• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Perilaku Anak ADHD di dalam kelas dan di luar kelas di RA AL-Hilal 02

Ketika peneliti memulai untuk mengamati anak yang ada di dalam kelas, terlihat jelas ada dua anak yang berlari-lari dan keluar masuk kelas tidak seperti anak normal lainnya dan sering menggoyang-goyangkan kaki di bangku, memukul-mukul meja, mengganggu teman di sekitarnya. Hal ini membuat guru untuk selalu mengunci kelas dan gerbang agar tidak terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan. Selain itu juga guru memberikan penanganan lebih untuk dua anak tersebut, karena memiliki aktivitas yang berlebihan dan daya konsentrasi yang rendah. Komunikasi siswa juga belum sepenuhnya baik karena jika anak menginginkan sesuatu harus berteriak-teriak dan sering marah jika keinginannya tidak terpenuhi (CL-2).

Peneliti mencoba untuk melakukan wawancara kepada guru kelas A dan B, agar mendapatkan informasi lebih jelasnya mengenai kedua

49

siswa tersebut. Kedua anak tersebut bernama Rw dan Zk, Rw di kelas A I dan Zk terdapat di kelas B I.

Menurut ibu guru Yl “Rw adalah anak ADHD yang memiliki ciri-ciri lebih banyak aktivitas dari anak normal lainnya, sering keluar masuk kelas, mengganggu teman-temannya, naik ke atas meja dan sulit untuk diajak belajar, tidak menempatkan barang-barangnya pada tempatnya, sering meninggalkan pensil dan buku di sekolah karena lupa, sehingga butuh penanganan khusus bagi Rw agar selalu dalam pengawasan guru kelas maupun guru-guru di sekolah. Metode yang digunakan dalam pembelajaran kepada Rw berbeda dengan anak lainnya seperti modifikasi yang diberikan berupa pembedaan media belajar, penyederhanaan bahasa, tugas dan penambahan waktu dan sesuai dengan pelayanan IEP yang telah dibuat.(CW-2)”

Sedangkan menurut ibu guru kelas B I “ Zk adalah anak ADHD yang cenderung aktif naik ke atas meja, mengumpat di kolong bangku ketika belajar, tidak bisa duduk dengan tenang, menggoyang-goyangkan kaki ketika sedang duduk di meja, mengganggu temannya, dan kurang berkonsentrasi ketika sedang belajar. Sama halnya dengan Rw yang berada di kelas A I. (CW-3)”

Hasil observasi yang telah dilakukan oleh peneliti didukung dengan dokumentasi perilaku anak ADHD yang sedang berada di dalam kelas, dapat dilihat pada gambar. (CD4.1), (CD4.2), (CD4.3)

50 CD4.1

Perilaku Rw ketika di dalam kelas

CD4.2

Perilaku anak Rw ketika di dalam kelas

CD4.3

Perilaku Rw dan Zk ketika melakukan shalat di dalam kelas

2) Perilaku anak ADHD di luar kelas

Pada saat bel istirahat berbunyi, Rw dan Zk lebih cepat untuk keluar kelas tanpa berdoa sebelum makan terlebih dahulu, mereka meninggalkan kelas hanya untuk mengambil lego dan mainan yang sudah tersedia di sekolah. Namun guru selalu membiasakan siswanya

51

untuk berdoa sebelum makan, sehingga kedua anak ADHD tersebut dinasehati untuk masuk ke kelas kembali.(CL-2)

Untuk memperkuat mengenai anak ADHD yaitu Rw dan Zk peneliti mendatangi rumah kedua anak tersebut, untuk mewawancarai bagaimana tingkah laku Rw dan Zk di rumah, berikut wawancara peneliti dengan orang tua Rw.

”Sebenarnya saya sudah mengetahui bahwa anak saya itu hiperaktif dan beda dari anak yang lainnya, ayahnya juga pernah bermaksud untuk terapi Rw, namun karena biaya jadi belum bisa bawa Rw untuk terapi. Mengenai tingkah laku, Rw itu sedikit memiliki teman karena sering menjahili dan membuat ulah, dan kalau main tidak mau pulang pasti harus dijemput. Kalau di rumah sering sekali Rw memainkan mainannya tetapi dia tidak mau membereskannya kembali, padahal saya sudah sering kasih tau. Ketika Rw marah pasti dia membanting-bantingkan benda yang ada di sekitarnya, saat itu saya menasehatinya dengan lembut tetapi dia melakukannya kembali. Kalau di sekolah saya sering dipanggil oleh gurunya, padahal saya sedang hamil besar. Guru kelasnya sangat baik dan sabar, memberikan arahan, memberikan pengawasan yang lebih, Rw sering ditempatkan di depan kelas agar tidak mengganggu teman-temannya. Sistem layanan pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus di sekolah sudah sedikit banyaknya membantu perkembangan anak saya, namun masih saja guru kesulitan untuk memberikan penanganan bagi anak saya ketika pembelajaran di kelas sedang berlangsung, alasan yang jelas karena guru pendamping tidak tetap di setiap kelas, hal ini menjadikan guru kebingungan dalam mengatur mana yang harus diprioritaskan. Adapun penanganan yang saya berikan di rumah kepada Rw dengan memberikan hukuman agar tidak bermain dalam beberapa jam, jika dia tidak menuruti perintah dari saya dan ayahnya dan selalu memberikan informasi kepada guru

52

tentang kegiatan apa saja yang dilakukan Rw ketika di rumah.(CW-4)”

Berikut ini hasil wawancara peneliti dengan orang tua Zk.

“Kalau Zk di sekolah sering jahilin teman-temannya, jadi saya sering dipanggil oleh gurunya. Tetapi untuk saat ini Zk sedang terapi untuk menghilangkan sedikit demi sedikit aktivitas dan meluapkan emosinya dengan baik.(CW-5)”

Setelah itu, peneliti menanyakan kembali kepada kedua orang tua Rw dan Zk, perihal apa alasan orang tua menyekolahkan anaknya di RA Al-Hilal 02 Cikarang Utara, dan bagaimana interaksi kedua anak ADHD di lingkungan rumah dan sekolah, serta masalah apa saja yang ibu bapak ketahui mengenai anaknya dalam proses kegiatan pembelajaran. Berikut ini hasil dari perbincangan peneliti dengan orang tua Rw.

“Alasan saya menyekolahkan Rw, karena sekolahnya dekat dengan rumah saya dan mudah untuk menjemputnya jika terjadi sesuatu kepada anak saya. Sekolah meberikan pelayanan pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus, terutama bagi anak saya yang memiliki ADHD sehingga saya cukup tenang ketika anak saya berada di sekolah. Namun perilaku Rw kadang membuat saya harus datang ke sekolah karena Rw menggigit temannya atau membuat teman-temannya menangis. Saya tahu bahwa anak saya sulit diajarkan untuk belajar karena di rumah juga sama, tetapi menurut saya yang penting adalah anak saya harus bisa sekolah seperti anak lainnya. Kalau untuk berteman dia hanya memiliki beberapa teman saya itupun tidak dekat, karena sering diganggu sama Rw.(CW-4)”

Setelah mendapatkan jawaban dari orang tua Rw, peneliti langsung mewawancarai orang tua Zk dengan pertanyaan yang sama. Berikut ini hasil dari perbincangan peneliti dengan orang tua Zk.

“Alasan saya menyekolahkan anak saya karena sekolahnya bagus dan banyak anak teman saya yang sekolah di RA Al-Hilal dan di RA

53

Al-Hilal juga menyediakan program IEP untuk anak yang berkebutuhan khusus, sehingga meyakinkan saya untuk menyekolahkan anak saya di RA Al-Hilal. Kegiatan belajar Zk sangat sulit sekali terkadang saya kasih mainan dulu baru mau belajar itu pun mudah bosen, jadi saya sudah tidak asing lagi jika mendengar guru bahwa anak saya sulit untuk belajar. Anak saya sering bertengkar di sekolah, anak saya juga sulit untuk diajak belajar, menjahili teman-temannya, tidak pernah mau membereskan mainannya, sering menangis, dan tidak bisa diam ketika di rumah. Teman-teman Zk itu pada takut karena Zk terkadang jahil sama temannya, misalnya mengambil barang temannya tetapi nantinya dikembalikan lagi, membuang buku temannya. Oleh karena itu dia dijauhi sama teman-temannya karena kejahilannya.(CW-5)”

Setelah itu, peneliti merasa sudah cukup banyak mendapatan informasi mengenai Rw dan Zk, peneliti sangat berterima kasih kepada kedua orang tua Rw dan Zk.

b. Faktor-faktor yang menyebabkan anak ADHD dan kesulitan yang

dialami guru dalam penanganan anak ADHD di RA Al-Hilal 02 Cikarang Utara

Hasil yang didapat dari peneliti adalah ketika peneliti melakukan pengamatan di dalam kelas, peneliti melihat anak dengan ciri ADHD, ketika jam istirahat tiba anak tersebut langsung tergesa-gesa untuk mengambil makanan yang dimilikinya berupa nasi dan telur, dengan lahapnya ia makan setelah habis ia langsung menaik ke atas meja, mengumpat di kolong meja, lari-lari, melempar-lempar buku, dan sering mengganggu teman-temannya yang sedang asik bermain, sehingga sulit untuk dikendalikan.(CL-3)

Hasil penelitian tersebut diperoleh dengan cara mewawancarai guru mengenai apa saja faktor yang menyebabkan anak menjadi hiperaktif dan apa saja kesulitan yang dialami guru dalam penanganan anak ADHD.

54

Hasil wawancara dengan kepala sekolah, bu Yl dan bu Rb. Berikut ini hasil dari wawancara peneliti dengan kepala sekolah.

“Sebelum masuk ke sekolah biasanya kita memberikan formulir mengenai biodata anak, riwayat penyakit, menanyai perilaku anak kepada orang tua, latar belakangnya seperti apa, jika sudah mengetahui bahwa anak itu ADHD, baru saya dan guru lain merundingkan kira-kira apa saja tuh faktor-faktor anak ADHD. Faktor-faktor pada anak ADHD yang saya pelajari sih biasanya dari keturunan/ genetik, dan lingkungan ketika ibunya sedang hamil, makanan dan bisa juga cedera pada bagian otak. Selanjutnya penanganan yang saya dan guru-guru lain berikan dengan cara membuat pelayanan IEP dan memberikan penanganan khusus salah satunya mengurangi makanan yang membuat anak semakin aktif di sekolah.

(CW-1)”

Selanjutnya pernyataan dari bu Yl.“Saya sering kesulitan ketika anak ADHD memakan-makanan yang terlalu banyak mengandung karbohidrat, gula, cokelat dan makanan lain yang membuat anak ADHD semakin aktif. Karena sebanarnya itu adalah salah satu faktor yang menyebabkan anak semakin aktif, bisa juga karena genetik, dan bisa juga karena lingkungan yang membuat anak ADHD.

Ketika ia memakan-makanan yang terlalu banyak gula dan makanan manis lainnya saya semakin kesulitan untuk penanganannya, misalnya ada anak yang menangis di kelas, namun Rw membuat masalah seperti mencari-cari kunci agar bisa keluar kelas, menaik-naik meja, mengganggu temannya padahal guru pendamping sudah sangat membantu, tetapi jika sedikit tidak memperhatikannya pasti ada saja ulah yang dilakukan. Hal yang saya lakukan sekarang adalah menyimpan konci kelas di saku saya, sementara meja dan bangku disimpan di gudang, sehingga anak duduk di karpet dan Rw tetap duduk paling depan, agar berjalannya proses pembelajaran dengan baik, dan guru pendamping memberikan pengawasan lebih kepada Rw di dalam maupun di luar kelas, mengalihkan

55

pembelajaran dengan cara bercerita, bernyanyi, bermain melatih otak dan memberikan pelayanan sesuai deng IEP yang dibuat.(CW-2)”

Penjelasan di atas dilakukan dengan dokumentasi yang dilakukan dengan peneliti, pada saat jam istirahat, dapat dilihat pada gambar (CD4.4)

CD4.4 Rw setelah memakan-makanan

yang mengandung banyak gula semakin aktif dalam beraktivitas.

Sedangkan faktor-faktor yang menyebabkan anak menjadi ADHD serta kesulitan apa saja yang dialami juga diucapkan oleh bu Rb sebagai guru utama Zk yaitu.

“Faktor yang menyebabkan anak ADHD salah satunya adalah dilihat dari keturunan, berlebihnya makanan yang manis pada saat hamil, dan faktor lingkungan. Dalam penanganan anak di saat jam pelajaran pasti ada aja kesulitannya, cuma yang dialami Zk sebagai anak ADHD di kelas B I yaitu sering mencoba untuk keluar kelas pada saat jam pembelajaran berlangsung, lari-larian tidak melihat kondisi dan situasi, menaik meja dan gebrak-gebrak meja. Contoh lainnya misalnya ketika dalam pembelajaran guru sedang menjelaskan tema hari ini, di saat yang lain memperhatikan guru, Zk malah berlari-lari bahkan sering mengganggu teman-temannya,

56

menginginkan sesuatu dengan cara berteriak dan jika tidak dituruti maka anak akan marah. Ketika jam istirahat berlangsung dan para guru lupa mengunci gerbang utama, Zk keluar sekolah pergi untuk jajan sambil lari-lari. Hal ini menyulitkan saya dan guru lainnya untuk mengejar Zk, yang seharusnya guru-guru istirahat tetapi Zk membutuhkan perhatian lebih dari para guru-guru. Dalam penanganan anak ADHD saya sering memberikan hukuman kecil seperti membersihkan sampah yang ada di dalam kelas dan memberikan gambar sedih di papan tulis, agar anak tidak mau melakukan kesalahan lagi.(CW-3)”

peneliti mendatangi rumah Rw dan Zk, untuk mewawancarai mengenai apa saja faktor yang menyebabkan anaknya ADHD, berikut wawancara peneliti dengan orang tua Rw.

“Sebenarnya Rw itu ADHD, karena keturunan dari ayahnya yang memiliki riwayat ADHD, jadi pas saya mengetahui anak saya hiperaktif saya sempat khawatir tetapi lama kelamaan saya menerimanya dan memberi pengawasan lebih.(CW-4)”

Sedangkan menurut pengakuan orantua Zk mengenai apa saja faktor yang menyebabkan anaknya ADHD, sebagai berikut wawancara peneliti dengan orangtua Zk.

“Dulu waktu saya hamil, saya suka sekali dengan yang manis-manis. Ditambah lagi ayahnya dulu masih kecil terkenal dengan anak ADHD dan aktif, jadi saya sekarang menyadari bahwa anak saya ADHD dan sekarang sedang menjalani terapi.(CW-5)

c. Peran guru dalam penanganan anak ADHD di kelas A I dan B I di RA Al-Hilal 02 Cikarang Utara

Guru merupakan sumber belajar bagi siswa, sehingga guru dituntut untuk dapat memberikan strategi yang tepat bagi siswa/ siswinya dalam kegiatan pembelajaran di dalam kelas maupun di luar kelas. Hal ini bertujuan agar tercapainya siswa-siswi yang kreatif, inovatif, cerdas, serta tumbuh kembang anak berjalan secara optimal. Guru juga harus memiliki

57

sifat penyayang, sabar, dan tidak membeda-bedakan anak ADHD dan anak normal lainnya

Pada saat peneliti melakukan pengamatan di kelas A I dan B I, guru memulai pembelajaran dengan tema Diri Sendiri, sub tema Aku dan Panca Indra. Dimulai dari berbaris, bernyanyi sesuai tema yang akan dilaksanakan, berdo‟a dan masuk ke dalam kelas. Ketika di dalam kelas, anak dibiasakan untuk membaca iqro, bernyanyi kembali, dan bertepuk tangan dengan harapan agar membangkitkan semangat anak dalam belajar. Cara guru dalam menyampaikan pembelajaran dengan cara memberi kesempatan anak untuk maju ke depan kelas satu persatu, bernyanyi dengan menggerakan anggota tubuh, dan senam otak. Setiap kelas ada satu guru, namun ada guru pendamping yang datang ketika guru utama membutuhkan bantuan, karena setiap kelas ada saja kesulitan yang terjadi ketika menghadapi anak-anak dalam proses pembelajaran berlangsung. Selesai membaca iqro, anak-anak diminta untuk bernyanyi sambil berdiri, namun ada satu anak yang memilih untuk berlari-lari, dengan semangatnya dia berlari sehingga menabrak temannya hingga terjatuh dan menangis, bu Yl sebagai guru utama Rw langsung menghampiri Rw dan mendekapnya, lalu bu Yl meminta bantuan kepada guru pendamping yaitu bu Lami untuk menenangkan temannya yang terjatuh karena Rw Anak yang mengalami ADHD.(CL-3)

Hal ini dikuatkan dari hasil wawancara peneliti dengan bu Yl, selaku guru utama di kelas A I menjelaskan bahwa :

“Di RA Al-Hilal 02 Cikarang Utara terdapat dua anak yang memiliki ADHD, yaitu Rw dan Zk. Kalau di kelas sering lari-lari dan tidak bisa diam, terkadang juga mengganggu teman-temannya apalagi kalau baca iqro, karena membacanya di lantai jadi duduk dan kakinya sering diangkat-angkat ke atas meja dan sering juga masuk ke kolong meja. Hal ini menjadikan saya memberikan perhatian khusus bagi anak yang mengalami ADHD, terutama untuk Rw sebagai anak siswa saya di kelas A I. Pada saat kelas mulai tidak kondusif biasanya saya melakukan aktivitas

58

dengan bernyanyi sambil menggerakan tubuh dan senam otak, tujuannya agar anak konsentrasinya kembali lagi kepada saya.(CW-2)”

Pengamatan yang dilakukan peneliti selanjutnya dilakukan di kelas B I yaitu Zk sebagai anak ADHD dan bu Rb sebagai guru utama. Peneliti memulai pengamatan dari mulai baris-berbaris, bernyanyi sesuai tema yang akan dilaksanakan, berdo‟a dan masuk ke dalam kelas. Ketika di dalam kelas, anak dibiasakan untuk membaca iqro, bernyanyi kembali, dan bertepuk tangan dengan harapan agar membangkitkan semangat anak dalam belajar. Selanjutnya guru meminta anak untuk maju ke depan, menyebutkan nama-nama anggota tubuh yang ada di papan tulis. Saat itu Zk mengangkat tangan berharap bisa maju ke depan, setelah Zk di depan kelas guru meminta Zk untuk menyebutkan gambar yang ada di papan tulis, namun Zk malah pergi dan memilih untuk mengganggu teman-temannya, padahal Zk belum sempat untuk menyebutkan apa yang telah diperintahkan guru. Hal ini membuat guru kebingungan dan memerintahkan Zk untuk duduk kembali di depan kelas samping meja guru.(CL-4)(CD4.5)(CD4.6)

CD4.5

59 CD4.6

Penempatan duduk Rk di depan kelas di samping meja guru

Peneliti melihat Rw dan Zk duduk di bangku paling depan, harapan guru supaya dapat memberikan penanganan khusus bagi anak ADHD di kelas, tidak mengganggu teman-temannya, dapat berkonsentrasi dengan baik, memperhatikan guru ketika sedang berbicara, memudahkan guru dalam penanganan dan mengawasi anak ADHD di dalam kelas.(CL-4)

Hal ini dibenarkan oleh ibu Rb sebagai guru kelas B I, ia mengungkapkan bahwa:

“Ketika Zk duduk di depan kelas samping saya, itu merupakan penanganan yang mudah bagi saya, ketika terjadi apa-apa dengan Zk. Biasanya sebelum memulai pembelajaran, saya memberikan perjanjian untuk anak yang mau maju ke depan kelas, tidak bertengkar, tidak menangis, tidak lari-larian, dan berani mencoba melakukan sesuatu dengan itu saya memberikan gambar smile di papan tulis, tapi jika sebaliknya saya memberikan gambar sad di papan tulis beserta nama anak. Penanganan selanjutnya biasanya saya sering memberikan aktivitas senam otak pada anak ADHD ketika kelas sedang tidak kondusif atau anak ADHD selalu membuat ulah kepada anak-anak lainnya. Misalnya menggunakan program IEP dengan metode bernyanyi dengan gerakan, bertepuk, dan senam otak. (CW-3).”

60

Peneliti sering melihat guru sedang menasehati Rw dan Zk ketika kondisi kelas sedang kondusif dan kedua anak terlihat mendengarkan dan diam dalam waktu tersebut, meski pun tidak lama kemudian kedua anak tersebut berjalan-jalan lagi. Ketika kelas tidak kondusif peneliti melihat guru mengalihkan pembelajaran dengan bertepuk tangan, bernyanyi dengan gerakan, bercerita, menggambar.(CL-4)

Hal ini juga dibenarkan oleh bu Yl dan bu Rb selaku guru kelas A I dan B I, melalui wawancara beliau mengungkapkan pada peneliti bahwa:

“Cara kita dalam penanganan anak ADHD adalah memberikan pengarahan pada saat anak sedang tenang dan sudah capek, memeluk anak ketika sedang menangis sambil memberikan nasehat secara pelan-pelan, sehingga sedikit demi sedikit anak mendengarkan apa yang guru katakan, meskipun tak lama kemudian anak berjalan-jalan lagi. Dan ketika kelas tidak kondusif, saya mengalihkan pembelajaran dengan bertepuk tangan, menyanyikan lagu dengan gerakan, bercerita, terkadang juga saya berikan anak untuk menggambar bebas. Satu lagi adalah saya sering menjauhkan anak ADHD dari benda-benda di dalam kelas yang membuat menarik perhatiannya seperti mainan, gunting, rautan dan lain-lain. Selain itu juga bekal yang dibawa oleh anak ADHD tidak boleh membawa makanan yang manis-manis, seperti coklat karena dapat mengundang anak semakin aktif dan tidak dapat berkonsentrasi dalam belajar, menjauhkan anak-anak dari jendela sehingga tidak mengganggu anak ADHD dalam proses pembelajaran berlangsung. Beberapa aspek perkembangan anak, saya terapkan jika waktunya mencukupi. Yang terakhir adalah mengalihkan anak ketika tidak kondusif dengan cara bernyanyi, bertepuk, bermain senam otak dan yang berhubungan dengan gerak (CW-2), (CW-3), (CD4.7), (CD4.8), (CD4.9), (CD4.10).”

61 CD4.7

Penanganan guru ketika Zk naik ke atas meja sambil menasehati dengan sabar

CD4.8

62 CD4.9

Wawancara dengan bu Rb sebagai wali kelas Zk

CD4.10

Foto bersama bu Yl, bu Rb dan bu lami sebagai guru pendamping

Berdasarkan hasil wawancara, observasi dan dokumentasi yang telah peneliti dapatkan bahwa, setiap anak ADHD sebaiknya ditempatkan di depan kelas, sehingga guru dapat penanganan dan mengawasi anak ADHD secara mudah. Selanjutnya adalah penanganan anak ADHD dengan memberikan pengarahan pada saat anak sedang tenang dan sudah capek, memeluk anak ketika sedang menangis atau memberontak sambil memberikan nasehat secara pelan-pelan, sehingga sedikit demi sedikit anak mendengarkan apa yang guru katakan.

63

Peneliti melihat program IEP untuk anak ADHD di RA Al-Hilal dengan cara melakukan banyak aktivitas seperti bernyanyi menggunakan gerakan, menggambar, bertepuk tangan, dan senam otak, menempatkan anak duduk dipaling depan.(CL-5) Anak ADHD jika di dalam kelas atau dalam aktivitas proses belajar pembelajaran berlangsung, sebaiknya dijauhkan dari benda-benda yang menarik perhatian anak ADHD seperti mainan, gunting, rautan, dan dijauhkan dari jendela yang membuat konsentrasi anak ADHD berkurang. Selanjutnya peneliti menanyakan kepada guru, mengenai guru sebagai sumber belajar, fasilitator, pengelola, demonstrator, guru sebagai pembimbing, motivator, dan evaluator. Pertanyaan ini dijawab oleh bu Rb dan bu Yl.

“Mengenai peran guru di sekolah, saya menyampaikan ilmu pengetahuan sesuai dengan usia dan kemampuan anak dengan bernyanyi menggunakan gerakan, bertepuk, menggambar, sholat dhuha, senam otak,

Dokumen terkait