• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN GURU DALAM PENANGANAN ANAK ATTENTION DEFICIT AND HYPERACTIVITY DISORDER USIA 5-6 TAHUN. (Studi Kasus di RA Al-Hilal 02 Cikarang Utara) SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERAN GURU DALAM PENANGANAN ANAK ATTENTION DEFICIT AND HYPERACTIVITY DISORDER USIA 5-6 TAHUN. (Studi Kasus di RA Al-Hilal 02 Cikarang Utara) SKRIPSI"

Copied!
130
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN GURU DALAM PENANGANAN ANAK ATTENTION DEFICIT AND HYPERACTIVITY DISORDER

USIA 5-6 TAHUN

(Studi Kasus di RA Al-Hilal 02 Cikarang Utara) SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh :

SILVIA RAHMANI 11150184000010

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2021

(2)

Lembar Pengesahan Sidang Skripsi

Skripsi yang berjudul “Peran Guru dalam Penanganan Anak Attention Deficit And Hyperactivity Disorder Usia 5-6 Tahun di RA A-Hilal 02 Cikarang Utara” yang disusun oleh Silvia Rahmani dengan NIM 11150184000010. Program Studi Pendidikan Islam Anak Usia Dini, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, telah melalui bimbingan dan dinyatakan sebagai karya ilmiah yang berhak untuk dijadikan pada siding munaqosah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.

Jakarta, 22 Januari 2021

Yang Mengesahkan Dosen Pembimbing 1

Dr. Siti Khadijah, MA NIP.197007271997032004

(3)
(4)
(5)

i ABSTRAK

PERAN GURU DALAM PENANGANAN ANAK ATTENTION DEFICIT AND HYPERACTIVITY DISORDER

USIA 5-6 TAHUN

(Studi Kasus di RA Al-Hilal 02 Cikarang Utara)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku anak ADHD di kelas dan di luar kelas, serta mengetahui peran guru dalam penanganan anak ADHD di RA Al-Hilal 02 Cikarang Utara. ADHD merupakan gangguan perkembangan yang memiliki pola inattention pada tingkat maladaptif, aktivitas yang berlebihan dan impulsif. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus deskriptif. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil Penelitian ini menunjukan bahwa 1) Perilaku anak ADHD cenderung aktif, tidak bisa belajar dengan tenang dan sering mengganggu teman-teman lainnya 2) Peran guru dalam penanganan anak ADHD di kelas dan di luar kelas dengan cara, menempatkan anak duduk di depan kelas, memberikan kesempatan anak untuk melakukan aktivitasnya, memperhatikan pola makan, memberikan peraturan yang membuat anak mentaatinya, mengurangi tingkah laku yang tidak diinginkan dengan cara brain gym, back in control, lingkungan dan memberikan program IEP.

Kata Kunci : Anak Attention Deficit Hyperactivity Disorder, Peran Guru dalam Penanganan Anak ADHD

(6)

ii

ABSTRACT

THE TEACHER'S ROLE IN HANDLING CHILDREN ATTENTION DEFICIT AND HYPERACTIVITY DISORDER

AGE 5-6 YEARS

(Case Study at RA Al-Hilal 02 Cikarang Utara)

This study aims to determine the behavior of ADHD children in class and outside the classroom, as well as to determine the role of teachers in dealing with ADHD children in RA Al-Hilal 02 Cikarang Utara. ADHD is a developmental disorder that has a pattern of attention at the maladaptive level, excessive activity and impulsivity. This study used a qualitative approach with descriptive case study research. Data collection techniques in this study were carried out by observation, interview and documentation methods. The results of this study indicate that 1) the attitudes of ADHD children tend to be active, they cannot study calmly and often disturb other friends 2) The role of teachers in dealing with ADHD children in class and outside the classroom by placing children sitting in front of the class, providing the opportunity for children to do their activities, pay attention to diet, provide rules that make children obey them, reduce unwanted behavior by brain gym, back in control, environment, and provide the IEP program.

Keywords: Children Attention Deficit Hyperactivity Disorder, The Role of Teachers in Handling Children with ADHD

(7)

iii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt, karena berkat rahmat dan juga karunianya penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peran Guru dalam Penanganan Anak Attention Deficit and Hyperactivity Disorder Usia 5-6 Tahun Di RA Al-Hilal 02 Cikarang Utara Tahun 2019/ 2020”. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad Saw, kepada keluarganya, para sahabat, serta pengikutnya sehingga akhir zaman. Adapun penulisan skripsi ini dibuat dengan tujuan dan pemanfaatnya ini telah saya usahakan semaksimal mungkin dan tentunya penulis banyak menerima bimbingan, saran, petunjuk dan masukan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis banyak terima kasih kepada semua pihak, khususnya:

1. Dr. Sururin, M.Ag. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Siti Khadijah, MA, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Islam Anak Usia Dini Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Serta selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang tiada henti memberikan semangat dan arahan dalam proses penyusunan skripsi.

3. Miratul Hayati, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan selama proses perkuliahan, serta memberikan motivasi untuk terus belajar.

4. Segenap Dosen Jurusan Pendidikan Islam Anak Usia Dini yang telah memberikan ilmunya kepada penulis.

5. Kepala Sekolah RA Al-Hilal 02 Cikarang Utara, beserta guru dan anak didik yang telah membantu pengambilan data dalam penyusunan skripsi ini.

6. Terima kasih banyak kepada kedua orang tua tercinta Ayahanda Kusmanto dan Ibunda Nunung Nurjanah, atas segala do‟a dan pengorbanannya yang telah sabar dalam mendidik anaknya hingga saat ini.

7. Kepada kakak dan adikku tersayang, A Ari, Ibu Nurlaela, Riva, Rindi, Erfan, Dila dan Indah terima kasih telah banyak berkorban demi saya, memberikan doa,

(8)

iv

semangat juang, dukungan baik moril maupun materi, kasih sayang yang tak pernah ternilai harganya, sehingga saya bisa menjadi sarjana hingga saat ini.

8. Seluruh teman-teman distrik PIAUD Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mendukung dan memberikan semangat dalam proses menyusun skripsi ini.

9. Serta untuk semua pihak yang berjasa pada penulis baik yang disadari ataupun yang tidak disadari, sehingga penulis dapat menyelesaikan kuliah dan skripsi ini dengan baik.

Namun tidak lepas dari semua itu, penulis menyadari bahwa sepenuhnya ada kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa maupun dari segi lainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada dan dengan hati terbuka penulis membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin memberikan saran dan kritik kepada penulis, sehingga penulis dapat meningkatkannya kualitas penulisan dan penyusunan skripsi ini dengan baik, sekaligus ke depannya dapat menambah pengetahuan dan wawasan penulis dalam membuat karya ilmiah lainnya.

Jakarta, 22 Januari 2021

(9)

v DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

BAB IPENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 2

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah ... 7

D. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Teori ... 6

1. Peran Guru ... 6

2. Pengertian ADHD (Attention Deficit and Hyperactivity Disorder) ... 10

3. Faktor-Faktor Penyebab Anak Attention Deficit Hyperactivity Disorder 12 4. Tipe-tipe Perilaku pada Anak ADHD ... 14

5. Ciri - Ciri Perilaku Anak ADHD ... 17

6. Penanganan Bagi Anak ADHD ... 18

7. Peran Guru dalam Penanganan Anak ADHD ... 19

B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 23

BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 28

B. Latar Penelitian ... 29

C. Metode Penelitian ... 29

D. Prosedur Pengumpulan dan Pengelolaan Data ... 30

(10)

vi

F. Analisis Data ... 36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data... 40

1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 40

2. Deskripsi Subjek Penelitian ... 47

B. Analisis Data ... 66

1. Perilaku Anak ADHD di dalam kelas dan di luar kelas di RA AL-Hilal 02 Cikarang Utara ... 66

2. Faktor-faktor yang menyebabkan anak ADHD di RA Al-Hilal 02 Cikarang Utara. ... 71

3. Peran guru dalam penanganan anak ADHD di kelas A I dan B I di RA Al-Hilal 02 Cikarang Utara ... 73

C. Temuan Penelitian ... 77

1. Perilaku Anak ADHD di RA AL-Hilal 02 Cikarang Utara ... 77

2. Faktor-faktor Anak ADHD di RA Al-Hilal 02 Cikarang Utara ... 78

3. Peran guru dalam penanganan anak ADHD di RA Al-Hilal 02 Cikarang Utara ... 78 D. Keterbatasaan Penelitian ... 79 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 81 B. Saran ... 82 DAFTAR PUSTAKA ... 83

(11)

vii DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Rincian Kegiatan Penelitian 29

Tabel 3.2 Pedoman Observasi 32

Tabel 3.3 Pedoman Wawancara 35

Tabel 3.4 Analisis Data 38

Tabel 4.1 Keadaan Gedung RA Al-Hilal 02 Cikarang Utara 38

Tabel 4.2 Pengelompokan Rentang Usia 39

Tabel 4.3 Prasarana di RA Al-Hilal 02 Cikarang Utara 40 Tabel 4.4 Struktur Organisasi RA Al-Hilal 02 Cikarang Utara 42 Tabel 4.5 Jumlah siswa data empat tahun terakhir 44 Tabel 4.6 Jumlah siswa data empat tahun terakhir 44

(12)

2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Usia dini merupakan usia yang tepat untuk diberikan berbagai berbagai stimulasi untuk bekal dikehidupan selanjutnya. Semenjak manusia dilahirkan dari rahim ibunya sampai ia dapat hidup mandiri memerlukan waktu yang sangat panjang dibanding dengan makhluk hidup lainnya.1Anak usia dini adalah individu yang unik dan memiliki karakteristik yang berbeda sesuai dengan tahap usianya, mereka memiliki keunggulan baik dalam pengetahuan, keterampilan maupun perilaku. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun pada masa tersebut sering disebut dengan masa emas perkembangan, di samping itu juga sangat menentukan dalam membentuk seluruh aspek perkembangan yang dimilikinya dan masih memerlukan bimbingan dari orangtua, guru, dan lingkungan sekitarnya. Dalam undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I, pasal I, ayat 14 ditegaskan bahwa “Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditunjukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut”.2

Berdasarkan uraian di atas bahwa orangtua, guru, lingkungan dan orang dewasa lainnya sangat berperan penting dalam memperhatikan karakteristik tumbuh kembang anak mulai dari fisik motorik maupun kognitif anak, sehingga tumbuh kembang anak dapat berkembang dengan baik. Catron dan Allen berpendapat bahwa keberhasilan guru yang sebenarnya menekankan pada tiga

1 Ika Budi Maryatun, “Peran Pendidik PAUD Dalam Membangun Karakter Anak”,

JurnalPendidik Anak. Vol. 5, 2016, hal. 747.

2 Yuliani Nurani Sujiono, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini ( Jakarta: Indeks,

(13)

3

kualitas dan Perilaku utama, yaitu: (1) guru yang memberikan fasilitas untuk perkembangan anak menjadi manusia seutuhnya, (2) Membuat suatu pelajaran menjadi berharga dengan menerima perasaan anak-anak dan keperibadian, dan percaya bahwa yang lain dasarnya layak dipercaya membantu menciptakan suasana belajar, dan (3) mengembangkan pemahaman empati bagi guru yang peka/ sensitif untuk mengenal perasaan anak-anak di dunia.3

Pendidikan anak usia dini merupakan penjabaran dari sebuah pendidikan yang bermula dari seluruh Negara di dunia ini yang dalam bahasa inggrisnya disebut dengan early childhood education (ECD). Menu generik menjabarkan pendidikan anak usia dini (PAUD) merupakan suatu upaya pembinaan yang ditunjukan kepada anak sejak dini yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan dasar dan kehidupan tahap selanjutnya.4Pendidikan anak usia dini sebagai tempat proses bembinaan anak, dimana anak dapat melatih tumbuh kembangnya secara menyeluruh mulai dari kognitif, fisik motorik, seni, moral agama, sosial emosional, dan bahasa.

Salah satu permasalahan yang mendasar adalah adanya kelainan pada perkembangan anak baik fisik maupun psikologi yang dapat mempengaruhi lambatnya pertumbuhan anak. salah satu permasalahan diruang lingkup pendidikan anak usia dini adalah permasalahan yang berhubungan dengan fisik ataupun non fisik biasa disebut dengan anak berkebutuhan khusus (ABK). Adapun karakter anak berkebutuhan khusus yang sesuai dengan penelitian ini adalah ADHD.

Anak hiperaktif termasuk gangguan perilaku disebut dengan Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) atau Attention Deficit Hyperactive Disorder(ADHD).5 Anak dengan gangguan ADHD adalah anak yang sulit melakukan seleksi terhadap stimulus yang ada disekitarnya, yang berakibat

3 Ibid., hal. 12.

4 Ika Budi Maryatun, loc. cit., hal 748.

5 Lily Alfiyatul Jannah, Kesalahan-Kesalahan Guru PAUD yang Sering DIanggap

(14)

4

sulit dalam memusatkan perhatiannya dan menjadi hiperaktif, tampak dalam perilaku yang selalu bergerak, impulsif/ bertindak tanpa berfikir, tidak dapat menahan marah, kekecewaan dan suka mengganggu. Papalia Olds menuliskan bahwa dari keseluruhan populasi anak terdapat sekitar 3% anak dengan ADHD anak laki-laki memiliki kemungkinan enam sampai sembilan kali lipat untuk mengalami ADHDdibandingkan anak perempuan. Selanjutnya dikatakan bahwa tanda-tanda ADHD telah muncul pada usia empat tahun atau dibawah 10 tahun, namun biasanya orangtua baru menyadari anaknya cenderung ADHDsetelah anak masuk sekolah.6

Anak ADHD merupakan anak yang daya konsentrasinya rendah dan sulit diajak berfikir terlalu berat dengan itu gunakan pembelajaran atau permainan yang tidak menekankan pada kognitif, akan tetapi lebih menggunakan pembelajaran yang bersifat kesenangan dan melatih fisik motorik. Peran pendidik di RA atau PAUD sangat penting dalam memiliki penanganan yang tepat untuk mendidik anak ADHD di sekolah, sehingga anak ADHD dapat mengontrol emosinya mulai sejak dini hingga beranjak dewasa nanti dan kita juga dapat mencari apa saja yang menjadi faktor pada anak ADHD.

Guru yang baik untuk anak-anak juga merupakan guru yang memiliki sifat kepekaan, kerendahan hati, jujur, tulus, beradaptasi, murah senyum, menerima perbedaan individu, penyayang, memberikan suasana yang kondusif, serta memfasilitasi sarana prasarana anak-anak di sekolah. Dengan itu guru harus bisa memberikan perhatian kepada anak usia dini, terutama anak yang memiliki gangguan tertentu atau anak berkebutuhan khusus, salah satunya yaitu anak yang memiliki gangguan ADHD. Setiap sekolah berhak memberikan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus, agar anak berkebutuhan khusus mampu berinteraksi dengan anak normal lainnya meskipun metode pembelajaran yang digunakan berbeda, dan membutuhkan guru pendamping pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung.

(15)

5

Peran guru menurut Wina Sanjaya adalah guru sebagai sumber belajar, guru sebagai fasilitator, pengelola, demonstrator, pembimbing, motivator, evaluator.7 Dari ketujuh peran guru tersebut bahwa peran pendidik di RA atau PAUD sangat penting dalam memiliki penanganan yang tepat untuk mendidik anak ADHD di sekolah, mulai dari memperhatikan strategi belajar anak ADHD di kelas dan di luar kelas, memperhatikan pola makan anak di sekolah dan di rumah, serta lingkungan yang baik dan mendukung bagi tumbuh kembang anak ADHD. Salah satu tujuan dari pentingnya pendidik dalam meberikan penanganan yang tepat bagi anak ADHD adalah anak ADHD dapat mengontrol emosinya mulai sejak dini hingga beranjak dewasa nanti dan kita juga dapat mengetahui faktor apa saja yang dapat menyebabkan anak menjadi ADHD.

Peran guru dalam memberikan penanganan kepada anak ADHD di RA Al-Hilal 02 Cikarang Utara dengan merancang IEP menggunakan kegiatan seperti senam otak, bertepuk, bernyanyi, menjaga pola makan anak ADHD dan menempatkan anak duduk dipaling depan serta menjalin komunikasi yang baik antara guru dengan orang tua dapat memudahkan guru untuk menangani anak ADHD di kelas. Brain gym merupakan serangkaian gerak sederhana yang menyenangkan dan dapat digunakan dalam meningkatkan kemampuan belajar anak dengan menggunakan kemampuan konsentrasi otaknya. Oleh karena itu di RA Al-Hilal menerapkan pembelajaran dengan senam otak sehingga memudahkan anak ADHD untuk fokus pada setiap pembelajaran di kelas.

Bedasarkan penjelasan di atas bahwa peran guru merupakan faktor penting dalam proses pembelajaran, yang bertanggungjawab untuk membimbing anak ADHD di kelas, oleh karena itu untuk melaksanakan proses pembelajaran dengan baik terhadap anak ADHD guru harus memperhatikan, membimbing, mengarahkan, anak agar anak dapat mengikuti psoses pembelajaran dengan baik serta terarah.

7

Siti Nur Amanah, „Mengoptimalkan Peran Guru Dalam Proses Pembelajaran Abad 21‟, http://staic.ac.id/mengoptimalkan-peran-guru-dalam-proses-pembelajaran-abad-21.html, 2019, diakses pada Senin 07 Oktober 2019.

(16)

6

Berdasarkan observasi awal yang dilakukan peneliti di RA Al-Hilal 02 Cikarang Utara terlihat bahwa ada dua anak ADHD dalam proses belajar pembelajaran berlangsung di kelas yang berbeda, peneliti melihat anak tidak bisa diam seperti anak normal lainnya, ketika guru berbicara dan menjelaskan tema apa hari ini, anak ini mengganggu temannya sambil berpindah-pindah tempat dari satu tempat ke tempat lain, teriak-teriak, terkadang menangis, fokus anak terganggu pada saat belajar sehingga guru dituntut untuk bisa mengarahkan dan mempunyai jiwa yang sabar. Disinilah guru sangat berperan penting dalam membimbing anak ADHD di sekolah, agar proses pembelajaran di kelas maupun di luar kelas tidak terganggu dan proses pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan harapan.

Dengan melihat latar belakang diatas penulis tertarik untuk membahas dengan judul “Peran Guru dalam Membimbing dan Menangani Anak Attention Deficit And Hyperactivity Disorder 5-6 Tahun di RA Al-Hilal 02 Cikarang Utara Tahun ajaran 2019-2020”.

B. Identifikasi Masalah

Dalam melakukan proses identifikasi ADHD dapat menggunakan standar untuk memastikan dalam hambatan dalam memusatkan perhatian yang di keluarkan oleh American Psychiatric Association, yang menerapkan kriteria untuk menentukan gangguan pemusatan perhatian dengan mengacu kepada DSM IV. Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang dapat diidentifikasikan adalah sebagai berikut:

1. Rendahnya motivasi belajar anak ADHD di RA Al-Hilal 02 Cikarang Utara, dikarenakan kesulitan memusatkan perhatian dalam kegiatan proses pembelajaran berlangsung.

2. Kurangnya penanganan yang lebih untuk anak ADHD di kelas, karena guru pendamping yang tidak tetap. Sehingga anak ADHD tidak selalu dalam pengawasan ketika proses kegiatan belajar berlangsung.

3. Ketika anak ADHD memberikan jawaban sebelum pertanyaan selesai diucapkan, guru mengalihkan anak dengan cara mengajak anak untuk

(17)

7

menebak suara apa yang diucapkan guru, lalu anak mencoba menebaknya, hal ini bertujuan untuk membangkitkan fokus anak ADHD dalam proses pembelajaran.

4. Setiap satu bulan sekali pihak sekolah dan orang tua mengadakan rapat mengenai perkembangan anak ADHD, bertujuan untuk memudahkan guru dan orang tua dalam memberikan penanganan anak ADHD di sekolah mau pun di rumah.

C. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah

Untuk menghindari luasnya masalah, maka dari latar belakang masalah dan identifikasi di atas dibatasi agar penelitian ini dapat mencapai tujuan yang jelas. Dalam penelitian ini difokuskan membahas tentang “Peran Guru dalam Penanganan Anak ADHD usia 5-6 Tahun di RA Al-Hilal 02 Cikarang Utara” Berdasarkan Latar belakang di atas dapat dijelaskan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana penanganan guru kepada anak ADHD di RA Al-Hilal 02 Cikarang Utara?

D. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian

Dari rumusan penelitian di atas maka tujuan penelitian sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui perilaku anak ADHD di RA Al-Hilal 02 Cikarang Utara.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan anak ADHD di RA Al-Hilal 02 Cikarang Utara.

3. Untuk mengetahui cara guru dalam penanganan anak ADHD di RA Al-Hilal 02 Cikarang Utara.

Adapun kegunaan yang dapat diperoleh melalui penelitian ini, yaitu: 1. Bagi Penulis

Dengan adanya penelitian ini penulis dapat mengenal banyak ilmu tentang anak ADHD. Sehingga memberikan kesan yang menantang dalam mendidik anak ADHD di sekolah maupun di lingkungan rumah.

(18)

8

Penulis berharap orang tua yang memiliki anak ADHD ini dapat memberikan stimulasi yang baik, permainan-permainan yang dapat melatih fisik motorik, dan orang tua dapat mendidik anaknya dengan penuh kesabaran. Dengan adanya penelitian ini juga orang tua dapat memberikan pemeriksaan rutin oleh psikolog kepada anak, agar orang tua dapat mengetahui setiap perkembangan yang dialami anaknya.

3. Bagi Anak

Anak akan merasa terlindungi dari segala ancaman dan bahaya yang dapat mempengaruhi perkembangannya. Anak akan merasa lebih dekat dengan orang-orang yang ada di sekitarnya karena pengetahuan yang dimiliki orang-rang sekitar mengenai cara memberikan penanganan bagi anak yang mengalami gangguan ADHD.

4. Bagi Guru

Hasil penelitian dapat menjadi tolak ukur dalam melakukan pembenahan proses belajar mengajar berlangsung bagi anak ADHD, dan memberikan perhatian khusus bagi anak ADHD serta memberikan pemeriksaan rutin oleh psikolog bagi anak ADHD.

(19)

6 BAB II

KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Teori

1. Peran Guru

a. Pengertian Peran Guru

Peran merupakan aspek dinamis dari kedudukan (status). Apabila seseorang telah melakukan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka dengan itu berarti dia telah menjalankan suatu peran. Setiap orang memiliki macam-macam peranan yang berasal dari pola-pola pergaulan hidupnya. Menurut Yunita, Usman dan Ali, peran adalah “kedudukan yang harus diikuti dengan perwujudan perbuatan yang harus disesuaikan dengan peran atau kedudukannya masing-masing.8 Peran merupakan kewajiban seseorang yang wajib dijalankan sesuai dengan kedudukannya masing-masing. Peran guru bagi siswanya adalah memberikan motivasi kepada siswa agar semangat dalam belajar, menyampaikan ilmu pengetahuan sesuai dengan gaya anak belajar dan memberikan penanganan khusus bagi anak ADHD. Sehingga guru dapat menjalankan perannya dengan baik.

Secara etimologis guru dalam bahasa Inggris terdapat banyak kata yang serupa diantaranya yaitu teacher, educator, instructor, tutor dan lainnya. Kata teacher diartikan sebagai seseorang yang mengajar, educator diartikan sebagai seseorang yang mempunyai tanggung jawab suatu pekerjaan dalam mendidik orang lain, instructor diartikan sebagai seseorang yang sedang mengajar sama dengan arti kata teacher, dan yang terakhir adalah tutor diartikan sebagai guru

8

Nur Arsyiah, „Peran Guru Dalam Melatih Kemandirian Anak Usia 3-4 Tahun Di TK Tunas Muda I IKKT Palmerah Jakarta Barat‟, Skripsi S.1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta 2019, h. 21-22, dipublikasikan.

(20)

yang berperan memberikan pembelajaran kepada siswa atau bisa juga disebut dengan guru privat.9

Menurut Ramaliyus secara terminologis guru sering diartikan sebagai seorang yang bertanggungjawab terhadap perkembangan siswa mengupayakan perkembangan seluruh potensi (fitrah) siswa, baik potensi kognitif, potensi efektif dan potensi psikomotorik.10Sedangkan menurut Ahmad D. Marimba menambahkan bahwa pengertian guru adalah sebagai pendidik yang memiliki hak dan kewajiban yang terkait pendidikan peserta didik. Kemudian dalam bahasa Arab istiah guru dapat ditemukan dalam kata mu‟addib, mu‟allim, ustadz, dan mudarris.

Ramayulis melihat berbagai istilah guru perspektif bahasa Arab mendeskripsikan sebagai berikut :

1) Mu‟addab (etika, moral, dan adab) yaitu orang yang beradab yang memiliki peran serta fungsi dapat membangun suatu peradaban yang berkualitas di era mendatang. Orang yang memberikan pendidikan kepada siswa agar mampu berkreasi serta mengatur dan memelihara hasil kreasinya untuk kemaslahatan umum dan tidak menimbulkan malapetaka bagi diri, masyarakat maupun alam sekitar.

2) Mursyid yaitu orang yang mengajarkan dan menularkan penghayatan akhlak dan kepribadian kepada peserta didik.

3) Ustadz yaitu orang yang dalam pengajaran selalu memperbaiki dan berinovasi sesuai dengan perubahan zaman.

4) Mudarris yaitu orang yang mencerdaskan peserta didik, menghilangkan ketidaktahuan atau kebodohan dan melatih peserta didik sesuai dengan bakat dan minat anak.

5) Mu‟allim yaitu orang yang menjelaskan hakikat ilmu atau pengetahuan yang diajarkan kepada peserta didiknya.11

9

Mohammad Ahyan Yusuf Sya‟bani, Profesi Keguruan Menjadi Guru yang Religius dan Bermartabat, (Gresik: Gramedia Communication, 2018), h. 32

10

Khusnul Wardan, Guru Sebagai Profesi, (Yogyakarta: CV BUDI UTAMA , 2019), h.108.

11

(21)

Guru berperan sebagai pendidik dan pengajar. Pada dasarnya pengajar merupakan suatu usaha untuk menciptakan sistem lingkungan yang mendukung untuk berlangsungnya proses belajar. Herman memberikan pengertian bahwa mengajar adalah suatu kegiatan dimana pengajar menyampaikan pengetahuan atau pengalaman yang dimiliki kepada peserta didik.12

Dari penjelasan diatas dapat diartikan bahwa semua mempunyai arti yang berdekatan dengan kata guru, meskipun dalam sebutan sangat berbeda namun memiliki maksud yang hampir sama. Guru memiliki arti mengajarkan, memberi pengetahuan atau ilmu kepada siswa maupun masyarakat, yang bertujuan untuk meningkatkannya ilmu pengetahuan yang lebih luas. Guru merupakan pendidik yang sama-sama memiliki tanggung jawab dalam pendidikan. Selain itu guru juga sangat berperan penting di kelas untuk memberikan contoh yang baik bagi siswa.

b. Aspek-aspek Perilaku Guru

Menurut Zakiah Daradjat aspek perilaku yang memiliki makna bimbingan yaitu: (1) menciptakan dan menumbuhkan rasa hangat dan ramah supaya dapat diciptakannya hubungan yang baik, (2) menerima anak dengan sungguh-sungguh, (3) mengetahui perasaan anak, (4) pemaaf terhadap anak, (5) tetap menghargai anak, (6) dan memberikan kebebasan kepada anak. Menurut Brammer perilaku seseorang yang memenuhi syarat sebagai seorang pembimbing yaitu: (1) empati, (2) kehangatan, (3) penuh perhatian, (4) keterbukaan, (5) rasa hormat, (6) kekonkretan dan kekhususan.13 Dengan demikian seorang pembimbing di taman kanak-kanak merupakan salah satu pendekatan seorang guru kepada anak dengan penuh rasa kehangatan, perhatian, keterbukaan, rasa empati, maupun tetap dapat menghargai anak. Selanjutnya masih dalam kategori aspek perilaku yang harus dimiliki guru

12

Hasan Saragih, Kompetensi Minimal Seorang Guru Dalam Mengajar, Jurnal Tabularasa PPS Unimed, Vol. 5, 2008, h. 27

13

Ahmad Susanto, Bimbingan Konseling di Taman Kanak-kanak, (Jakarta: Kencana, 2015), h. 197

(22)

sebagai pembimbing anak usia dini adalah guru harus memiliki beberapa karakteristik persyaratan khusus, yaitu:

1) Guru mempunyai perilaku kesadaran diri

Kesadaran diri merupakan ciri hakiki yang fundamental dari manusia. Kesadaran ini akan memberikan titik cahaya untuk menerangi gerak majunya dari kehidupan seseorang serta dapat menimbulkan kreativitas manusia. Dengan kesadaran diri ini guru akan mampu menghadapi keragaman dan kemungkinan yang akan berkaitan dengan dirinya dan lingkungannya. Semakin sadar seseorang tentang dirinya, maka dia akan semakin unggul untuk berjalan bersama proses kehidupannya melalui kecerdasan sejati. Semakin unggul dalam mengelola potensi diri dan mampu memanfaatkan semua keunggulan diri melalui kepribadian yang rendah hati. Termasuk dalam sadar diri untuk memahami dan menghargai perbedaan dan mencintai hubungan saling percaya dengan orang yang berbeda.

2) Guru mampu menciptakan hubungan yang akrab

Hubungan yang akrab menurut Mertoenoes adalah suatu hubungan yang ditandai dengan suasana hangat, kedekatan, keterbukaan, saling memberi dan menerima. Menurut Mohammad Fauzil Adhim salah satu kunci untuk menjadikan anak bersedia bekerja keras di kelas, di luar kelas dan di luar rumah yaitu dengan mengembangkan hubungan yang hangat dan bermartabat dengan mereka, akan tetapi jangan pernah menjadikan keakraban itu sebagai sebab lemahnya aturan serta hilangnya ketegasan. Kita harus secara jelas menunjukan bahwa kita adalah gurunya bukan teman sebayanya, sehingga anak dapat belajar adab, dan belajar memahami serta menghormati batas-batas yang dipegangi. Hubungan yang akrab ini dapat diciptakan dengan cara : (1) guru tidak langsung menunjukkan kekurangan dan kesalahan anak, (2) guru tidak mengancam anak, (3) guru tidak memotong pembicaraan anak, (4) guru tidak tegang menghadapi anak.14

Dari pendapat diatas bahwasannya guru dapat memberikan keakraban bagi anak, melalui terciptanya hubungan yang hangat, kedekatan,

14

(23)

keterbukaan, saling memberi dan menerima keadaan anak. Di sini juga anak diajarkan untuk bersopan santun kepada guru, agar dapat membedakan mana teman dan mana guru yang harus dihormati. Guru yang baik tidak menunjukkan langsung kesalahan anak dengan amarah, namun guru yang baik mampu mengalihkan kesalahan anak menuju kegiatan yang lebih baik lagi.

3) Guru menyatakan pemahamannya terhadap perasaan anak

Pemahaman terhadap orang lain biasanya dimasukkan dalam perilaku empati. Menurut Schaefer empati merupakan mencoba setepat dan sehalus mungkin untuk menunjukkan kepada anak, bahwa guru telah mengerti mereka dari sudut pandang mereka sendiri. Secara imajinatif bahwa guru telah masuk ke dalam diri anak dan melihat dunia ini melalui perspektif dan perasaan mereka. Menurut S. Nasution menegaskan bahwa dengan empati pendidik mampu melihat dan merasakan sesuatu seperti yang dilihat dan dirasakan oleh anak. Empati adalah suatu cara untuk memahami anak dan cara untuk membangkitkan perasaannya bahwa dia dipahami oleh orang lain.

Cara-cara yang dapat diciptakan untuk menumbuhkan rasa empati ini dapat dilakukan dengan cara : (1) menanyakan masalah anak atau mendekati anak yang bermasalah, (2) memahami, menerima, mendengarkan, dan memperhatikan anak, dengan penuh perhatian, dan (3) anak memahami masalahnya.15Beberapa pendapat diatas mengemukakan bahwa rasa empati bertujuan untuk memahami perasaan anak lebih dalam, sehingga secara imajinatif guru bisa dikatakan telah masuk ke dalam diri anak.

2. Pengertian ADHD (Attention Deficit and Hyperactivity Disorder)

Linda C dan Copel mengemukakan bahwa ADHD atau Attention Deficit Hyperactive Disorder merupakan gangguan perkembangan dalam meningkatnya aktivitas motorik sampai menjadi gangguan yang tidak wajar. Gangguan ADHD ditandai dengan adanya keluhan rasa gelisah, tidak bisa

15

(24)

tenang, tidak bisa diam, dan sering kali berusaha ingin berdiri, perasaan emosional yang meletup-letup, aktivitas yang berlebihan dan suka membuat keributan. Gangguan ADHD dapat diketahui sebelum usia empat tahun, tetapi pada sebagian besar kasusnya mulai diketahui saat memasuki usia sekolah. Sedangkan menurut Mark Durand dan David H. Barlow mengatakan bahwa ADHD merupakan gangguan perkembangan yang memiliki pola inattention pada tingkat maladaptif, aktivitas yang berlebihan dan impulsif.16

Menurut Sugiamin, Gangguan ADHD umum terjadi pada anak usia dini dan usia sekolah. Gejala ADHD dapat diketahui sebelum usia 7 tahun dan dapat terjadi dalam berbagai macam suituasi seperti rumah, sekolah, tempat bermain atau situasi sosial lainnya.17 Menurut Asosiasi Psikiater Amerika telah berhasil mengidentifikasi tiga jenis ADHD, dan kategorisasi ketiganya digunakan secara meluas di banyak Negara. Ketiga jenis ADHD tersebut adalah ADHD dengan ketiga ciri yaitu inatentif, impulsif, dan hiperaktif. ADHD dengan ciri-ciri yang paling dominan adalah inatentif. Dan ADHD dengan ciri-ciri yang paling dominan adalah impulsif dan hiperaktif.18 Menurut Diagnostik dan Statistik Manual Gangguan Mental Edisi 5 (DSM 5), menjadi diagnosis dengan ADHD anak memiliki gejala minimal enam, sebelum diagnosis dan gejala tersebut telah hadir sebelum 12 tahun.19 Disebutkan kriteria ADHD gangguan perhatian sebagai berikut

a. Lupa memusatkan perhatian terhadap hal-hal detail atau sering kali berbuat ceroboh di sekolah dan di rumah.

16

Herri Zan Pieter, dkk., Pengantar Psikopatologi untuk Keperawatan, ( Jakarta: Kencana, 2011), h. 147

17 Atika Dhiah A, dkk., Effectiveness of brain gym and writing therapy in behavioral

hyperactivity on pre school-age children with ADHD, Jurnal Ilmiah Bidang Ilmu Keperawatan Anak. Vol I, No 2 November 2018, h. 1

18

James Ie Fanu, Atasi dan Deteksi Ragam Masalah Kejiwaan Anak Sejak Dini, (Jogjakarta: Diva Press Group, 2010), h. 205

19

Rizki Amalia, Intervensi terhadap Anak Usia Dini yang Mengalami Gangguan ADHD melalui Pendekatan Kognitif Perilaku dan Alderian Play Therapy, Jurnal Obsesi : Pendidikan Anak Usia Dini, Vol 2, No 1. H. 29.

(25)

b. Sulit untuk mempertahankan perhatian saat melakukan pekerjaan yang diberikan.

c. Sulit mengikuti perintah yang diberikan dan gagal dalam menyelesaikan tugas.

d. Sering menghilangkan barang yang penting e. Sering perhatiannya gampang teralihkan f. Sering lupa atas aktivitas hariannya.

Dari beberapa pendapat diatas bahwa anak yang mengalami gangguan ADHD atau Attention Deficit Hyperactivity Disorder memiliki daya konsentrasi rendah, peningkatan aktivitas yang berlebihan, kurangnya pengaturan dalam diri, sulitnya beradaptasi terhadap lingkungan sosial dan sulit menyesuaikan perilaku terhadap lingkungan sekitar sehingga membutuhkan perhatian khusus dari lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat sekitar untuk membantu dalam mengatasi perilaku anak yang mengalami gangguan ADHD.

3. Faktor-Faktor Penyebab Anak Attention Deficit Hyperactivity Disorder Faktor penyebab ADHD ialah neurokimiawi berupa gangguan dalam fungsi neurotransmiter dopamin di susunan saraf pusat. Faktor neurologik berupa pertumbuhan pesat otak pada anak yang mengalami keterlambatan pematangan otak sehingga menunjukkan gejala ADHD.20 Menurut Cahya menyebutkan bahwa penyebab ADHD disebabkan oleh faktor genetik atau keturunan yang merupakan penyebab terbanyak dalam kasus ADHD.

1) Konsumsi Alkohol Selama Masa Kehamilan

Kebiasaan ibu mengkonsumsi minuman beralkohol kemungkinan besar dapat mengakibatkan anak kelak menjadi penderita ADHD

20

Niluh D. Ratnasari, dkk., ‘Komorbiditas pada anak gangguan pemusatan perhatian dan hIEPraktivitas (GPPH) pada 20 Sekolah Dasar di Kota Manado’, Jurnal e-Clinic (eCl), Vol. 4, No. 1, Januari-Juni 2016.

(26)

2) Faktor Lingkungan/ Paparan zat-zat beracun.

Polusi udara yang dapat mempengaruhi perkembangan otak yang menyebabkan hiperaktivitas, cat yang berbau menyengat dan saluran pipa yang berkarat merupakan benda yang mengandung toksik berbahaya yang menjadi penyebab timbulnya anak menjadi ADHD.

3) Kekurangan Gizi

Dari hasil penelitian di Inggris dan di Amerika Serikat ditemukan beberapa anak yang mengalami ADHD juga menderita kekurangan asam lemak esensial. Gejalanya adalah rasa haus yang berlebihan, sering buang air kecil, kulit dan rambut kering, dan ada riwayat alergi seperti asma 4) Asap Rokok

Nikotin di dalam rokok yang dikonsumsi oleh ibu hamil diduga dapat menyebabkan janin mengalami kekurangan suplai oksigen ke otak sehingga menimbulkan kerusakan pada otak dan menyebabkan timbulnya ADHD.21

5) Makanan.

Makanan yang mengandung pewarna, gula, cokelat, makanan dari susu, gandum, tomat, nitrat, jeruk, telur, dan makanan lainnya sebagai penyebab hiperaktif.22 Pada tahun 1974 Dr. Benjamin Feingold, seorang dokter alergi anak-anak, mengatakan bahwa separuh lebih dari semua hiperaktivitas selama beberapa lama ini berbarengan dengan peningkatan pemakain pewarna, zat perasa, dan pengawet buatan. Hal ini dicurigai bahwa pewarna dan pengawet buatan dapat menimbulkan alergi, karena mengandung kesamaan zat kimia dengan zat-zat tertentu.

6) Cedera otak.

Sebuah penelitian dilakukan di New York City‟s Harlem Hospital terhadap 1.900 bayi yang dilahirkan dengan kandungan kokain di dalam

21

Nugrahini Indra Umratun Wakhaj, Nurul Hidayah Rofiah ‘Perilaku Attention Deficit Hiperactivity Disorder (ADHD) Dalam Proses Pembelajaran (studi Kasus Peserta Didik) Di kelas IV SD Negeri Gejayan, Jurnal Fundamental Pendidikan Dasar, Vol. 1 No. 1 Maret 2018. h. 68

22

June Thompson, Tooddlercare Pedoman Merawat Balita, (Jakarta; Erlangga, 2003), h. 89.

(27)

sistem mereka. Lebih dari sepertiga yang dialaminya prematur, 15% mengalami kecacatan seumur hidupnya, seperti keterbelakangan mental, kelumpuhan akibat luka berat otak, atau kebutaan akibat stroke di dalam rahim. Hampir semua bayi yang mengalaminya selebihnya mengalami penderitaan yang tidak begitu serius seperti hiperaktivitas, lemahnya keterampilan motorik, serta keterlambatan dalam penggunaan berbahasa.23

Dari berbagai penyebab ADHD diatas bahwasannya ada beberapa faktor yang menyebabkan anak memiliki ADHD meskipun masih banyak yang belum terbukti penyebab pastinya, seperti keturunan yang berpengaruh anak menjadi ADHD, kesehatan ibu yang dilihat dari faktor riwayat alergi, kekurangan asam lemak esensial, kekurangan zat gizi, dan makanan yang mengandung gula dan lainnya. Sehingga para guru serta orang tua harus lebih memperhatikan setiap perkembangan yang dialami anak, agar anak tetap sehat dan terjaga dari hal yang tidak diinginkan.

4. Tipe-tipe Perilaku pada Anak ADHD

Baihaqi berpendapat bahwa ciri-ciri perilaku anak ADHD yaitu kurang perhatian, impulsivitas, prestasi yang kurang, kesulitan emosional yang dapat berpengaruh terhadap konsentrasi dan usaha belajar, kurangnya motivasi sehingga dapat menimbulkan kurang perhatian di dalam kelas dan menurunnya prestasi akademik.24 Perwujudan sebagai suatu pernyataan ADHD yang sering timbul akibat terganggunya fungsi kognitif ini diantaranya adalah menurunnya prestasi belajar, pengamatan waktu yang kurang baik, menurunnya daya ingat baik verbal maupun non-verbal, kurang

23

Grant Martin, Terapi untuk Anak ADHD, (Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer, 2008), h. 267.

24

Richma Hidayati, „Peran Konseler Sekolah Dalam Meningkatkan Konsentrasi Pada Siswa Hiperaktif (ADHD),

(https://www.researchgate.net/publication/315900093_Peran_Konselor_Sekolah_Dalam_eningkat kan_Konsentrasi_Pada_Siswa_Hiperaktif_ADHD, diakses pada 12 Maret 2019.

(28)

mampu membuat perencanaan, kurang peka terhadap kesalahan, dan kurang mampu mengarahkan perilaku yang bertujuan.25

Gejala yang dialami pada anak ADHD ada berbagai macam dan dapat dibedakan menjadi tiga tipe di antaranya sebagai berikut :

1) Tipe ADHD inatentif (kurang memusatkan perhatian)

Pada tipe kurangnya kemampuan dalam memusatkan perhatian ini sedikitnya dengan enam gejala-gejala yang ada, di antaranya sebagai berikut :

a) Sering kali gagal dalam memperhatikan dengan baik terhadap sesuatu yang detail atau selalu membuat kesalahan dalam melakukan pekerjaan sekolah serta kegiatan lainnya.

b) Sering mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian terhadap tugas-tugas atau kegiatan bermain.

c) Sering kali tidak mendengarkan jika diajak bicara secara langsung maupun tidak langsung.

d) Sulit untuk mengikuti instruksi dan gagal dalam menyelesaikan pekerjaan sekolahnya.

e) Sering kali kehilangan benda-benda pentingnya, misalnya pensil, penggaris, dan penghapus.

f) Selalu menghindari sesuatu yang berhubungan dengan tugas-tugas yang rumit dan detail.

g) Mudah kebingungan atau terganggu oleh rangsangan dari luar. h) Cepat lupa dalam menyelesaikan kegiatan sehari-harinya.

2) Tipe ADHD hiperaktif-impulsif

Adapun gejala yang dialami pada tipe hiperaktif-impulsif ini sebagai berikut :

25 Ida Ayu Putu Laksmi Esalini & Cokorda Bagus Jaya Lesmana, „Tingkat Kemandirian

Anak Attention Deficit Hyperactivity Disorder dengan Terapi Perilaku di YAyasan Mentari Fajar Jimbaran Bandung‟, Jurnal Medika, Vol. 8 No.5, Mei, 2019. h.1

(29)

a) Sering kali gelisah dengan tangan atau kaki mereka dan sering menggeliat di kursi.

b) Sering meninggalkan tempat duduk di dalam kelas atau di dalam situasi lainnya, yang mengharapkan ia tetap duduk.

c) Sering berlarian secara berlebihan dalam situasi yang tidak tepat.

d) Sering mengalami kesulitan serta tidak bisa bermain secara tenang seperti anak normal lainnya.

e) Sering kali berbicara secara berlebihan. Sedangkan gejala-gejala impulsif sebagai berikut :

a) Sering menjawab sebelum pertanyaan disampaikan.

b) Sering memulai mengerjakan tugas sebelum ia benar-benar membaca atau mengetahui apa yang diharapkan.

c) Sering melakukan tanpa memikirkan apa yang nanti akan terjadi. d) Sering mengalami kesulitan dalam mengantri dan menunggu giliran. e) Sering mengganggu orang lain.

3) Tipe ADHD gabungan

Tipe gabungan ini adalah kombinasi antara tipe kurang memerhatikan dan hiperaktif-impulsif. Munculnya gejala tersebut secara berulang-ulang sehingga dengan tingkat yang signifikan disertai beberapa bukti diantaranya: a) Berbagai gejala tersebut ada sebelum anak mencapai usia tujuh tahun. b) Berbagai gejala muncul mengakibatkan hambatan yang signifikan

dalam kemampuan akademik.26 Tipe gabungan ini juga sulitnya anak untuk fokus terhadap apa yang disampaikan guru, karena anak lebih banyak gerak dibandingkan duduk tenang sehingga terganggunya dalam kemampuan akademiknya.

26

Novan Ardy Wiyani, Buku Ajar Penanganan Anak Usia Dini Berkebutuhan Khusus, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014), h. 166-168

(30)

5. Ciri - Ciri Perilaku Anak ADHD

ADHD biasanya akan terlihat jelas ketika sudah duduk di bangku sekolah. Anak yang mengalami ADHD di sekolah akan merasa tidak tenang di tempat duduknya sehingga membuat ia berpindah-pindah tempat, banyak berjalan, tidak dapat berkonsentrasi dengan baik, sering meninggalkan tugas yang belum terselesaikan. Adapun ciri-ciri ADHD yang bisa kita lihat dari usianya :

1) Ciri-ciri Perilaku umum ADHD pada masa bayi a) Sangat sensitif pada suara-suara dan cahaya b) Sering menangis dan sulit didiamkan, c) Sering terbangun dan sulit untuk tidur,

d) Sulit makan minum susu ibu maupun susu botol, e) Sulit ditenangkan dan tidak mau digendong,

f) Menolak untuk disayangi dan air liurnya berlebihan sehingga sering kehausan.27

2) Ciri-ciri Perilaku ADHD pada usia 2-4 tahun a) Impulsif ( berbuat kehendak sesuka hatinya) b) Anak tampak ceroboh dan canggung

c) Sering mengalami kecelakaan dan jatuh

d) Sering menggerak-gerakan kaki dan tangan ketika duduk e) Sering meninggalkan tempat duduknya

f) Sering menyakiti diri sendiri g) Suka menentang

3) Ciri-ciri Perilaku ADHD pada usia 4-7 tahun

a) Sering berlari-lari serta menanjat secara berlebihan pada keadaan yang tidak seharusnya.

b) Sering tidak mampu melakukan atau mengikuti kegiatan dengan tenang c) Selalu bergerak seakan-akan tubuhnya didorong oleh mesin.

d) Sering terlalu banyak bicara. e) Sering sulit menunggu giliran.

27

(31)

f) Sering memotong dan menyela pembicaraan. g) Tidak dapat memperhatikan lawan bicaranya. h) Impulsif.

i) Sulit berkonsentrasi.

j) Sulit memfokuskan perhatian.28

6. Penanganan Bagi Anak ADHD

Penanganan bagi anak ADHD sebenarnya tidak dapat disembuhkan, melainkan dapat dikurangi gejala yang menyebabkannya. Ada beberapa cara lain yang dapat membantu anak ADHD di antaranya yaitu :

a. Lingkungan

Ketika lingkungan tidak diawasi dengan baik, dikhawatirkan anak dapat melakukan suatu hal yang tidak diinginkan, maka beberapa lingkungan yang perlu diperhatikan.

1) Rumah

Hal yang perlu diperhatikan di rumah adalah pengaturan waktu, ruangan untuk melakukan aktivitas, dan tempat. Diantaranya dapat membiasakan pola makan yang sehat dan bergizi, memastikan anak cukup untuk tidur dan istirahat, membatasi waktu anak dalam menonton televisi dan menggunakan gadget, mengajak anak untuk melakukan aktivitas fisik dan berharap agar dapat mengarahkan aktivitas anak sesuai dengan kemampuannya.

2) Sekolah

Ada hal yang semestinya kita perhatikan diantaranya ruang kelas dan kerjasama antara guru dan orang tua serta perhatian khusus bagi anak yang memiliki ADHD. Contohnya memberikan kartu yang dibacakan guru, berisi kegiatan dalam satu hari beserta dengan keterangan apakah ia sudah melakukannya atau belum.

28 Yayuk Ylana, „Teknik guru dalam penanganan anak hiperaktif (studi kasus di kelas v

madrasah ibtidaiyah islamiyah Sukopuro Jabung Malang)‟, Skripsi S.1 UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, Malang 2017, h. 19-20, dipublikasikan.

(32)

3) Teman

Mengawasi ketika anak sedang bermain dengan temannya, mengetahui apa yang sedang ia mainkan, diusahakan temannya memiliki sifat yang mau berteman sehingga memudahkan anak ADHD untuk bersosialisasi.

7. Peran Guru dalam Penanganan Anak ADHD

Peran guru menurut Wina Sanjaya adalah guru sebagai sumber belajar, guru sebagai fasilitator, guru sebagai pengelola, guru sebagai demonstrator, guru sebagai pembimbing, guru sebagai motivator, guru sebagai evaluator.29 Dari ketujuh peran guru tersebut bahwa guru sangat berperan penting dalam mendampingi peserta didik pada taman kanak-kanak terutama bagi anak ADHD, karena pada masa itu anak sangat membutuhkan bimbingan, motivator, fasilitator, sumber belajar, demonstrator, dan evaluator dari seorang guru. Serta masih butuh pengawasan dan perlindungan agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan.

Adapun menurut Sugiarmin dalam Baihaqi menerapkan teknik untuk penanganan anak ADHD adalah memilih cara yang paling tepat lalu latihan secara berulang-ulang. Teknik yang digunakan yang pertama yaitu menghilangkan atau mengurangi tingkah laku yang tidak diinginkan. Teknik yang kedua yaitu mengembangkan tingkah laku yang diinginkan dengan cara memberikan ulangan penguatan (reinforcement).30 Adapun beberapa menghilangkan atau mengurangi tingkah laku yang tidak diinginkan diantaranya :

a. Brain Gym

Menurut Dannison brain gym adalah serangkaian gerak sederhana yang menyenangkan dan dapat digunakan dalam meningkatkan kemampuan belajar anak dengan menggunakan kemampuan konsentrasi otaknya. Sedangkan menurut Prasetyo dan Shandy mengemukakan bahwa gerakan dalam

29

Siti Nur Amanah, „Mengoptimalkan Peran Guru Dalam Proses Pembelajaran Abad 21‟, http://staic.ac.id/mengoptimalkan-peran-guru-dalam-proses-pembelajaran-abad-21.html, 2019, diakses pada Senin 07 Oktober 2019.

30 Rachma Hidayati, Peran Konseler Sekolah Dalam Meningkatkan Konsentrasi Pada

Siswa Hiperaktif (ADHD),

(http://www.researchgate.net/publication/315900093_Peran_Konselor_Sekolah_Dalam_Meningk atkan_Konsentrasi_Pada_Siswa_Hiperaktif_ADHD), diakses pada 12 Maret 2019

(33)

melakukan brain gym dibuat untuk merangsang otak kanan dan otak kiri (dimensi lateralis), merelaksasikan otak pada bagian belakang dan bagian depan (dimensi memfokuskan), dan merangsang sistem yang berkaitan dengan perasaan atau emosional yaitu otak pada bagian atas dan bawah (dimensi pemusatan). Manfaat yang diperoleh dari brain gym adalah bermacam-macam di antaranya adalah untuk memberikan perhatian pada situasi yang dihadapi.

Pendapat lain dilakukan oleh Nuryana dan Purwanto menunjukan bahwa brain gym dapat meningkatkan konsentrasi belajar pada anak serta hasil penelitian yang dilakukan oleh Harini terkait pengaruh brain gym terhadap perubahan perilaku pada anak ADHD menunjukan hasil bahwa perhatian menjadi lebih baik, aktivitas lebih terkontrol serta perilaku impulsif berkurang.31 Dengan menggunakan brain gym dapat membantu anak untuk siap dalam pembelajaran, memperbaiki durasi konsentrasi, meningkatkan fokus dan daya ingat, serta memperbaiki interaksi sosial. Salah satu contoh dalam melakukan brain gym untuk anak usia 5-6 tahun adalah menggunakan jari telunjuk untuk tangan kanan, dan jari jempol untuk tangan kiri, kemudian diubah menjadi jari telunjuk yang berada di tangan kiri dan jari jempol yang berada di tangan kanan dengan durasi yang lambat menjadi cepat.

b. Terapi Back in Control

Terapi dapat dilakukan pada petugas kesehatan atau dokter. Namun bisa juga melakukan terapi back in control yang di kembangkan oleh Gregory Bodenhamer, dan program ini berbasis kepada aturan yang diberikan kepada orang tua, berharap supaya orang tua dapat menciptakan aturan di rumah, sehingga anak ADHD dapat berperilaku yang lebih baik lagi. Akan lebih baik lagi jika program ini dilakukan bersama orang tua serta pihak sekolah maupun guru kelas, dengan memberikan kegiatan yang menarik minat anak dan menggunakan peraturan-peraturan yang jelas agar anak dapat mentaatinya. Umpan balik yang kita berikan menggunakan dorongan, semangat, dan penghargaan, dengan tujuan agar anak mampu melakukan sesuatu sesuai

31

Anastria, dkk, „Pengaruh Pelatihan Brain Gym Terhadap Peningkatan Kemampuan Konsentrasi Pada Anak Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)‟, Jurnal Ilmiah Psikohumanika,. Vol. X, No 2 Desember 2018, h. 5-10

(34)

dengan peraturan.32 Contohnya jika anak telah mengerjakan tugas dengan baik hingga selesai, maka guru atau orang tua memberikan stiker dan membolehkan untuk bermain sesuai yang ia inginkan. Terapi ini memberikan peraturan kepada anak yang bertujuan untuk meningkatkan perilaku disiplin bagi anak. Guru dan orang tua dapat menjalin komunikasi secara baik sehingga memperkuat untuk menjalin terapi back in control ini.

c. Mengadakan program IEP

IEP adalah program untuk menemukan kebutuhan pendidikan yang unik bagi siswa berkebutuhan khusus. IEP juga sebagai program yang disusun bagi setiap individu yang memiliki kelainan tertentu. Program ini merupakan program jangka panjang dan bisa pula merupakan program jangka pendek. Menurut Snell (1983) mengemukakan bahwa pengembangan IEP untuk anak berkelainan (terutama anak yang mengalami kelainan sedang dan parah), dilandasi dengan asumsi dasar sebagai berikut :

1) Sekolah bertanggungjawab untuk mengajarkan keterampilan fungsional yang diperlukan untuk mengoptimalkan kemandirian pada siswa. Sekolah hendaknya mengajarkan keterampilan kehidupan sehari-hari pada siswa di rumah maupun di masyarakat.

2) Untuk menghasilkan pengajaran yang optimal diperlukannya hubungan akrab antara guru dengan orang tua siwa.

3) Prisnsip-prinsip pengembangan perilaku dapat diterapkan secara umum dan dapat diterapkan sebagai metode pembelajaran

4) Penilaian hasil belajar dilakukan secara informal (tidak penilaian kriteria standar) lebih sesuai diterapkan untuk penilaian tingkah laku fungsional 5) Validasi tujuan, prosedur dan tujuan pembelajaran dapat disesuaikan dengan

kemampuan anak.33

32

Novan Ardy Wiyani, op. cit., h. 28

33

Sari Rudiyati, ‘Pengembangan dan Pengelolaan Program Pendidikan Individual “Individualized Educational Program”/IEP Bagi Anak Berkelainan di Sekolah Inklusif’, Jurnal Pendidikan Khusus Vol. 6 No. 1 Mei 2010. h. 57-58

(35)

IEP dirancang dan disusun oleh tim yag terkait dalam memenuhi kebutuhan khusus anak, oleh karena itu dapat dipahami dan dikembangkan oleh guru utama, guru pendamping maupun guru umum yang bertugas di sekolah reguler dan tenaga professional lainnya. Sebelum diterapkan IEP terlebih dahulu dievaluasi oleh tim penilai yang terdiri dari guru khusus, guru reguler, kepala sekolah, orang tua, ahli yang berkaitan dan anak itu sendiri jika memungkinkan. Hal ini bertujuan agar pelaksanaanya tidak menyimpang dari tujuan pembelajaran dan pencapaian kemampuan anak berkebutuhan khusus. Adanya peningkatan partisipasi dan kerjasama bagi semua pihak yang terlibat dalam penyusunan Program Pembelajaran Individual, merupakan aspek yang penting dalam implementasi pendidikan anak berkebutuhan khusus.

Bagi anak usia dini yang diindikasikan masuk dalam program pendidikan khusus, terlebih dahulu harus memiliki tiga program tertulis yaitu : referral, assessment, dan identification. Berbagai macam pelayanan dapat diberikan kepada anak berkebutuhan khusus mulai dari memberikan pendampingan sementara dari para terapis sampai pelayanan penuh, kesemua bentuk program umum dalam pengembangan perencanaan program individualisasi.34

Program IEP sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak yang memiliki kelaianan tertentu, misalnya bagi anak ADHD. Anak ADHD membutuhkan penanganan khusus dan cara belajar yang berbeda tidak seperti anak normal lainnya, karena anak ADHD cenderung aktif bergerak, kurangnyanya perhatian, dan bertindak tanpa berfikir. Maka dari itu perlunya program IEP di setiap sekolah agar serangkaian program pembelajaran bagi anak ADHD seperti assesment kebutuhan anak berkebutuhan khusus, menentukan tujuan jangka pendek dan jangka

34

N. Dede Khoeriah, ‘Individualized Educational Program dalam Implementasi Pendidikan Inklusif’, Journal Of Special Education, Vol. III No. 01 Februari 2017.

(36)

panjang, merancang motode dan prosedur pembelajaran dan melakukan evaluasi kemajuan anak ADHD dapat dilakukan dengan tepat.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Setiap penelitian dalam bidang sejenis pasti berhubungan dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Hasil penelitian-penelitian sebelumnya yang dinilai relevan sehingga dapat dijadikan pendukung dalam penelitian ini, diantaranya yaitu :

1. Penelitian ini dilakukan oleh Ina Aini Maharani, yang berjudul “Peran Guru dalam Pembelajaran Anak Hiperaktif di TK Permata Bunda Surakarta Tahun Pelajaran 2018/2019”. Institut Agama Islam Negeri Surakarta 2019.35

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Ina Aini Maharani memaparkan bahwa pembelajaran anak ADHD sangat penting bagi guru sehingga guru sangat bertanggungjawab dalam proses kegiatan anak untuk mengikuti kegiatan pembelajaran yang terarah, mampu melaksanakan proses pembelajaran dengan baik, sehingga memerlukan kompetensi yang memadai bagi guru tersebut. Dalam hal ini persamaan dan perbedaan peneliti adalah sama sama meneliti anak berkebutuhan khusus di tingkat TK sederajat dan mengupayakan strategi guru dalam pembelajaran anak berkebutuhan khusus di kelas dengan baik. Sedangkan perbedaannya adalah Ina Aini Maharani meneliti anak hiperaktif sedangkan peneliti meneliti anak ADHD.

2. Hasil penelitian yang kedua yang dilakukan oleh Yuyuk Ylana yang berjudul “ Teknik Guru dalam Penanganan Anak Hiperaktif (Studi Kasus di Kelas V Madrasah Ibtidaiyah Islamiyah Sukopuro Jabung Malang)”. Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang April, 2017.36 Yuyuk Ylana memaparkan bahwa teknik pengajaran adalah daya upaya, usaha-usaha, cara-cara yang digunakan oleh guru untuk melaksanakan pengajaran di kelas pada waktu tatap muka, dalam waktu menyajikan dan

35

Ina Aini Maharani, “Peran Guru Dalam Membimbing Anak Hiperaktif Di TK Permata Bunda Surakarta”, Skripsi S.1 IAIN Surakarta, Surakarta 2019.

36

Yuyuk Yuliana, „Teknik Guru Dalam Penanganan Anak Hiperaktif (Studi Kasus Kelas V Madrasah Ibtidaiyah Islamiyah Sukoporo Jabung Malang)‟, Skripsi S.1 UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, Malang 2017.

(37)

memantapkan bahan-bahan pembelajaran agar tercapai tujuan pembelajaran. Dalam hal ini persamaan yang dilakukan oleh Yuyuk Ylana adalah sama-sama meneliti anak ADHD atau hiperaktif, sedangkan perbedaanya adalah kata teknik dan peran, dan lembaga yang dilakukan oleh peneliti di RA bukan di MI.

3. Yang ketiga penelitian ini dilakukan oleh Putri Ayu Maharani yang berjudul “ Peran Guru Sebagai Pendamping Pada Anak Hiperaktif Usia 5-6 Tahun di RA Rahayu Surabaya Tahun Ajaran 2016-2017”. Universitas Muhammadiyah Surabaya 2017.37 Hasil penelitian ini memaparkan bahwa guru memiliki peran penting dalam membimbing dan memberi stimulus yang tepat bagi siswa di sekolah. Salah satu peran guru yang paling penting adalah membimbing saat para siswa melakukan aktivitas untuk menyelamatkan siswa dan memberi panduan perkembangan dan pertumbuhan anak. Anak hiperaktif merupakan anak yang memiliki kelainan neurologis sehingga kesulitan berkonsentrasi dan terlalu berlebihnya menggunakan aktivitas gerak. Kesamaan dalam penelitian ini adalah meneliti peran guru di RA pada anak yang berkebutuhan khusus. Sedangkan perbedaannya peneliti meneliti anak ADHD dan Putri Ayu Maharani meneliti anak hiperaktif, serta Putri Ayu Maharani meneliti tentang peran sebagai pendamping sedangkan peneliti meneliti peran sebagai pembimbing dan penanganan anak ADHD.

37

Putri Ayu Maharani, „Peran Guru Sebagai Pendamping Pada Anak Hiperaktif Usia 3-4 Tahun Di TK Rahayu‟ Jurnal Anak Usia Dini dan Pendidikan Anak Usia Dini Vol. 3 No. 1 Februari 2017.

(38)

28 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RA Al-Hilal 02 Cikarang Utara yang tepatnya di Jl. Raya Industri Warung Kobak Rt. 002/ Rw 001 Kecamatan Cikarang Utara Kelurahan Pasirgombong, Kabupaten Bekasi, Provinsi Jawa Barat. Waktu penelitian dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2019/ 2020, dengan rincian kegiatan sebagai berikut :

Tabel 3.1

Rincian Kegiatan Penelitian

No. Bentuk Kegiatan Jan Jul Sept Okt Nov Des 1. Observasi

2. Penyusunan dan pebaikan dan proposal skripsi

3. Seminar proposal 4. Validasi Instrumen

5. Mengamati guru dan siswa

6 Wawancara guru dan orang tua

(39)

29

B. Latar Penelitian

RA Al-Hilal 02 Cikarang Utara merupakan sekolah yang menjadi penelitian yang beralamat di RA Al-Hilal 02 Cikarang Utara yang tepatnya di Jl. Raya Industri Warung Kobak Rt. 002/ Rw 001 Kecamatan Cikarang Utara Kelurahan Pasirgombong, Kabupaten Bekasi, Provinsi Jawa Barat.

Alasan peneliti memilih sekolah ini adalah sekolah memberikan pelayanan IEP bagi anak yang berkelainan termasuk anak ADHD, ingin mengetahui peran guru dalam penanganan anak ADHD di RA Al-Hilal, guru RA Al-Hilal sudah sering penanganan anak ADHD beberapa tahun terakhir. Hal ini membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Peran Guru dalam Penanganan Anak ADHD Usia 5-6 Tahun di RA Al-Hilal 02 Cikarang Utara.

C. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus deskriptif. Penelitian kualitatif mengkaji perspektif partisipan dengan strategi-strategi yang bersifat interaktif dan fleksibel. Penelitian kualitatif ditujukan untuk memahami fenomena-fenomena sosial dari sudut pandang partisipan. Dengan demikian, menurut Sugiyono penelitian kualitatif adalah penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek alamiah dimana peneliti merupakan kunci. Sedangkan menurut Bogdan & Taylor penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan berperilaku yang dapat diamati yang diarahkan pada latar dan individu secara holistik (utuh).38

Dalam penelitian ini ada beberapa jenis-jenis penelitian, adapun jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan studi kasus. Studi kasus adalah salah satu metode penelitian ilmu-ilmu

38

Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori & Praktik, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), h. 83

(40)

30

sosial.39Studi kasus adalah uraian dan penjelasan komprehensif menguasai berbagai aspek seorang individu, suatu kelompok, suatu organisasi atau komunitas, suatu program, atau suatu sosial. Peneliti studi kasus mencoba menelaah sebanyak mungkin data mengenai subjek yang diteliti. Pendekatan ini sering menggunakan metode : wawancara, pengamatan, penelaahan dokumen, survei, dan data apapun untuk menguraikan suatu kasus secara terinci.40

Dengan adanya penelitian ini, maka peneliti berharap untuk dapat memecahkan masalah yang terjadi pada anak ADHD di RA Al-Hilal Cikarang Utara. Peneliti melakukan wawancara secara mendalam untuk mengetahui kendala dan masalah apa saja yang dialami anak ADHD, dan mencoba mencari pemecahan masalah agar anak yang mengalami ADHD, dapat mengikuti pembelajaran dengan baik. Oleh karena itu agar penelitian ini berjalan dengan baik, peneliti membutuhkan kepala sekolah untuk memperoleh data berapa anak yang mengalami ADHD di RA Al-Hilal 02 Cikarang Utara, dan guru pengajar di kelas A1 dan B1 untuk mendapatkan gambaran tentang anak ADHD di dalam kelas dan bagaimana peran guru dalam membimbing anak ADHD di dalam kelas. Hal ini diharapkan dapat mengetahui masalah secara rinci dan dapat mengatasi masalah yang terjadi lebih cepat karena semua pihak yang terlibat telah menyampaikan semua kendala atau permasalahan yang terjadi dan mengumpulkan solusi dari para responden dan yang diwawancarai.

D. Prosedur Pengumpulan dan Pengelolaan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode observasi, wawancara dan dokumentasi.

1. Observasi

39

Robert K. Yin. Studi Kasus Desain & Metode, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008), h.1

40

Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, ( Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), h. 201

(41)

31

Secara bahasa observasi berarti memerhatikan dengan penuh perhatian seseorang atau sesuatu, memerhatikan dengan penuh perhatian berarti mengamati tentang apa saja yang terjadi. Cartwright mendefinisikan observasi sebagai suatu proses melihat, mengamati dan mencermati serta merekam perilaku secara sistematis untuk suatu tujuan tertentu. Observasi juga dapat dilakukan dengan cara ikut berpartisipasi dalam kegiatan yang diobservasi ataupun tidak, yang jelas observasi merupakan teknik pengumpulan data yang penting dalam penelitian kualitatif.41Menurut Patton tujuan observasi adalah mendeskripsikan setting yang dipelajari, aktivitas-aktivitas yang berlangsung, orang-orang yang terlibat dalam aktivitas, dan makna kejadian yang dilihat dari perspektif mereka yang terlibat dalam kejadian yang diamati. Dengan demikian Patton menyatakan bahwa hasil observasi menjadi data penting karena:

a. Peneliti akan mendapatkan pemahaman lebih baik tentang konteks dalam hal yang akan diteliti.

Observasi memungkinkan peneliti untuk berperilaku terbuka, berorientasi pada penemuan daripada pembuktian dan mempertahankan pilihan untuk mendekati masalah secara induktif.

b. Observasi memungkinkan peneliti memperoleh data tentang hal-hal yang karena berbagai sebab tidak diungkapkan oleh subjek penelitian secara terbuka dalam wawancara.

c. Obsevasi memungkinkan peneliti merefleksikan dan berperilaku introspektif terhadap penelitian yang dilakukan. Impresi dan perasaan pengamatan akan menjadi bagian dari data yang pada gilirannya dapat dimanfaatkan untuk memahami fenomena yang diteliti.42

Observasi memudahkan peneliti untuk mengamati secara dekat dan jelas tentang apa saja perubahan yang terjadi pada kegiatan yang telah dilakukan atau peristiwa yang terjadi, ruang dan tempat yang

41

Uhar Suharsaputra, Metode Penelitian Kualitatif, Kualitatif, dan Tindakan, (Bandung :PT Refika Aditama, 2014), h. 209

42

(42)

32

digunakan, benda-benda, waktu, dan pelaku. Hal ini diamati sesuai dengan data yang dibutuhkan oleh peneliti. Mengamati tidak perlu menggunakan usaha yang keras akan tetapi butuh manipulasi agar tidak ada yang terganggu dan mengamati secara wajar sehingga berhasilnya proses pengamatan yang dilakukan.

Berkaitannya dengan pelaksanaan ini peneliti melakukan observasi kepada anak ADHD di RA Al-Hilal 02 Cikarang Utara yaitu guru, Rizwan dan Zaky selaku anak ADHD untuk mengetahui secara langsung bagaimana peran guru dalam memberikan penanganan kepada anak ADHD di sekolah.43

Tabel 3.2 Pedoman Observasi Aspek yang

diamati

Kegiatan yang diamati Deskripsi

1. Mengamati lingkungan Lokasi Sekolah Kebersihan Sekolah Tingkat Kenyamanan Sekolah

Tata Tertib Sekolah Keamanan Sekolah

2. Kondisi Anak ADHD

Perilaku anak ADHD di sekolah

Komunikasi anak ADHD 3. Penangan

guru dalam membimbing anak ADHD

Mengamati guru saat mendampingi anak ADHD di dalam dan di luar kelas

43

(43)

33

Mengamati faktor-faktor yang menyebabkan anak ADHD dan kesulitan yang dialami guru dalam penanganan anak ADHD Mengamati penanganan guru dalam membimbing anak ADHD

4. Wawancara

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik wawancara yang dilakukan berdasarkan pedoman wawancara yang telah peneliti susun. Percakapan dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara (interviewer) yeng mengajukan pertanyaan dan yang terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan.

Adapun maksud diadakannya wawancara seperti ditegaskan Lincoln dan Guba diantaranya: mengkonstruksi mengenai oramg, kejadian, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian, dan lain-lain.44 Jenis wawancara yang dilakukan adalah wawancara semi struktur dimana jenis wawancara ini termasuk dalam kategori in depth interview. Tujuannya adalah agar dalam pelaksanaannya lebih bebas dan menentukan permasalahan secara lebih terbuka.

Wawancara dilakukan peneliti dalam bentuk tanya jawab dengan menggunakan pedoman wawancara dan informan yaitu kepala sekolah, guru kelas, dan orang tua untuk mendapatkan gambaran mengenai peran guru dalam penanganan anak ADHD di RA Al-Hilal 02 Cikarang Utara.

44

Lexy J.Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2016), Cet.3. h. 186

(44)

34

Tabel 3.3 Pedoman Wawancara

No. Pertanyaan Penelitian Jawaban

1. Untuk kepala sekolah

 Mengenai lokasi dan keadaan di RA Al-Hilal Cikarang Utara

 Mengenai sejarah dan visi misi berdirinya RA Al-Hilal 02 Cikarang Utara

 Mengenai berapa jumlah pendidik yang ada di RA Al-Hilal 02 Cikarang Utara dan sarana prasarana apa saja yang ada di RA Al-Hilal 02 Cikarang Utara

 Kebijakan seperti apa yang

diberikan sekolah kepada anak ADHD

 Bagaimana mengelompokkan kelas pada anak ADHD

2. Untuk Guru RA AL-HIlal

 Mengenai identifikasi dan

mendiagnosis anak ADHD

 Mengenai cara untuk

penanganan anak ADHD di dalam kelas dan di luar kelas  Cara guru dalam memberikan

pelayanan bagi anak ADHD, hal yang dapat memotivasi anak ADHD di sekolah, faktor yang menyebabkan anak ADHD dan

Gambar

Tabel 3.2 Pedoman Observasi  Aspek yang
Tabel 3.3 Pedoman Wawancara
Tabel 3.4 Analisis Data
Foto bersama bu Yl, bu Rb dan bu lami sebagai guru pendamping
+3

Referensi

Dokumen terkait

POWER PURCHASE AGREEMENT BOJONEGARA FINANCE LEASE AGREEMENT PLTU TANJUNG JATI B HUB.HUKUM PARA PIHAK PT PLN (Persero) sebagai buyer , IPP sebagai seller PT PLN

Indikator yang digunakan untuk menilai kekambuhan klien skizofrenia yaitu Kejadian kekambuhan tinggi bila klien dalam satu tahun kambuh lebih dari atau sama dengan

dimasukkan dalam tanah dipisahkan 2 bagian yang dibatasi alur dengan colet (alur sekali maka alur akan menutup, jika kurang cair pukulan yang diperlukan.. Penentuan

Dengan menggunakan model Creative Problem Solving siswa diharapkan mampu belajar secara mandiri dan dapat memecahkan permasalahan yang ada pada proses pembelajaran

Ambil larutan A secukupnya masukkan kedalam plat tetes kemudian uji larutan tersebut dengan kertas lakmus merah dan kertas lakmus biru.. Lakukan pemeriksaan yang sama

Bila faktor tsb TIDAK DIRASAKAN akan merasa NOT SATISFIED/ TIDAK PUAS..

 Viscosity can be thought as the internal stickiness of a fluid  Representative of internal friction in fluids.  Internal friction forces in flowing fluids result

Hubungan yang erat dengan teman-teman sesama pesantren memberikan kontribusi yang positif untuk mentaati disiplin, sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Alfianti (2011)