• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Perikanan Negara Pesaing Utama Indonesia di Negara Importir Utama dan Dunia

Rising Star

2001, 2005, 2009 ubungan diplomatik

5.2 Strategi Perikanan Negara Pesaing Utama Indonesia di Negara Importir Utama dan Dunia

Secara keseluruhan pesaing utama ekspor perikanan Indonesia di negara importir utama dan dunia dapat menjadi salah satu hambatan tingkat daya saing

102

maupun posisi daya saing produk Indonesia di pasar tertentu. Maka dari itu, menjadi penting untuk melihat apa saja strategi pesaing utama dalam bidang perikanan agar dapat menjadi bahan pertimbangan dalam perumusan kebijakan bidang perikanan Indonesia di tahun mendatang. secara rinci produk perikanan dan setiap pesaing utama tertera dalam Tabel 22.

Tabel 22. Negara Pesaing Utama Ekspor Perikanan Indonesia di Negara Importir Utama dan Dunia

Komoditi Negara

Pesaing 1 Pesaing 2 Pesaing 3

Ikan Hias Singapura Malaysia Filipina

Tuna Sirip Kuning Segar Papua Nugini Maladewa Thailand

Tuna Sirip Kuning Beku Taiwan Korea Panama

Lobster Beku India Kanada Amerika Serikat

Lobster Segar Kanada Amerika Serikat Vietnam

Udang Beku Vietnam Thailand India

Udang Segar Vietnam Thailand Inggris

Kepiting Beku Kanada Amerika Serikat Chili

Kepiting Segar India Filipina Cina

Siput Cina Perancis Macedonia

Sumber : UN Comtrade, 2011 1. Thailand

Sejak tahun 2000, Thailand melaksanakan kampanyeSafety Standard from Farm to Table yaitu program komprehensif yang merangkai produk dari yang paling hulu sampai yang paling hilir secara berkesinambungan dan terkoordinasi hingga detail sehingga menghasilkantotal food chain network. Kampanye ini juga berisikan pelaksanaan program yang tertata, sistematis dan tepat serta realisasi backward linkage dan forward linkage yang rumit dan kompleks. Faktor utama yang memberikan kontribusi penting dalam program ini diantaranya adalah aspek distribusi dan keberadaan pasar agrobisnis yang terdiri dari pasar induk, pasar regional, pasar kontrak dan pasar lelang yang bekerja sesuai mekanisme pasar. Selain itu, Thailand memiliki armada transportasi yang sangat menunjang dalam proses distribusi produk ekspor perikanan, salah satunya pemerintah Thailand menyediakan transportasi khusus berupa sejenis mini bus yang mengangkut hasil produksi dari petani budidaya atau nelayan tradisional di daerah tertentu untuk sampai di kota atau pelabuhan ekspor agar menjamin kualitasnya. Untuk produk

yang akan diekspor ke luar negeri, perusahaan penerbangan nasional Thailand yaitu Thai Airways juga memiliki armada pesawat khusus untuk mengangkut produk hasil perikanan terutama yang dalam keadaan hidup atau segar.

2. Singapura

Sebagai negara yang dilalui dalam jalur perdagangan dunia, Singapura berhasil memetik keuntungan dari keadaan ini. Khususnya dalam produk ikan hias, terbukti pada beberapa kasus, Singapura mengklaim produk asal Indonesia sebagai produk negaranya. Hal ini dikarenakan Indonesia minim dalam penyediaan transportasi mengangkut produk segar perikanan. Singapura memiliki armada transportasi perikanan yang dapat mengangkut ikan hias sampai negara tujuan ekspornya dengan kualitas terjamin yang tidak dimiliki Indonesia, sehingga citra eksportir terbesar ikan hias di dunia dimiliki oleh Singapura. Hal ini menjadi keprihatinan tersendiri bagi Indonesia yang sebenaranya memiliki kekayaan ikan hias sangat besar. Dapat diambil kesimpulan, Indonesia harus dapat meningkatkan pelayanan dalam aspek transportasi khusunya dalam mengangkut produk hasil perikanan segar, agar mutu dan kualitas ikan dari Indonesia samapai negara tujuan ekspor tetap terjamin.

3. Filipina

Sebagai negara kepulauan yang serupa dengan Indonesia, potensi perikanan Filipina juga sangat besar dan memberikan pengaruh pada perekonomiannya. Hal ini ditunjukan dengan pola mainstream yang menonjol pada penanggulangan kemiskinan dan isu lingkungan sebagaimana tertuang dalam Medium-Term Development Plan (MTDP) Filipina. Dalam rencana pembangunan Filipina tersebut, disebutkan bahwa sektor perikanan menjadi sektor utama yang akan dikembangkan. Proses pengembangan perikanan di Filipina tidak hanya berorientasi pada promosi yang berfokus pada pertumbuhan ekspor tetapi juga berorientasi pada sustainable marine and fisheries yaitu menjaga keberlanjutan ekosistem maupun sistem sosialnya.

4. Vietnam

Vietnam juga merupakan negara berkembang sama seperti Indonesia, dalam bidang perikanan dapat dikatakan juga Vietnam memiliki garis pantai cukup panjang di sekitar wilayah negaranya. Strategi yang diterapkan dalam

104

perikanan Vietnam adalah menguatkan sektor petani tradisional dahulu. Di negara ini sedang digencarkan pelaksanaan satu daerah sebagai sentra satu komoditi perikanan. Hal ini bertujuan agar sektor perikanan menjadi salah satu kekuatan dari setiap daerah. Pemerintah Vietnam mencoba menyediakan seluas lahan di suatu daerah untuk mengembangkan satu komoditi perikanan oleh petani tradisional khususnya perikanan budidaya seperti jenis udang.

Dari sisi teori ekspor, pertumbuhan ekspor suatu komoditas salah satunya dipengaruhi oleh nilai tukar mata uang dimana bila terjadi depresiasi akan meningkatkan ekspor suatu negara. Selama periode terakhir nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika mengalami apresiasi atau dengan kata lain menguat hingga akhir tahun 2010 apresiasi nilai tukar tersebut menjadikan Indonesia sebagai negara yang memiliki tingkat apresiasi nilai tukar tertinggi di Asia Tenggara melebihi Singapura, Thailand, Filipina dan negara Asia Tenggara lainnya. Data dari UN Comtrade (2011) menunjukkan bahwa pertumbuhan total nilai ekspor Indonesia ke dunia memiliki nilai rata-rata pertumbuhan yang positif sebesar 13,7 persen dari tahun 2000 hingga 2009, pertumbuhan negatif hanya terjadi pada tahun 2001 dan 2009. Hal ini mengindikasikan bahwa terjadinya penguatan nilai tukar tidak serta merta mengakibatkan penurunan kinerja ekspor Indonesia.

Laporan perekonomian Bank Indonesia menunjukkan bahwa volume ekspor Indonesia masih didominasi oleh produk migas yang juga mengalami peningkatan. Produk perikanan seperti telah dibahas sebelumnya juga memiliki pertumbuhan nilai ekspor rata-rata positif selama tahun 2000 hingga 2009, walaupun pada tahun 2001 dan 2009 mengalami pertumbuhan negatif. Dari sisi impor Indonesia didominasi oleh impor bahan baku sebesar 67 persen, untuk barang modal 23 persen dan barang konsumsi sebesar 9 persen. Dari data-data tersebut disimpulkan bahwa apresiasi nilai tukar rupiah akan memberikan dampak yang positif bagi perekonomian domestik. Inflasi yang disebabkan oleh barang impor dapat ditekan melalui apreasiasi nilai tukar, selain itu, dengan mata uang yang semakin kuat, maka impor barang modal dan bahan baku akan semakin murah sehingga harga output produksi dapat ditekan.

Penguatan nilai tukar tidak hanya terjadi di Indonesia saja, namun hampir di seluruh belahan dunia karena Amerika sedang dalam fase kebijakan uang longgar. Quantitative easing monetary policy (kebijakan uang longgar) yang dianut oleh Amerika Serikat saat ini menyebabkan likuiditas dollar Amerika mengalir ke berbagai belahan dunia. Suku bunga yang rendah di Amerika menyebabkan para investor melarikan dananya ke emerging market seperti Indonesia. Hal ini memberikan peluang bagi Indonesia untuk memperkuat fondasi ekonomi dengan aliran dana yang tersedia. Pangsa pasar seperti Amerika, Uni Eropa dan Jepang tetap menjadi fokus utama pertumbuhan ekspor Indonesia2. Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Bank Indonesia juga memberikan kepastian bahwa apresiasi nilai tukar yang terjadi pada periode terakhir tidak akan mempengaruhi kinerja ekspor Indonesia di pasar internasional karena penguatan nilai tukar rupiah selalu menyesuaikan dengan kondisi makroekonomi dalam negeri3.

Selain strategi didalam negara, negara pesaing utama juga memiliki strategi yang dilakukan dengan mengikuti berbagai organisasi perikanan regional (RFMOs) khususnya untuk spesies perikanan laut lepas seperti tuna tropis, temperate tunas, bilfish, neritic tunas dan seerfish. Ada lima organisasi perikanan regional di dunia yang mengelola spesies tersebut yaitu Indian Ocean Tuna Commission (IOTC), Convention on Conservatioan of Southern Bluefin Tuna (CCSBT), Western Central Pasifik Fisheries Commission (WCPFC), Inter-America Tropical Tuna Commision (IATTC) dan International Commission for the Conservatin of Atlantic Tunas (ICCAT). Dari kelima organisasi perikanan regional tersebut, Indonesia baru terdaftar sebagai anggota di dua organisasi yaitu Contacting Party pada IOTC dan Full Member pada CCSBT, berbeda dengan negara pesaing utama Indonesia seperti Taiwan, Korea, Papua Nugini, Cina, Filipina, Kanada dan Amerika Serikat yang juga telah menjadi anggota dari WCPFC. Hal ini dapat mengindikasikan negara pesaing tersebut dapat

2

Sumber : Yuono. 2011. “Kinerja Ekspor dan Apresiasi Nilai Tukar Rupiah”. [Kompas Online]. http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2011/05/05/kinerja-ekspor-dan-apresiasi-nilai-tukar-rupiah/ [27 Juni 2011]

3

Sumber : Febriana. 2011. “Nilai Tukar Rupiah Aman Untuk Ekspor”. [Tempointeraktif.com].

106

memberikan pengaruh dalam perumusan kebijakan pelestarian sumber daya ikan tuna serta mengatur alat tangkap yang saling menguntungkan dan tidak merugikan negara lain dengan alokasi dan regulasi. Dalam ruang lingkup negara ASEAN, Indonesia seharusnya sudah menjadi anggota dalam WCPFC, tetapi informasi yang didapat dari Direktorat Sumberdaya Ikan, Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap (KKP) Indonesia masih dalam status Cooperating Non-Member dalam WCPFC sehingga tidak terlibat dalam proses pengambilan keputusan. Hal yang menjadi kendala Indonesia salah satunya adalah terbatasnya kemampuan Indonesia mengikuti pertemuan yang diselenggarakan masing-masing RFMOs setiap tahun.

5.3 Hasil Estimasi Revealed Comparative Advantages (RCA), Export Product