• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Perilaku Agresi

iv

Segala puji dan syukur nikmat tercurah hanya pada-Mu ya Allah SWT,

karya sederhana ini dapat terselesaikan

Terima Kasih untuk segala cinta, perhatian, do’a dan dukungan

dari orang-orang terdekat di hati:

Kedua Orang Tua, Kakak dan Adikku

Ayahanda Hasto Waluyo, SH dan Ibunda Hartini tercinta serta Hesty, SE dan

Bagus tersayang atas ketulusan limpahan cinta, kasih sayang yang tiada

terkira yang selalu menyertai langkah ananda, dukungan dan do’a yang takkan

pernah terbalas. Semoga Allah SWT memberkahi dan menyayangi kita semua.

Amin.

Eyang Kakung tersayang

Terimakasih atas semua bentuk dukungan, do’a, perhatian dan bimbingan yang

diberikan.

Teman Terbaikku Iwar

Terima kasih atas segala limpahan kasih sayang, rasa cinta, kesabaran, dukungan

semangat, do’a, pengertian, perhatian dan juga kesedihan, semua yang ada

menjadikanku lebih dewasa dan mengerti tentang hidup. “Thanks for everything”.

v

Artinya : “ …Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,… Oleh karena itu, jika kamu telah selesai dari suatu tugas, kerjakan tugas lain dengan sungguh-sungguh…” (Q.S. Alam Nasyrah 6-7)



Artinya : “…Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan dari Allah dengan kesabaran dan salat, Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar…” (Q.S. Al-Baqarah 153)

“Jika anak dibesarkan dengan celaan, maka ia belajar memaki. Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, maka ia belajar berkelahi. Jika anak dibesarkan dengan cemoohan, maka ia belajar rendah diri. Jika anak dibesarkan dengan penghinaan, maka ia belajar menyesali. Jika anak dibesarkan dengan toleransi, maka ia belajar menahan diri. Jika anak dibesarkan dengan pujian, maka ia belajar menghargai. Jika anak dibesarkan dengan dorongan, maka ia belajar untuk percaya diri. Jika anak dibesarkan dengan sebaik-bainya perlakuan, maka ia belajar keadilan. Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, maka ia belajar menaruh kepercayaan. Jika anak dibesarkan dengan dukungan, maka ia belajar menyayangi diri. Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan, maka ia belajar menemukan cinta dalam kehidupan.” (Pepatah Bijak)

vi

Alhamdulillahi Rabbil’alamin. Puji syukur Kehadirat Allah SWT, atas petunjuk dan pertolongan-Nya, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Keberhasilan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini semata-mata adalah rahmat Yang Maha Pemurah lagi Maha penyayang.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa telah banyak pihak yang memberikan bantuan berupa dorongan, arahan dan data yang diperlukan mulai dari persiapan, tempa dan pelaksanaan penelitian hingga tersusunya skripsi ini. Tidak berlebihan kiranya penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak H. Fuad Nashori, S.Psi., M.Si., Psikolog, selaku Dekan Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia.

2. Bapak Thobagus Muh. Nu’man, S.Psi., Psikolog, selaku Dosen Pembimbing Skripsi. Terimakasih atas segala waktu, bimbingan, ilmu dan kesabarannya dalam membimbing penulis selama menyelesaikan skripsi ini.

3. Ibu Emi Zulaifah, Dra., M.Sc., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah mendampingi penulis dalam menuntut ilmu.

4. Segenap dosen Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia yang telah mengajarkan banyak ilmu pengetahuan kepada penulis.

vii

6. Ibu Lilik Mulyani, SE, selaku Pimpinan BKK Kertek Wonosobo, yang telah memberikan ijin penulis untuk mengadakan try out.

7. Ibu Sriwidayati SE, selaku Pimpinan BKK Sapuran Wonosobo, yang telah memberikan ijin penulis untuk mengadakan try out.

8. Bapak Bardal, selaku Pimpinan BKK Kepil Wonosobo, yang telah memberikan ijin penulis untuk mengadakan try out.

9. Ibu Nuraini Ariswari, A.md, selaku Direktur LSM Upipa Wonosobo, yang telah memberikan ijin penulis untuk mengadakan try out.

10. Para responden yang telah bersedia bekerjasama dengan penulis selama proses pengambilan data.

11. Seluruh keluargaku, terimakasih atas semua bentuk dukungan, perhatian dan bimbingan yang diberikan.

12. Farrel dan I’am, sahabat kecilku yang selalu membuat tersenyum dan memberikan keceriaan.

13. Sahabatku Mba’ Citra, Vika, Ria, Mama Neira, terima kasih atas dukungan, do’a, dan persahabatan yang indah.

14. Semua pihak yang telah membantu baik secara moril maupun materiil yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

15. Teman-teman angkatan 2003 yang tidak dapat disebut satu persatu terimakasih atas masukkan dan diskusinya dengan penulis selama menyelesaikan skripsi ini.

viii

selama penulisan skripsi ini melakukan kekhilafan dan semoga karya ini memberikan manfaat dan kebaikan bagi kita semua, amin.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Yogyakarta, September 2007

Penulis

ix

HALAMAN JUDUL... ... i

HALAMAN PENGESAHAN... ... ii

HALAMAN PERNYATAAN... ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN... ... iv

HALAMAN MOTTO... ... v

PRAKATA... ... vi

DAFTAR ISI... ... ix

DAFTAR TABEL... ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN... ... xiv

INTISARI... ... xv

BAB I PENGANTAR... ... 1

A. Latar Belakang Masalah... ... 1

B. Tujuan Penelitian...6

C. Manfaat Penelitian...6

D. Keaslian Penelitian...7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... ... 10

A. Perilaku Agresi ... ...10

1. Pengertian Perilaku Agresif... ... 10

x

1. Pengertian Konflik Peran Ganda Wanita Karier... 25

2. Aspek-aspek Konflik Peran Ganda ... ...28

C. Hubungan Konflik Peran Ganda dengan Perilaku Agresif pada Wanita Karier……… ... 30

D. Hipotesis Penelitian ……… ... ………35

BAB III METODE PENELITIAN... ... 36

A. Identifikasi Variebel-variabel Penelitian... ... 36

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian...36

C. Subjek Penelitian... . 37

D. Metode Pengumpulan Data... ... .37

1. Skala Konflik Peran Ganda .. ...38

2. Skala Perilaku Agresif... ... 40

E. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur... 41

1. Uji Validitas... ... 42

2. Uji Reliabilitas... ... 42

xi

a. Struktur Organisasi Bank Rakyat Indonesia... 44

b. Sistem Kerja dan Peraturan Bank Rakyat Indonesia... ...47

2. Persiapan Penelitian... ... 49

a. Persiapan Administrasi... ... 49

b. Persiapan Alat Ukur... ... 50

c. Uji Coba Alat Ukur.... ... 51

B. Laporan Pelaksanaan Penelitian... ...55

C. Hasil Penelitian... ... ...56

1. Deskripsi Subjek Penelitian... ... 56

2. Deskripsi Statistik ... 57 3. Uji Asumsi ... 59 a. Uji Normalitas... ... 60 b. Uji Linieritas... ... 60 4. Uji Hipotesis ... 61 D. Pembahasan... ... 61 BAB V PENUTUP... ... 69 A. Kesimpulan ... ...69 B. Saran...69 DAFTAR PUSTAKA...71

xii

Tabel 1. Distribusi Aitem Skala Konflik Peran Ganda Sebelum Uji Coba...39

Tabel 2 Variasi Jawaban dan Skor Aitem Konflik Peran Ganda ...40

Tabel 3. Distribusi Aitem Skala Perilaku Agresif Sebelum Uji Coba...41

Tabel 4. Variasi Jawaban dan Skor Aitem Perilaku Agresif...41

Tabel 5. Distribusi Aitem Skala Konflik Peran Ganda .... ...52

Tabel 6. Distribusi Aitem Skala Konflik Peran Ganda Setelah Dilihat Validitas Isi ... .54

Tabel 7. Distribusi Aitem Skala Perilaku Agresif... ... 55

Tabel 8. Deskripsi Subjek Penelitian... ... 56

Tabel 9. Deskripsi Data Penelitian... ... 57

Tabel 10. Rumus Norma Kategorisasi... ... 57

Tabel 11. Kriteria Kategorisasi Skala Konflik Peran Ganda... ... 58

xiii

Lampiran 1. Angket Try-out ... ...75

Lampiran 2. Data Try-out ... ...77

Lampiran 3. Hasil Uji Reliabilitas dan Validitas Data Try-out ... ...89

Lampiran 4. Angket Penelitian ... ...98

Lampiran 5. Data Penelitian ... ...100

Lampiran 6. Data Analisis Penelitian... ... 115

Lampiran 7. Hasil Analisis Penelitian... ... 118

BAB I PENGANTAR

A. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini terdapat banyak berita-berita di media massa, berita-berita mengenai kriminalitas dan tindakan kekerasan selalu mewarnai dan dalam porsi yang semakin meningkat. Perilaku agresi yang termanifestasi dalam bentuk kekerasan fisik, verbal, seksual, dan ekonomi. Di Indonesia sebagian besar (85%) korban kekerasan dalam keluarga adalah anak-anak dan wanita, sisanya laki-laki. Kekerasan dalam keluarga tidak hanya dilakukan oleh laki-laki saja akan tetapi terdapat sebagian kecil (2%) kekerasan yang dilakukan oleh wanita (Hidayat, 2007).

Menurut Solihin dalam surat kabar harian Kompas, Kamis 23 Mei 2002, kekerasan atau agresivitas domestik atau kekerasan yang terjadi didalam lingkungan keluarga, 80% kekerasan yang menimpa anak-anak dilakukan oleh keluarga, 10% terjadi dilingkungan pendidikan, dan sisanya orang tidak dikenal. Dan sebanyak 60% merupakan kekerasan ringan berupa kekerasan verbal atau caci maki, sedang 40% sisanya mengalami kekerasan fisik. Ketika berusia 10 tahun, Keiza dianiaya oleh ibu kandungnya sampai mendapat 50 jahitan. Keiza anak tunggal dan masih mempunyai ayah yang kurang peduli dengan Keiza dan ibunya. Hal ini terjadi karena ibu Keiza mendapat tekanan, dimana harus menjalankan tugas sebagai ibu rumah tangga dan bekerja diluar rumah untuk mencukupi kebutuhan hidup (www.google.com).

Dalam Samarinda Pos Online, Selasa 6 Maret 2007, terdapat kasus seperti di atas yang menimpa artis, yaitu Maia Ratu. Maia melakukan aksi pelemparan remote ke wajah suaminya. Hal ini termasuk perilaku agresi yang diakibatkan adanya konflik peran ganda. Disini jelas bahwa Maia Ratu sangat sibuk dengan kegiatan di luar rumah, sedangkan suaminya menuntut Maia untuk sering berada di rumah dan mengasuh anak-anaknya. Selain itu Maia sendiri sedang menghadapi masalah dengan pekerjaanya, pada dasarnya Maia masih ingin berkarier. Dengan demikian kedua perannya saling menghambat satu sama lainnya (www.sapos.co.id). Menurut Koeswara (1988) bahwa ada peningkatan agresivitas pada wanita, hal ini terjadi karena wanita semakin meninggalkan kegiatan-kegiatan tradisionalnya (hanya berperan sebagai ibu rumah tangga) di lingkungan keluarga, dan karena memiliki lebih banyak kesempatan untuk melakukan kegiatan di luar rumah. Selain itu menurut Gibson (Salimon, 1995) yang melakukan pengkajian atas perbedaan wanita bekerja dan ibu rumah tangga dibeberapa negara menyatakan bahwa ada pandangan wanita bekerja cenderung agresif, suka memberontak, dan menjadi liberal. Hal ini dikarenakan karena wanita dibebankan dengan tugas yang banyak (www.google.com).

Moore dan Fire (Koewara, 1988) mendefinisikan agresi sebagai tingkah laku kekerasan secara fisik ataupun secara verbal terhadap individu lain atau terhadap objek-objek. Perilaku agresif akan berkembang dan terwujud oleh beberapa sebab yang mempengaruhinya. Ada kalanya perilaku agresif termanifestasi dalam wujud kekuasaan atau dalam bentuk emosi. Menurut Moyer (Koeswara, 1988) agresi

ketakutan merupakan agresi yang dibangkitkan oleh tertutupnya kesempatan untuk menghindari dari ancaman.

Adapun faktor-faktor pengarah dan pencetus kemunculan agresi menurut Koeswara (1988), adalah frustasi, stress, deindividuasi, kekuasaan dan kepatuhan, efek senjata, provokasi, alkohol dan obat-obatan, serta suhu udara. Sementara Berkowitz & Dollard (Faturochman, 2006) menyatakan bahwa frustrasi dianggap sebagai faktor yang paling menonjol memunculkan perilaku agresi. Sementara frustrasi terjadi apabila seseorang terhalang oleh sesuatu hal dalam mencapai tujuan, kebutuhan, keinginan, pengharapan atau tindakan tertentu (Mu’tadin, 2002).

Sejalan dengan Miller (Berkowitz, 1995) yang mengemukakan frustasi merupakan faktor pendorong terjadinya perilaku agresif. Hal ini biasanya terjadi jika mendapati diri tidak bisa mencapai tujuan yang diinginkan, kecenderungan awalnya mungkin adalah melakukan sesuatu yang bukan menyerang rintangan yang dihadapi. Akan tetapi jika rintangan itu terus menerus dan atau berulang, perilaku agresif mungkin meningkat intensitasnya.

Sementara Dollard (Sarwono, 2002) mengemukakan bahwa frustrasi akan memicu munculnya perilaku agresi dan individu yang mengalaminya akan memunculkan perilaku agresi. Kemudian Rini (2002) menyatakan salah satu masalah yang seringkali dialami oleh wanita bekerja adalah frustrasi, karena dalam pelaksaan perannya, salah satu peran yang dijalankan menghalangi perlaksanan peran lainnya. Menurut Katz & Kahn (Arinta & Azwar, 1993) kejadian sehari-hari dari dua atau lebih peran yang pemenuhan salah satu peran dapat menghasilkan

kesulitan atau menghalangi pemenuhan peran lain bagi seseorang semacam ini merupakan konflik peran ganda.

Sosialisasi peran ganda wanita Indonesia berlangsung melalui harapan bahwa wanita adalah pendamping suami, wanita adalah ibu yang bertanggung jawab terhadap kualitas pendidikan anak, wanita adalah manajer rumah tangga, wanita adalah pencari nafkah yang kedua, dan wanita adalah anggota masyarakat. Dengan waktu, tenaga, dan komitmen yang terbatas, mereka harus bisa menyeimbangkan peran mereka di tempat kerja dan di rumah. Hal ini menjadi prinsip sehari-hari, terutama bagi wanita menikah yang bekerja. Namun, sering didengar pernyataan dari mereka bahwa "tanganku ki mung loro", yang dalam bahasa Indonesia berarti "tangan saya hanya dua". Ungkapan ini bermakna bahwa mereka mempunyai keterbatasan tenaga, yang artinya bahwa dengan keterbatasan itu mereka mengalami konflik peran (Hardyastuti, 2001).

Dalam kehidupan masyarakat Indonesia, memainkan dua peran sekaligus menimbulkan konflik peran dalam diri individu. Hal ini disebabkan karena masih ada pandangan tradisional yang menyatakan bahwa seorang istri harus bertanggungjawab penuh terhadap keberesan rumah tangga, kesejahteraan suami dan anak-anaknya. Tidak peduli apakah isteri bekerja diluar rumah atau hanya sebagai ibu rumah tangga. Menurut hasil penelitian, konflik peran lebih banyak dirasakan oleh kaum wanita daripada lelaki (Hardyastuti, 2001). Sementara Budiman (Irvanus, 2002) menyatakan bahwa ada beberapa perempuan yang berperan ganda menerima keadaan untuk menjadi ibu rumah tangga dan sebagai wanita bekerja,

bahkan menerima peran yang diberikan sebagai sesuatu yang mulia dan harus dijunjung tinggi sehingga tidak menjadi konflik peran ganda.

Berbeda dengan kaum pria, pada wanita karier lebih-lebih yang telah menikah, seringkali terpaksa dihadapkan pada suatu dilemma ataupun konflik di dalam memilih peran. Disatu sisi wanita dituntut untuk menjadi ibu rumah tangga yang baik, yang selalu siap mengasuh dan melayani segala kebutuhan suami dan anak-anaknya. Disisi yang lain wanita juga dituntut untuk menjalankan pekerjaan sebagai wanita karier dengan baik. Dengan demikian wanita dihadapkan pada pilihan yang sulit, menjadi ibu rumah tangga yang baik atau menjadi wanita karier. Kondisi semacam ini akan dinamakan konflik peran ganda.

Kemudian Gibson (Widyasari, 1997) menyatakan konflik peran ganda akan terjadi ketika individu memainkan beberapa peran dan diantaranya memiliki harapan yang bertentangan atau salain menghalangi. Sementara Chaplin (2002) menyatakan bahwa adanya rintangan dan penggagalan untuk mencapai sesuatu dapat menyebabkan frustrasi. Frustrasi sendiri dinyatakan sebagai pengarah atau pencetus munculnya perilaku agresif.

Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa perilaku agresif yang muncul pada wanita berperan ganda dipicu atau didorong oleh adanya kemungkinan terjadinya frustasi. Frustasi yang menyebabkan munculnya perilaku agresif dapat terjadi jika ada sebuah rintangan. Wanita berperan ganda seringkali menemui rintangan atau hambatan dalam menjalankan perannya. Seperti diketahui, konflik peran ganda terjadi ketika satu peran yang dimainkan bertentangan atau menghalangi peran yang lain. Hal semacam ini terjadi karena adanya hambatan

maupun terkanan yang muncul dari lingkungan keluarga dan lingkungan kerja terhadap pelaksanaan tugas atau peran pada wanita berperan ganda.

Mengingat hal ini telah demikian merebak dalam kehidupan saat ini, dimana banyak wanita yang memainkan peran gandanya sebagai ibu rumah tangga dan sebagai wanita karier, maka rumusan pokok permasalahan penelitian ini adalah apakah ada hubungan konflik peran ganda dan perilaku agresif pada wanita karier?.

B. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan positif antara konflik peran ganda dengan perilaku agresif pada wanita karier.

C. Manfaat Penelitian

Di samping tujuan yang ingin dicapai, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara praktis dan teoritis.

1. Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dan memperkaya wawasan dalam bidang ilmu psikologi, khususnya psikologi sosial sebagai usaha menetapkan, menguji teori-teori tentang agresi dalam hubungannya dengan konflik peran ganda pada wanita karier.

2. Secara Praktis

a. Bagi wanita karier yang melakukan peran ganda agar dapat mengembangkan potensi-potensinya namun tidak meninggalkan kodrat kewanitaannya dan dapat menempatkan sebaik-baiknya apa yang menjadi prioritas tugasnya berdasarkan tempat dan waktu dimana dirinya berada, sehingga terwujud keserasian antara peran sebagai wanita karier dan sebagai ibu rumah tangga.

b. Bagi wanita karier yang mengalami konflik peran ganda agar supaya lebih mampu mengatasi ketidakmampuan dalam pembagian peran, sehingga tidak menimbulkan frustasi yang dapat memicu munculnya perilaku agresif.

c. Sebagai bahan pertimbangan untuk lebih mempertegas pilihan sebagai wanita karier atau sebagai ibu rumah tangga ataupun keduanya, sehingga dapat mengantisipasi konflik yang mungkin timbul dengan pilihan tersebut.

D. Keaslian Penelitian

Penelitian yang berhubungan dengan konflik peran ganda wanita karier yang sejenis yang pernah dilakukan antara lain adalah :

1. Penelitian Arinta yang dilakukan di Indonesia dengan judul Peran Jenis Androgini Dan Konflik Peran Ganda Pada Ibu Bekerja, pada tahun 2003. Subjek penelitian tersebut dilakukan terhadap karyawati PT. Telkom Kandatel Semarang dan Kandatel Yogyakarta. Dengan hasil penelitian yang diperoleh adalah wanita yang berperan ganda, semakin tinggi tingkat androginitas akan semakin rendah kemungkinan timbulnya konflik peran ganda dan sebaliknya.

2. Penelitian Diansari Everina yang dilakukan di Indonesia dengan judul Hubungan Antara Konflik Pada Wanita Peran Ganda Dengan Aspirasi Karier, pada tahun 2006. Subjek penelitian tersebut dilakukan terhadap wanita yang berumah tangga dan aktif bekerja pada Rumah Sakit Umum Kabupaten Belitung. Dengan hasil penelitian yang diperoleh ada hubungan negatif yang signifikan antara konflik pada wanita peran ganda dengan aspirasi karier.

3. Penelitian Ashari Vonna yang dilakukan di Indonesia dengan judul Hubungan Pemahaman Jender Dan Dukungan Suami Dengan Konflik Peran Ganda Pada Wanita Karier, pada tahun 2005. Subjek penelitian tersebut dilakukan terhadap yang wanita berumah tangga, memiliki anak dan aktif bekerja dikantor otoritas Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam di Batam. Dengan hasil penelitian yang diperoleh ada hubungan pemahaman jender dengan konflik peran ganda wanita dan ada hubungan dukungan suami dengan konflik peran ganda ditolak.

Berdasarkan uraian diatas maka penelitian ini dapat dikatakan orisinil dengan alasan dilihat dari:

1. Keaslian Topik

Banyak penelitian mengenai peran ganda wanita karier sebagai variabel bebas yang telah dilakukan dengan variabel tergantung yang berbeda. Penelitian ini menhubungankan konflik peran ganda dan perilaku agresif. Konflik peran ganda merupakan kejadian sehari-hari dari dua atau lebih peran, yang pemenuhan salah satu peran dapat menghasilkan kesulitan pemenuhan peran lain bagi seseorang. Sedangkan perilaku agresif adalah tindakan individu yang ditujukan

untuk melukai dan mencelakakan individu lain secara sengaja. Semakin tinggi konflik peran ganda, maka semakin tinggi perilaku agresif, dan sebaliknya. 2. Keaslian Teori

Teori yang digunakan dalam penelitian ini merupakan sintesa dari beberapa teori. Konflik peran ganda menggunakan beberapa teori dari Pareek, Kopelman dan Burley. Sedangkan perilaku agresif menggunakan beberapa teori dari Freud, Dollard & Miller, dan Berkowitz.

3. Keaslian Alat Ukur

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua macam skala yang dibuat sendiri oleh peneliti. Skala ini terdiri dari skala konflik peran ganda wanita karier dan skala perilaku agresif.

4. Keaslian Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini karakteristiknya adalah karyawati yang sudah menikah, minimal mempunyai satu anak, berusia 25 tahun - 45 tahun (yang merupakan usia produktif) dan masa kerja minimal dua tahun.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Perilaku Agresif 1. Pengertian Perilaku Agresif

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, agresi diartikan sebagai perasaan marah atau tindakan kasar akibat kekecewaan, kegagalan dalam mencapai pemuas atau tujuan yang dapat diarahkan kepada orang atau benda. Agresi merupakan konsep yang familiar tetapi nampaknya tidak mudah untuk mendefinisikannya. Aronson (Koeswara, 1988) mengemukakan agresi adalah tingkah laku yang dijalankan individu dengan maksud melukai atau mencelakakan individu lain dengan ataupun tanpa tujuan tertentu. Menurut Baron (Koeswara, 1988) agresi adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk melukai dan mecelakakan individu lain yang tidak menginginkan datanganya tingkah laku tersebut. Definisi agresi dari Baron ini mencakup empat faktor, tingkah laku, tujuan untuk melukai atau mencelakakan (termasuk mematikan atau membunuh), individu yang menjadi pelaku dan individu yang menjadi koban, dan ketidakinginan korban menerima tingkah laku pelaku.

Sementara itu Moore dan Fine (Koeswara, 1988) mendefinisikan agresi sebagai tingkah laku kekerasan secara fisik ataupun verbal terhadap individu lain atau terhadap objek-objek. Sejalan dengan Myers (Sarwono, 2002) menyatakan perilaku agresif adalah perilaku fisik atau lisan yang disengaja dengan maksud untuk menyakiti atau merugikan orang lain. Selain itu Atkinson (1983) menyatakan agresi

sebagai perilaku yang dimaksudkan untuk melukai orang lain (secara fisik maupun verbal) atau merusak harta benda.

Agresi (Agression) yaitu siksaan yang diarahkan secara sengaja dari berbagai bentuk kekerasan terhadap orang lain (Baron, 2005). Sedangkan Manstead dan Hewstone (Faturochman, 2006) menyatakan agresi merupakan segala bentuk perilaku yang disengaja terhadap makhluk lain dengan tujuan melukai dan pihak yang dilukai tersebut berusaha menghindarinya. Selain itu Breakwell (1998) mendefinisikan agresi secara tipikal sebagai bentuk perilaku yang dimaksudkan untuk menyakiti atau merugikan seseorang yang bertentangan dengan kemauan orang tersebut, berarti menyakiti orang lain secara sengaja, bukanlah agresi, apabila pihak yang dirugikan menghendaki hal tersebut terjadi.

Pendapat lain Chalpin (2002) mengartikan agresivitas adalah kecenderungan habitual (yang dibiasakan) untuk memancarkan permusuhan, pernyataan diri secara tegas, penonjolan diri, penuntutan atau pemaksaan diri, pengejaran penuh dengan semangat suatu cita-cita, dominasi sosial, khususnya secara ekstrem. Pola agresif dicirikan dengan tindakan atau sikap-sikap agresif yang bertujuan menghilangkan perasaan inferior, artinya yang terjadi adalah kompleks superioritas.

Sementara Sarason (Dayakisni, 2001) menyatakan agresi sebagai suatu serangan yang dilakukan oleh organisme terhadap organisme lain, objek lain, atau bahkan pada dirinya sendiri. Sejalan dengan Murray (Anshari, 1996) menyatakan agresi merupakan keinginan untuk menyerang atau melukai orang lain, memerangi, memfitnah, menghakimi, atau melangsungkan praktek kesadisan.

Berkowitz (Koeswara, 1988) menyatakan bahwa frustasi mengakibatkan terangsangnya suatu dorongan yang tujuan utamanya adalah menyakiti beberapa orang atau objek, terutama yang dipersepsikan sebagai penyebab frustasi. Selain itu Berkowitz membedakan agresi ke dalam dua macam agresi, yakni agresi instrumental (instrumental aggression) dan agresi benci (hostile aggression) atau disebut juga agresi impulsive (impulsive aggression). Yang dimaksud dengan agresi instrumental adalah agresi yang dilakukan oleh organisme atau individu sebagai alat atau cara untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan agresi benci atau agresi impulsif adalah agresi yang dilakukan semata-mata sebagai pelampiasan keinginan untuk melukai atau menyakiti, atau agresi tanpa tujuan.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa perilaku agresif merupakan

Dokumen terkait