indonesia akan kemampuannya sendiri.

3. Timbulnya pergerakan dan perjuangan bangsa lain di kawasan Asia dan Afrika untuk menentang pen-jajahan, seperti di India dan Turki.

Sebelum 1900-an, reaksi dan perlawanan terhadap penjajah Belanda masih bersifat kedaerahan. Per lawanan mereka ber gantung kepada seorang pe mimpin yang kharismatis. Orang tersebut dianggap mempunyai kesaktian yang dapat dipancarkan kepada mereka. Perlawanan ini selalu berakhir jika pemimpin itu tertawan atau terbunuh.

Adapun sesudah 1900, perlawanan berubah menjadi per lawanan yang bersifat nasional. Pengetahuan yang diperoleh dari Barat digunakan untuk melawan penjajah Belanda. Perlawanan mulai dilakukan secara non-fisik, yaitu melalui jalur diplomasi dengan media organisasi-organisasi pergerakan nasional.

1. Budi Utomo (BU)

Pada 1906–1907, dr. Wahidin Sudirohusodo melakukan perjalanan ke seluruh Pulau Jawa dan memberikan penerangan tentang pentingnya pendidikan

Gambar 5.11

Salah satu pondok pesantren di Sumatra Barat, meskipun merupakan lembaga pendidikan tradisional, namun masih berkembang sampai saat ini.

Sumber: Indonesian Heritage: Language

Pergerakan Kebangsaan Indonesia 105

bagi kehidupan bangsa. Dalam perjalanannya, dr. Wahidin Sudirohusodo bertemu dengan Sutomo, mahasiswa STOVIA di Jakarta. Mereka memperbincangkan nasib rakyat Indonesia. Gagasan itu mereka wujudkan dengan mendirikan Budi Utomo pada 20 Mei 1908. Hari kelahiran Budi Utomo diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Karena sifat perjuangannya, Budi Utomo dianggap sebagai organisasi pertama di Indonesia yang bersifat kebangsaan. Kongres pertama Budi Utomo di selenggarakan di Yogyakarta sekitar Oktober 1908. Keputus an yang dihasilkan dari kongres Budi Utomo pertama tersebut, adalah sebagai berikut. a. Budi Utomo bukan organisasi politik dan tidak

mengadakan kegiatan politik.

b. Budi Utomo adalah organisasi yang bergerak dalam bidang pendidikan dan memajukan kebudayaan. c. Budi Utomo bergerak hanya di Pulau Jawa dan

Madura.

Beberapa surat kabar Belanda memandang kongres itu sebagai kebangkitan orang Jawa. Surat-surat kabar menge muka kannya dengan kata “De Javaan Ontwaakt”

(Jawa Bangkit).

Di dalam tubuh organisasi Budi Utomo, timbul dua keinginan yang berbeda. Golongan muda menginginkan agar Budi Utomo turut serta dalam kegiatan politik, sedangkan golongan tua berpegang pada prinsip semula sebagai organisasi non-politik. Keadaan inilah yang menimbulkan kemunduran organisasi Budi Utomo.

2. Perhimpunan Indonesia (PI)

Di Belanda pun muncul perjuangan yang dipelopori para mahasiswa Indonesia yang belajar di Belanda. Untuk menggalang persatuan, para mahasiswa Indonesia pada mulanya mendirikan perkumpulan yang bergerak dalam bidang sosial yang diberi nama Indische Vereeniging atau per kumpulan orang-orang Hindia pada 1908. Pada 1922,

Indische Vereeniging berganti nama menjadi Indonesische

Vereeniging dengan kegiatannya dalam bidang politik.

Pada 1925, Indonesische Vereeniging berganti nama menjadi Perhimpunan Indonesia.

Perhimpunan Indonesia berjuang untuk memperoleh suatu pemerintahan Indonesia yang bertanggung jawab kepada rakyat Indonesia saja. Melihat per kem bangan Perhimpunan Indonesia, pemerintah kolonial merasa

Gambar 5.12

Sutomo adalah salah satu mahasiswa yang memiliki nasionalisme tinggi. Beliau merupakan pendiri Budi Utomo.

Sumber: Sejarah Nasional

Indonesia, 1993

Boedi Oetomo (dieja Budi Utomo). Menurut konotasi bahasa Jawa yang beraneka ragam mengandung arti cendekiawan, watak, atau kebudayaan yang mulia. Dalam bahasa Belanda budi utomo adalah het schcane sirloen

yang berarti ikhtiar yang indah.

Sumber: Sejarah Indonesia

Modern, 2005

Referensi Sosial

cemas. Oleh karena itu, pemimpin-pemimpin Perhimpunan Indonesia, seperti Drs. Mohammad Hatta, Mr. Nazir Datuk Pamontjak, Mr. Ali Sastroamidjoyo, danMr. Abdul Madjid ditangkap dan diadili. Akan tetapi, karena tidak terbukti bersalah, mereka dibebaskan kembali.

3. Sarekat Islam (SI)

Sarekat Islam merupakan organisasi yang pada awalnya bernama Sarekat Dagang Islam (SDI), yaitu suatu organisasi yang sebagian besar anggotanya terdiri atas kaum pedagang. Sarekat Dagang Islam didirikan oleh Haji Samanhudi pada 1911. Pada 1912, namanya diubah oleh H.O.S. Tjokroaminoto menjadi Sarekat Islam (SI), dengan tujuan semula untuk mengimbangi persaingan dagang orang-orang Cina. Sarekat Islam akhirnya meluas menjadi organisasi yang menentang kekuasaan pemerintah kolonial Belanda.

Pada awalnya, Sarekat Islam mempunyai tujuan, yaitu:

a. mengembangkan dan meningkatkan kemampuan berdagang,

b. membantu menyelesaikan masalah anggotanya dalam ber dagang,

c. memajukan pendidikan dan segala usaha yang mening katkan kesejahteraan rakyat,

d. memperbaiki pendapat-pendapat yang keliru mengenai ajaran agama Islam,

e. membina anggotanya untuk hidup menurut perintah agama Islam.

Dalam waktu yang cukup singkat, organisasi Sarekat Islam ber kembang. Hal ini disebabkan karena organisasi ini didirikan oleh kaum pedagang dan ulama terkemuka dan bertujuan membela rakyat kecil.

Dengan kemajuan yang ditunjukkan oleh Sarekat Islam, pemerintah kolonial Belanda menjadi khawatir. Oleh karena itu, organisasi ini diawasi dengan ketat dan dibatasi gerakannya.

Pada 1915, Sentral Sarekat Islam didirikan dengan tugas membantu memajukan hubungan antar-Sarekat Islam daerah. Adapun pengurus Sentral Sarekat Islam adalahH.O.S. Tjokroaminoto,Agus Salim, Abdul Muis, H. Gunawan, Wondoamiseno, Sastrohandoro, Surjopranoto, Alimin Prawirodirejo, dan Haji Samanhudi.

Sumber: Ensiklopedi Tematis Dunia

Islam, 2002 a

b

Al Islam

Al Islam adalah sebuah majalah Central Sarekat Islam di Surabaya dan ditulis dalam tulisan Melayu (Jawa). Penanggung jawabnya adalah Oemar Said Tjokroaminoto.

Sumber: Gerakan Modern Islam

di Indonesia 1900-1942, 1996

Referensi Sosial

Gambar 5.13

Dua tokoh Sarekat Islam yaitu H. Samanhudi (a) dan, H.O.S Tjokroaminoto (b).

Pergerakan Kebangsaan Indonesia 107

4. Indische Partij (IP)

E.F.E. Douwes Dekker yang lebih dikenal dengan nama Danudirja Setiabudi, adalah seorang Indo-Belanda yang sangat mencintai Indonesia. Pada 25 Desember 1912 di Bandung, berdirilah Indische Partij. Organisasi politik ini didirikan oleh Tiga Serangkai, yaitu E.F.E. Douwes Dekker, dr. Tjipto Mangunkusumo, dan Ki Hadjar Dewantara. Tujuan Indische Partij secara umum, yaitu:

a. meningkatkan jiwa integrasi semua golongan; b. menghapuskan perbedaan tingkat sosial masyarakat,

baik dalam pemerintahan maupun dalam kehidupan sehari-hari;

c. menghapuskan rasialisme;

d. mempertebal kecintaan masyarakat terhadap cita-cita Indonesia;

e. memperbaiki keadaan ekonomi bangsa Indonesia, terutama memperkuat masyarakat yang ekonominya lemah;

f. mewujudkan kemerdekaan Indonesia.

Pada 1913, pemerintah kolonial Belanda melarang kegiatan Indische Partij karena organisasi ini secara terang-terangan me ngecam kebijakan pemerintah kolonial Belanda. Para pemimpinnya di tangkap dan diasingkan ke negeri Belanda.

5. Muhammadiyah

Muhammadiyah didirikan di Yogyakarta pada 18 November 1912 oleh K.H. Ahmad Dahlan. Organisasi ini bertujuan melakukan pemurnian agama Islam dari unsur-unsur non-Islam dan me laku kan penyesuaian dengan kemajuan zaman (modernisasi). Adapun cara kerja Muhammadiyah adalah:

a. mendirikan sekolah-sekolah (bukan pondok atau pesantren);

b. mendirikan rumah-rumah sakit dengan nama Pertolongan Kesengsaraan Umum (PKU);

c. mendirikan rumah yatim piatu;

d. mendirikan perkumpulan kepanduan, Hisbul Wathon

(HW).

Muhammadiyah mampu berkembang dan men-dapat tempat di hati rakyat sehingga banyak cabang yang didirikan di Pulau Jawa dan Sumatra. Akan tetapi,

Sumber: Album Perjuangan

Kemerdekaan, 1975

Gambar 5.14

Suwardi Suryaningrat atau Ki Hadjar Dewantara menulis buku berjudul Als ik een Nederlander was, yang berisi kritikan terhadap Belanda.

kemajuan ini mendapat respons dari golongan Islam yang konservatif. Mereka menilai, Muhammadiyah terlalu terbuka terhadap kebudayaan Barat, sehingga khawatir kemurnian Islam akan terkoyak. Oleh karena itu, golongan konservatif ini mendirikan perkumpulan Nahdatul Ulama (NU), yang berarti kebangkitan kaum ulama.

Pada awalnya, pemerintah kolonial Belanda kurang senang terhadap Muhammadiyah. Akan tetapi, menjelang Perang Dunia I, pemerintah kolonial Belanda menunjukkan sikap yang lebih lunak terhadap Muhammadiyah dengan mengeluarkan izin pendirian Muhammadiyah di Yogyakarta. Pada 2 September 1921, dikeluarkan surat ketetapan yang mengizinkan Muhammadiyah didirikan di seluruh Indonesia.

Sumber: Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, 2002

a b

6. Partai Nasional Indonesia (PNI)

Partai Nasional Indonesia didirikan di Bandung pada 14 Juli 1927. Salah seorang pendirinya ialah Ir. Soekarno. Adapun tujuan Partai Nasional Indonesia tidak jauh berbeda dengan tujuan Perhimpunan Indonesia, yaitu:

a. mencapai Indonesia merdeka; b. berjuang dengan kekuatan sendiri; c. bersikap non-kooperatif.

Propaganda yang dilakukan oleh para pemimpin PNI adalah menyadarkan rakyat akan rasa “kebangsaan.” Dalam kesadaran itu ditanamakan “Trilogi Partai Nasional Indonesia”, yaitu jiwa nasional, tekad nasional, dan tindakan nasional.

Kegiatan Partai Nasional Indonesia menimbulkan reaksi hebat di kalangan kaum reaksioner Belanda di Indonesia. Pada 29 Desember 1929, Ir. Soekarno

Muhammadiyah dan Kyai Ahmad Dahlan

Muhammadiyah didirikan pada 1912 oleh Kyai Ahmad Dahlan, seorang penganut gagasan Islam modernis. Pada perkembangan berikutnya, Muhammadiyah memperluas aktivitasnya hingga meliputi suatu jangkauan luas pada pelayanan sosial.

Sumber: Buku Pintar 50 Tokoh

yang Paling Berpengaruh, 2003

Referensi Sosial

Gambar 5.15

(a) K.H. Ahmad Dahlan menggunakan jaringan ekonomi untuk kepentingan dakwahnya dan (b) para Mubalig Muhammadiyah pada 1927.

Sumber: 30 Tahun Indonesia

Merdeka, 1978

Gambar 5.16

Soekarno bersama teman-temannya setelah sidang di Bandung.

Pergerakan Kebangsaan Indonesia 109

dan beberapa kawannya ditangkap dengan tuduhan bahwa PNI mengadakan suatu pemberon takan. Di depan sidang pengadilan di Bandung, Ir. Soekarno mengajukan pembelaannya yang berjudul ‘’Indonesia Menggugat.’’ Pengadilan tidak dapat membuktikan tuduhannya. Akan tetapi, Ir. Soekarno dan kawan-kawannya tetap dijatuhi hukuman penjara di Sukamiskin, Bandung.

7. Partai Indonesia (Partindo)

Setelah PNI dibubarkan, Mr. Sartono pada April 1931, mendirikan Partai Indonesia (Partindo) sebagai peng gantinya dengan tujuan yang sama. Setelah bebas dari penjara Sukamiskin 31 Desember 1931, Soekarno terjun kembali ke panggung politik bergabung dengan Partindo. Partindo berkembang pesat dengan anggota yang semakin banyak, kegiatannya pun semakin radikal me nentang Belanda. Oleh karena itu, Belanda mengawasi Partindo dengan ketat. Bahkan, Belanda melarang Partindo mengadakan sidang nasional.

Pada 1934, Ir. Soekarno ditangkap dan dibuang ke Flores. Ia kemudian dipindahkan ke Bengkulu pada 1937. Adapun Partindo dibubarkan pada 1936 oleh pemerintah kolonial Belanda.

8. Partai Indonesia Raya (Parindra)

Pada 1930, di Surabaya didirikan Persatuan Bangsa Indonesia (PBI) oleh dr. Sutomo. Tiga tahun kemudian, PBI bergabung dengan Budi Utomo menjadi Partai Indonesia Raya (Parindra) pada Desember 1935 di Solo. Ikut pula bergabung Sarekat Sumatra, Sarekat Celebes, dan Kaum Betawi.

Sampai 1938, Parindra dipimpin oleh Wuryaningrat. Dasar Parindra adalah nasionalisme Indonesia Raya dengan tujuan Indonesia mulia dan sempurna (penghalusan dari kata “merdeka”). Tokoh-tokoh Parindra ialah dr. Sutomo, Muhammad Husni Thamrin, Wuryaningrat, dan Sukardjo Wiryopranoto.

Berdasarkan pengalaman terjadinya penekanan-penekanan terhadap partai-partai politik, para pemimpin organisasi mengubah strategi politiknya. Dengan terpaksa para pemimpin partai mengubah strategi politiknya yang revolusioner non-kooperasi.

Sumber: Asia Bergolak, 1954

Gambar 5.17

9. Gabungan Politik Indonesia (GAPI)

Pada 15 Juli 1936, Sutardjo Kartohadikusumo dan kawan-kawannya mengajukan tuntutan yang dikenal dengan Petisi Sutardjo. Petisi itu berisi antara lain pemimpin Indonesia bersedia bekerja sama dengan pemerintah kolonial Belanda. Namun, dengan syarat bangsa Indonesia diijinkan mengadakan sidang per-musyawaratan atau parlemen. Akan tetapi, petisi itu ditolak oleh pemerintah Belanda pada 1938.

Karena Petisi Sutardjo gagal, kaum politisi Indonesia mengubah strategi politiknya. Pada 21 Mei 1939, terbentuklah Gabungan Politik Indonesia atau GAPI, dengan pemimpinnya antara lain Abikusno Tjokrosuyoso (PSII), Muhammad Husni Thamrin (Parindra), dan Mr. Amir Sjarifudin (Gerindo). Berdasarkan hasil konferensi GAPI tanggal 4 Juli 1939, GAPI mempunyai semboyan “Indonesia Berparlemen.” Artinya, GAPI tidak menuntut Indonesia merdeka, tetapi hanya menuntut sebuah parlemen yang berlandaskan pada sendi-sendi demokrasi.

Untuk menjalankan program dan tujuannya, GAPI mem bentuk Kongres Rakyat Indonesia (KRI) pada 25 Desember 1939. KRI I dilakukan di Jakarta. Keputusannya, antara lain penetapan bendera Merah Putih dan lagu Indonesia Raya sebagai bendera dan lagu persatuan Indonesia.

1. Gerakan Pemuda

Pergerakan nasional tidak bisa lepas dari peran generasi muda. Pergerakan pemuda diawali dengan berdirinya Tri Koro Dharmo (Tiga Tujuan Mulia, yaitu

sakti, budhi, dan bakti) pada 7 Maret 1915. Organisasi ini merupakan perkumpulan pelajar dari Jawa, Madura, Bali, dan Lombok. Pada 12 Juni 1918, organisasi ini berubah nama menjadi Jong Java, yang telah dipengaruhi semangat nasionalisme, tetapi tetap bukan organisasi politik. Anggota

Jong Java yang ingin berpolitik dengan agama sebagai dasar perjuangannya, mendirikan organisasi Jong Islamieten Bond

Dalam dokumen smp8ips JelajahCakrawala Nurhadi (Halaman 112-119)