• Tidak ada hasil yang ditemukan

4. Stakeholders Pengelolaan Utang

Dalam pelaksanaan tugas selaku pengelola utang negara, peran DJPU terkait secara langsung dengan berbagai institusi baik internal maupun eksternal Kementerian Keuangan, yang dapat dijelaskan antara lain sebagai berikut:

a. Internal Kementerian Keuangan antara lain dengan:

1) Direktorat Jenderal Anggaran (DJA) dalam penyusunan komponen pembiayaan APBN dan penyusunan dokumen anggaran, serta penyiapan Daftar Kegiatan (Proyek) yang telah mendapatkan alokasi dana dari APBN, untuk digunakan sebagai underlying penerbitan Project Base Sukuk;

2) Badan Kebijakan Fiskal (BKF) dalam pelaksanaan kebijakan fiskal; 3) Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPBN) dalam:

a) koordinasi pengelolaan kas khususnya untuk mengharmonisasikan pelaksanaan/eksekusi penerbitan/pengadaan utang tunai dengan ketersediaan kas untuk pembiayaan.

b) koordinasi pengelolaan penerusan pinjaman.

4) Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) dalam penyusunan

5) Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (BAPEPAM-LK) sebagai regulator pasar modal dan secara bersama-sama berperan dalam pengembangan pasar surat berharga dan infrastruktur pasar sekunder; 6) Direktorat Jenderal Pajak (DJP) terkait aspek perpajakan dalam

pengelolaan utang;

7) Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan:

a) Biro Perencanaan dan Keuangan terkait penyusunan rencana jangka menengah, jangka pendek, strategis, dan rencana kerja tahunan, serta penyusunan anggaran dan Laporan Keuangan Kementerian;

b) Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan terkait pelaksanaan penataan organisasi, tata laksana, dan jabatan fungsional;

c) Biro Hukum terkait pelaksanaan perumusan peraturan perundang-undangan dan memberikan pertimbangan hukum dalam rangka penyelesaian masalah hukum yang berkaitan dengan tugas;

d) Biro Bantuan Hukum terkait koordinasi dan pelaksanaan penelaahan kasus hukum, memberikan bantuan hukum, pendapat hukum, dan perimbangan hukum yang berkaitan dengan tugas Kementerian Keuangan;

e) Biro Sumber Daya Manusia terkait pembinaan dan pengelolaan sumber daya manusia di lingkungan DJPU sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

f) Biro Komunikasi dan Layanan Informasi terkait pelaksanaan tugas aktivitas komunikasi, layanan informasi kebijakan pengelolaan utang, penyusunan strategi komunikasi kehumasan, penyusunan program komunikasi publik, dan monitoring opini publik;

g) Biro Perlengkapan terkait pengelolaan perlengkapan DJPU berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

h) Biro Umum terkait pelaksanaan koordinasi urusan tata usaha dan rumah tangga;

i) Pusat Informasi dan Teknologi Keuangan (Pusintek) terkait aspek pengembangan sistem teknologi, informasi, dan komunikasi di lingkungan Kementerian Keuangan;

j) Pusat Analisis dan Harmonisasi Kebijakan terkait pelaksanaan analisis, harmonisasi dan sinergi kebijakan atas pelaksanaan program dan kegiatan Menteri Keuangan, pengelolaan program dan kegiatan Menteri Keuangan, dan pengelolaan indikator kinerja utama di lingkungan Kementerian Keuangan; dan

k) Pusat Layanan Pengadaan Secara Elektronik terkait pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah secara elektronik, pembinaan dan pengawasan pelaksanaan pengadaan secara elektronik, pengelolaan sistem Layanan Pengadaan Secara Elektronik serta memberikan pelayanan pengadaan secara elektronik Kementerian Keuangan.

8) Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan terkait pelaksanaan pengawasan intern; dan

9) Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan (BPPK) khususnya Pusdiklat Keuangan Umum dan Pusdiklat Pengembangan SDM terkait pelaksanaan

Capacity Building DJPU.

b. Eksternal Kementerian Keuangan, antara lain dengan:

1) Dewan Perwakilan Rakyat antara lain terkait alokasi pembiayaan melalui utang dalam APBN, persetujuan penggunaan BMN sebagai underlying asset penerbitan SBSN, dan persetujuan penggunaan dana SAL untuk pembelian SBN dalam rangka stabilisasi pasar SBN;

2) Bank Indonesia (BI) yang dalam kaitannya dengan pengelolaan utang memiliki dua peran yaitu:

a) sebagai pengelola kebijakan moneter dan neraca pembayaran dalam kerangka Asset and Liability Management (ALM); dan

b) sebagai mitra dalam pengembangan pasar dan sebagai agen lelang, agen penatausahaan utang dan setelmen utang.

3) Pelaku pasar/investor termasuk dealer utama/primary dealers dan peserta lelang dalam mengembangkan kapasitas daya serap pasar dan memperoleh input atas kondisi pasar keuangan pada umumnya (market

update), preferensi instrumen, dan rencana alokasi investasi;

4) Lembaga Pemeringkat/Rating agencies dalam rangka assessment tahunan dan assessment transaksi penerbitan SBN valas;

5) Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), dalam rangka: a) koordinasi penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah

(RPJM);

b) perencanaan usulan kegiatan yang dapat dibiayai dengan pinjaman atau sebagai underlying asset sukuk project; dan

c) pelaksanaan dan monitoring/evaluasi kegiatan yang dibiayai dari pinjaman.

6) Kementerian/Lembaga dalam rangka pelaksanaan kegiatan yang dibiayai dari pinjaman dan penyiapan policy matrix pinjaman program/program

loan;

7) Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia dalam pemenuhan dokumen pengefektifan pinjaman;

8) DSN – MUI dalam rangka penerbitan Fatwa dan Pernyataan Kesesuaian Syariah (Opini Syariah) penerbitan SBSN;

9) Pemberi Pinjaman/Lender dalam rangka memperoleh informasi mengenai fokus pembiayaan dan indikasi besaran/alokasi pinjaman; dan

10) Lembaga atau negara pemberi donor. 5. Sumber Daya Manusia

a. Gambaran umum pegawai Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang

Berdasarkan data pegawai per 31 Desember 2012, jumlah pegawai DJPU adalah sebanyak 328 orang, dengan penjelasan sebagai berikut:

K N 2) 7 o lulu pen Ber adalah Komposisi P No. Gol 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 JU 1 0 44 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 II /a II /b II/c orang sedan usan Progra nerimaan S1 rdasarkan da h sebagai ber Grafik 1.1 Pegawai Men ongan Pegawa IV/d IV/c IV/b IV/a III/d III/c III/b III/a II/d II/c II/b II/a UMLAH 4 22 92 29 40 II /c II /d II I/a III/b III/c ng diusulkan am Diploma 1 tahun 2012 ata pegawai rikut: 1 nurut Golon ai PegaJum 3 2 14 15 66 40 29 92 22 44 0 1 32 0 66 15 14 2 II I/c III/d IV/a IV/b IV/c n untuk me a III Keuan ). i per 31 Dese ngan Ko mlah awai No 3 1 2 2 4 3 5 4 6 5 0 6 9 2 2 4 0 1 28 3 / IV/d 1 enjadi Calon ngan STAN ember 2012, mposisi Peg o. U Setditjen Dit PH Dit SUN Dit PS Dit SPU Dit EAS JU Dit. PS 12,5% Dit. SPU 11,6% Dit 18 n Pegawai N tahun 2011 komposisi p Grafik 1.2 gawai Menur Unit Eselon II UMLAH Dit. SUN 12,2% . EAS 8,9% Negeri Sipil dan 2 oran pegawai DJP 2

rut Unit Ese

Ju Pe Setditjen 26,2% Dit. PH 18,6% (5 ng PU elon II umlah egawai 86 61 40 41 38 62 328

Komposisi No. Jabat 1 Eselon I 2 Eselon I 3 Eselon I 4 Eselon I 5 Pelaksa JUM Dal para p baik m Pela 2 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 < D3 17 Grafik 1.3 i Pegawai M tan Pegawai I II III IV ana LAH K

lam hal pen egawai untu melalui pro Eselon II, 5 aksana, 211 3 D3 S1 7 67 170 3 Menurut Jaba Jumlah Peg 0 5 23 89 211 328 Komposisi P ndidikan, DJ uk melanjut gram beasi Eselon III, 23 Eselon IV, 89 S2 S3 0 72 2 atan gawai N Grafik 1 Pegawai Men N 1 2 3 4 5 PU membuk kan pendidi swa maupu Kom Menu No. Jenis K 1 Laki-lak 2 Peremp JUM 1.5 nurut Pendi No. Tingk 1 S3 2 S2 3 S1 4 D3 5 < D3 JUM ka kesempat ikannya ke j un dengan Grafik 1.4 mposisi Peg urut Jenis Ke Kelamin Pegaw ki uan MLAH idikan kat Pendidikan MLAH tan sebesar-jenjang yan biaya send 4 gawai elamin

wai PegaJum

25 74 32 n PegawJuml 2 72 17 67 17 328 -besarnya ba g lebih ting diri, sehing lah wai 4 4 8 lah wai 2 0 7 7 8 agi gi, gga

kompetensi para pegawai DJPU dapat menjadi lebih baik dan dapat menopang bidang tugas di mana pegawai itu berada.

Pada tahun 2012, DJPU telah memiliki peraturan terkait pola mutasi dan pola karir sehingga penempatan para pegawai baik di unit-unit Eselon II maupun pada jabatan-jabatan tertentu di lingkungan DJPU, diharapkan telah sesuai dengan kompetensi yang dimiliki oleh seorang pegawai dan memang dibutuhkan oleh unit atau jabatan tempat kerja pegawai bersangkutan.

Selain itu, dengan adanya pengarusutamaan gender, walaupun jumlah pegawai perempuan lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah pegawai laki-laki (dapat dilihat pada grafik 1.4 Komposisi Pegawai Menurut Jenis Kelamin), perlakuan dan penilaian kinerja tetap dilakukan secara fair. Hal tersebut terbukti dengan diisinya beberapa jabatan strategis di DJPU oleh para pegawai perempuan, contohnya: dari 5 Pejabat Eselon II di DJPU, 2 diantaranya adalah perempuan.

b. Program pengembangan Pegawai

Unit organisasi yang handal tentu harus didukung penuh dengan sumber daya manusia yang handal baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Selama tahun 2007-2012, DJPU telah melakukan beberapa kebijakan dan kegiatan sebagai bagian program peningkatan kompetensi dan kinerja pegawai. Adapun kebijakan dan kegiatan tersebut antara lain:

1) Penyusunan dan penetapan Hard Competency Pegawai DJPU; 2) Penyusunan dan penetapan Soft Competency Pegawai DJPU; 3) Penyusunan dokumen Gap Hard Competency Pegawai DJPU; 4) Pelaksanaan Assesment Center (AC);

5) Pelaksanaan diklat teknis sesuai Standar Kompetensi Jabatan (SKJ) Hard

Competency;

6) Menugaskan pegawai untuk mengikuti Diklat Berbasis Kompetensi pada Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan;

7) Menugaskan pegawai untuk mengikuti diklat sertifikasi keahlian (CFA,CHRP,etc);

9) Membuka kesempatan pegawai mengikuti short course (IMF, DMFAS ,etc) sesuai bidang tugasnya;

10) Membuka kesempatan pegawai untuk mencari program beasiswa dengan inisiatif sendiri di Dalam maupun Luar Negeri; dan

11) Mengirim pegawai mengikuti program beasiswa reguler baik dari Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan, maupun Negara Lain (Australia, Jepang, dll).

Dengan komposisi pegawai DJPU seperti dijelaskan di atas dan dengan program pengembangan pegawai yang terus dilakukan, DJPU terbukti dapat melaksanakan tugas dan fungsi dengan baik sesuai amanat peraturan perundang-undangan. Hal ini juga membuktikan bahwa program pengembangan pegawai DJPU berjalan sesuai dengan tujuan yang diharapkan, yaitu dalam rangka membentuk sumber daya manusia DJPU yang handal.

B. Mandat yang Diberikan kepada Instansi

Dalam pelaksanaan tugas dan fungsi DJPU berdasarkan mandat yang diberikan oleh peraturan perundang-undangan, antara lain:

1. Pedoman umum meliputi:

a. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2003 tentang Pengendalian Jumlah Kumulatif Defisit APBN dan APBD, yang mengatur bahwa:

1) Jumlah kumulatif defisit APBN dan APBD dibatasi tidak melebihi 3% dari Produk Domestik Bruto (PDB) tahun bersangkutan; dan

2) Jumlah kumulatif pinjaman Pemerintah dan Pemda dibatasi tidak melebihi 60% dari PDB tahun yang bersangkutan.

b. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, yang mengatur antara lain:

1) Pembebanan biaya pengadaan utang/hibah Pemerintah pada APBN; dan 2) Tata cara pengadaan utang negara dan penerusan utang/hibah luar negeri

c. Undang-Undang tentang APBN yang ditetapkan setiap tahun antara lain menyebutkan bahwa Pemerintah dapat melakukan perubahan instrumen utang dalam hal terdapat sumber utang yang lebih menguntungkan.

2. Pedoman khusus meliputi:

a. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2002 tentang SUN, yang antara lain mengatur tentang tujuan penerbitan SUN;

b. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2008 tentang SBSN yang antara lain mengatur tentang tujuan penerbitan SBSN;

c. Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2008 tentang Tata Cara Pengadaan dan Penerusan Pinjaman Dalam Negeri Oleh Pemerintah, yang antara lain mengatur tentang penggunaan pinjaman dalam negeri;

d. Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Tahun 2010-2014;

e. Peraturan Presiden Nomor 80 Tahun 2011 tentang Dana Perwalian;

f. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman Luar Negeri dan Penerimaan Hibah, yang antara lain mengatur tentang perencanaan, penggunaan, penatausahaan, pemantaun, evaluasi, dan pelaporan serta pengawasan pinjaman luar negeri dan hibah;

g. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat;

h. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 86/PMK.05/2008 tentang Sistem Akuntansi Utang Pemerintah;

i. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 33/PMK.08/2010 tentang Monitoring, Evaluasi, Pelaporan, Publikasi, dan Dokumentasi Pinjaman dan/atau Hibah Pemerintah;

j. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 90/PMK.08/2010 tentang Tata Cara Pemilihan Calon Pemberi Pinjaman Dalam Negeri;

k. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 191/PMK.05/2011 tentang Mekanisme Pengelolaan Hibah;

l. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 230/PMK.05/2011 tentang Sistem Akuntansi Hibah;

m. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 14/PMK.08/2012 tentang Tata Cara Pengadaan Pembiayaan yang Bersumber dari Kreditor Swasta Asing;

n. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 514/KMK.08/2010 tentang Strategi Pengelolaan Utang Negara Tahun 2010-2014; dan

o. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 453/KMK.08/2011 tentang Tata Cara Perundingan Perjanjian Pinjaman Luar Negeri.

C. Peran Strategis Instansi

DJPU adalah organisasi yang memegang peranan strategis di bidang pengelolaan utang. Peran strategis DJPU digambarkan sebagai berikut:

1. Memenuhi pembiayaan APBN yang bersumber dari utang

Selain penerimaan pajak dan bukan pajak, utang mempunyai kontribusi yang penting dalam menjamin kesinambungan pelaksanaan kegiatan pemerintahan dalam kerangka pembangunan nasional. Sampai saat ini peranan utang baik yang bersumber dari dalam maupun luar negeri masih menjadi sumber utama pembiayaan APBN. Untuk memenuhi pembiayaan APBN tersebut maka pembiayaan melalui utang harus dapat disediakan dalam jumlah yang cukup, tersedia pada saat diperlukan dengan biaya yang efisien dan tingkat risiko terkendali.

Utang digunakan untuk membiayai defisit dan sebagian pengeluaran pembiayaan antara lain pelunasan pokok utang jatuh tempo, buyback, dan penerusan pinjaman. Sumber pembiayaan dari utang, meliputi penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) yaitu Surat Utang Negara (SUN) dan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN), serta pengadaan Pinjaman Luar Negeri (Pinjaman Program dan Pinjaman Proyek) dan Pinjaman Dalam Negeri.

2. Mewujudkan kesinambungan fiskal melalui pengelolaan portofolio dan risiko utang

Pengelolaan utang yang dilaksanakan secara profesional, akuntabel, dan transparan dimaksudkan untuk mencapai kondisi keuangan negara yang sehat

dan mempertahankan kemampuan negara dalam melaksanakan pembiayaan secara berkesinambungan.

Pengelolaan utang yang tidak profesional akan berdampak negatif terhadap kondisi fiskal Pemerintah yang tercermin antara lain dalam ketidakmampuan Pemerintah membayar kewajiban utang secara tepat waktu, tepat jumlah, dan tepat sasaran, membengkaknya kewajiban utang di luar perkiraan, dan terhambatnya kegiatan pemerintahan akibat tidak terjaminnya sumber pembiayaan. Selain itu, dampak selanjutnya dapat berupa menurunnya kepercayaan investor dan kreditor, terjadinya penurunan peringkat utang (sovereign credit rating), terhambatnya perkembangan pasar keuangan domestik, serta ekonomi biaya tinggi.

Sebagai gambaran, total jumlah nominal utang pada tanggal 31 Desember 2012 mencapai Rp1.975,42 triliun. Jumlah utang yang relatif besar tersebut memerlukan pengelolaan secara cermat dan berhati-hati, karena utang mempunyai dimensi risiko yang berpotensi menimbulkan masalah terhadap kesinambungan fiskal, antara lain risiko nilai tukar, risiko tingkat bunga, dan risiko refinancing.

Tabel 1.1

Posisi Utang Pemerintah (2008-2012)

Catatan:

* Termasuk semi commercial

** Beberapa termasuk semi concessional *** Seluruhnya termasuk commercial

Oleh karena itu, pembiayaan APBN melalui utang harus didukung dengan pengelolaan berbagai risiko dimaksud melalui upaya antara lain dengan melakukan: debt securities buyback, loan prepayment, debt-switch/reprofiling, debt

swap, restrukturisasi pinjaman, dan hedging.

3. Pengembangan pasar yang dalam, aktif, dan likuid

Saat ini, peningkatan target pembiayaan melalui SBN belum sebanding dengan pertumbuhan daya serap pasar SBN domestik yang masih terbatas. Peningkatan likuiditas dan daya serap pasar SBN domestik diperlukan agar target pembiayaan SBN dapat dipenuhi dengan biaya yang efisien tanpa menyebabkan peningkatan risiko utang yang berlebihan. Basis investor baik domestik maupun luar negeri yang besar dan terdiversifikasi, diperlukan untuk memperkuat dan menjaga kestabilan permintaan terhadap instrumen utang negara.

Penerbitan utang dalam bentuk SBN berperan strategis dalam pengembangan pasar keuangan khususnya pasar domestik antara lain:

a. Mendukung pengembangan institusi/lembaga keuangan domestik dengan memberikan alternatif instrumen investasi;

b. Mendukung kebutuhan industri keuangan dalam pengelolaan ALM;

c. Yield SBN berperan sebagai benchmark bagi penerbitan instrumen keuangan lainnya;

d. Pasar SBN yang berkembang akan mendukung terbentuknya pasar repo, derivatif yang akan semakin mengefisienkan pasar keuangan secara keseluruhan; dan

e. Memperluas basis investor domestik.

D. Sistematika Penyajian

LAKIP ini bertujuan untuk mengkomunikasikan pencapaian kinerja DJPU pada tahun 2012, yaitu dengan melakukan analisis atas capaian kinerja (performance results) tahun 2012 terhadap rencana kinerja (performance plans) tahun 2012. Analisis tersebut memungkinkan teridentifikasikannya sejumlah celah kinerja (performance gap) sebagai umpan balik perbaikan kinerja di masa datang. Sejalan dengan hal tersebut, sistematika penyajian LAKIP adalah sebagai berikut:

Bab I – Pendahuluan, menyajikan latar belakang, tugas dan fungsi, dan struktur

organisasi.

Bab II – Rencana Strategis dan Penetapan Kinerja, menyajikan rencana strategis

tahun 2012 dan penetapan kinerja tahunan 2012.

Bab III – Akuntabilitas Kinerja dan Akuntabilitas Keuangan, menyajikan analisis

terhadap capaian kinerja dan keuangan pada tahun 2012.

Bab IV – Penutup, menyajikan simpulan terhadap pencapaian kinerja di tahun 2012. Lampiran-lampiran

BAB II

RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA A. Rencana Strategis 2010-2014

Berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pengelolaan Utang Nomor KEP-16/PU/2010 tentang Rencana Strategis (Renstra) Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan Tahun 2010-2014, telah ditetapkan arahan dalam pelaksanaan tugas DJPU dalam periode 5 tahun ke depan yang dituangkan dalam Renstra. Penyusunan Renstra tersebut mempertimbangkan beberapa hal, yaitu:

1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, yang mewajibkan setiap kementerian/lembaga menyusun Rencana Strategis Kementerian/Lembaga (Renstra-KL) untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan serta tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan, dan berkelanjutan.

2. Salah satu prioritas bidang ekonomi dalam RPJMN tahun 2010-2014, yaitu Prioritas Pengelolaan APBN yang Berkelanjutan dengan Fokus Prioritas Perumusan Kebijakan Fiskal, Pengelolaan Pembiayaan Anggaran, dan Pengendalian Risiko. Fokus prioritas tersebut ditujukan untuk mengoptimalkan pengelolaan utang pemerintah, baik yang berasal dari SBN maupun pinjaman dengan biaya dan tingkat risiko yang terkelola dengan baik untuk mendukung kesinambungan fiskal.

3. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 40/KMK.01/2010 tentang Rencana Strategis Kementerian Keuangan Tahun 2010-2014, yang mengamanatkan penyusunan Renstra kepada unit-unit organisasi (Eselon I, Eselon II, Instansi Vertikal, dan Unit Pelaksana Teknis/UPT) di lingkungan Kementerian Keuangan.

Dalam Renstra tersebut ditetapkan visi, misi, tujuan dan sasaran yang ingin dicapai DJPU dalam periode Tahun 2010-2014, yaitu:

1. Visi

Visi DJPU untuk periode tahun 2010-2014 sebagaimana dalam dokumen Rencana Strategis adalah “Menjadi Pengelola Utang yang mampu menyediakan

sumber pembiayaan APBN yang paling efisien dan aman melalui kegiatan pengelolaan yang mengedepankan standar tata kelola internasional, dengan mengutamakan pemanfaatan potensi pendanaan dari pasar keuangan domestik” namun dalam perkembangannya telah dilakukan penyempurnaan dan dicantumkan dalam Peta Strategi Tahun 2012 yaitu “Menjadi unit yang profesional dalam mendukung pembiayaan APBN secara efisien dengan risiko yang terukur untuk mempertahankan kesinambungan fiskal”.

Visi tersebut di atas lebih menekankan pada pengelolaan utang secara profesional, yaitu mampu memenuhi standar tata kelola internasional dan memperhatikan penerapan prinsip-prinsip tatakelola yang baik (good governance

principles). Penyediaan sumber pembiayaan APBN dilakukan dengan tujuan agar

dalam jangka panjang dapat dicapai biaya utang yang minimal dengan tingkat risiko yang terkendali. Di masa yang akan datang, DJPU sebagai unit pengelola utang diharapkan mampu mengendalikan utang agar dapat mendukung peningkatan kemampuan kemandirian keuangan negara.

2. Misi

Misi DJPU untuk periode tahun 2010-2014 sebagaimana tercantum dalam dokumen Rencana Strategis adalah sebagai berikut:

a. Mewujudkan pengelolaan portofolio utang pemerintah yang efektif, transparan, dan akuntabel dengan strategi yang mengedepankan peningkatan daya dukung terhadap ketahanan dan kesinambungan fiskal;

b. Mengendalikan pengadaan/penerbitan utang melalui penetapan kapasitas berutang yang mendukung stabilitas fiskal;

c. Mewujudkan kemandirian pembiayaan pembangunan nasional melalui upaya mengedepankan sumber-sumber dalam negeri dan pengembangan pasar keuangan domestik yang efisien dan stabil; dan

d. Mewujudkan kerjasama internasional dalam rangka memperoleh sumber pembiayaan alternatif, sekaligus mendukung stabilitas pasar keuangan regional.

namun dalam perkembangannya telah dilakukan penyempurnaan dan dicantumkan dalam Konsep Road Map DJPU Tahun 2010-2014 dan Laporan Review Rencana Strategis Tahun 2010-2014 serta Rencana Kerja DJPU Tahun 2012, yaitu: a. Mewujudkan pengelolaan portofolio utang pemerintah yang efektif,

transparan, dan akuntabel;

b. Mengendalikan pengadaan/penerbitan utang melalui penetapan kapasitas berutang yang mendukung stabilitas fiskal;

c. Mewujudkan kemandirian pembiayaan pembangunan nasional melalui upaya mengedepankan sumber-sumber dalam negeri dan pengembangan pasar keuangan domestik yang efisien dan stabil; dan

d. Mewujudkan kerjasama internasional dalam rangka memperoleh sumber pembiayaan alternatif, sekaligus mendukung stabilitas pasar keuangan regional.

3. Nilai-Nilai

Menteri Keuangan telah melakukan Launching Nilai-Nilai Kementerian Keuangan pada tanggal 29 Juli 2011. Nilai-nilai ini menjadi penting karena dengan dasar itulah organisasi bergerak mencapai visi dan misinya. Sosialisasi Nilai-Nilai Kementerian Keuangan di lingkungan Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang telah dilaksanakan pada tanggal 11 Oktober 2011. Adapun Corporate value dimaksud terdiri dari 5 nilai dan 10 perilaku utama yaitu:

a. Integritas

1) Bersikap jujur, tulus dan dapat dipercaya; 2) Menjaga martabat dan tidak melakukan

hal-hal tercela; b. Profesionalisme

3) Mempunyai keahlian dan pengetahuan yang luas;

4) Bekerja dengan hati;

Bagan 2.1 Nilai-nilai Kementerian Keuangan

c. Sinergi

5) Memiliki sangka baik, saling percaya dan menghormati; 6) Menemukan dan melaksanakan solusi terbaik;

d. Pelayanan

7) Melayani dengan berorientasi pada kepuasan pemangku kepentingan; 8) Bersikap proaktif dan cepan tanggap;

e. Kesempurnaan

9) Melakukan perbaikan terus menerus; 10) Mengembangkan inovasi dan kreativitas. 4. Destination Statement

Destination Statement merupakan pernyataan konkret dan nyata berisi

gambaran atau potret mengenai hal-hal yang diharapkan terwujud pada masa depan untuk mencapai visi organisasi. Latar belakang diperlukannya Destination

Statement bagi unit organisasi antara lain:

a. Setiap organisasi pasti memiliki kendala/hambatan yang dapat mempengaruhi keberhasilan pencapaian visi;

b. Kondisi ideal yang ingin dicapai untuk mengatasi masalah tersebut dirumuskan dalam Destination Statement;

c. Destination Statement berfungsi sebagai milestone dan alat evaluasi pencapaian visi; dan

d. Sebagai terobosan dalam pencapaian Destination Statement, perlu dirumuskan inisiatif strategis.

Kementerian Keuangan dengan visi “Menjadi pengelola keuangan dan

kekayaan negara yang dipercaya, akuntabel, dan terbaik di regional untuk mewujudkan Indonesia yang sejahtera, demokratis, dan berkeadilan” telah

menetapkan Destination Statement tahun 2014 sebagaimana tercantum dalam tabel di bawah ini:

Tabel 2.1

Destination Statement Kementerian Keuangan Tahun 2014

Tujuan Destination Statement Target

Pengelola keuangan dan kekayaan negara

a. Rasio penerimaan pajak terhadap PDB 18% b. Penyerapan Belanja Negara dalam

DIPA K/L

98% c. Rasio utang terhadap PDB 22% d. Jumlah BMN yang telah bersertipikat 20%

e. Defisit APBN 0

Dokumen terkait