• Tidak ada hasil yang ditemukan

6461 PERILAKU KONSUMSI SUPLEMEN MAKANAN PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS

Dalam dokumen Susunan nama Kultura Maret 2017.compressed (Halaman 184-186)

Rafita Yuniarti28

ABSTRAK

Banyaknya suplemen makanan yang beredar saat ini sangat mempengaruhi gaya hidup masyarakat termasuk penderita diabetes mellitus. Penderita diabetes sangat menginginkan bisa lepas dari penyakitnya tanpa harus mengonsumsi obat-obatan kimia setiap harinya. Untuk itu mereka mencari alternative lain untuk penyakit yang mereka derita.

Penelitian ini dilakukan menggunakan design cross sectional dan pengambilan sampel secara acidental sampling serta data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis univariat.

Hasil analisis menunjukkan bahwa penderita diabetes mellitus yang mengonsumsi suplemen makanan mayoritas berumur lansia (86,6%), berjenis kelamin perempuan (59,8%), mengonsumsi Biovision (20,6%), dan tujuan konsumsi mayoritas adalah menambah tenaga (34%).

1.

Pendahuluan

Berbagai suplemen atau multivitamin telah banyak beredar ditengah masyarakat, bahkan produk-produk ada yang dijual secara Multi Marketing Level (MLM) atau melalui internet secara online dan bahkan saat ini banyak dokter yang telah meresepkan atau merekomendasikannya.

Selama tahun 2011, Badan POM telah mengeluarkan 808 Nomor Izin Edar (NIE) suplemen makanan yang meliputi 560 suplemen makanan lokal (SD), 218 suplemen makanan produk impor (SI), dan 30 suplemen makanan lisensi (SL). Berdasarkan NIE suplemen makanan, terjadi kenaikan dari tahun 2010 sebesar 96% menjadi 97% pada tahun 2011 (BPOM, 2012).

Dalam survey Kesehatan Dan Kesejahteraan Indonesia 2010 yang dilakukan oleh Philips (Phillips Health and Wellbeing Index) terungkap bahwa 49 persen penduduk rutin mengonsumsi vitamin atau suplemen. Wanita merupakan kelompok yang paling banyak mengonsumsi suplemen (52 persen) sedangkan pria hanya 45 persen (Anonim, 2014a).

Kadang, suplemen makanan memang dapat membantu memberikan ekstra nutrisi bagi mereka yang mengalami gangguan kesehatan, termasuk bagi penderita diabetes, tentunya hal ini harus diimbangi dengan disiplin mengonsumsi obat, supaya gula darah terus dapat terjaga (Anonim, 2014b).

Penyakit diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit yang paling ditakuti oleh setiap orang. Pada tahun 2012 lalu, setidaknya ada 347 juta jiwa di dunia yang DM. Sekitar 80 persen penderita DM pun ditemukan pada negara dengan penghasilan menengah ke bawah. Diabetes mellitus juga termasuk ke dalam penyakit penyebab kematian

28

6462

terbesar di dunia setelah jantung, stroke, infeksi saluran pernapasan, penyakit paru obstruksi kronik, HIV/AIDS, kanker paru-paru,dan TBC (Rizqi Adnamazida, 2013).

Diabetes mellitus menurut laporan Riskesdas 2007, DM menyumbang 4,2% kematian pada kelompok umur 15-44 tahun di daerah perkotaan dan merupakan penyebab kematian tertinggi ke-6. Selain pada kelompok tersebut, DM juga merupakan penyebab kematian tertinggi ke-2 pada kelompok umur 45-54 tahun di perkotaan (14,7%) dan tertinggi ke-6 di daerah perdesaan (5,8%).

Hasil riset kesehatan dasar tahun 2013 berdasarkan jawaban pernah didiagnosis dokter menunjukkan peningkatan prevalensi DM di Indonesia dari 1,1 persen (2007) menjadi 2,4 persen (2013). Sedangkan di Sumatera utara menurut profil kesehatan Indonesia tahun 2013, prevalensi DM berdasarkan jawaban pernah didiagnosis dokter sebesar 1,8 persen dan berdasarkan diagnosis dan gejala sebesar 2,3 persen.

Untuk kabupaten Deli Serdang, jumlah penderita DM pada tahun 2011 sebesar 2.179 pasien dan termasuk penyakit yang paling banyak ditemui (Anonim, 2014c).

Dengan terjadinya peningkatan ini perlu kiranya dilakukan penanganan yang tepat untuk mengatasinya. Berbagai cara dilakukan oleh para penderita DM untuk menyembuhkan penyakitnya. Selain mengonsumsi obat dan makanan yang dianjurkan oleh dokter, asupan nutrisi bagi penderita DM juga membantu untuk mempercepat penyembuhan. Asupan nutrisi dapat diperoleh dari suplemen makanan yang dapat digunakan untuk memenuhi komponen yang kurang dalam tubuh penderita DM (Anonim, 2014d).

Tetapi belum ada penelitian yang membuktikan bahwa suplemen makanan dapat menurunkan atau bahkan menyembuhkan penyakit DM secara signifikan. Oleh karena itu, untuk melihat hubungan antara perilaku konsumsi suplemen makanan pada penderita DM dengan kadar gula darah maka perlu dilakukan penelitian tentang hubungan perilaku dengan kadar gula darah penderita DM dalam mengonsumsi suplemen makanan.

2.

Kerangka Teoritis

Suplemen Makanan

Menurut surat Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK.00.05.23.3644 tahun 2004 tentang ketentuan pokok pengawasan suplemen makanan menyebutkan bahwa suplemen makanan adalah produk yang dimaksudkan untuk melengkapi kebutuhan zat gizi makanan, mengandung satu atau lebih bahan berupa vitamin, mineral, asam amino atau bahan lain (berasal dari tumbuhan atau bukan tumbuhan) yang mempunyai nilai gizi dan atau efek fisiologis dalam jumlah terkonsentrasi.

Kandungan suplemen dapat digolongkan menjadi 6 (enam) kelompok yaitu asam amino, asam lemak esensial, vitamin dan mineral, enzim, serat, herba/tanaman dan hewan.

Suplemen sering digunakan pada keadaan defisiensi, lansia, saat kebutuhan meningkat (seperti selama kehamilan), pasien kronis dan saat memakai obat-obatan tertentu (misalnya INH). Diabetes adalah termasuk salah satu penyakit metabolic kronis yang disebabkan oleh defisiensi insulin akibat terjadinya gangguan pada pancreas. Oleh karena itu penderita diabetes juga banyak yang menggunakan suplemen. Pemberian suplemen yang optimal,

6463

pada penderita diabetes dapat menurunkan risiko komplikasi dan memburuknya penyakit (Tan Hoan Tjay dan Kirana Rahardja, 2002).

Suplemen yang dibutuhkan pada penderita DM adalah suplemen yang dapat mencegah kerusakan sel akibat radikal bebas (antioksidan), membantu metabolisme karbohidrat, lemak dan protein, mengontrol atau menurunkan kadar glukosa darah, mencegah infeksi atau peradangan serta dapat meningkatkan daya tahan tubuh. Asam amino yang diperlukan untuk penderita DM biasanya untuk mencegah terjadinya komplikasi, seperti lisin (untuk pembentukan jaringan dan mencegah infeksi), isoleusin (membantu penyembuhan infeksi). Omega-6 diperlukan untuk mengontrol gula darah, zat ini banyak terdapat dalam minyak nabati (black currant, evening primrose) (Rahayu Widodo, 2010).

Vitamin yang bersifat antioksidan (A, C, E) diperlukan untuk menurunkan risiko komplikasi sedangkan mineral seperti crom, mangan dan zink diperlukan untuk membantu metabolisme karbohidrat, protein dan lemak (Tan Hoan Tjay dan Kirana Rahardja, 2002).

Perilaku Konsumsi

Ujang Sumarwan (2011) menjelaskan bahwa perilaku konsumsi adalah perilaku atau tindakan seseorang/konsumen dalam menggunakan barang atau jasa. Sedangkan perilaku konsumsi suplemen makanan adalah perilaku atau tindakan seseorang dalam mengonsumsi/menggunakan suplemen makanan yang dapat diukur dengan jumlah dan frekuensi konsumsinya.

Frekuensi konsumsi menggambarkan seberapa sering suatu produk dipakai atau dikonsumsi, sedangkan jumlah konsumsi menggambarkan kuantitas produk yang digunakan/dikonsumsi oleh konsumen.

Diabetes Mellitus (DM)

Diabetes mellitus atau yang sering disebut penyakit gula atau kencing manis adalah penyakit yang ditandai dengan kadar glukosa darah yang melebihi normal (hiperglikemia) akibat tubuh kekurangan insulin baik absolute maupun relative. Tingkat kadar glukosa menunjukkan apakah seseorang menderita DM atau tidak (Hasdianah, 2012).

Faktor Penyebab DM

Umumnya DM disebabkan oleh rusaknya sebagian kecil atau sebagian besar dari sel-β dari

pulau langerhans pada pancreas yang berfungsi menghasilkan insulin, akibatnya terjadi kekurangan

Dalam dokumen Susunan nama Kultura Maret 2017.compressed (Halaman 184-186)