• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perguruan Tinggi yang telah bekerjasama dengan DJPU terkait

Perguruan Tinggi yang telah bekerjasama dengan DJPU terkait pengelolaan SUN sampai tahun 2012

Untuk mengetahui tingkat efektifitas penyampaian informasi melalui kegiatan sosialisasi SUN dimaksud, maka dilakukan pengukuran terhadap pemahaman masyarakat dan pelaku ekonomi yang menjadi peserta sosialisasi tentang pengelolaan SUN. Berdasarkan hasil kuesioner yang disampaikan kepada peserta, persentase pemahaman masyarakat dan pelaku ekonomi terhadap pengelolaan SUN pada tahun 2012 ditargetkan sebesar 75% dengan realisasi sebesar 76,44%.

b) Sosialisasi SBSN

Dalam rangka menyebarluaskan informasi dan pemahaman mengenai SBSN, DJPU secara rutin melaksanakan program sosialisasi SBSN ke berbagai daerah di Indonesia. Di samping itu, terdapat pula kegiatan sosialisasi secara khusus kepada kalangan akademis yang dinamakan “Sukuk Negara Goes to Campus”. Kegiatan sosialisasi SBSN tahun 2012 seluruhnya menggunakan konsep seminar dengan menghadirkan pembicara dari DJPU dan moderator yang memandu acara.

(1) Sosialisasi Daerah

Sosialisasi daerah adalah sosialisasi yang dilaksanakan di berbagai daerah di Indonesia dengan target perserta adalah

UNUD UNSRAT UNDIP UNAIR UNAND UNPAD UNSRI UGM UNEJ UPR UNSOED UNRAM UNLAM UNISYIAH UNIBRA USU UNIJOYO IPB UNJA Unmul UNTAN UNIB UNILA UNNES UII UI UNPAR UNTIRTA UNRI UISU UBB UBAYA UMM

masyarakat umum yang terdiri antara lain dari perwakilan kantor vertikal Kementerian Keuangan, Bank Indonesia, Pemerintah Daerah, bank, lembaga keuangan daerah non-bank, pondok pesantren, dan media massa lokal. Pemilihan lokasi pelaksanaan sosialisasi daerah didasarkan pada data bahwa di daerah tersebut belum pernah dilaksanakan sosialisasi SBSN sebelumnya.

Dalam penyelenggaraan sosialisasi daerah, DJPU bekerjasama dengan dengan pihak-pihak terkait seperti Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan. Materi yang disampaikan pada acara sosialisasi daerah mencakup tema: (i) Aspek Hukum & Instrumen Pembiayaan APBN, (ii) Perkembangan Pasar SBSN, (iii) Sukuk Negara Ritel, yang seluruhnya disampaikan oleh pembicara dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang.

Pada tahun 2012, sosialiasi daerah dilaksanakan di 4 kota yaitu Cirebon, Purwokerto, Kupang, dan Kediri.

(2) Sosialisasi Kampus (Sukuk Negara Goes to Campus)

Sosialisasi kampus adalah pelaksanaan sosialisasi yang bekerjasama dengan perguruan tinggi di beberapa daerah di Indonesia dengan target peserta lebih spesifik, yaitu kalangan akademisi yang terdiri dari dosen dan mahasiswa. Target utama peserta sosialisasi kampus adalah dosen dan mahasiswa fakultas hukum, ekonomi, dan pasca sarjana. Kampus yang dipilih sebagai tempat pelaksanaan adalah kampus yang dianggap memiliki perhatian khusus terhadap perkembangan pasar sukuk di Indonesia.

Materi yang disampaikan pada sosialisasi kampus hampir sama dengan materi sosialisasi daerah, namun lebih menekankan pada sisi akademis. Adapun pembicara yang menyampaikan materi adalah dari DJPU untuk tema: (i) Sukuk Negara Sebagai Sumber Pembiayaan APBN dan Instrumen Investasi, serta

pembicara dari kampus untuk tema materi (ii) Keuangan Syariah: Perkembangan, Prospek dan Tantangan. Khusus untuk sosialisasi kampus yang diadakan di Universitas Airlangga Surabaya, hadir pula perwakilan dari Ikatan Ahli Ekonomi Islam Indonesia (IAEI) sebagai salah satu pembicara.

Untuk menyukseskan penyelenggaraan acara sosialisasi kampus, DJPU bekerjasama dengan pihak-pihak terkait seperti Dekan Fakultas tempat penyelenggaraan acara serta Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan. Adapun sosialisasi kampus pada tahun 2012 dilaksanakan di kampus Fakultas Ekonomi Universitas Airlangga Surabaya dan Fakultas Ekonomi Universitas Padjadjaran Bandung.

Rincian Pelaksanaan Sosialisasi SBSN dan tingkat pemahanan peserta pada tahun 2012 adalah sebagai berikut:

Tabel 3.16

Tingkat efektifitas edukasi dan komunikasi sosialisasi SBSN

No Tanggal Lokasi Peserta Hasil

1. 15 Mei 2012 Cirebon 73 80,10%

2. 25 Mei 2012 Purwokerto 74 78,45%

3. 31 Mei 2012 Kupang 71 76,09%

4. 7 Juni 2012 Universitas Airlangga 176 76,56% 5. 13Juni 2012 Universitas

Padjajdjaran

84 73,07%

6. 18 Juli 2012 Kediri 108 75,21%

RATA-RATA 76,24%

c) Sosialisasi Monitoring dan Evaluasi Pinjaman dan Hibah:

Selama tahun 2012, DJPU telah melakukan 2 jenis sosialisasi dalam rangka memberikan pemahaman kepada stakeholder tentang

mekanisme monitoring pinjaman dan hibah serta mekanisme pengelolaan hibah.

(1) Sosialisasi tata cara pemantauan dan evaluasi atas pinjaman dan hibah kepada pemerintah

Sosialisasi dilaksanakan di Yogyakarta pada tanggal 5 Juni 2012, guna menjelaskan kepada kementerian/lembaga mengenai mekanisme pemantauan dan evaluasi atas pinjaman dan hibah kepada pemerintah sesuai dengan PMK nomor 224/PMK.08/2011 (2) Sosialisasi mekanisme pengelolaan dan akuntansi hibah

Sosialisasi dilaksanakan sebanyak 4 kali di Makassar, Balikpapan, Semarang, dan Jakarta. Sosialisasi ini merupakan tindak lanjut temuan BPK pada Laporan Keuangan Bagian Anggaran (LK BA) 999.02 Pengelolaan Hibah tahun 2011 dan guna memberikan pemahaman yang lebih atas Peraturan Menteri Keuangan 191 PMK.05/2011 tentang Mekanisme Pengelolaan Hibah dan Peraturan Menteri Keuangan nomor 230/PMK.05/2011 tentang Sistem Akuntansi Hibah.

Selama sosialisasi tersebut, tingkat pemahaman stakeholders terhadap materi yang disampaikan oleh DJPU sudah cukup baik. 2) Hambatan dan/atau tantangan yang dihadapi dalam rangka pencapaian

target indikator tingkat efektifitas edukasi dan komunikasi antara lain: a) Banyaknya jumlah satker yang menerima hibah dan tersebar luas; b) Kurangnya pemahaman satker dalam pelaporan hibah; dan

c) Anggaran sosialisasi yang kurang terkait pembatasan anggaran pejalanan dinas PNS.

3) Upaya yang dilakukan menghadapi hambatan dan/atau tantangan tersebut adalah:

a) Menyediakan informasi dan peraturan yang berkaitan dengan pengelolaan utang dalam situs resmi DJPU dengan alamat www.djpu.kemenkeu.go.id; dan

b) Menyediakan anggaran sosialisasi yang cukup dalam DIPA DJPU tahun 2013.

D dan k Dengan dem komunikasi mikian, target i, pada tahun Talkshow Sukuk Sukuk Negara t pencapaian n 2012 dapat k Negara Ritel a Goes to Campu n indikator t t tercapai de Radio Trijaya us: Universitas tingkat efek engan baik. FM, Manado Padjadjaran tifitas edukaasi

b. Sprea P meng pend aman yang pada rend meng rend SBN S highe (term yang yang kons ditaw adala ad WAY yan Pengembang gembangkan dukung pas n, heterogen g cukup untu a tingkat ha dah, serta var gukur pasa dahnya sprea di pasar per

Spread WAY est yield yan

masuk SPN g dimenangk Tail yang di g dimenang sensus inves warkan dala ah tail yang Suasa ng dimenang gan pasar n Pasar S sar yang ko nitas yang ti uk menyera arga yang w riasi instrum r SBN yang d antara hig rdana denga Y yang dimen ng dimenang dan SPNS) kan. iukur dari se gkan dalam stor/pelaku am lelang te g rendah ya ana sosialisasi M di Yogy gkan dengan SBN yang SBN yang ompetitif, in nggi di anta ap SBN yang wajar/ kom men dan jum g dalam, ak ghest yield ya an WAY yan nangkan den gkan dalam dikurangi d elisih antara m suatu lel pasar terha ersebut. Sal ang menunju Monitoring dan yakarta pada ta n highest yie g dalam, g memiliki nfrastruktur ara pelaku p g ditransaks mpetitf deng mlah nomina ktif, dan lik ang dimenan ng dimenang ngan highest setiap lelan dengan Weig a yield tertin lang SBN adap nilai w ah satu ind ukkan kesam n Evaluasi Pinj anggal 5 Juni 2 eld awarded aktif, dan karakteris pasar yan pasar dengan sikan, transa gan biaya tr al SBN yang kuid yang t ngkan dalam gkan. t yield awarde ng SBN di p ghted Average nggi dengan menggamba wajar instrum dikator kesu maan pend aman dan Hib 2012 d (tail) likuid yai stik strukt ng efektif d n jumlah da aksi yang ak ransaksi yan cukup. Untu ercermin da m setiap lelan ed (tail) adal pasar perda e Yield (WA rata-rata yie arkan tingk men SBN yan uksesan lelan apat sebagi ah itu tur an na ktif ng uk ari ng ah na AY) eld kat ng ng an

besar pelaku pasar terhadap nilai wajar SBN serta upaya menghindari pemberian yield yang terlalu besar untuk sebagian kecil investor, di atas rata-rata yield yang dimenangkan.

Pencapaian IKU ini menuju kepada capaian yang lebih rendah dari target (minimize), dimana capaian yang makin rendah dari target adalah capaian yang diharapkan. Adapun deskripsi capaian atas IKU ini sebagai berikut:

1) Spread WAY yang dimenangkan dengan highest yield awarded (tail) selama tahun 2012 ditargetkan sebesar 15 bps, dengan realisasi sebesar 4,29 bps. Rendahnya spread antara highest yield yang dimenangkan dalam setiap lelang SBN di pasar perdana dengan WAY yang dimenangkan menunjukkan lelang SBN yang efektif mengingat terdapat konvergensi persepsi investor terhadap yield yang wajar dari seri yang dilelang. Hal ini secara implisit menunjukkan jika mekanisme price discovery di pasar SBN sudah semakin efektif yang menunjukkan pasar SBN yang semakin dalam, aktif, dan likuid.

2) Tantangan yang dihadapi dalam rangka pencapaian Spread WAY yang dimenangkan dengan highest yield awarded (tail) antara lain:

a) Surat Berharga Negara (SBN) sebagai instrumen keuangan yang dibutuhkan dalam pengembangan pasar uang dan pasar modal sebagai benchmark;

b) Masih rendahnya kapasitas daya serap pasar SBN domestik; dan c) Tingginya dominasi oleh sektor perbankan pada basis investor SBN

domestik.

3) Upaya yang dilakukan menghadapi tantangan tersebut adalah:

a) Memaksimalkan penerbitan di pasar domestik, terutama penerbitan seri benchmark;

b) Meningkatkan transparansi dan prediktabilitas jadwal dan target lelang penerbitan;

c) Penyempurnaan infrastruktur pendukung kegiatan perdagangan SBN;

d) Komunikasi dua arah yang intensif dan berkelanjutan dengan pelaku pasar dan pemangku kepentingan lainnya;

e) Mengoptimalkan fungsi dealer utama (primary dealers);

f) Pengembangan pasar SBN domestik tetap menjadi program prioritas Pemerintah. Salah satu langkah yang dilakukan adalah mendorong investor domestik seperti Perusahaan Asuransi, Dana Pensiun, Reksa Dana, Perusahaan Sekuritas, dan investor individu atau ritel untuk mampu berperan lebih besar sebagai penyeimbang dominasi perbankan dalam berinvestasi; dan

g) Meningkatkan likuiditas pasar sekunder SBN domestik melalui program buyback dan debt switch untuk seri yang tidak bersifat likuid. Dengan demikian, target pencapaian Spread WAY yang dimenangkan dengan highest yield awarded (tail), pada tahun 2012 dapat tercapai dengan baik.

c. Pencapaian SS pengembangan pasar SBN yang dalam, aktif, dan likuid, dengan indikator tingkat efektifitas edukasi dan komunikasi dan Spread WAY yang dimenangkan dengan highest yield awarded (tail), pada tahun 2012 dapat tercapai dengan baik.

6. SS Pengelolaan portofolio utang yang optimal dengan indikator: a. Rasio beban bunga terhadap rata-rata outstanding utang

Rasio beban bunga terhadap rata-rata outstanding utang menggambarkan beban utang yang harus ditanggung pemerintah dalam bentuk pembayaran beban bunga, biaya, dan imbal hasil dalam tahun berjalan dibandingkan dengan rata-rata outstanding utang pada tahun tersebut. IKU ini merupakan salah satu alat untuk mengukur efisiensi beban bunga yang harus ditanggung oleh Pemerintah dalam memenuhi target pembiayaan utang dalam satu tahun anggaran. Efisiensi dilakukan agar realisasi pembayaran bunga utang lebih rendah dari alokasi bunga utang yang ditetapkan dalam APBN, dengan tetap mempertimbangkan risiko dan pemenuhan target pembiayaan melalui utang. Hal ini berdampak pada rasio beban bunga

terhadap rata-rata outstanding utang yang semakin rendah dan menunjukkan bahwa pengelolaan utang pada tahun anggaran tersebut telah efisien.

Pencapaian IKU ini menuju kepada capaian yang lebih rendah dari target (minimize), dimana capaian yang makin rendah dari target adalah capaian yang diharapkan. Adapun deskripsi capaian atas IKU ini sebagai berikut: 1) Rasio beban bunga terhadap rata-rata outstanding utang selama tahun

2012 ditargetkan sebesar 5,72%, dengan realisasi sebesar 5,29% dengan nilai capaian 107,52%, dengan rincian:

Tabel 3.17

Target dan realisasi pembayaran bunga dan rata-rata outstanding

Uraian Target 2012 Realisasi

Pembayaran bunga Rp107,79 triliun Rp99,90 triliun Rata-rata outstanding Rp1.885,89 triliun Rp1.889,25 triliun

Rasio 5,72% 5,29%

Realisasi rasio beban bunga yang lebih rendah dari target, terutama disebabkan karena:

a) realisasi yield yang lebih rendah dibanding asumsi awal akibat kondisi pasar keuangan yang lebih baik dari asumsi yang diperkirakan semula;

b) pengelolaan portofolio utang yang optimal sehingga menurunkan tingkat risiko dan biaya utang;

c) realisasi discount yang lebih rendah dari perkiraan, karena penerbitan SPN lebih rendah dari target dan sebagian besar penerbitan ON berada pada harga premium; dan

d) tingkat bunga SPN 3 bulan yang lebih rendah dari asumsi APBN menyebabkan pembayaran kupon SBN VR lebih rendah dari perkiraan.

Pada periode 2007–2012, perkembangan realisasi rasio beban bunga terhadap rata-rata outstanding utang menunjukkan indikator yang semakin baik, dalam artian cenderung menurun. Perkembangan rasio beban bunga terhadap rata-rata outstanding utang selama periode 2007– 2012 dapat dilihat pada Grafik 3.4.

Grafik 3.4

Perkembangan rasio beban bunga terhadap rata-rata outstanding utang pada tahun 2007-20012

2) Beberapa tantangan dalam penurunan rasio beban bunga terhadap rata-rata outstanding utang, antara lain:

a) Kondisi pasar keuangan yang dinamis, yang antara lain mempengaruhi:

(1) Fluktuasi yield SBN yang berdampak pada pembayaran bunga SBN baru yang diterbitkan;

(2) Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing terutama mata uang JPY dan USD yang sangat volatile. Pergerakan nilai tukar berdampak signifikan, baik pada pembayaran bunga utang valas maupun outstanding utang valas; dan

(3) Perubahan risk appetite investor yang berpengaruh pada pemilihan jenis instrumen SBN yang diterbitkan. Pemilihan jenis instrumen yang diterbitkan berdampak pada pembayaran bunga utang dan komposisi outstanding utang.

b) Realisasi penarikan pinjaman proyek tidak ditentukan oleh Kementerian Keuangan, tetapi ditentukan oleh pelaksana kegiatan, yaitu Kementerian/Lembaga. Besaran realisasi penarikan pinjaman proyek berdampak pada pembayaran bunga dan posisi outstanding pinjaman. 6.05 5.91 5.78 5.41 5.16 5.29 4.6 4.8 5 5.2 5.4 5.6 5.8 6 6.2 2007 2008 2009 2010 2011 2012

3) Langkah-langkah yang diambil dalam rangka menghadapi tantangan tersebut, antara lain:

a) Mengakomodasi perkiraan fluktuasi dan pergerakan atas nilai tukar dan yield/tingkat bunga dalam perhitungan pembayaran bunga utang; dan

b) Meningkatkan koordinasi dengan pihak terkait dalam penerapan

readiness criteria dan penyusunan proyeksi penarikan pinjaman

proyek.

Dengan demikian, target pencapaian indikator rasio beban bunga terhadap rata-rata outstanding utang, pada tahun 2012 dapat tercapai dengan baik.

b. Akurasi penetapan yield/imbalan SBN dan biaya pinjaman terhadap benchmark

Indikator ini berguna untuk mengukur tingkat ketepatan penentuan

benchmark yang menjadi acuan dalam operasional penerbitan utang,

sehingga dapat diperoleh suatu benchmark yang wajar, yang pada akhirnya akan meningkatkan efisiensi pengelolaan utang.

Pencapaian IKU ini menuju kepada capaian yang lebih rendah dari target (minimize), dimana capaian yang makin rendah dari target adalah capaian yang diharapkan. Adapun deskripsi capaian atas IKU ini sebagai berikut: 1) Akurasi penetapan yield/imbalan SBN dan biaya pinjaman terhadap

benchmark selama tahun 2012 ditargetkan sebesar 90%, dengan realisasi

sebesar 91,65%, sehingga memperoleh nilai capaian 101,83%. Capaian tersebut diperoleh dari rata-rata capaian akurasi antara benchmark yang ditetapkan dengan yield SBN dan biaya pinjaman, dengan perincian:

Tabel 3.18

Capaian akurasi antara benchmark dengan yield SBN dan biaya pinjaman

Instrumen Frekuensi

2012

Target Realisasi Rata-rata akurasi

Pinjaman komersial 64 45 bps 73 bps 83,90% Lelang penerbitan SUN 22 15 bps 4,66 bps 96,90% Lelang penerbitan SBSN 18 15 bps 6,88 bps 95,42%

Akurasi penetapan yield/imbalan SBN terhadap benchmark adalah

tingkat ketepatan penetapan benchmark yang digunakan dalam operasional lelang penerbitan SBN, diukur melalui selisih benchmark dimaksud dengan realisasi yield SBN saat lelang penerbitan. Sedangkan akurasi penetapan biaya pinjaman terhadap benchmark diperoleh dari rata-rata capaian akurasi antara benchmark yang ditetapkan dengan biaya pinjaman.

Akurasi penetapan yield/imbalan SBN dan biaya pinjaman

terhadap benchmark bertujuan untuk mengukur tingkat kehandalan penentuan benchmark yang menjadi acuan, sehingga dapat diperoleh suatu benchmark yang wajar, yang pada akhirnya akan meningkatkan efisiensi pengelolaan SBN dan pinjaman.

Hal tersebut menjadi sangat penting karena akan mencerminkan kemampuan Pemerintah untuk menanggung biaya pada setiap penerbitan instrumen SBN dan pelaksanaan pinjaman. Untuk mendukung pelaksanaan kebijakan tersebut, penyusunan harga acuan memerlukan metodologi perhitungan yang komprehensif agar angka yang dihasilkan dapat benar-benar mencerminkan kondisi pasar dan kemampuan Pemerintah untuk mengakomodasi demand pasar terhadap SBN dan meminimalisir cost.

Capaian indikator ini dapat melebihi target antara lain disebabkan: a) Penetapan benchmark telah mempertimbangkan kondisi pasar SBN

b) Minat investor yang tinggi terhadap SBN mendorong kompetisi dan kualitas harga/yield yang semakin baik dalam pelaksanaan lelang SBN; dan

c) Khusus pinjaman komersial, terdapat beberapa biaya pinjaman yang jauh lebih rendah dari benchmark karena keberhasilan negosiasi yang membuat capaian effective cost jauh lebih rendah daripada benchmark yang ditetapkan sebelum negosiasi.

2) Tantangan yang dihadapi dalam rangka pencapaian target indikator akurasi penetapan yield/imbalan SBN dan biaya pinjaman terhadap

benchmark yang antara lain:

a) Harga/yield acuan (benchmark price/yield) menjadi sangat penting karena akan mencerminkan kemampuan Pemerintah untuk menanggung biaya pada setiap penerbitan instrumen SBN;

b) Metodologi penetapan benchmark price/yield perlu terus disempurnakan agar benchmark price/yield yang dihasilkan dapat benar-benar mencerminkan kondisi pasar dan kemampuan Pemerintah untuk mengakomodasi demand pasar terhadap SBN dan meminimalisir cost;

c) Kondisi pasar keuangan yang belum stabil menyulitkan apabila ketepatan penetapan benchmark price/yield yang digunakan dalam operasional lelang penerbitan SBN sebagai alat ukur cost yang efisien; d) Indikator ini kurang sesuai jika diterapkan terhadap pengelolaan

pinjaman karena dengan membandingkan nilai benchmark dan effective

cost pinjaman, dimana hasil pada tahun 2012 nilai effective cost

pinjaman yang jauh lebih rendah dibanding nilai benchmark nya, hal tersebut sebenarnya mencerminkan keberhasilan DJPU dalam melakukan negosiasi dengan lender. Sementara target indikator ini adalah untuk mengukur akurasi nilai benchmark agar setidaknya sama dengan besarnya effective cost, yang justru akan membuat realisasi pengelolaan pinjaman menjadi tidak bagus, padahal sebetulnya dengan nilai effective cost yang lebih rendah dari benchmark justru hal tersebut menguntungkan bagi Pemerintah dalam hal menekan cost biaya pinjaman.

3) Upaya yang dilakukan menghadapi hambatan dan/atau tantangan tersebut adalah:

a) Penetapan benchmark price/yield diupayakan senantiasa

mempertimbangkan kondisi pasar SBN dengan dilakukan menjelang berakhirnya lelang dan diharapkan dapat memperhitungkan proyeksi demand pada saat lelang;

b) Terus dilakukan penyempurnaan terhadap metodologi penetapan

benchmark price/yield;

c) Tim harga dalam menyusun benchmark price/yield menggunakan berbagai sumber data yang kompeten antara lain dari Indonesia Bond

Pricing Agency (IBPA), PLTE, Bloomberg, dan data setelmen BI;

d) Penyediaan market update, pemutakhiran arus kas, dan analisis Crisis

Management Protocol (CMP) secara rutin;

e) Terus melakukan pemantauan dan analisis terhadap kinerja dan potensi pasar SBN termasuk pasar uang dan derivatif; dan

f) Mempertimbangkan kembali kesesuaian penetapan indikator ini terhadap pengelolaan pinjaman agar ke depan indikator terkait pengelolaan pinjaman dapat menjadi semakin baik.

Dengan demikian, target pencapaian indikator akurasi penetapan

yield/imbalan SBN dan biaya pinjaman terhadap benchmark, pada tahun 2012

dapat tercapai dengan baik.

c. Pencapaian SS pengelolaan portofolio utang yang optimal dengan indikator rasio beban bunga terhadap rata-rata outstanding utang serta akurasi penetapan yield/imbalan SBN dan biaya pinjaman terhadap benchmark, pada tahun 2012 dapat tercapai dengan baik.

7. SS Pengelolaan kewajiban utang yang efektif dengan indikator persentase dokumen tagihan yang diverifikasi secara tepat waktu

Indikator persentase dokumen tagihan yang diverifikasi secara tepat waktu diselesaikan paling lambat 6 hari kerja sebelum jatuh tempo. Hal ini untuk menghindari terjadinya keterlambatan pembayaran atas tagihan utang, dimana jumlah hari tersebut terbagi masing-masing sebagai berikut:

b) 2 hari kerja untuk proses penerbitan SP2D di DJPB; dan

c) 2 hari kerja untuk proses pembayaran/transfer kepada lender di Bank Indonesia.

Indikator ini bertujuan untuk menjamin pelaksanaan pembayaran kewajiban tepat waktu, menjamin mekanisme kontrol internal terhadap pelaksanaan pembayaran agar sesuai jadwal, dan menghindari kerugian negara.

Pencapaian IKU ini menuju kepada capaian yang melebihi dari target (maximize), dimana capaian yang semakin tinggi dari target adalah capaian yang baik/diharapkan. Adapun deskripsi capaian atas IKU ini sebagai berikut:

a. Persentase dokumen tagihan yang diverifikasi secara tepat waktu pada tahun 2012 ditargetkan sebesar 100%, dengan realisasi sebesar 100%, dimana terdapat 5.307 dokumen tagihan/NOP yang telah diverifikasi secara tepat waktu, yaitu paling lambat 6 hari kerja sebelum tanggal jatuh tempo.

b. Tantangan yang dihadapi dalam rangka pencapaian target indikator persentase dokumen tagihan yang diverifikasi secara tepat waktu antara lain: 1) Masih terdapat kreditor yang belum menyampaikan dokumen tagihan

(Notice of Payment) maupun dokumen penarikan pinjaman (Notice of

Disbursement) kepada Kementerian Keuangan;

2) Terdapatnya perbedaan penentuan tingkat interest rate/fees yang digunakan dalam perhitungan pembayaran utang; dan

3) Terdapatnya tagihan dari kreditor yang nilainya kurang sesuai sebagaimana perhitungan yang seharusnya.

c. Upaya yang dilakukan menghadapi tantangan tersebut adalah:

1) Menerbitkan Notice of Payment Pengganti apabila sampai dengan 6 hari kerja sebelum jatuh tempo belum diterima tagihan dari kreditor;

2) Melakukan rekonsiliasi data dengan Ditjen Perbendaharaan, Bank Indonesia, maupun kreditor; dan

3) Dilakukan konfirmasi dengan instansi terkait, Kementerian/Lembaga maupun dengan kreditor sehingga ditetapkannya jumlah pembayaran utang yang harus dilaksanakan.

d. Pencapaian SS pengelolaan kewajiban utang yang efektif dengan indikator persentase dokumen tagihan yang diverifikasi secara tepat waktu, selama tahun 2012 dapat tercapai dengan baik.

8. SS Monitoring dan evaluasi kepatuhan pengelolaan utang yang efektif dengan indikator:

a. Persentase tingkat kepatuhan dalam pengelolaan utang

Tingkat kepatuhan dalam pengelolaan utang merupakan upaya untuk mengetahui sejauh mana tingkat kepatuhan terhadap perundangan dan prosedur dalam pelaksanaan kegiatan pengelolaan utang. Ketentuan dan

Dokumen terkait