• Tidak ada hasil yang ditemukan

Transformasi IKU terkait mitigasi risiko

Transformasi IKU terkait mitigasi risiko

Penerapan manajemen risiko di Lingkungan DJPU telah dilaksanakan sejak tahun 2010, sampai dengan semester II tahun 2012 telah sampai pada tahap 6th assessment dengan time horizone setiap tahap 6 bulan. Pada tahun 2010 dan tahun 2011 pengukuran penerapan manajemen risiko di ukur dari

penerapan manajemen risiko yang dijalankan oleh Unit Pemilik Risiko (UPR) di lingkungan DJPU, ditargetkan 60% dan dapat tercapai 100% karena seluruh UPR di lingkungan DJPU telah melaksanakannya. Sedangkan pada tahun 2012 penerapan risiko di ukur dari mitigasi risiko yang dijalankan oleh masing-masing UPR dengan target 70% tercapai 100%, sehingga memperoleh nilai capaian sebesar 120%, karena mitigasi yang telah direncanakan dapat dilaksanakan.

Pengukuran IKU pada semester II tahun 2012 didasarkan pada penerapan manajemen risiko level Eselon I yang dilaksanakan berdasarkan arahan dari Pusat Analisis dan Harmonisasi Kebijakan (Pushaka) dan Inspektorat Jenderal (Itjen) agar seluruh unit Eselon I di lingkungan Kementerian Keuangan menyusun profil risiko tingkat Eselon I. Pengelolaan risiko pada tingkat Eselon I didasarkan pada peta strategi Kemenkeu One DJPU, dengan menggunakan sasaran strategis yang terdapat pada layer Stake Holders

Perspektive dan Customer Perspektive sebagai tujuan yang akan dicapai.

Adapun deskripsi capaian atas IKU ini sebagai berikut:

1) Tahun 2012, persentase mitigasi risiko yang selesai dijalankan selama tahun 2012 ditargetkan sebesar 70%, dengan realisasi sebesar 100%, dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 3.23

Target dan realisasi mitigasi risiko

Semester Risiko Mitigasi Risiko

yang direncanakan Mitigasi Risiko yang selesai dijalankan % I (obyek adalah

UPR eselon II) 153 220 220 100

II (obyek adalah profil risiko eselon I)

16 63 63 100

2) Tantangan yang dihadapi dalam rangka persentase mitigasi risiko yang selesai dijalankan antara lain:

a) Belum adanya kejelasan peraturan dan framework terkait penerapan manajemen risiko level Eselon I, dan framework yang mengatur

hubungan pelaksanaan manajemen risiko pada level Eselon I dan yang dilaksanakan oleh masing-masing unit Eselon II selaku UPR;

b) Belum tersedianya aplikasi dalam rangka penerapan manajemen risiko, antara lain dalam hal pengolahan data dan pengisian form sesuai dengan lampiran PMK Nomor 191/PMK.09/2008. Sampai dengan saat ini, penerapan manajemen risiko masih menggunakan

worksheet manual dengan aplikasi microsoft excel;

c) Ketidak jelasan arahan dan informasi dikarenakan "dualisme komando" dalam penerapan manajemen risiko di lingkungan Kementerian Keuangan yang berasal dari Inspektorat Jenderal sebagai

Compliance Office for Risk Management dan Pusat Analisis dan

Harmonisasi Kebijakan (Pushaka);

d) Tidak adanya review atau feedback dari Pushaka dan atau Inspektorat Jenderal terhadap profil risiko dan laporan penerapan manajemen risiko yang telah disampaikan. Review atau feedback tersebut akan digunakan untuk perbaikan penerapan manajemen risiko selanjutnya; dan

e) Kurangnya awareness dari pegawai dan pejabat yang terlibat dalam proses manajemen risiko.

3) Upaya yang dilakukan menghadapi tantangan tersebut adalah:

a) Mengusulkan adanya keseragaman arahan dari unit yang ditunjuk selaku koordinator pelaksanaan manajemen risiko di lingkungan Kementerian Keuangan. Sebaiknya unit yang ditunjuk hanya satu unit, sehingga tidak terjadi ‘dualisme’ arahan dan penunjukan unit dimaksud dilakukan dengan penetapan;

b) Mengusulkan agar dilakukan revisi terhadap peraturan pelaksanaan manajemen risiko dan petunjuk teknisnya, terutama terkait framework penerapan manajemen risiko level Eselon I serta hubungan pelaksanaan manajemen risiko pada level Eselon I dengan yang dilaksanakan oleh masing-masing unit Eselon II selaku UPR;

c) Mengusulkan agar penerapan manajemen risiko dilaksanakan dengan bantuan sistem aplikasi, sehingga lebih memudahkan

proses identifikasi risiko dan pengadministrasiannya, serta terdokumentasikannya risiko-risiko pada semester sebelumnya; dan d) Meningkatkan koordinasi dengan UPR-UPR di lingkungan DJPU

dalam rangka penerapan manajemen risiko.

Dengan demikian, target persentase mitigasi risiko yang selesai dijalankan, pada tahun 2012 dapat tercapai dengan baik.

b. Indeks reformasi birokrasi

Indeks reformasi birokrasi adalah skor yang dihasilkan dari penilaian atas pelaksanaan program-program reformasi birokrasi di lingkungan DJPU. Indeks Reformasi Birokrasi diukur dengan menggunakan alat yang ditetapkan oleh MenPAN-RB dan dilaksanakan oleh BPKP/Itjen untuk menilai kualitas reformasi birokrasi.

Ukuran tersebut meliputi: Pola Pikir dan Budaya Kerja, Penataan Peraturan Perundang-undangan, Penataan dan Penguatan Organisasi, Penataan Tatalaksana, Penataan Sistem SDM Aparatur, Penguatan Pengawasan, Penguatan Akuntabilitas Kinerja, dan Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik. Adapun deskripsi capaian atas IKU ini sebagai berikut:

1) Berdasarkan penilaian Itjen, per 28 Desember 2012, Indeks Reformasi Birokrasi DJPU mendapatkan skor sebesar 96,72% dari target dengan skor sebesar 92%, sehingga memperoleh nilai capaian sebesar 105,13%,

dengan rician sebagai berikut:

Tabel 3.24

Rincian nilai pelaksanaan Quality Assurance DJPU

No Area Perubahan Bobot (%) Nilai

1. Pola Pikir dan Budaya Kerja 10 8,79

2. Penataan Peraturan Perundang-undangan 10 10,00

3. Penataan dan Penguatan Organisasi 10 10,00

4. Penataan Tatalaksana 10 10,00

5. Penataan Sistem SDM Aparatur 20 20,00

No Area Perubahan Bobot (%) Nilai

7. Penguatan Akuntabilitas Kinerja 10 8,49

8. Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik 20 19,60

Jumlah 100 96,72

Predikat Sangat Baik

2) Tantangan yang dihadapi dalam rangka pencapaian target indikator Indeks reformasi birokrasi:

a) Masih terdapatnya perbedaan persepsi dalam hal parameter dan dokumen yang dibutuhkan antara pihak Tim Itjen dengan perwakilan DJPU;

b) Pada beberapa area masih terdapat ketidakselarasan informasi antara Indikator, Parameter, Proksi Parameter, Variabel Pengukuran Dibandingkan dengan Dokumen yang Dinilai, serta Dokumen yang Diberikan;

c) Awareness terkait pentingnya pelaksanaan Quality Assurance (QA) sebagai bentuk tindakan nyata pelaksanaan reformasi birokrasi cenderung masih rendah sehingga mempengaruhi pemenuhan dokumen-dokumen yang diperlukan;

d) Penilaian QA merupakan kegiatan yang baru dan cakupannya meliputi area yang cukup luas sehingga menyulitkan koordinasi dan menimbulkan ketidakjelasan unit in charge beberapa kegiatan/ dokumen; dan

e) Terdapat parameter-parameter pada beberapa Area yang dalam penilaiannya, tidak dimungkinkan memperoleh nilai maksimal, mengingat penilaiannya bagi satu Kementerian Keuangan dan DJPU tidak memiliki kontrol untuk itu.

3) Upaya yang dilakukan menghadapi tantangan tersebut adalah:

a) Melakukan koordinasi secara intensif dengan pihak-pihak terkait terutama Itjen agar diperoleh kesepahaman;

b) Melakukan monitoring atas progres tindak lanjut pemenuhan dokumen setiap area;

c) Menyusun time line (jadwal) untuk meyakini proses pencapaian dapat terpenuhi dan menyiapkan langkah-langkah antispatif jika pelaksanaan di lapangan tidak sesuai dengan jadwal yang telah disusun; dan

d) Melakukan sosialisasi kepada unit-unit terkait di lingkungan internal DJPU melalui PIC masing-masing tentang pentingnya reformasi birokrasi beserta agenda dan tahapan penilaiannya.

Dengan demikian, target indeks reformasi birokrasi, pada tahun 2012 dapat tercapai dengan baik.

c. Indeks kepuasan pegawai

Indeks Kepuasan pegawai adalah rata-rata tingkat kepuasan pegawai DJPU terhadap organisasi dan kepegawaian yang diukur melalui survey. Tujuan dari survey ini adalah:

1) Mengetahui sejauh mana kepuasan yang dirasakan oleh pegawai DJPU terhadap kondisi tata kelola SDM dan organisasi serta ekspektasi pegawai atas kondisi tata kelola SDM dan organisasi DJPU saat ini;

2) Mengidentifikasi dan menganalisis tingkat kepuasan pegawai pada semua unsur/faktor yang mempengaruhi kepuasan;

3) Mengidentifikasi dan menganalisis unsur/faktor kepuasan pegawai yang sudah baik sehingga perlu dipertahankan dan faktor layanan apa yang perlu ditingkatkan; dan

4) Merumuskan rekomendasi kebijakan tata kelola SDM dan organisasi DJPU.

Pengumpulan data kepada responden dilakukan secara online melalui situs www.surveyku.depkeu.go.id dan juga melalui wawancara langsung kepada responden terpilih (in depth interview). Adapun variabel yang diukur adalah pandangan terhadap penugasan/pekerjaan saat ini, pekerjaan, imbalan, pengembangan kompetensi/skill pegawai, mutasi/rotasi pegawai, supervisi, dan rekan kerja.

Skala pengukuran menggunakan skala angka dari 1 s.d. 5 (sangat tidak puas s.d. sangat puas).

Pencapaian IKU ini menuju kepada capaian yang lebih tinggi dari target (maximize), dimana capaian yang makin tinggi dari target adalah capaian yang diharapkan.

1) Indeks kepuasan pegawai pada tahun 2012 ditargetkan sebesar 3, dengan realisasi 3,19 sehingga memperoleh nilai capaia 106,33%. Dari 322 orang pegawai di lingkungan DJPU, 305 orang (94,72%) telah mengisi survey dimaksud. Dari 6 variabel penilaian tersebut, terdapat 2 variabel dengan selisih terbesar antara tingkat kepentingan dan tingkat kepuasan yaitu variabel “Mutasi/Rotasi Pegawai” dan variabel “Imbalan”, yang dapat diartikan bahwa proses mutasi/rotasi dan faktor imbalan belum dianggap memuaskan bagi sebagian besar pegawai DJPU.

2) Tantangan yang dihadapi dalam upaya peningkatan level kepuasan terhadap kondisi tata kelola SDM dan organisasi serta ekspektasi pegawai yaitu:

a) Masih terdapatnya perbedaan imbalan antar unit Eselon II tertentu pada DJPU; dan

b) Belum berjalannya pola mutasi/rotasi sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan, yaitu Perdirjen Pengelolaan Utang No. Per-02/PU/2010 tentang Pola Mutasi Jabatan Karir di lingkungan DJPU dan Kepdirjen PU No. Kep -41/PU/2011 tentang Pola Mutasi Pelaksana di lingkungan DJPU.

3) Upaya yang dilakukan terhadap tantangan tersebut:

a) Melakukan review terhadap uraian jabatan sehingga diperoleh kesesuaian besaran grading (TKPKN) dengan kompetensi, proses, dan hasil kerja/output; dan

b) Melakukan pola mutasi/rotasi sesuai ketentuan yang telah ditetapkan sebagaimana tersebut di atas.

Dengan demikian, target indeks kepuasan pegawai, pada tahun 2012 dapat tercapai dengan baik.

d. Persentase policy recommendation hasil pengawasan yang ditindaklanjuti Policy recommendation adalah langkah tindak yang diusulkan oleh Itjen

penyempurnaan peraturan, kebijakan, maupun sistem dan prosedur administrasi/operasi. Output policy recommendation dapat berupa:

1) Usulan strategis (berupa butir-butir penting dari suatu ketentuan) yang disampaikan secara tertulis kepada pimpinan unit Eselon I dalam rangka merubah, menambah, dan/atau menyempurnakan kebijakan; atau

2) Rancangan/konsep keputusan, instruksi peraturan, surat edaran, atau surat pada level Pemerintah, Presiden, Kemenkeu, maupun pada level unit eselon I.

Yang dimaksud ditindaklanjuti adalah telah dilakukannya seluruh langkah tindak oleh unit Eselon I sesuai usulan strategis dalam policy recommendation. Keberhasilan pencapaian policy recommendation diukur dari pencapaian terhadap output yang ditetapkan pada tahun berjalan dan mendapat persetujuan tertulis dari Itjen (pejabat setingkat eselon 2) atas capaian tersebut.

Setiap policy recommendation yang diusulkan oleh Itjen harus dimuat dalam suatu matriks yang berisi tentang output serta batas waktu penyelesaiannya secara definitif.

1) Policy recommendation berdasarkan hasil pengawasan yang telah ditindaklanjuti pada tahun 2012 ditargetkan 85%, dengan realisasi sebesar 100% (4 dari 4 policy recommendation yang ditargetkan Tahun 2012), sehingga memperoleh nilai capaian 117,65%, dengan rincian sebagai berikut:

a) PMK Nomor: 230/PMK.05/2011 tentang Sistem Akuntansi Hibah sebagai pengganti PMK-40/PMK.05/2009 tentang Sistem Akuntansi Hibah;

b) PMK Nomor: 191/PMK.05/2011 tentang Mekanisme Pengelolaan Hibah;

c) Revisi KMK Nomor 339/KMK.01/2011 tentang SOP Yang Bertautan (SOP–Link) Kementerian Keuangan dengan target 2012 adalah pengajuan kepada Biro Organta Setjen; dan

d) Penyusunan/revisi SOP pembayaran utang pada DJPU sesuai hasil penelaahan Itjen.

2) Tantangan yang dihadapi dalam rangka mencapai target indikator persentase policy recommendation hasil pengawasan yang ditindaklanjuti, antara lain dalam hal upaya mencapai taget IKU tersebut, diperlukan koordinasi yang baik antar unit terkait, baik di internal DJPU maupun dengan unit-unit lain di lingkungan Kementerian Keuangan. Hal ini mengingat policy recommendation yang diusulkan oleh Itjen untuk diselesaikan oleh DJPU pada tahun 2012 antara lain terkait dengan bidang tugas unit eselon I lain, yaitu Direktorat Jenderal Perbendaharaan.

3) Upaya yang dilakukan terhadap tantangan tersebut adalah dengan melakukan koordinasi secara intensif dengan Direktorat Jenderal Perbendaharaan, terutama pada proses penyelesaian kedua PMK terkait hibah yang direkomendasikan oleh Itjen. Di samping itu, untuk mendukung penyelesaian revisi SOP-Link dan SOP pembayaran utang, telah dilakukan koordinasi di lingkungan internal DJPU dan Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan.

Dengan demikian, target Persentase policy recommendation hasil pengawasan yang ditindaklanjuti, pada tahun 2012 dapat tercapai dengan baik.

e. Pencapaian SS penataan organisasi yang adaptif dengan indikator persentase mitigasi risiko yang selesai dijalankan, indeks reformasi birokrasi, indeks kepuasan pegawai, dan persentase policy recommendation hasil pengawasan yang ditindaklanjuti, pada tahun 2012 dapat tercapai dengan baik.

11. SS Perwujudan Sistem TIK yang Terintegrasi, dengan indikator: a. Persentase pengembangan Database Utang yang terintegrasi

Pengintegrasian TIK dalam hal ini penyatuan database Pinjaman dan Hibah (PH) dan database Surat Berharga Negara (SBN) ke dalam Data

Warehouse terdiri dari tiga tahap, sebagai berikut :

1) Tahap I merupakan kegiatan pengintegrasian database PH – dengan bobot 45% (2011);

2) Tahap II merupakan kegiatan pengintegrasian database SBN – dengan bobot 35% (2012);

3) Tahap III merupakan kegiatan pengintegrasian dengan database TIK Kementerian Keuangan – dengan bobot 20% (2012).

IKU Persentase pengembangan Database Utang yang terintegrasi adalah IKU yang disusun dan diimplementasikan semenjak tahun 2011. Adapun

progress yang telah dicapai sampai dengan akhir tahun 2011 adalah sampai

pada tahap pendefinisian desain serta penyusunan dan implementasi untuk

database utang terutama untuk instrumen pinjaman dan hibah. Adapun progress yang telah dicapai sampai dengan akhir tahun 2012 adalah

penambahan elemen data untuk instrumen Surat Berharga Negara dan penambahan elemen data terkait pelaksanaan Pertukaran Data Elektronik di lingkungan Kementerian Keuangan.

Tujuan IKU ini adalah untuk menyediakan data outstanding dan cash flow utang pemerintah yang utuh, tepat waktu, akurat, dan dapat digunakan untuk proses pengambilan keputusan bagi pimpinan.

Pencapaian IKU ini menuju kepada capaian yang melebihi dari target (maximize), dimana capaian yang makin tinggi dari target adalah capaian yang diharapkan. Adapun deskripsi capaian atas IKU ini sebagai berikut: 1) Persentase pengembangan database utang yang terintegrasi, dilaksanakan

pada tahun 2011 dan 2012. Pada tahun 2011 telah selesai sebesar 45%, sehingga sisa pekerjaan sebesar 55% ditargetkan selesai pada tahun 2012. Realisasi pada 2012 sebesar 100%, dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 3.25

Realisasi pengembangan Database Utang yang terintegrasi Tahun 2012

Proses/Kegiatan Keterangan Bobot Realisasi

Waktu Status Pengembangan Datawarehouse Pengelolaan Surat Berharga Negara (SBN)

Penyelesaian pembuatan desain

Database SBN; 5% Q1

Penyelesaian pembuatan Tabel

Dimension SBN dan

penambahan elemen data BA 999. 01 dan BA 999.02 untuk keperluan elektronik audit BPK;

5% Q1 √

Penyelesaian pembuatan Tabel

Fact SBN; 5% Q2

Penyelesaian pembuatan script

Proses/Kegiatan Keterangan Bobot Realisasi

Waktu Status

dan Dimension table SBN;

Otomatisasi pemutakhiran data

dimension dan fact SBN 5% Q3

Restore dan update database

untuk keperluan pengembangan IT-ALM dan

penyesuaian Linkserver dari

database Pertukaran Data

Elektronik ke database untuk pengembangan IT-ALM, serta

testing dan penyempurnaan tabel dimension dan fact SBN

sampai dengan persetujuan Sekretaris Direktorat Jenderal

5% Q3 √

Implementasi Datawarehouse

SBN:

a. Cleansing dan finalisasi

Datawarehouse b. Penyusunan dokumentasi dan dokumen-dokumen administratif 5% Q3 √ Pemenuhan kebutuhan data interchange Kemenkeu

Analisis dan penyelesaian desain database untuk keperluan Data Interchange Kemenkeu; dan

5% Q4 √

Penyelesaian pembuatan script dan testing script untuk

keperluan Data Interchange Kemenkeu.

5% Q4 √

Implementasi pemutakhiran Data Interchange Kemenkeu sampai persetujuan Sekretaris Direktorat Jenderal.

5% Q4 √

2) Tantangan yang dihadapi dalam rangka pencapaian target indikator persentase pengembangan database utang yang terintegrasi antara lain:

a) Kurangnya akurasi data pada data sumber yang disebabkan karena ketidaksesuaian data pada proses entry data dan tidak terdapatnya prosedur validasi yang memadai; dan

3) Upaya yang dilakukan menghadapi tantangan tersebut adalah

a) Perbaikan atas kondisi data dan pelaksanaan prosedur validasi secara rutin dan memadai termasuk penyediaan alat monitoring akurasi data; dan

b) Segala kebutuhan data yang timbul di masa yang akan datang akan dianalisa dan akan di definisikan untuk melakukan penyesuaian terhadap database utang terintegrasi sehingga dapat memenuhi kebutuhan tersebut.

b. Persentase akurasi data SIMPEG

Pengelolaan data kepegawaian memerlukan manajemen yang sistematik dan terpadu sehingga dapat menyajikan informasi kepegawaian yang yang cepat serta akurat sebagai pertimbangan pimpinan dalam pengambilan keputusan kepegawaian yang tepat. Untuk mengembangkan dan menyajikan informasi data kepegawaian secara akurat pada implementasi Sistem Informasi Manajemen Kepegawaian (SIMPEG), perlu pemutakhiran data kepegawaian secara elektonik, periodik, dan teratur.

Mengingat bahwa pengelolaan SIMPEG merupakan kewenangan Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan, dalam hal ini Biro Sumber Daya Manusia, sedangkan unit Eselon I pengguna hanya diberi hak akses data serta pemutakhiran data sesuai kewenangan yang diberikan maka diperlukan koordinasi serta rekonsiliasi data kepegawaian baik secara internal di lingkungan DJPU maupun Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan. Kendala yang dihadapi adalah masih terdapatnya ketidaksesuaian fitur yang tersedia pada aplikasi sehingga masih diperlukan penyediaan data secara manual.

Pencapaian IKU ini menuju kepada capaian yang lebih tinggi dari target (maximize), dimana capaian yang makin tinggi dari target adalah capaian yang diharapkan. Adapun deskripsi capaian atas IKU ini sebagai berikut: 1) Persentase akurasi data SIMPEG diukur secara semesteran. Berdasarkan

hasil pengujian dari 320 pegawai pada semester II, realisasi persentase akurasi data sebesar 100% dari target sebesar 100%.

Tabel 3.26

Progress pemenuhan akurasi data SIMPEG

No Periode Validasi ∑ Objek

Validasi Data yang Akurat Persentase (%)

1 Semester I 82 80 97,56

2 Triwulan IV 320 320 100

2) Tantangan yang dihadapi dalam rangka pencapaian target indikator Persentase akurasi data SIMPEG antara lain:

a. Ketidakjelasan mekanisme pengukuran validitas data SIMPEG

Terdapat perbedaan mekanisme pengukuran validitas data SIMPEG antar unit Eselon I di lingkungan Kementerian Keuangan. Sebagai contoh, pengukuran yang dilakukan di DJPU adalah dengan mengonfirmasikan akurasi print out Daftar Riwayat Hidup (DRH) kepada pegawai yang menjadi sampel, sedangkan di Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan pengukuran akurasi data SIMPEG dilakukan secara online, dimana seluruh pegawai dapat mengakses dan mengisi form kelengkapan data melalui portal Biro Sumber Daya Manusia Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan.

b. Aplikasi SIMPEG yang dikelola oleh Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan belum dapat mengakomodir kebutuhan pengelolaan data kepegawaian di DJPU, antara lain disebabkan oleh:

1) Kurangnya referensi dalam beberapa field. Sebagai contoh dalam nama/jenis pendidikan, nama jabatan selain jabatan struktural dan fungsional, serta unit kerja;

2) Hasil print out DRH tidak sesuai dengan data yang telah tersimpan dalam database. Sebagai contoh, dalam database telah diinput data anak, tetapi dalam DRH belum tercantum.

c. Kurangnya kepedulian pegawai terhadap data masing-masing

Terdapat pegawai yang tidak menyampaikan perubahan data kepegawaian secara teratur kepada user SIMPEG, sehingga tidak dapat dilakukan up dating ke dalam aplikasi. Hal tersebut berakibat pada ketidakakuratan data dalam SIMPEG. Sebagai contoh, masih terdapatnya pegawai yang mengikuti training/workshop/seminar

selain yang diselenggarakan DJPU namun tidak melaporkan keikutsertaannya.

3) Upaya yang dilakukan menghadapi tantangan tersebut adalah:

a. Melakukan revisi Standard Operating Procedure terkait pengadministrasian data pegawai;

b. Membuat standar mekanisme pengukuran, yaitu Manual Perekaman SIMPEG;

c. Melakukan koordinasi dengan Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan terkait permasalahan pada aplikasi SIMPEG.

c. Pencapaian SS Perwujudan TIK yang terintegrasi dengan indikator persentase pengembangan database utang yang terintegrasi dan persentase akurasi data SIMPEG, pada tahun 2012 dapat tercapai dengan baik. 

12. SS Pelaksanaan anggaran yang optimal dengan indikator Persentase penyerapan DIPA

Indikator persentase penyerapan DIPA bertujuan untuk mengukur sejauh mana perencanaan anggaran dilaksanakan sehingga dapat dilakukan perbaikan dalam proses perencanaan.

Pencapaian IKU ini menuju kepada capaian yang melebihi dari target (maximize), dimana capaian yang makin tinggi dari target adalah capaian yang diharapkan. Adapun deskripsi capaian atas IKU ini sebagai berikut:

a. Persentase penyerapan DIPA (Belanja Barang dan Belanja Modal) pada tahun 2012 ditargetkan 95,00% (Rp51,41 miliar), dengan realisasi sebesar 96,50% (Rp52,22 miliar), sehingga memperoleh nilai capaian 101,58%, dengan rincian:

Tabel 3.27

Penyerapan DIPA (non belanja pegawai) DJPU Tahun 2012

No Belanja Pagu DIPA Realisasi % Sisa

1 Barang Rp 43,60 miliar Rp42,11 miliar 96,58% 1,49 milyar

2 Modal Rp10,51 miliar Rp10,11 miliar 96,20% 0,40 milyar

Rincian sisa anggaran sebesar 3,50% (Rp1,89 miliar) sebagai berikut:

1) Belanja barang sebesar Rp1,49 miliar merupakan hasil efisiensi dari pelaksanan kegiatan, dengan rincian sebagai berikut:

a) Belanja Barang operasional Rp0,25 milyar;

b) Belanja Barang Non Operasional sebesar Rp0,88 milyar; c) Belanja Jasa Rp0,05 milyar

d) Belanja Pemeliharaan Rp0,16 milyar; dan e) Belanja Perjalanan dinas Rp0,15 milyar.

2) Belanja modal sebesar Rp0,40 miliar, merupakan hasil efisiensi dari pelaksanaan pengadaan barang dan jasa TA 2012.

b. Tantangan yang dihadapi dalam melakukan pencapaian target indikator kinerja persentase penyerapan DIPA adalah:

1) Penundaan/perubahan jadwal kegiatan yang telah direncanakan baik yang disebabkan kendala internal maupun eksternal;

2) Adanya kebijakan pembatasan palaksanaan kegiatan rapat internsif (konsinyering) dan adanya kebijakan penghematan anggaran; dan

3) Disiplin pada rencana penarikan anggaran yang telah ditetapkan. c. Upaya yang dilakukan antara lain:

1) Melakukan mitigasi dan mengambil langkah-langkah antisipasi lebih cepat atas penundaan dan perubahan jadwal kegiatan;

2) Penyesuaian jadwal pelaksanaan kegiatan dilakukan tanpa mempangaruhi target capaian kinerja yang telah ditetapkan;

3) Alokasi anggaran yang terkena dampak kebijakan pembatasan dan penghematan direalokasi untuk kegiatan lain yang lebih mendesak;

4) Berupaya melaksanakan kegiatan sesuai jadwal yang telah ditetapkan; 5) Memonitor dan mempercepat proses tagihan pelaksanaan kegiatan

seperti tagihan hotel, honor kegiatan, honor tim, biaya diklat, dan pembayaran atas pengadaan barang modal dan tagihan lainnya.

C. K d y 1. Beriku tahun 2012 Denga pada tahun Kinerja lainn Disampin dengan SS t yaitu: Pelaksana Pinjam portofolio) pembiayaa dilaksanak Negeri ya Daerah se Pengadaan Untuk Nomor 22 0 50 100 150 200 250 ut ini adalah 2. n demikian, n 2012 dapa nya ng SS yang ersebut dan aan Pinjama man Dalam untuk mem an terhadap kan pada ta ang dapat d esuai klasifik n dan Peneru k Tahun An Tahun 2011 0 0 201 1 h grafik pen Penyerapan , target pen at tercapai de g tersebut d n lebih bers n Dalam Ne Negeri mer menuhi keb p Defisit A ahun 2010 m diikuti oleh kasi dalam usan Pinjam nggaran 201 1 Tentang A 10 171.34 204. nyerapan D Grafik n DIPA DJPU ncapaian ind engan baik. di atas, terd ifat outcome egeri Tahun rupakan div butuhan Pe APBN. Pinja

Dokumen terkait