• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERILAKU KONSUMEN MUSLIM DALAM

KONSUMSI MAKANAN HALAL:

SUATU PENGANTAR

Endang S Soesilowati dkk.

Pendahuluan

Negara – negara yang tergabung dalam OKI (Organisasi Konferensi Islam), saat ini mengembangkan gelombang baru, yang memberikan perhatian/tuntutan khusus terhadap halal product, halal treat, dan syariah system. Oleh karena itu, produk yang bersertifi kat halal memiliki peluang pasar yang besar, dengan perkiraan pemasaran produk halal di pasar global saat ini telah mencapai nilai lebih dari 600 miliar dolar1 Permintaan terhadap produk halal di pasar global diperkirakan akan meningkat terus, dengan pertumbuhan per tahun 20 - 30 persen2, Populasi pasar umat Islam mencapai sekitar 1,6 miliar orang, yang terdiri dari180 juta Muslim di Indonesia, 140 juta di India, 130 juta di Pakistan, 200 juta di Timur Tengah, 300 juta di Afrika, 14 juta di Malaysia dan lebih dari 8 juta di Amerika Utara3. Untuk memenuhi kebutuhan konsumsi produk halal ini, Negara Islam, bahkan sampai harus mengimpor produk dari luar, dan bahkan dari negeri non Muslim, seperti ditunjukkan oleh Negara Timur Tengah, yang mengimpor daging halal dari Negara non Muslim, terutama dari Australia dan Brazil (Irfan, 2007).

Untuk mengantisipasi kompetisi pasar global ini, maka Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk mayoritas Muslim seyogyanya mampu meraih peluang besar tersebut. Kepala eksekutif Malaysia’s Halal Industry Development Corporation (HDC) Datuk Jamil Bidin mengharapkan Negara-negara Asia Tenggara seperti Malaysia, 1 Seperti dikemukakan oleh Menteri Pertanian Anton Apriyantono, Antara News, 17 Desember 2007

2 Disampaikan oleh Presiden SBY dalam acara Opening Ceremony of the 3rd World Islamic Economic Forum Islam and the Chal-lenge of Modernization Kuala Lumpur, Malaysia, 28 Mei 2007

Singapura, Thailand, Brunei dan Philippina bekerja sama dalam memasok produk halal, dan harus bekerja dengan jeli menangkap peluang pasar di Eropa, Timur Tengah, dan bahkan Amerika Serikat dan China (25 Januari 2008)4. Indonesia tidak disebutkan di situ, walaupun Perdana Menteri Abdullah Ahmad Badawi menyatakan bahwa “Malay-sia, Indonesia and Thailand are well placed to capitalise on partnerships in the supply and marketing of halal products, particularly relating to food and herbal-based products…... By working together, the three countries would be able to accelerate the development of a regional halal supply

chain”.5 Seberapa jauh Indonesia dapat memanfaatkan peluang yang

ditawarkan tersebut, dan bagaimana persiapan Indonesia dalam mere-spon peluang ini, kiranya sangat penting untuk diteliti. Terlebih lagi dengan semangat besar bahwa Indonesia akan menjadi pusat peng-hasil produk halal.

Sejalan dengan hal tersebut, mainstream baru dalam ilmu sosial dengan menggunakan pendekatan Islam, seperti Sosiologi Islam, Psikologi Islam, dan Ekonomi Islam, sejak tahun 1990an mulai menjadi perhatian di Indonesia. Khususnya Ekonomi Islam, kepedulian ini ditunjukkan tidak saja dalam kajian para ilmuwan, tapi juga bagi para pelaku usaha yang ditandai dengan maraknya usaha dengan embel-embel syariah (misalnya, Bank Syariah, Asuransi Syariah dlsb). Seiring dengan hal tersebut, gaya hidup Islami pun nampaknya menjadi semakin kentara yang ditandai dengan maraknya para wanita Muslim yang memakai jilbab (berkerudung). Namun demikian, gaya hidup Islami tentu saja tidak terbatas pada gaya berpakaian tetapi juga perilaku konsumsi, khususnya, dengan mengkonsumsi makanan halal sebagai salah satu hal terpenting dalam ukuran kadar keIslaman seseorang.

Di sisi lain, perilaku mengkonsumsi makanan halal belum tentu searah dengan banyaknya penduduk beragama Islam. Dalam arti, bahwa seseorang yang beragama Islam belum tentu bahwa ia akan 4 http://www.bernama.com.my/bernama/v3/news_lite.php

selalu berperilaku secara Islami, khususnya dalam mengkonsumsi makanan halal. Pemahaman dan pelaksanaan syariat Islam yang antara lain tercermin dalam perilaku konsumsi tentunya dipengaruhi juga oleh proses pembelajaran, baik melalui sosialisasi maupun sistem pendidikan formal dan informal.

Pola perilaku konsumen dalam berbelanja produk halal ini tentu saja akan menjadi barometer permintaan (demand side) terhadap produk tersebut. Dalam teori ekonomi dasar dapat dijelaskan bahwa peningkatan permintaan produk halal ini akan berpengaruh terhadap peningkatan usaha penyedia (supply side) produk halal. Oleh karena itu, pengetahuan tentang demand side sangat bermanfaat dan sebagai prasyarat utama dalam melihat peluang usaha yang akan dikembangkan. Apabila Indonesia ingin meningkatkan pertumbuhan ekonomi, salah satunya adalah dengan cara mendorong investasi dalam usaha penyedia produk halal, maka kajian tentang perilaku konsumen Muslim Indonesia sebagai Negara yang berpenduduk mayoritas Muslim sangat perlu dilakukan. Sejauhmana Muslim di Indonesia concern terhadap makanan halal belumlah banyak diketahui6.

Tujuan dan Sasaran Penelitian

Tujuan penelitian

Tujuan penelitian perilaku konsumen Muslim dalam konsumsi makanan halal ini adalah untuk menganalisis pola perilaku Muslim dalam mengkonsumsi makanan halal bagi komunitas Muslim di perkotaan. Secara khusus tujuan penelitian dapat dijabarkan sebagai

6 Sebagai salah satu Negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia, Indonesia dipandang masih kontover-sial dalam menanggapi issue makanan halal. Hal ini ditunjukkan dengan memperbolehkan Negara-negara Barat untuk men-supply produk halal ke pasar Indonesia di satu pihak, sementara di pihak lain menarik be-berapa produk asal perusahaan Indonesia yang telah banyak dikonsumsi rumahtangga Muslim dan ternyata ditemukan mengandung babi. “The halal status is unclear...so when it doubt leave it out,” demikian dikemukakan Amidham dari MUI dalam pertemuan Halal Food Council di Kuala Lumpur 24 Juli 2002.

berikut:

1. Mengungkapkan pemahaman komunitas Muslim terhadap makanan halal

2. Menemukenali faktor-faktor yang menjadi pertimbangan utama komunitas Muslim dalam menentukan makanan halal.

3. Menganalisis pengaruh kadar komitmen beragama terhadap pola perilaku konsumsi makanan halal

4. Mengukur pengaruh latar belakang sosial-ekonomi dan psikologis terhadap pola konsumsi makanan halal

5. Mengkaji persepsi komunitas Muslim terhadap sertifi kasi produk halal

Sasaran penelitian

Penelitian ini merupakan studi awal dari suatu rangkaian penelitian yang direncanakan untuk dilanjutkan selama lima tahun ke depan (2009-2014). Pada dua tahun pertama studi difokuskan pada pengkajian tentang pola perilaku konsumen terhadap pemilihan produk halal (makanan, obat, kosmetik, dan lain-lain), di tahun ke tiga dipusatkan pada pengkajian tentang pola perilaku produsen untuk memproduksi produk halal. Setahun berikutnya, penelitian akan mem-pelajari tentang persaingan usaha produk halal di pasar global, semen-tara di tahun terakhir direncanakan untuk mempelajari upaya optimal-isasi perdagangan produk halal di pasar global interregional. Sasaran dua tahun pertama penelitian tentang perilaku konsumen diharapkan dapat menyumbangkan pengetahuan yang bersifat pengembangan teori tentang pengaruh religi –agama Islam– terhadap pola konsumsi makanan halal. Berbagai kriteria serta persyaratan sehubungan den-gan produk halal yang dipersepsikan oleh komunitas Muslim Indone-sia akan menjadi bahan rekomendasi bagi penerbit sertifi kasi halal dan

juga pelaku usaha yang bergerak dalam industri produk halal. Atas hasil penelitian tentang perilaku konsumen dan kemudian juga produsen, diharapkan akan menemukan suatu pendekatan baru dalam men-ganalisa perilaku konsumen dan produsen, sehingga akan memperkaya khasanah ilmu pengetahuan, khususnya ilmu ekonomi Islam, maupun psikologi Islam. Sebagai sasaran akhir dari penelitian ini diharapkan da-pat merumuskan konsep dan strategi untuk meningkatkan daya saing produk halal Indonesia di dalam negeri maupun di pasar global. Oleh karenanya, sasaran akhir dari penelitian tentang peluang usaha produk halal tentu saja diharapkan akan menjadi masukan yang berharga bagi para stakeholders dalam melihat prospek peluang usaha produk halal di pasar domestik yang dapat dijadikan acuan dalam mengantisipasi kebutuhan pasar global.

Landasan Konseptual

Kajian tentang peluang usaha produk halal dalam pasar global dapat dijelaskan melalui alur produksi dengan model pendekatan yang berpusat pada konsumen (lihat Gambar 1-1). Seperti lazimnya alur produksi dari industri makanan, tentu saja proses produksi dimulai dari penyediaan bahan baku, yang kemudian melalui proses produksi primer, maupun proses produksi sekunder (sebagai nilai tambah) akan dihasilkan suatu produk makanan siap untuk dipasarkan dan sampai pada konsumen pemakai produk makanan tersebut. Namun seba-liknya, perilaku konsumen sebagai barometer permintaan kebutuhan terhadap produk yang dipasarkan tentu saja harus menjadi pertimban-gan utama terhadap rencana produksi suatu barang/jasa.

Perilaku konsumen seperti juga perilaku lainnya dipengaruhi oleh aspek kultural, sosial, personal, dan karakteristik psikologis. Faktor kultural dianggap yang paling besar pengaruhnya terhadap keinginan dan perilaku seseorang. Dalam beberapa literatur disebutkan bahwa agama merupakan elemen kunci dalam kultur kehidupan yang mem-pengaruhi perilaku dan keputusan membeli (lihat Assadi 2003, Esso and Dibb Sally 2004, Delener 1994, Babakus et al 2004, Cornwell 2005). Seperti dikutip oleh Fam et al (2004) agama dapat dijelaskan sebagai “……the habitual expression of an interpretation of life, which deals with ultimate concerns and values. Institutional religion formalises these into a system which can be taught to each generation (Cloud 2000)”. Agama

Gambar 1.1 Alur Produk Halal

Alur Produk Halal Dari Sisi Permintaan

adalah merupakan ide dalam kehidupan yang akan direfl eksikan dalam nilai-nilai dan sikap seseorang dan masyarakat. Nilai dan sikap terse-but akan membentuk perilaku dan praktek-praktek suatu institusi dan anggota masyarakat dalam satu budaya. “Islam is more than a religion as it controls the ways of society and factors associated with family, dress, cleanliness and ethics” (Fam et al 2004). Orang yang religius mempunyai sistem nilai yang berbeda dengan mereka yang kurang atau tidak reli-gius. Sementara itu, komitmen beragama (religiousity) menurut John-son et al (2001) dalam Mokhlis (2006) merupakan “tingkat komitmen seseorang terhadap agama yang dianutnya”. Worthington (1988) men-defi nisikannya sebagai tingkat dimana seseorang terkait dengan nilai-nilai dan keyakinan agamanya dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Religiousity sangat penting karena ia mampu mempenga-ruhi kognisi dan perilaku seseorang (Sitasari, 2008). Tentu saja, secara logis, tingkat religousity seseorang akan mempengaruhi perilakunya termasuk dalam perilaku konsumsi makanan halal.

Agama dapat mempengaruhi perilaku konsumen dan perilaku pada umumnya (Delener 1994, Pettinger et al 2004), khususnya pada keputusan membeli bahan makanan dan kebiasaan makan (Bonne et al 2007). Sep-erti juga dikemukakan oleh Schiff man dan Kanuk (1997) yang menyatakan bahwa keputusan untuk membeli dipengaruhi oleh identitas agama mere-ka (dikutip dari Shafi e & Othman, 2006). Pengaruh agama terhadap pola konsumsi makanan berhubungan dengan pembatasan terhadap jenis ma-kanan tertentu, seperti Orang Yahudi yang tidak memakan dagang babi, sementara orang beragama Hindu tidak memakan daging sapi. Bagi pen-ganut agama Islam, diharamkan untuk mengkonsumsi daging babi, darah, bangkai, dan daging hewan yang disembelih dengan tidak mengikuti sya-riah dan meminum minuman yang mengandung alkohol.

Sebagai orang Islam, diwajibkan untuk memakan makanan halal yang ditujukan untuk kebaikan manusia itu sendiri (Bonne et al 2007).

Mengkonsumsi makanan yang halal merupakan salah satu prinsip dasar dalam Islam. Dalam Islam, mengkonsumsi produk halal menjadi sebuah hal yang mutlaq dan tidak bisa ditawar-tawar lagi sebagaimana Allah wahyukan dalam Al-Quran Surat Al-Maidah ayat 88:

“dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu

beriman kepada-Nya”.

Masalah halal-haram dalam pemilihan makanan merupakan masalah yang prinsipil dalam Islam, karena makanan akan berdampak pada pertumbuhan jasmani dan rohani seseorang dan keluarganya. Sesuai dengan hadits Rasulullah saw yang menyatakan bahwa, ”tidak akan masuk surga orang yang dagingnya tumbuh dari (makanan) yang haram, neraka lebih pantas baginya.” (HR. Ahmad). Yang dimaksud dengan Halal itu sendiri mencakup dari proses pemotongan, penyim-panan, penyajian, penyiapan, kesehatan dan kebersihan (Syafi e & Oth-man, 2006). Selain makanan halal, juga diwajibkan mengkonsumsi ma-kanan yang baik (Thoyib), seperti belum daluarsa, tidak mengandung pewarna pakaian, dlsb.

Dengan fokus kajian tentang perilaku konsumen Muslim dalam konsumsi makanan halal, maka landasan konseptual yang dipakai un-tuk menjelaskan alur pikir pemahaman, digunakan pendekatan teori perilaku yang biasa digunakan untuk menjelaskan perilaku konsumen. Penelitian ini mengadaptasi kerangka konsep teori Planned Behaviour (Ajzen 1991) bahwa ada tiga aspek yang sangat menentukan perilaku seseorang yaitu sikap, norma subyektif, dan kontrol perilaku (lihat Gam-bar 1-2).

Sikap yang dimaksudkan di sini adalah merupakan tendensi psi-kologis yang ditunjukkan dengan mengevaluasi suatu hal yang disukai atau tidak disukai. Norma subyektif merupakan tekanan sosial terhadap seseorang untuk melakukan atau tidak melakukan suatu perbuatan (pe-rilaku). Di sinilah budaya masyarakat di mana seseorang tinggal (ber-domisili) akan memberikan pengaruh terhadap perilakunya. Semen-tara itu, persepsi kontrol perilaku merupakan suatu persepsi terhadap sejauhmana perilaku tertentu dapat dikontrol. Bagaimana seseorang memahami dan mengikuti aturan agamanya merupakan persepsi yang akan mengontrol perilakunya.

Gambar 1.2 Kerangka konseptual Perilaku Konsumen

Sumber: Diadaptasi dari Ajzen, I. (1991)

Ketiga aspek (sikap, norma subyektif, persepsi kontrol) tersebut akan menentukan niat seseorang untuk mengkonsumsi makanan ha-lal, dan ditunjukkan dalam perilaku konsumsi makanan halal tersebut. Niat (intention) merupakan faktor motivasional yang mempengaruhi perilaku. Niat merupakan indikasi seberapa keras seseorang berusaha atau seberapa banyak usaha yang dilakukan untuk menampilkan suatu perilaku konsumsi makanan halal.

Walaupun agama memberikan hukum yang sangat ketat dalam makanan, namun sejauhmana orang akan mengikuti hukum tersebut tentu saja akan sangat bervariasi (Bonne et al 2007) dan ditentukan

oleh ketiga aspek perilaku tersebut di atas. Kadar komitmen beragama seseorang akan mencerminkan identitas dirinya sebagai seorang Mus-lim. Oleh karena itu, sebagai seorang Muslim akan mempunyai sikap, norma subyektif, dan persepsi kontrol perilakunya dalam mempenga-ruhi niat (intention) seseorang untuk berperilaku dalam mengkonsumsi makanan halalnya. Kadar komitmen beragama seseorang melalui beberapa proses di atas akan sangat menentukan niatnya untuk ber-perilaku dalam konsumsi makanan halal. Namun demikian, seberapa jauh seseorang akan menampilkan perilakunya, juga tergantung pada beberapa faktor-faktor lain, seperti ketersediaan, kesempatan, penge-tahuan (misalnya, tentang sertifi kasi halal), dan sumber yang dimiliki (uang, misalnya).

Hipotesa Penelitian

Penelitian perilaku konsumen Muslim terhadap konumsi makanan halal ini mengajukan hipotesa berikut:

1. Adanya hubungan yang signifi kan antara komitmen beragama terhadap perilaku konsumsi makanan halal

2. Adanya pengaruh yang signifi kan dari tingkat sosial ekonomi terhadap intensitas perilaku konsumsi makanan halal

3. Adanya perbedaan intensitas psikologis terhadap perilaku konsumsi makanan halal

Metodologi Penelitian

Penelitian perilaku konsumen Muslim terhadap makanan halal dapat digolongkan menjadi penelitian dasar, karena penelitian ini akan mengembangkan pengetahuan dan pemahaman teoritis ten-tang ”pengaruh agama” terhadap perilaku konsumen7. Pengembangan

7 Penelitian dasar mempunyai tujuan utama mengembangkan pengetahuan dan pemahaman teoritis ten-tang hubungan antar varabel penelitian (http://en.wikipedia.org/wiki/Research# Basic_research)

teoritis di sini, terutama untuk membuktikan bahwa pengaruh agama mempunyai derajat yang berbeda yang ditunjukkan dalam kadar pe-mahaman seseorang terhadap agama - Islam - tersebut. Pendekatan studi yang digunakan dalam penelitian ini adalah bidang studi ekonomi pemasaran dan psikologi industri. Oleh karena penelitian ini akan men-guji hipotesa yang diajukan secara statistik, maka metode kuantitatif akan menjadi metode utama. Namun demikian, untuk memberikan pemahaman dan penjelasan atas temuan penelitian, metode kualita-tif akan digunakan sebagai pendukung studi. Kombinasi dua metode kuantitatif dan kualitatif dalam suatu penelitian biasa dikenal dengan triangulation method (Jick 1979; Creswell 2003)8.

Dengan tujuan utama penelitian yang bermaksud untuk menggambarkan dan menguji perbedaan perilaku konsumen terhadap makanan halal pada komunitas Muslim, maka penelitian ini dapat diklasifi kasikan sebagai penelitian deskriptif dan juga explanatory dengan menggunakan single cross-sectional design. Studi deskriptif biasanya digunakan untuk menggambarkan suatu fenomena dalam konteks tertentu secara lengkap, sementara, explanatory ditujukan untuk menjawab atau menjelaskan bagaimana atau mengapa sesuatu terjadi dan menjelaskan adanya hubungan sebab akibat dari suatu data (Yin 2003). Penelitian deskriptif juga sangat sesuai digunakan manakala tujuan penelitiannya bermaksud untuk menjelaskan karakteristik dari fenomena pemasaran dan menentukan tingkat keterkaitan antar variabel (Kinnear and Taylor 1996).

8 Data kuantitatif dan data kualitatif dapat disajikan secara terpisah, namun analisis dan interpretasi dengan mengkombi-nasikan kedua jenis data tersebut akan mampu memberikan hasil yang lebih lengkap dan utuh (Banister, Burman, Parker, Taylor, & Tindall 1994)

Teknik Pengumpulan Data

Desain Kuesioner

Metode pengumpulan data pada penelitian ini mengandalkan pada data primer dengan terutama menggunakan kuesioner terstruktur yang merupakan serangkaian pertanyaan dengan menyediakan pilihan jawaban yang tersedia. Skala Likert yang berupa self-report digunakan dalam penelitian ini, dimana responden ditanyai langsung tentang pengetahuan, sikap, kepercayaan, dan perasaan mereka terhadap suatu objek atau aktivitas (Churchill 1995). Untuk mendapatkan pemahaman dan penjelasan terhadap temuan penelitian, maka data pendukung yang bersifat kualitatif digunakan melalui in-depth interview terhadap beberapa narasumber dari key person (tokoh masyarakat) di daerah penelitian.

Sampling •

Untuk mempertajam analisa kuantitatif tentang adanya hubungan antara aspek agama dengan perilaku konsumen, maka pengontrolan dilakukan dengan cara meminimalkan variasi aspek kultural. Untuk keperluan tersebut, populasi penelitian dibatasi pada komunitas Muslim Indonesia yang tinggal di perkotaan dengan basis sub-budaya Islam. Atas pertimbangan tersebut, maka pengamatan studi dipusatkan pada Muslim Banten yang tingal di perkotaan (urban & sub-urban) Banten. Teknik pemilihan responden digunakan metode snowball sampling dan accidental sampling dari para pengunjung warung makan/restoran, pasar tradisional maupun moderen. Selanjutnya, responden diminta kesediaannya untuk diwawancarai langsung di tempat tersebut, di tempat tingal, ataupun di lokasi kerja sesuai kesediaan waktu dan tempat yang diusulkan calon responden. Diperoleh jumlah responden sebanyak 100 orang (satu orang untuk satu rumah tangga).

Teknik Analisis Data

Perilaku konsumen dalam mengkonsumsi produk halal ini didasar-kan pada beberapa pertimbangan variabel penelitian. Variabel terse-but di antaranya adalah; tingkat pendidikan, latar belakang pendidikan pesantren- non- pesantren, tingkat pemahaman terhadap produk halal, strata ekonomi ( pendapatan), dan gender. SPSS digunakan untuk data entry dan analisis data kuantitatif yang diperoleh dari kuesioner. Oleh karena kuesioner dengan skala Likert, (7 skala) telah digunakan, maka teknik pengolahan dan analisis data kuantitatif penelitian ini lebih ber-makna dengan melakukan perbandingan antar kelompok responden ataupun antar variabel pertanyaan. Untuk melakukan pembandingan, maka dihitung dengan menggunakan perbandingan nilai rata-rata yang diperoleh atau biasa dikenal dengan cut off point (COP).

Analisis deskriptif: berupa penyajian dalam grafi s dan tabel frekuensi juga digunakan untuk melihat sebaran responden. Sedangkan cross tabulation digunakan untuk melihat sejauhmana keterkaitan (korelasi) antar variabel. Sementara, data kualitatif yang diperoleh lewat in-depth interview dianalisa secara interpretatif.

Pembabakan Penulisan

Buku ini disusun dalam enam rangkaian bab. Bab 1 diberi judul Perilaku Konsumen Muslim terhadap Konsumsi Produk Makanan Ha-lal: Sebuah Pengantar. Layaknya sebuah pengantar Bab ini bertujuan untuk memberikan gambaran terutama tentang latar belakang pene-litian yang menjelaskan tentang pentingnya penepene-litian dilakukan serta metodologi yang telah digunakan dalam penelitian ini. Bab 2 Men-gungkapkan temuan penelitian tentang Kriteria Makanan Halal dalam Persepsi Komunitas Muslim Banten. Pada bab tersebut tergambarkan bagaimana persepsi responden masyarakat Muslim Banten terhadap

kriteria makanan halal baik makanan olahan secara umum maupun makanan khusus daging. Bahwa makanan halal dipersepsikan oleh konsumen Muslim Banten, tidak terbatas pada jenis makanannya saja, tetapi juga termasuk cara perolehan dan cara pengolahannya. Bab 3 buku ini menguji variasi determinansi tingkat Sosial-ekonomi terh-adap Perilaku Konsumsi Produk Halal . Tingkat sosial ekonomi pada bab tersebut secara khusus ditekankan pada aspek tingkat pendidikan dan pendapatan, juga dilengkapi dengan variasi dari latar belakang pen-didikan pesantren. Tulisan tersebut mengungkapkan bahwa latar bela-kang pendidikan pesantren berpengaruh terhadap perilaku konsumsi makanan halal bagi respoinden Muslim Banten. Bab selanjutnya, meng-gambarkan bahwa kadar komitmen beragama sampai tingkat tertentu memberikan pengaruh terhadap perilaku konsumsi makanan halal. Ada kecenderungan bahwa semakin tinggi komitmen beragama seseorang, akan semakin kuat pula putusan untuk mengkonsumsi makanan ha-lal. Pada bab 4 tersebut juga ditunjukkan bahwa walaupun umumnya responden menyatakan diri sebagai Muslim dan menyatakan bahwa agama penting untuk kehidupannya, namun hal ini tidak serta merta tercerminkan dalam pelaksanaan ibadah keseharian dan komitmen beragamanya. Bab 5 buku ini mencoba untuk menyajikan analisa fak-tor yang paling dominan dalam mempengaruhi perilaku konsumsi ma-kanan halal. Analisis pengaruh tersebut diukur melalui perbandingan antara tiga aspek yang berperan dalam proses perilaku (sikap, norma subyektif, dan persepsi kontrol). Secara jelas, ditunjukkan bahwa sikap responden Muslim Banten terhadap keinginan untuk mengkonsumsi makanan halal menunjukkan tingkatan yang tinggi, walaupun tekanan dari lingkungannya kurang memberikan tuntutan terhadap mereka untuk mengkonsumsi makanan halal sebagai cerminan dari pengaruh norma subyektif responden terhadap niat untuk berperilaku konsumsi makanan halal. Sementara itu, pengaruh aspek persepsi kontrol keliha-tan juga cukup mempunyai peranan terhadap niat responden untuk

berperilaku konsumsi makanan halal. Buku laporan penelitian ini ditu-tup dengan memaparkan secara lengkap tentang proses penerbitan

Dokumen terkait