• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rising Star

IV. GAMBARAN UMUM

4.2 Perikanan Indonesia

Indonesia sebagai produsen perikanan tangkap ketiga di dunia hingga tahun 2008 dan produsen perikanan budidaya keempat merupakan suatu keadaan yang sebenarnya masih jauh dari potensi yang ada. Mengingat luasnya wilayah nasional terutama laut Indonesia. Dengan potensi laut mencapai 5,8 juta km2 dan jumlah penduduk yang mencapai 237,6 juta jiwa (BPS, 2010), Kementerian

No. Negara 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 1 China 22.701.069 24.141.658 25.083.253 26.567.201 28.120.690 29.856.841 31.420.275 32.735.944 2 India 2.120.466 2.199.789 2.315.771 2.798.686 2.967.378 3.180.863 3.112.240 3.478.690 3 Vietnam 588.276 703.041 937.502 1.198.617 1.437.300 1.657.727 2.085.400 2.461.700 4 Indonesia 864.276 914.071 996.659 1.045.051 1.197.109 1.292.899 1.392.904 1.690.121 5 Thailand 814.121 954.696 1.064.409 1.259.983 1.304.233 1.407.001 1.351.075 1.374.024 6 Bangladesh 71.264 786.604 856.956 914.752 882.091 892.049 945.812 1.005.542 7 Norway 510.748 551.297 584.423 636.802 661.877 712.373 84.156 84.373 8 Chile 566.096 545.655 567.259 675.884 723.875 79.411 779.779 843.142 9 Phillipines 434.661 443.537 459.615 51.222 557.251 623.369 709.715 741.142 10 Japan 799.946 826.715 823.873 7.764.221 746.221 733.891 772.063 732.374 34.610.372 36.782.551 38.915.102 41.904.583 44.305.528 47.351.066 49.903.636 52.546.205 Total Dunia

Kelautan dan Perikan terbesar di dunia pada

Sumber : KKP, 2009 Gambar 5. Volum

Gambar yang tahun 2009 didomina laut. Volume produksi tahun 2001 meningka produksi perikanan bud Indonesia tetapi kena kurun waktu 2001 hin hanya mengalami kena

Kenaikan rata dipengaruhi oleh jum dari tahun 2001 hingg tangga budidaya di Indon berturut-turut tahun 2001 buah (Tabel 10). Propi tangga budidaya yaitu jumlah nasional. Bila

Laut Perairan Umum Laut Tambak Kolam Keramba Jaring Apung Sawah Je ni s P er ika n a n T a n g k a p B u d ida y a

kanan menargetkan Indonesia akan menjadi produse da tahun 2015.

me Produksi Perikanan Indonesia 2001, 2005, 2009 g disajikan memperlihatkan bahwa perikanan

inasi oleh perikanan tangkap khususnya perika oduksi perikanan tangkap di laut sebesar 3.966. kat menjadi 4.812.235 ton pada tahun 2009. W n budidaya belum dapat mengungguli perika kenaikan rata-rata volume produksi perikanan hingga 2009 sebesar 17,5 persen sedangkan pe kenaikan rata-rata sebesar 5,6 persen (KKP, 2010

ata-rata volume produksi perikanan budidaya umlah rumah tangga perikanan budidaya yang

ngga 2009. Hingga tahun 2009 tercatat ada 1.380.497 Indonesia yang didominasi oleh rumah tangga

hun 2001, 2005 dan 2009 sebanyak 745.303, 819.712 ropinsi Jawa Barat merupakan propinsi terbesa

itu 376.157 rumah tangga yang berkontribusi ila dikelompokan lebih spesifik lagi ternyata

- 2.000.000 4.000.000 aut um aut bak am ba pung ah

Volume Produksi dalam Ton

36 produsen perikanan 005, 2009 n nasional sampai ikanan tangkap di 3.966.480 ton pada Walaupun volume kanan tangkap di nan budidaya pada perikanan tangkap 2010).

daya salah satunya g meningkat pula 1.380.497 rumah ngga budidaya kolam 819.712 dan 759.694 sar jumlah rumah busi 27,2 persen dari ta masing masing

6.000.000 2009 2005 2001

jenis budidaya tidak seluruhnya berada di Propinsi Jawa Barat, hanya budidaya kolam dan budidaya sawah. Pada tahun 2009 rumah tangga budidaya laut terbanyak berada di Propinsi Nusa Tenggara Timur, budidaya tambak di Sulawesi Selatan, budidaya keramba di Kalimantan Timur dan budidaya jaring apung di Jambi (KKP, 2010).

Tabel 10. Jumlah Rumah Tangga Perikanan Budidaya (buah)

Jenis 2001 2005 2009

Budidaya Laut 23.455 44.653 119.851

Budidaya Tambak 190.872 233.318 232.543

Budidaya Kolam 745.302 819.712 759.694

Budidaya Keramba 32.331 48.968 57.556

Budidaya Jaring Apung 9.177 21.111 27.034

Budidaya Sawah 287.901 267.451 183.819

Total 1.289.038 1.435.213 1.380.497

Sumber : Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, 2010

Volume produksi perikanan tangkap kenaikannya cenderung tidak setinggi perikanan budidaya, hal ini dapat dikarenakan sarana produksi nasional yang belum memadai. Sarana produksi perikanan tangkap salah satunya adalah kapal penangkap ikan, hingga tahun 2009 tercatat kapal penangkap ikan masih didominasi oleh perahu tanpa motor yang jumlahnya sebanyak 342.031 unit, perahu motor tempel sebanyak 271.562 unit dan kapal motor sebanyak 162.106 unit (Tabel 11).

Tabel 11. Jumlah Kapal Penangkap Ikan (unit)

Jenis 2001 2005 2009

Perahu Tanpa Motor 373.560 416.793 342.031

Perahu Motor Tempel 131.010 189.158 271.562

Kapal Motor 107.314 148.030 162.106

Total 611.884 753.981 775.789

Sumber : Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, 2010

Kenyataan ini dapat dikatakan sangat memprihatinkan, dimana bila melihat dari potensi laut yang besar tetapi kapal penangkap ikan yang tersedia hingga tahun 2009 hanya 775.789 unit, ditambah kapal motor yang memiliki persentase terkecil yaitu 19 persen dari jumlah kapal yang ada. Hal tersebut juga mengindikasikan bahwa sebagian besar kapal penangkap ikan di Indonesia hanya mampu beroperasi di daerah sekitar pantai, hal ini bila terus berlanjut akan

38

menyebabkan over-fishing pada daerah sekitar pantai yang akhirnya dapat merusak kelestarian sumberdaya perikanan di perairan pantai.

Dari sisi ketersedian sumberdaya manusia, tahun 2009 terdapat 2.641.967 nelayan yang beroperasi di Indonesia. Keadaan ini mengindikasikan bahwa jumlah nelayan sangat sedikit dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia yang diperkirakan mencapai 237,6 juta jiwa pada tahun 2010. Keadaan ini juga dirasa sangat memprihatinkan dimana negara dengan luas laut yang lebih luas dari luas daratan penduduknya tidak banyak yang tertarik untuk berprofesi sebagai nelayan.

4.2.1 Volume Produksi dan Pelabuhan Ekspor Perikanan Indonesia

Seperti telah dipaparkan pada ruang lingkup dalam penelitian ini, ada sepuluh produk perikanan dari enam komoditi perikanan Indonesia yang akan dibahas. Untuk melihat bagaimana perkembangan produksi serta pelabuhan ekspor dengan volume dan nilai terbesar pada setiap produk akan dijelaskan satu persatu sebagai berikut :

1. Ikan Hias

Pengelolaan data ikan hias di Indonesia dapat dikatakan masih tidak terorganisir dengan baik. Awalnya pengelolaan ikan hias dibawah Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya secara umum, tetapi mulai tahun 2011 telah dibentuk Direktorat Ikan Hias yang khusus mengurus berbagai data mengenai ikan hias. Selain itu, pada tanggal 22 Februari 2011 juga telah dibentuk Dewan Ikan Hias yang terdiri dari stakeholder ikan hias serta pihak pemerintah (Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Perhubungan, Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi/Kabupaten/Kota). Sebelumnya telah lama terbentuk dua asosiasi yang menfokuskan pada produk ikan hias yaitu AKKII (Asosiasi Koral Kerang dan Ikan Hias Indonesia) dan INAFISH (Indonesia Tropical Fish Exporter Association)

Pengembangan budidaya ikan hias di Indonesia berada di sebagian besar wilayah Jawa, Bali, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara dan Papua. Menurut Direktorat Ikan Hias, Perikanan Budidaya, karena ketersediaan data yang belum tertata rapi, data produksi ikan hias Indonesia tahun 2001, 2005

dan 2009 belum dapat dipublikasikan. Tetapi tercatat produksi ikan hias nasional tahun 2010 mencapai 600 juta ekor , menurut sumber yang sama pula jumlah tersebut merupakan peningkatan dari tahun 2001 hingga 2008 karena memang produksi ikan hias berorientasi ekspor di Indonesia sedang giat digalakkan. Sentra pengembangan ekspor ikan hias terdapat di Cibinong, atau yang dikenal dengan CibinongRaiser yang merupakan terbesar di Indonesia. Selain itu, ada juga pusat pemasaran produk ikan hias lainnya yaitu di daerah Blitar dan Yogyakarta.

Tabel 12. Pelabuhan Ekspor Ikan Hias Terbesar di Indonesia 2009

Propinsi Pelabuhan Ekspor Volume

Ekspor (kg)

Nilai Ekspor (US $)

Bali Ngurah Rai 509.758 3.466.725

DKI Jakarta Soekarno Hatta 303.827 5.995.706

Sumatera Utara Medan/Polonia 299.877 653.295

Jawa Timur Juanda-Surabaya 59.745 208.544

Kalimantan Timur Lingkas Tarakan 36.300 50.975

Sumber : KKP, 2010

Dari 22 pelabuhan ekspor ikan hias asal Indonesia, lima pelabuhan ekspor dengan volume terbesar adalah Ngurah Rai, Soekarno Hatta, Polonia, Juanda dan Lingkas Tarakan (Tabel 12). Dalam tabel tersebut juga terlihat bahwa nilai ekspornya lebih tinggi di Soekarno Hatta daripada di Ngurah Rai. Hal ini dapat dikarenakan harga ikan hias dari Jakarta lebih mahal daripada yang diekspor dari Bali dikarenakan biaya pengangkutan yang lebih mahal. Persentase kontribusi pelabuhan ekspor Ngurah Rai terhadap total volume ekspor ikan hias nasional adalah 38 persen tetapi kontribusi nilainya hanya 30 persen. berbeda dengan Soekarno Hatta dengan kontribusi volume ekspor sebesar 22,6 persen tetapi kontribusi nilai ekspornya adalah 51,5 persen dari total nilai ekspor ikan hias Indonesia.

2. Tuna Sirip Kuning

Gambar 6 menunjukkan dengan jelas bahwa volume produksi tuna sirip kuning segar Indonesia dari tahun 2001, 2005 dan 2009 mengalami pertumbuhan yang berfluktuasi. Tahun 2001 produksi tuna sirip kuning segar Indonesia mencapai 153.110 ton, menurun sebesar 28 persen menjadi 110.163 ton pada tahun 2005. Pada tahun 2009 produksi produk ini mengalami pertumbuhan menjadi 114.163 ton atau tumbuh sebesar 4 persen dari tahun 2005. Data Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap tahun 2009 menyatakan bahwa pada

komoditi ini, tiga da adalah perairan panta pantai Maluku-Papua Bali dengan volume b

Sumber : KKP, 2010 Gambar 6. Perkem

2005, 2009